Anda di halaman 1dari 19

POTOZOA

KELOMPOK 1
Ahmad Nailur Rahman/1210702001, Ayu Agustini Juhari/1210702007, Deni
Raharja/1210702015, Elya Agustina/1210702021, Ervina Rizky A/12010702022,
Idariyah Ulfah Nurulhusna/1201702031

Program Studi Biologi


Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Sunan Gunung Djati Bandung

ABSTRAK
Protozoa merupakan kingdom protista yang menyerupai hewan, tersusun atas sel tunggal
(uniseluler), ukurannya antara 3-1000 m dan merupakan organisme mikroskopis bersifat
heterotof. Berdasarkan alat geraknya, protozoa dibagi menjadi 4 kelompok yaitu; Rhizopoda: alat
gerak berupa kaki semu (pseudopodia); Flagellata: alat gerak berupa bulu cambuk (flagel);
Cilliata: alat gerak berupa rambut getar (silia); dan apicomplexa (sporozoa): tidak memiliki alat
gerak. Hidupnya di air tawar (selokan, parit, sungai, dan waduk), air laut, permukaan tanah yang
lembab, rendaman jerami, dan di dalam tubuh makhluk hidup lain atau di dalam jasad yang mati.
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengamati berbagai jenis protozoa air tawar,
dan mengamati struktur dari protozoa. Maka protozoa yang diamati adalah menggunakan sampel
tawar, yaitu: air kolam, air rendaman jerami, dan air kolam. Sampel air tawar diteteskan pada kaca
preparat dan tutup dengan menggunakan cover glass kemudian diamati dibawah mikroskop.
Organisme protozoa yang ditemukan diantaranya yaitu: Euglena sp., Paramecium sp., Amoeba sp.,
Arcella sp., dan Vorticella sp. Dari masing-masing spesies yang telah diidentifikasi meliputi alat
gerak, struktur tubuh, dan habitat. dapat diketahui deskripsi dan klasifikasinya.

Kata Kunci : Protozoa, mikroskopis, pseudopodia, flagel, silia

1
PENDAHULUAN
Protozoa merupakan hewan bersel tunggal, berinti sejati (eukariotik) dan
tidak memiliki dinding sel. Protozoa berasal dari kata protos yang berarti pertama
dan zoon yang berarti hewan sehingga disebut sebagai hewan pertama. Ukurannya
antara 3 1000 mikron dan merupakan organisme mikroskopis bersifat heterotrof.
(Suwignyo, 2005).
Morfologi protozoa bervariasi, fisiologi dan metabolismenya disesuaikan
dengan kebutuhan mereka; nutrisi adalah heterotrofik dalam bentuk parasit dan
autotrofik yang hidup bebas, mereka memiliki siklus hidup yang lebih atau kurang
kompleks, baik yang hidup bebas dan parasit, dan dalam banyak kasus, bentuk
vegetatif (trophozoite) dan bentuk lain tahan (kista) (Giron, 2008).
Bentuk dan ukuran protozoa sangat beragam. Beberapa berbentuk lonjong
atau membola, ada yang memanjang, ada pula yang polimorfik (mempunyai
berbagai bentuk morfologi pada tingkat tingkat yang berbeda dalam daur
hidupnya). Beberapa protozoa berdiameter sekecil 1 nanometer; yang lain, seperti
Amoeba proteus berukuran 600 nanometer atau lebih. Beberapa siliata yang
umum mencapai ukuran 2.000 nanometer atau 2 mm, jadi dapat dilihat dengan
mudah tanpa perbesaran (Pelczar, et el. 2010).
Protozoa adalah penghuni tempat tempat basah dan berair yang kaya zat
organik, seperti selokan, sawah, parit, sungai, waduk, laut, atau hidup parasit
didalam tubuh organisme lain. Ditempat tempat yang tergenang air dan
mengandung rumput kering juga sering didapatkan protozoa. Pada lingkungan
yang tidak menguntungkan,protozoa dapat membungkus diri sebagai kista yang
tersusun dari bahan kalsium karbonat (CaCO3). Menurut Irianto (2009), protozoa
dalam pengambilan makanannya dilakukan dengan cara berikut:
1. Holozoik, yaitu mengambil makanannya dari mikroorganisme lain seperti
bakteri atau ganggang (alga).
2. Saprofit, yaitu mengambil makanannya dari bahan bahan hancuran
tumbuhan yang ada disekitarnya.
3. Saprozoik, yaitu mengambil makanannya dari hewan hewan yang telah
mati.
4. Holozoik, yaitu dengan melakukan fotosintesis

