Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi, yang
tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan,
yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang
terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk
wilayah dan lamanya waktu pertumbuhan.
Tanah bersifat dinamis, dimana tanah mengalami perkembangan setiap
waktunya. Karakteristik tanah di setiap daerah tentunya berbeda dengan daerah
lainnya. Tanah dapat dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat yang
dimilikinya. Ilmu yang mempelajari tentang proses-proses pembentukan tanah dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya disebut genesis tanah.
Tanah terdiri dari tiga komponen: padat (butir pasir, debu, liat dan bahan
organik), cair (air di dalam pori tanah), dan udara (di dalam pori atau rongga tanah).
Penelitian tanah pada umumnya dimulai dengan pengamatan profil tanah di lapangan.
Profil tanah terdiri dari beberapa horizon tanah yang kurag lebih sejajar dengan
permukaan tanah dan dibedakan satu sama lain atas dasar warna, struktur, tekstur Dan
lain-lain.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa saja sifat fisika tanah?
2. Apa saja yang ada pada masing-masing sifat fisika tanah?

1.3 TUJUAN
1. Memahami definisi tanah.
2. Memahami masing-masing sifat fisika tanah.
BAB II
PEMBAHASAN

Tanah sebagai Media Tumbuh Tanaman memiliki sifat dan karakteristik yang dapat
dilihat dari sifat fisik, kimiawi , maupun biologisnya dimana ketiganya berintegrasi
dan saling mempengaruhi satu sama lain dalam pertumbuhan suatu tanaman. Berikut
ini penjabaran masing-masing sifat dan karakteristik tanah baik dari sifat fisika,
kimiawi, maupun biologinya.
Telah dijaskan sebelumnya bahwa fungsi pertama tanah sebagai media tubuh adalah
sebagai tempat akar mencari ruang untuk berpenetrasi (menelusup), baik secara
lateral atau horizontal maupun secara vertical. Kemudahan tanah untuk dipenetrasi
ini tegantung pada pori-pori yang terbentuk diantara partikel-partikel tanah (tekstur
dan struktur), sedangkan stabilitas ukuran ruang ini tergantung pada konsistensi tanah
terhadap pengaruh tekanan. Kerapatan porositas tersebut menentukan kemudahan
akhir untuk bersikulasi dengan udara (drainase dan aerasi). Sifat fisik lain yang
penting adalah warna dan suhu tanah. Warna mencerminkan jenis mineral penyusun
tanah, reaksi kimiawi, intensitas pelindian dan akumulasi bahan-bahan yang terjadi,
sedangkan suhu merupakan indikator energi matahari yang dapat diserap oleh bahan-
bahan penyusun tanah.
Secara keseluruhan sifat-sifat fisik tanah ditentukan oleh:
1. Ukuran dan komposisi partikel-partikel hasil pelapukan bahan penyusun tanah.
2. Jenis dan proporsi komponen-komponen penyusun partikel-partikel ini.
3. Keseimbangan antara suplai air, energi dan bahan-bahan dengan kehilangannya.
4. Intensitas reaksi kimiawi dan biologis yang telah atau sedang berlangsung.
2.1 TEKSTUR TANAH
Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separate) yang
dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relative antara fraksi pasir (sand)
(berdiameter 2,00 0,20 mm atau 2000 200 m, debu (silt) (berdiameter 0,20
0,002 mm atau 200 2 m) dan liat (clay) ( <2 m). partikel berukuran diatas 2 mm
seperti kerikil dan bebatuan kecil tidak tergolong sebagai fraksi tanah, tetapi menurut
Lal ( 1979) harus diperhitungkan dalam evaluasi tekstur tanah. Klasifikasi ukuran,
jumlah dan luas permukaan fraksi-fraksi tanah menurut system USDA dan system
internasional tertera pada Tabel 1. Berikut:
Tabel 1. Klasifikasi ukuran, jumlah dan luas permukaan fraksi-fraksi tanah menurut
Sistem USDA dan Sistem Internasional (dimodifikasi dari Foth, 1984)

Diameter (mm) Jumlah pertikel Luas permukaan


Separat tanah
USDA Internasional (g-1) (cm2 g-1)
pasir sangat kasar 2,00 - 1,00 - 90 11
pasir kasar 1,00 - 0,50 - 720 23
pasir sedang 0,50 - 0,25 - 5.700 45
Pasir - 2,00 - 0,20 4.088 29
pasir halus 0,25 - 0,10 - 46.000 91
pasir sangat halus 0,10 - 0,05 - 722.000 227
0,05 -
Debu 0,002 - 5.776.000 454
Debu - 0,02 - 0,002 2.334.796 271
liat*) <0,002 <0,002 90.250.853.000 8.000.000
Keterangan: separate bergaris-bawah/dicetak-tebal merupakan Sistem Internasional.
