(Darodjat)
Abstrak
Pembelajaran sebagai suatu sistem tersusun dari unsur-unsur manusiawi,
material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur. Menurut Marzano, Pickering,
& Tighe (1993: 1-5) ada lima dimensi dalam pembelajaran agar
menghasilkan outcomes yang efektif, yaitu: (a) positive attitude &
perceptions about learning, (b) acquiring & integrating knowledge, (c)
extending & refining knowledge, (d) using knowledge meaningfully, dan (e)
productive habits of mind. Pada tahap kelima ini, jika peserta didik yang
sudah merasakan bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan,
mengembangkan apa yang penting bagi kehidupannya, selalu mencari dalil
dan bukti terhadap sesuatu, selalu mengevaluasi agar aktivitas menjadi
semakin efektif, dan tidak pernah menyerah terhadap problem yang belum
dapat diatasinya, maka dia telah menjadi pembelajar yang berhasil. Untuk
menentukan tingkat ketercapaian pembelajaran yang telah dicapai oleh
peserta didik, maka guru harus melakukan evaluasi pembelajaran.
Secara teknikal, ada tiga istilah yang terkait dengan evaluasi
pembelajaran, yaitu: pengukuran (measurement), penilaian (assessment), dan
evaluasi (evaluation). Kegiatan evaluasi didahului oleh penilaian, kegiatan
penilaian didahului oleh pengukuran (measurement). Pengukuran merupakan
kegiatan membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria, sedangkan
penilaian (assessment) merupakan kegiatan menafsirkan dan
mendeskripsikan hasil pengukuran, dan evaluasi merupakan penetapan nilai
atau implikasi perilaku. Pemahaman terhadap model evaluasi, sangat
membantu bagi guru dan evaluator pendidikan, sehingga proses evaluasi
dapat dilakukan secara komprehensif, baik menyangkut input, proses, output
dan outcomes.
Abstract
A. Pendahuluan
Definisi evaluasi yang diajukan para pakar sangat bervariasi,
misalnya definisi yang dikemukakan oleh Fitzpatrick, Sanders, &
Worthen (2011: 7) evaluasi adalah: "identification, clarification, and
application of defensible criteria to determine an evaluation object's
value (worth or merit) in relation to those criteria". Artinya evaluasi
adalah proses identifikasi, klarifikasi, dan penerapan kriteria untuk
2
Model Evaluasi Program .......................................................................... (Darodjat)
3
ISLAMADINA, Volume XIV , No. 1 , Maret 2015 : 1-28
4
Model Evaluasi Program .......................................................................... (Darodjat)
sama yaitu kegiatan pengumpulan data yang berkaitan dengan objek yang
dievaluasi sebagai bahan bagi pengambilan keputusan dalam menentukan
tindak lanjut suatu program.
Beberapa model yang banyak dipakai untuk mengevaluasi program
pendidikan antara lain:
a. Evaluasi Model CIPP
Model evaluasi ini banyak dikenal dan diterapkan oleh para
evaluator. Konsep evaluasi model CIPP (Context, Input, Process and
Product) pertama kali dikenalkan oleh Stufflebeam (1985:153) pada
1965 sebagai hasil usahanya mengevaluasi ESEA (the Elementary and
Secondary Education Act). Menurut Madaus, Scriven, Stufflebeam
(1993: 118), tujuan penting evaluasi model ini adalah untuk
memperbaiki, dikatakan: the CIPP approach is based on the view that
the most important purpose of evaluation is not to prove but to improve".
Evaluasi model Stufflebeam terdiri dari empat dimensi, yaitu: context,
input, process, dan product, sehingga model evaluasinya diberi nama
CIPP. Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP tersebut
merupakan sasaran evaluasi, yaitu komponen dan proses sebuah
program kegiatan.
1) Evaluasi Konteks (Context Evaluation)
Banyak rumusan evaluasi konteks yang dinyatakan oleh para
ahli evaluasi, di antaranya adalah Sax (1980: 595). Ia menjelaskan
bahwa evaluasi konteks adalah: Context evaluation is the delineation
and specification of projects environment, its unmet needs, the
population and sample of individuals to be served, and the project
objectives. Context evaluation provides a rationale for justifying a
5
ISLAMADINA, Volume XIV , No. 1 , Maret 2015 : 1-28
6
Model Evaluasi Program .......................................................................... (Darodjat)
7
ISLAMADINA, Volume XIV , No. 1 , Maret 2015 : 1-28
8
Model Evaluasi Program .......................................................................... (Darodjat)
9
ISLAMADINA, Volume XIV , No. 1 , Maret 2015 : 1-28
10
Model Evaluasi Program .......................................................................... (Darodjat)
11
ISLAMADINA, Volume XIV , No. 1 , Maret 2015 : 1-28
12
Model Evaluasi Program .......................................................................... (Darodjat)
13
ISLAMADINA, Volume XIV , No. 1 , Maret 2015 : 1-28
14
Model Evaluasi Program .......................................................................... (Darodjat)
15
ISLAMADINA, Volume XIV , No. 1 , Maret 2015 : 1-28
16
Model Evaluasi Program .......................................................................... (Darodjat)
f. Measurement Model
Model ini dapat dipandang sebagai model yang tertua di dalam
sejarah penilaian dan lebih banyak dikenal di dalam proses
penilaian pendidikan. Tokoh-tokoh penilaian yang dipandang sebagai
pengembang model ini adalah R. Thorndike dan R.I. Ebel. Sesuai
dengan namanya, model ini sangat menitikberatkan peranan kegiatan
pengukuran di dalam melaksanakan proses evaluasi. Pengukuran
dipandang sebagai suatu kegiatan yang ilmiah dan dapat diterapkan
dalam berbagai bidang persoalan termasuk ke dalam bidang pendidikan.