2
Berdasarkan alat gerak yang dimilikinya protozoa dibedakan menjadi 4
kelompok, diantaranya (Suharto. 2004):
1. Rhizopoda
Bergerak dengan kaki semu (pseudopodia) yang merupakan penjuluran
protoplasma sel. Hidup di air tawar, air laut, tempat-tempat basah, dan
sebagian ada yang hidup dalam tubuh hewan atau manusia. Jenis yang paling
mudah diamati adalah amoeba. Ektoamoeba adalah jenis amoeba yang hidup
di luar tubuh organisme lain (hidup bebas), contohnya Ameoba proteus,
Foraminifera, Arcella, Radiolaria. Entamoeba adalah jenis amoeba yang
hidup di dalam tubuh organisme, contohnya Entamoeba histolityca,
Entamoeba coli.
2. Flagellata (Mastigophora)
Bergerak dengan flagel (bulu cambuk) yang digunakan juga sebagai alat
indera dan alat bantu untuk menangkap makanan. Dan dibedakan menjadi 2
yaitu :
a. Fitoflagellata
Flagellata autotrofik (berkloroplas), dapat berfotosintesis. Contohnya:
Euglena viridis, Noctiluca milliaris, Volvox globator.
b. Zooflagellata
Flagellata heterotrofik (Tidak berkloroplas). Contohnya: Trypanosoma
gambiens, Leishmania.
3. Ciliata (Ciliophora)
Anggota Ciliata ditandai dengan adanya silia (bulu getar) pada suatu fase
hidupnya, yang digunakan sebagai alat gerak dan mencari makanan. Ukuran
silia lebih pendek dari flagel. Memiliki 2 inti sel (nukleus), yaitu
makronukleus (inti besar) yang mengendalikan fungsi hidup sehari-hari
dengan cara mensisntesis RNA, juga penting untuk reproduksi aseksual, dan
mikronukleus (inti kecil) yang dipertukarkan pada saat konjugasi untuk proses
reproduksi seksual. Ditemukan vakuola kontraktil yang berfungsi untuk
menjaga keseimbangan air dalam tubuhnya. Banyak ditemukan hidup di laut
maupun di air tawar. Contoh : Paramaecium caudatum, Stentor, Didinium,
Vorticella, Balantidium coli.

3
4. Apicomplexa (Sporozoa)
Tidak memiliki alat gerak khusus, menghasilkan spora (sporozoid) sebagai
cara perkembang biakannya. Sporozoid memiliki organel-organel kompleks
pada salah satu ujung (apex) selnya yang dikhususkan untuk menembus sel
dan jaringan inang. Hidupnya parasit pada manusia dan hewan. Contoh:
Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae, Plasmodium vivax.
Gregarina.

Manfaat protozoa bagi ekosistem


Protozoa dan alga juga sebagai penyumbang biomassa tanah pada
pertanaman padi sawah. Peranan penting lain dari protozoa and algae adalah
sebagai bioindikator perubahan lingkungan (Ainin, 2008).
Protozoa yang hidup di air tawar dan air laut merupakan zooplankton yang
merupakan makanan insekta air, udang, dan ikan kecil-kecil. Zooplankton
merupakan salah satu sumber makanan bagi hewan-hewan air, termasuk ikan.
Sehingga protozoa menguntungkan manusia. Sebab ikan makan protozoa dan
manusia makan ikan (Anam, 2010).
Entamoeba coli yang hidup di dalam usus lembu menguntungkan, karena
dapat membantu pencernaan lembu. Dengan demikian terjadi simbiosis
mutualisme antara lembu dan Entamoeba. Lembu dibantu mencerna rumput-
rumput yang mengandung selulosa yang keras, sementara Entamoeba
memperoleh makanan dan perlindungan (Anam, 2010).

Manfaat protozoa bagi manusia


Adapun manfaat protozoa bagi manusia menurut Wardiatno (2009), diantaranya :
1. Zooplankton di ekosistem perairan sebagian besar adalah protista
berklorofil yang berguna sebagai makanan ikan dan arthropoda air.
2. Entamoeba coli di dalam usus besar mamalia ikut berperan dalam proses
pembusukan sisa makanan.
3. Foraminifera mempunyai kerangka luar dari zat kapur dan fosilnya dalam
jumlah tertentu dapat membentuk endapan tanah globigerina yang dapat
digunakan sebagai petunjuk adanya minyak bumi.

4
4. Radiolaria mempunyai kerangka dari zat kersik. Radiolaria yang mati akan
meninggalkan cangkangnya dan membentuk tanah radiolaria yang dapat
digunakan sebagai bahan penggosok.
5. Paramecium dapat juga digunakan sebagai organisme indikator terjadinya
pencemaran air oleh zat organik.
6. Chlorella selain berperan sebagai produsen di ekosistem perairan, juga
dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan protein sel tunggal.

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati berbagai jenis
protozoa air tawar, dan mengamati struktur dari protozoa.

METODE
Praktikum ini dilakukan pada hari Rabu, 5 Oktober 2011. Bertempat di
Laboratorium Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Gunung Djati
Bandung.

Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan yaitu air (rendaman jerami minimal 3 hari, air dasar
kolam, air selokan), Amoeba sp., Paramecium sp., Vorticella sp., Arcella sp., dan
Euglena sp.

Alat yang digunakan yaitu mikroskop, objek glass, cover glass, pipet tetes, botol
selai dan kapas.

Tahapan Praktikum
Adapun tahapan praktikum sebagai berikut :
Disiapkan 3 botol selai kecil dan diberi label A, B, dan C. Botol A diisi
dengan air rendaman jerami minimal selama 3 hari, botol B diisi dengan air dasar
kolam, dan botol C diisi dengan air selokan. Diambil setetes air menggunakan
pipet dari botol A. Disimpan pada objek glass yang telah dibersihkan, lalu tutup
dengan cover glass. Kemudian diamati di bawah mikroskop, mula-mula dengan
pembesaran lemah (10x10), setelah itu dengan pembesaran kuat (10x14). Dengan

5
langkah kerja seperti sebelumnya kemudian pengamatan dilakukan pada air botol
B dan botol C.

PEMBAHASAN
Setelah melakukan pengamatan dengan menggunakan air kolam, air
rendaman jerami, dan air selokan ditemukan beberapa organisme protozoa
diantaranya: Euglena sp., Paramecium sp., Amoeba sp., Arcella sp., dan
Vorticella sp. Protozoa yang diamati di bawah mikroskop pada setiap sampel air
menggunakan perbesaran 10x10.
Pada sampel air kolam ditemukan 4 spesies dari protozoa lebih banyak
dari sampel air rendaman jeramu dan sampel air selokan, diantaranya yaitu :
Paramecium sp., Amoeba sp., Arcella sp., dan Vorticella sp. Ini disebabkan
sampel air kolam adalah media pembiakan protozoa yang baik karena memiliki
nutrisi yang dibutuhkan protozoa berupa alga (Ainin, 2008).
Pada sampel air rendaman jerami ditemukan 2 spesies: Euglena sp., dan
Paramecium sp. adanya protozoa ini disebabkan bahwa rendaman jerami yang
sudah direndam lebih dari 3 hari memungkinkan hidupnya protozoa dalam
rentang waktu itu. Sedangkan pada sampel air selokan hanya ditemukan satu
spesies yaitu Paramecium sp.
Berikut adalah deskripsi dan klasifikasi dari Euglena sp., Paramecium sp.,
Amoeba sp., Arcella sp., dan Vorticella sp.:

Euglena sp.
Euglena adalah hewan bersel satu berwarna hijau, karena berklorofil,
merupakan suatu marga dari hewan-hewan mastigophora. Hidup dalam kolam dan
sering membuat lapisan permukaana air yang berwarna hijau. Euglena berbentuk
seperti kumparan yang panjangnya bervariasi dari 25-100 mikron. Mempunyai
sebuah flagellum pada ujung anterior yang dimulai dari kerongkongan. Kedalam
kerongkongan itu bermuara pada suatu tempat penampungan (reservoir). Kedalam
reservoir itu bermuara beberapa vakuola kontraktil kecil. Dekat reservoir tersebut
terdapat srigma merah (dianggap sebagai mata) (Brotowijoyo, 1986).