Pengukuran, menurut model ini tidak dapat dilepaskan dari pengertian
kuantitas atau jumlah. Jumlah ini akan menunjukkan besarnya
(magnitude) objek, orang ataupun peristiwa sehingga dengan demikian
hasil pengukuran itu selalu dinyatakan dalam bentuk bilangan.
Pengukuran dengan demikian dipandang sebagai kegiatan
menentukan besarnya suatu sifat (attribute) tertentu yang dimiliki objek,
17
ISLAMADINA, Volume XIV , No. 1 , Maret 2015 : 1-28
orang, dan peristiwa dalam bentuk unit ukuran tertentu. Dalam bidang
pendidikan, model ini telah diterapkan dalam proses penilaian untuk
melihat dan mengungkapkan perbedaan-perbedaan individual maupun
perbedaan-perbedaan kelompok dalam hal kemampuan serta minat dan
sikap. Hasil pengukuran mengenai aspek-aspek tingkah laku di atas
digunakan untuk keperluan seleksi siswa, bimbingan, dan perencanaan
pendidikan bagi siswa itu sendiri.
g. Congruence Model
Model yang kedua ini dipandang sebagai reaksi terhadap model
yang pertama, sekalipun dalam beberapa hal masih menunjukkan
adanya persamaan dengan model yang pertama. Tokoh-tokoh evaluasi
yang merupakan pengembangan model ini antara lain W. Tyler, John B.
Carrol, dan Lee J. Cronbach. Tyler menggambarkan pendidikan sebagai
suatu proses yang di dalamnya terdapat tiga hal yaitu: tujuan pendidikan,
pengalaman belajar, dan penilaian terhadap hasil belajar. Kegiatan
evaluasi dimaksudkan sebagai kegiatan untuk melihat sejauh mana
tujuan-tujuan pendidikan telah dapat dicapai siswa dalam bentuk hasil
belajar yang mereka perlihatkan pada akhir kegiatan pendidikan.
Mengingat tujuan pendidikan mencerminkan perubahan-perubahan
tingkah laku yang diinginkan pada anak didik, maka yang penting
dalam proses evaluasi adalah memeriksa sejauhmana
perubahan-perubahan tingkah laku yang diinginkan itu telah terjadi
pada anak didik.
Dengan diperolehnya informasi tentang pencapaian tujuan
pendidikan yang telah dicapai oleh siswa, baik secara individual
18
Model Evaluasi Program .......................................................................... (Darodjat)
h. Illuminative Model
Model illuminatif ini lebih menekankan pada penilaian kualitatif.
Tujuan evaluasi model ini adalah mengadakan studi yang cermat
terhadap sistem maupun program yang bersangkutan, yang meliputi: (1)
bagaimana implementasi program di lapangan, (2) bagaimana
implementasi dipengaruhi oleh situasi sekolah tempat program yang
bersangkutan dikembangkan, (3) apa kebaikan-kebaikan dan
kelemahan-kelemahannya dan bagaimana program tersebut
mempengaruhi pengalamam-pengalaman belajar para siswa. Hasil
19
ISLAMADINA, Volume XIV , No. 1 , Maret 2015 : 1-28
20
Model Evaluasi Program .......................................................................... (Darodjat)
21
ISLAMADINA, Volume XIV , No. 1 , Maret 2015 : 1-28
Gambar 1
Model Logik Sederhana
Sumber: W.K. Kellogg Foundation (2004: 4)
22
Model Evaluasi Program .......................................................................... (Darodjat)
23
ISLAMADINA, Volume XIV , No. 1 , Maret 2015 : 1-28
24
Model Evaluasi Program .......................................................................... (Darodjat)
25
ISLAMADINA, Volume XIV , No. 1 , Maret 2015 : 1-28
Daftar Pustaka
Alliger, G.M. & Janak, E.A. (1989). Kirkpatricks levels of training criteria:
Thirty Years Later. Personnel Psychology, 42, 331-342
Arikunto, S., & Jabar, C.S.A. (2008). Evaluasi program pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Dwyer, J., & Makin, S. (1997). Using a program logic model that focuses on
performance measurement to develop a program. Canadian Journal
of Public Health, 88, 421425.
Griffin, P., & Nix, P. (1991). Educational assessment and reporting. Sydney:
Harcout Brace Javanovich, Publisher.
26
Model Evaluasi Program .......................................................................... (Darodjat)
Madaus, G.F., Scriven, M.S., & Stufflebeam, D.L. (1993). Evaluation models,
viewpoints on educational and human services evaluation. Boston:
Kluwer-Nijhoff Publishing.
McLaughlin, J. A., and Jordan, G. B. (1999). Logic models: A tool for telling
your programs Performance Story. Evaluation and Program
Planning, 22, 65-72.
27
ISLAMADINA, Volume XIV , No. 1 , Maret 2015 : 1-28
Worthen, B.R., & Sanders, J.R. (1981). Educational evaluation: Theory and
practice. Ohio: Charles A. Jones Publishing Company.
28