6
Dalam tubuh hewan biasanya terdapat sejumlah besar kloroplastid. Dalam
sitoplasma disimpan karobohidrat sebagai makanan cadangan berupa butir-butir
paramilum. Inti tunggal dan di tengah-tengahnya terkumpul kromatin
(Brotowijoyo, 1986). Pada lapisan entoplasma terdapat butir hijau daun, sehingga
hewan ini dapat menyelenggarakan proses fotosintesis dengan menghasilkan zat
tepung (amilum). Hewan Euglena dapat bergerak maju ke depan secara spiral
rotasi dengan menggunakan flagellumnya atau merayap pada suatu dasar tanpa
menggunakan flagellumnya atau secara euglenoid. Euglenoid artinya bergerak
dengan cara mengerutkan tubuh, kemudian agak membulat dan akhirnya
memanjang lagi seperti semula (Kastawi, dkk. 2003).
Sebagian besar hewan ini mendapatkan mekanannmya dari hasil
fotosintesis, berarti mendapatkan makanan dengan cara holophitik. Tetapi bisa
juga secara saprozoik, berarti menyerap makanan melalui seluruh permukaan
tubuhnya, dan makanan ini berupa partikel-partikel hancuran makhluk yang telah
mati. Hewan Euglena bergerak maju kedepan secara spiral rotasi dengan
menggunakan flagellumnya atau secara euglenoid. Euglenoid artinya bergerak
dengan cara mengkerutkan tubuh, kemudian agak membulat dan akhirnya
memanjang lagi seperti posisi semula (Kastawi, dkk. 2003).
Reproduksi Euglena secara aseksual yaitu dengan pembelahan
longitudinal dan dimulai pada ujung anterior. Euglena membuat makanan sendiri
dari makanannya sendiri dari makanan yang larut di sekitarnya, jadi hewan
tersebut bersifat autotrof. Kemampuan membuat maakanannya sendiri hanya
berlangsung bila ada cahaya matahari (Brotowidjoyo, 1995).
Euglena banyak dijumpai di kolam-kolam dan sering memberikan warna
hijau pada air kolam. Hal ini disebabkan hewan tersebut memiliki kloroplas
didalam tubuhnya. Euglena terdapat di air tawar, misal di sawah. Bentuk tubuh sel
oval memanjang, pada mulut sel terdapat cambuk atau flagel dan digunakan untuk
bergerak. Dekat mulut terdapat bintik mata (stigma) yang gunanya untuk
membedakan gelap dan terang. Di dalam sitoplasmanya terdapat butir kloroplas
yang berisi klorofil. Oleh karena itu Euglena berwarna hijau. Contohnya Euglena
viridisz (Kastawi, dkk. 2003)

7
Gambar 1. Struktur tubuh Euglena sp.
(Sumber : Hanarti, 2010)

Klasifikasi Euglena sp. menurut Ehrenberg, 1830, adalah sebagai berikut:


Domain : Eukaryota
Kingdom : Protista
Superphylum : Discoba
Phylum : Euglenozoa
Class : Euglenoidea
Order : Euglenales
Family : Euglenaceae
Genus : Euglena
Spesies : Euglena sp.

Paramecium sp.
Paramecium berukuran sekitar 50-350m. yang telah memiliki selubung
inti (Eukariot). Protista ini memiliki dua inti dalam satu sel, yaitu inti kecil
(Mikronukleus) yang berfungsi untuk mengendalikan kegiatan reproduksi, dan
inti besar (Makronukleus) yang berfungsi untuk mengawasi kegiatan
metabolisme, pertumbuhan, dan regenerasi. Sistem reproduksi pada protista yaitu

8
secara aseksual (membelah diri dengan cara transversal), dan seksual (dengan
konjugasi). Paramecium bergerak dengan menggetarkan silianya, yang bergerak
melayang-layang di dalam air. Cara menangkap makanannya adalah dengan cara
menggetarkan rambut (silianya), maka terjadi aliran air keluar dan masuk mulut
sel. Saat itulah bersamaan dengan air masuk bakteri bahan organik atau hewan
uniseluler lainnya. memiliki vakuola makanan yang berfungsi untuk mencerna
dan mengedarkan makanan, serta vakuola berdenyut yang berguna untuk
mengeluarkan sisa makanan (Jasin, 1984).
Paramecium memiliki bentuk oval, sandal, bulat di bagian depan / atas
dan menunjuk di belakang / bawah. Kulitnya tipis dan elastis. Adapun yang
menutupi kulit tipis adalah rambut-rambut kecil banyak, yang disebut silia.
Lubang bagian belakang disebut pori anal. Pada bagian luar Paramecium
ditemukan vakuola kontraktil dan kanal. Dan bagian dalam Paramecium terdapat
sitoplasma, trichocysts, kerongkongan, vakuola makanan, macronucleus dan
mikronukleus itu sendiri. Paramecium sering disebut sepatu animalcules karena
bentuknya seperti sepatu. Paramecia adalah organisme uniseluler biasanya kurang
dari 0,25 mm (0,01 inci) panjang dan ditutupi dengan rambut yang disebut silia.
Silia digunakan dalam gerak dan selama makan. Ketika bergerak melalui air,
paramecia mengikuti jalan spiral sementara berputar pada sumbu panjang.
Paramecium memiliki inti besar yang disebut macronucleus, dan satu atau dua inti
kecil yang disebut micronuclei. Reproduksi aseksual biasanya oleh pembelahan
biner melintang, kadang-kadang seksual dengan konjugasi, dan jarang oleh
endomixis, proses nuklir yang melibatkan reorganisasi total DNA organisme
individu. Macronuclear di Paramecium memiliki gen kepadatan tinggi sangat.
macronucleus dapat berisi sampai 800 eksemplar dari setiap gen. Paramecia
berlimpah-limpah di kolam air tawar di seluruh dunia; satu spesies hidup di
perairan laut (Jasin, 1984).
Paramecium menggunakan pemukulan silia pada saat berenang.
Bergeraknya Paramecium oleh spiral melalui air pada sumbu yang tak terlihat.
Paramecium bergerak mundur, para silia hanya mengalahkan maju di sudut. Jika
Paramecium berjalan ke arah benda padat berubah silia dan memukul ke depan,

9
menyebabkan Paramecium untuk pergi ke belakang. Paramecium itu berbalik
sedikit dan berjalan maju lagi (Jasin, 1984).
Paramecium memakan mikroorganisme seperti bakteri, alga, dan ragi.
Paramecium menggunakan silia untuk menyapu makanan bersama dengan air ke
dalam mulut sel setelah jatuh ke dalam alur lisan. Makanan berjalan melalui mulut
ke dalam tenggorokan dalam sel. Jika ada cukup makanan di dalamnya sehingga
telah mencapai ukuran tertentu, melepaskan diri dan membentuk vakuola
makanan. Vakuola makanan berjalan menuju sel. Lalu bergerak sepanjang enzim
dari sitoplasma masuk vakuola dan mencernanya. Makanan dicerna kemudian
masuk ke dalam sitoplasma dan vakuola semakin kecil dan lebih kecil. Ketika
vakuola mencapai pori anal limbah sisa belum dicernakan akan dihapus.
Paramecium dapat mengeluarkan trichocyts ketika mereka mendeteksi makanan,
dalam rangka untuk lebih menangkap mangsanya. Trichocyts ini diisi dengan
protiens. Trichocysts juga dapat digunakan sebagai metode pertahanan diri.
Paramecium adalah heterotrophs. Bentuk umum mereka dari mangsanya adalah
bakteri. Organisme tunggal memiliki kemampuan untuk makan sehari 5.000
bakteri. Mereka juga dikenal untuk makan ragi, alga, dan protozoa kecil ambil.
Paramecium mangsanya melalui fagositosis (Jasin, 1984).
Habitat dari Paramecium yaitu hidup di perairan, biasanya stagnan, air
hangat. Spesies Paramecium bursaria bentuk hubungan simbiotik dengan
ganggang hijau. Ganggang ini hidup di sitoplasma nya. fotosintesis ganggang
menyediakan sumber makanan untuk Paramecium. Beberapa spesies membentuk
hubungan dengan bakteri. Mereka tidak bisa tumbuh di luar organisme ini.
Spesies ini mengakui sisi-shock perlawanan panas ketika terinfeksi obtusa
Holospora, yang berkontribusi terhadap gerakan silia. Paramecium juga dikenal
sebagai mangsa untuk Didinium (Jasin, 1984).
Paramecia berperan dalam siklus karbon karena bakteri mereka makan
sering ditemukan pada tanaman membusuk. Paramecium akan memakan materi
tanaman membusuk di samping bakteri, lebih lanjut membantu dekomposisi
(Jasin, 1984).

10
Gambar 2. Struktur tubuh Paramecium sp.
(Sumber: http://www.biologycorner.com/Parameciumlab)

Klasifkasi Paramecium .sp menurut Mller, 1773, sebagai berikut:


Kingdom : Protista
Filum : Ciliophora
Class : Ciliatea
Subkelas : Rhabdophorina
Ordo : Peniculida
Subordo : Hymenostomatida
Family : Parameciidae
Genus : Paramecium
Species : Paramecium .sp

Amoeba sp.
Amoeba bergerak dengan cara mengalirkan penjuluran protoplasma yaitu
pseudopodia. Proses penjuluran itu nampaknya adalah pencairan sementara
bagian luar endoplasma yang kental (plasmagel). karena pencairan itu terjadi
plasmosol. jika, kemudian plasmosol itu dikentalkan kembali, maka penjuluran
protoplasma itu tertarik kembali, dan begitu seterusnya. Rhizopoda bergerak dan
makan dengan menggunakan pseudopodia (kaki semu). Hewan-hewan kelas ini

11
Amoeboid, yaitu bentuk tubuhnya tidak tetap (selalu berubah-ubah). Salah satu
contoh Rhizopoda adalah Amoeba proteous (Brotowidjoyo, 1995).
Menurut Kastawi dkk (2003) Amoeba ada yang dibungkus cangkang atau
tanpa selubung cangkang (telanjang). Amoeba telanjang dari genus Amoeba dan
Pelomyxa bentuknya asimetris dan bentuk ini selalu berubah. Sebaliknya Amoeba
bercangkang memperlihatkan simetris bagian luarnya (cangkangnya). Sitoplasma
terbagi dalam ekto dan endoplasma, pseudopodia ada yang tipe lobopodia (pada
amoeba telanjang) atau tipe filopodia (pada amoeba bercangkang). Pada
lobopodia, penjuluran lebih besar dan mengandung ekto dan endoplasma, sedang
pada filopodia lebih kecil dan hanya tersusun dari ektoplasma. Cangkang berasal
dari sekresi sitoplasma berupa silica atau khitin, atau materi dari luar yang
melekat. Amoeba melekat pada dinding dalam cangkang dengan perantara
penjuluran protoplasma. Cangkang selalu memiliki bidang terbuka untuk
penjuluran sitoplasma, dan karenanya bentuk cangkang sering mirip helm/topi.
Banyak jenis amoeba yang hidup mandiri, antara lain Amoeba proteus,
namun ada yang hidup parasitis dan menyebabkan penyakit disentri pada manusia
dan hewan (anjing dan kucing), yaitu Entamoeba histolityca. Ukuran amoeba
berkisar antara 200-300 m, bentuknya selalu berubah-ubah. Sitoplasma dibagi
menjadi dua bagian, yaitu ektoplasma yang jernih, dan endoplasma yang lebih
keruh. Inti sebuah, pipih, bulat. Selalu ada satu vakuola kontraktil dan banyak
vakuola makanan (Brotowijoyo, 1986).
Amoeba bernapas dengan cara mengambil oksigen melalui permukaan
tubuhnya dengan cara difusi. Sari makanan dioksidasikan dengan oksigen, yang
akhirnya menghasilkan energi. Perkembangbiakan Amoeba dengan cara
membelah diri, yaitu dimulai pembelahan inti, kemudian diikuti oleh
sitoplasmanya. Pembiakan ini berlangsung jika keadaan memburuk akan
membentuk kista. Pembentukan kista ini dimaksudkan agar terus dapat hidup
meskipun keadaan memburuk. Keadaan hidup demikian disebut hidup latent
(Kastawi, dkk. 2003).
Amoeba banyak terdapat di lumpur-lumpur, dibagian dasar kolam, sawah,
sungai, danau, atau tempat-tempat lain yang berair dan banyak mengandung sisa-
sisa organisme, misalnya Amoeba Proteus. Ada juga yang hidup sebagai parasit.

12
Amoeba yang hidup parasit di rongga mulut misalnya Entamoeba ginggivalis dan
yang hidup parasit di dalam usus manusia misalnya Entamoeba dysentriae
(Syamsyuri, 1997).

Gambar 3. Struktur tubuh Amoeba sp.


(Sumber: Elisabeth, 2010)

Klasifikasi Amoeba sp. menurut Kastawi, 2003, adalah sebagai berikut:


Kingdom : Protista
Philum : Protozoa
Sub phylum : Plasmoderma
Class : Sarcodina
Subclass : Rhizopoda
Ordo : Amoebima
Family : Amoebioae
Genus : Amoeba
Species : Amoeba sp.

Arcella sp.
Arcella terdiri dari protoplasma yang dibungkus membran sel
(plasmalemma) yang berfungsi sebagai dinding sel. Protoplasma terdiri dari dua
komponen utama yaitu inti sel (nucleus) yaitu untuk mengatur aktivitas sel dan isi
sel atau sitoplasma. Arcella mempunyai pseudopodum (kaki semu) sebagai alat

13
gerak, bentuk tidak tetap, membran sel sangat tipis dan bersifat elastis disebut
plasmolema, vakuola makanan untuk mencerna makanan, vakuola kontraktil
untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme dan osmoregulas serta mengatur kadar
air dalam sel. Ukurannya mencapai 50-60m. Dengan menggunakan mikroskop
akan terlihat bahwa sitoplasma terdiri atas dua bagian. Bagian terluar tanpak
homogen dan jernih (hyaline) disebut ektoplasma, dan bagian dalam disebut
endoplasma. Dalam endoplasma terlihat benda-benda seperti butir-butir kecil dan
serabut benang halus yang ternyata adalah materi yang mengandung protein,
karbohidrat, lemak, garam mineral, serta organel.
Arcella tidak memiliki organ sejati seperti alat pencernaan dan alat
reproduksi. Akan tetapi Arcella yang berukuran mikroskopis dan terdiri dari satu
sel mampu melakukan berbagai kegiatan biologis. Semua proses tersebut
dilakukan oleh bagian didalam sel yang disebut organel. (Sugianti, dkk. 2005)
Arcella bergerak dengan kaki semu (pseudopodia). Pseudopodia berasal
dari penjuluran sitoplasma, dan bersifat sementara terutama untuk berpindah
tempat atau makan. Gerakan tersebut timbul akibat dari kontraksi protoplasma
memanjang dan memendek secara lambat. Pseudopodia dari Arcella ini bertipe
lobopodia yaitu bentuk penjuluran tumpul seperti lidah atau jari, adakalanya
bercabang, terdiri atas ektoplasma dan endoplasma. Arcella bersifat heterotrof dan
dinding selnya terdiri dari membran tipis, mengambil makanannya dengan cara
membungkus makanan kemudian menelannya ke dalam sitoplasma. Cara ini
disebut fagositosis (Sugianti, dkk. 2005).

Gambar 4 . Arcella sp.


(Sumber : http://micromagus.net/)

14
Klasifikasi Arcella sp. Sugianti, dkk. 2005, adalah sebagai berikut:
Phylum : Protozoa
Subphylum : Sarcodina
Superclass : Rhizopoda
Class : Lobosa
Ordo : Arcellinida
Family : Arcellidae
Genus : Arcella
Spesies : Arcella sp.

Vorticella sp.
Vorticella merupakan genus dari protozoa Ciliata dengan rangka
Peritrichida, silia sementara akan terbentuk di sekitar tubuh, bentuk tubuhnya
seperti lonceng atau silinder dengan sebuah cincin mencolok mempunyai alat
gerak berupa silia (proses mirip rambut) di ujung oral dan batang tidak bercabang
dan di ujung aboral mempunyai kontraktil, silia biasanya tidak ditemukan antara
ujung oral dan aboral. Silia terkonsentrasi sekitar akhir mulut organisme. Dalam
hal ini Vorticella menjadi motil. Namun, setelah organisme telah berlabuh sendiri,
silia tersebut akan hilang.
Vorticella yang masih muda hidup berenang bebas. Dan ketika dewasa
Vorticella melampirkan substrat dengan tangkai kontraktil. Tangkai ini berupa
organel berfilamen yang disebut spasmoneme. Vorticella dewasa juga bisa
berenang bebas jika batangnya dipotong. Mereka juga dapat melepaskan diri
sendiri jika pasokan makanannya sudah habis dan mereka harus mencari tempat
hidup baru. Spasmoneme memiliki tiga membran sel yaitu matriks, extracelluar,
dan selubung luar. Kontraksi merupakan mekanisme pertahanan untuk melindungi
dari bahaya lingkungan seperti air bergolak, kontraksi juga membantu menangkap
makanan bagi Vorticella.
Vorticella merupakan organisme individual, tetapi sering dapat ditemukan
berkoloni. Akan tetapi pada saat berkoloni setiap individu mempertahankan
tangkai sendiri Vorticella karenanya bebas untuk terpisah dari koloni setiap saat.
Meskipun Vorticella sering ditemukan dalam berkoloni masing-masing tangkai

15
diikat secara independen. Tangkainya terdiri dari sebuah selubung eksternal yang
berisi cairan dan benang spiral kontraktil. Ketika Vorticella dikontrak tangkai
benang dipersingkat, dan selubung ini melingkar seperti sebuah pembuka botol.
Vorticella yang organsime heterotrofik mereka memangsa bakteri. Vorticella
menggunakan silia mereka untuk menciptakan arus air (vortex) dengan cara
mengarahkan makanan ke mulutnya.
Vorticella bereproduksi dengan pembelahan biner. Organisme baru
perpecahan dari induk dan berenang sampai ia dapat menemukan sesuatu yang
untuk jangkar itu sendiri. Mereka juga mampu reproduksi seksual. Vorticella
berkembang biak dengan pembelahan membujur. Salah satu dari dua sel anak
mempertahankan tangkai asli, yang lain tumbuh karangan bunga sementara silia
pada akhir aboral dan bermigrasi. Didorong oleh silia ini, migran akhirnya
tumbuh menjadi tangkai, melekat pada substrat, dan kehilangan silia sementara.
Dalam konjugasi satu migran khusus kecil (mikrokonjugan) menemukan sebuah
(Dioni, 2003).
Vorticella merupakan organisme air, sering ditemukan di habitat air tawar.
Mereka melampirkan sendiri ke detritus tanaman, bebatuan, ganggang, atau
hewan (terutama krustasea). Vorticella hidup pada makan yang sudah membusuk,
di air tawar atau air garam yang melekat pada tanaman air, pada permukaan
sampah, rendaman sisa-sisa organisme atau hewan air (Bramuci, 2004).

Gambar 5. Struktur tubuh Vorticella sp.


(Sumber: http://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Vorticella)

16
Klasifikasi dari Vorticella sp. menurut Hegner adalah sebagai berikut:
Kingdom : Protista
Phylum : Protozoa
Superclass : Ciliata
Class : Peritrichea
Order : Peritrichida
Genus : Vorticella
Species : Vorticella sp.

Tabel hasil pengamatan air selokan, air kolam dan air rendaman jerami
dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pengamatan

No. Macam Air Spesies Warna Keterangan


Air Kolam Bening
1 Vorticella sp. 10x10
keghijauan
Arcella sp. Bening kehijauan 10x10
Paramecium sp. Kecoklatan 10x10
Amoeba sp. Kecoklatan 10x10
Air rendaman
2 Euglena sp. Bening kehijauan 10x10
jerami
3 Air Selokan Paramecium sp. Kecoklatan 10x10
Bening
Paramecium sp. 10x10
kecoklatan

KESIMPULAN

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil pada masing-
masing sampel air yang telah diamati terdapat organisme protozoa. Pada air kolam
ditemukan 4 spesies protozoa diantaranya yaitu: Vorticella sp., Arcella sp.,
Paramecium sp. dan Amoeba sp. Sedangkan pada rendaman air jerami ditemukan

17
2 spesies yaitu Euglena sp. dan Paramecium sp. dan pada air selokan hanya
ditemukan Paramecium sp.
Protozoa yang hidup di air sampel berenang bebas dengan menggunakan
alat geraknya. Ukuran tubuhnya mikroskopis dan hanya dapat dilihat di bawah
mikroskop dengan pembesaran tertentu. Euglena sp. warna bening kehijauan
bentuknya oval, alat gerak seperti benang, bergerak dengan flagel. Amoeba yang
terlihat tidak mempunyai bentuk yang tetap dan bentuk selnya berubah-ubah dan
warnanya kecoklatan, bergerak dan menangkap makanan dengan pseudopodia.
Paramecium sp. bentuknya oval seperti sandal berwarna bening kecoklatan, dan
bergerak dengan silia. Arcella sp. berbentuk asimetri berwarna bening kehijauan,
alat geraknya berupa pseudopodia. Vorticella sp. berbentuk seperti lonceng
berwarna bening kehijauan, alat gerak berupa silia.

DAFTAR PUSTAKA
Ainin, Niswati, Dermiyati, Mas Achmad S A. 2008. Perubahan populasi protozoa
dan alga dominan pada air genangan tanah padi sawah yang diberi bokashi
berkelanjutan. Jurnal Ilmu Tanah, fakultas Pertanian universitas
Lampung. Vol 13. (3) : 225 23)
Anam, Saepul. S.Pd. 2010. Materi Tentang Ekosistem.
(http://smkpgrisgs.sch.id/FileMateri/Ekosistem%20kls%203%20sem%205
.pdf) (16 Oktober 2011 22:16 WIB)
Brotowidjoyo, Mukayat Djarubito. 1995 & 1986. Zoologi dasar: Ilmu-ilmu Murni
Protoplasma Hewan. Jakarta: Erlangga
Bramucci MG, Nagarajan V. "Inhibition of Vorticella microstoma stalk formation
by wheat germ agglutinin." Journal Eukaryot Microbiol. 2004 Jul Aug; 51
(4): 425-7.
Dioni, Walter. 2003. The Reproduction Vorticella. Micscape Majalah. June 2003.
Diakses 16 Oktober 2011 20:36 WIB.
Elizabeth, Ineke. 2010. Protista.
(http://images.inehuang.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/TIzJeg
ooCtoAAF-cuKs1/PROTISTA.pdf?key=inehuang:journal:148&-
mid=365248446) (16 Oktober 2011 13:12 WIB)

18
Giron, R. Martnez JG, Esteban, A. Ribas and L. Doganci. 2008. Protozoa in
respiratory pathology: a review. European Respiratory Journal. Vol 32:
13541370
Hanarti, Sari. 2010. Protista-1. (http://princessary.webnode.com/) (15 Oktober
2011 20:27)
http://www.biologycorner.com/Parameciumlab.htm (16 Oktober 2011 15:00)
http://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Vorticella (16 Oktober 2011 17:14)
http://micromagus.net/Arcella (15 Oktober 2011 11:00)
Irianto, kus. 2009. Parasitologi. Bandung: Yrama Widya.
Jasin, Maskoeri. 1984. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya
Kastawi, Yusuf., dkk. 2003. Zoologi Avertebrata. Malang: UM Press

Pelczar, Michael, J and Chan, E.C.S. 2010. Dasar Dasar Mikrobiologi. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia

Suwignyo, Sugiarji, dkk. 2005. Avertebrata jilid I. Bogor: Penebar Swadaya.


Yanto, Suharto. 2004. Protozoa. (http://idkf.bogor.net/yuesbi/e-
DU.KU/edukasi.net/SMA/Biologi/Protozoa/materi2.html)
(15 Oktober 2011 19:30 WIB)
Wardiatno, Dr. Ir. Yusli, M.Sc. 2009. Materi Kuliah Avertebrata Air.
(http://educorolla3.blogspot.com/2009/05/peranan-protista-bagi-
kehidupan-manusia.htm) (15 Oktober 2011 19:42)

19

Anda mungkin juga menyukai