Tabel 1 ini memperlihatkan bahwa makin kecil ukuran separate berarti makin banyak
jumlah dan makin luas permukaannya per satuan bobot tanah, yang menunjukkan
makin padatnya partikel-partikel per satuan volume tanah. Hal ini berarti makin
banyak ukuran pori mikro yang terbentuk, sebaliknya jika ukuran separate makin
besar. Tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro (besar)
(disebut lebihporeus), tanah yang didominasi debu akan banyak mempunyai pori-pori
meso (sedang) (agak poreus), sedangkan yang didominasi liat akan banyak
mempunyai pori-pori mikro (kecil) atau tidak poreus. Hal ini berbanding terbalik
dengan luas permukaan yang terbentuk, luas permukaan mencerminkan luas situs
yang dapat bersentuhan dengan air, energi atau bahan lain, sehingga makin dominan
fraksi pasir akan makin kecil daya menahan tanah terhadap ketiga material ini, dan
sebaliknya jika liat yang dominan. Sebagai hasilnya, maka:
a) Makin poreus tanah akan makin mudah akar untuk berpenetrasi, serta makin
mudah air dan udara untuk bersirkulasi (drainase dan aerasi baik: air dan udara
banyak tersedia bagi tanaman), tetapi makin mudah pula air untuk hilang dari tanah,
dan sebaliknya.
b) Makin tidak poreus tanah akan makin sulit akar untuk berpenetrasi, serta makin
sulit air dan udara untuk bersirkulasi (drainase dan aerasi buruk: air dan udara sedikit
tersedia), tetapi air yang ada tidak mudah hilang dari tanah.
c) Oleh karena itu, maka tanah yang baik dicerminkan oleh komposisi ideal dari
kedua kondisi ini, sehingga tanah bertekstur debu dan lempung akan mempunyai
ketersediaan yang optimum bagi tanaman, namun dari segi nutrisi tanah lempung
lebih baik ketimbang tanah bertekstur debu.
Fraksi pasir umumnya didominasi oleh mineral kuarsa (SiO2) yang sangat tahan
terhadap pelapukan, sedangkan fraksi debu biasanya berasal dari mineral feldspar dan
mika yang cepat lapuk, pada saat pelapukannya akan membebaskan sejumlah hara,
sehingga tanah bertekstur debu umumnya lebih subur ketimbang tanah bertekstur
oasir.
Uraian ini menunjukkan bahwa fraksi pasir dan debu lebih berperan secara fisik,
sedangkan karena sebagian fraksi liat yang berukuran <1 m merupakan koloid atau
partikel bermuatan listrik yang aktif sebagai situs pertukaran anion atau kation, maka
fraksi liat lebih berperan secara kimiawi ketimbang secara fisik.
Perbedaan jumlah dan luas permukaan partikel-partikel per satuan volume tanah,
maka di lapangan jika tanah yang telah dibasahi dirasakan dengan kulit jari-jari
tangan, maka fraksi pasir akan terasa kasar dan tidak lekat, fraksi debu akan terasa
agak halus dan agak lekat, tetapi tidak licin, sedangkan fraksi liat akan terasa halus,
lekat, dan licin.
Tekstur tanah dibagi menjadi 12 kelas seperti tertera pada Tabel 1. dan pada Diagram
Segitiga Tekstur Tanah USDA (cit. Kohnke, 1980) (Gambar 1). Tabel ini
menunjukkan bahwa suatu tanah disebut bertekstur pasir apabila mengandung
minimal 85% pasir, bertekstur debu apabila berkadar minimal 80% debu dan
bertekstur liat apabila berkadar minimal 40% liat. Tanah yang berkomposisi ideal
yaitu 22,5 52,5% pasir, 30 50% debu dan 10 30% liat disebut bertekstur
Lempung.
Berdasarkan kelas teksturnya maka tanh digolongkan menjadi:
1) Tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir berarti tanah yang mengandung
minimal 70% pasir atau bertekstur pasir atau pasir berlempung (3 macam).
2) Tanah bertekstur halus atau tanah berliat berarti tanah yang mengandung minimal
37,5% liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir (3 macam).
3) Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung, terdiri dari:
a. Tanah bertekstur sedang tetapi agak kasar meliputi tanah yang bertekstur
lempung berpasir (Sandy Loam) atau lempung berpasir halus (dua macam),
b. Tanah bertekstur sedang meliputi yang bertekstur lempung berpasir sangat halus,
lempung (Loam), lempung berdebu (Silty Loam) atau debu (silt) (4 macam), dan
c. Tanah bertekstur sedang tetapi agak halus mencakup lempung liat (Clay loam),
lempung liat berpasir (Sandy-clay Loam) atau lempung liat berdebu (Sandy-silt
Loam) (3 macam).
Melalui pengetahuan tentang sifat-sifat fraksi pasir, debu dan liat sebagaimana
dijelaskan sebelumnya, apabila kelas tekstur tanah diketahui, maka gambaran umum
tentang sifat fisik tanah dapat diperkirakan.
Di lapangan tekstur tanah dapat ditetapkan berdasarkan kepekaan indra perasa (kulit
jari jempol dan telunjuk) yang membutuhkan pengalaman dan kemahiran, makin peka
indra perasa ini, hasil penetapannya akan makin mendekati kebenaran atau makin
identik dengan hasil penetapan di laboratorium. Cara ini disebut metode rasa,
dilakukan dengan mengambil sebongkah tanah seberat kira-kira 10 g, pecahkan
perlahan, basahi dengan air secukupnya, lalu pijit diantara jari jempol dan telunjuk,
geser-geserkan jari telunjuk sambil merasai derajat kekasaran, kelicinan, dan
kelengketan partikel-partikel tanah. Melalui perbandingan rasa ketiganya maka secara
kasar tekstur tanah dapat diperkirakan, misalnya indra kulit merasakan partikel-
partikel:
Tabel 2. Proporsi fraksi menurut kelas tekstur tanah
Proporsi (%) fraksi tanah
Kelas tekstur tanah
Pasir Debu Liat
1. Pasir (Sandy) >85 <15 <10
2. Pasir berlempung 70-90 <30 <15
3. Lempung berpasir (Sandy loam) 40-87,5 <50 <20
4. Lempung (Loam) 22,5-52,5 30-50 10-30
5. Lempung liat berpasir (Sandy-clay loam) 45-80 <30 20-37,5
6. Lempung liat berdebu (Sandy-silt loam) <20 40-70 27,5-40
7. Lempung berliat (Clay loam) 20-45 15-52,5 27,5-40
8. Lempung berdebu (Silty loam) <47,5 50-87,5 <27,5
9. Debu (Silt) <20 >80 <12,5
37,5-
10. Liat berpasir (Sandy-clay) 45-62,5 <20 57,5
11. Liat berdebu (Silty-clay) <20 40-60 40-60
12. Liat (Clay) <45 <40 >40
(1) Terasa kasar, tanpa rasa licin dan tanpa rasa lengket, serta tidak bisa
membentuk gulungan atau lempengan kontinu, maka berarti tanah bertekstur pasir.
(2) Sebaliknya jika partikel tanah terasa halus, lengket dan dapat dibuat gulungan
atau lempengan kontinu, maka berarti tanah bertekstur liat.
(3) Tanah bertekstur debu akan mempunyai partikel-partikel yang terasa agak halus
dan licin tetapi tidak lengket, serta gulungan atau lempengan yang terbentuk rapuh
atau mudah hancur.
(4) Tanah bertekstur lempung akan mempunyai partikel-partikel yang mempunyai
rasa ketiganya secara proporsional, apabila yang terasa lebih dominan adalah sifat
pasir, maka berarti tanah bertekstur lempung berpsir, dan seterusnya.
Gambar 1. Diagram segitiga tekstur tanah USDA
Hasil penetapan menurut metode rasa ini akan makin baik apabila untuk setiap titik
pengamatan dilakukan beberapa kali, paling tidak tiga kali (tiga ulangan).di
Laboratorium, tekstur tanah umumnya ditetapkan melalui dua metode, yaitu metode
pipet (kurang teliti) atau metode hydrometer Bouyoucos (lebih teliti), yang
keduanya didasarkan pada perbedaan kecepatan jatuhnya partikel=partikel tanah di
dalam air dengan asumsi bahwa kecepatan jatuhnya partikel yang berkerapatan
(density) sama dengan suatu larutan akan meningkat secara linear apabila radius
partikel bertambah secara kuadratik.
Asumsi ini diformulasikan oleh Stokes (cit. Foth, 1984) sebagai berikut:
V= 2 gr (dp d) / 9n
Dimana : V = kecepatan jatuhnya partikel (cm detik-1)
g = percepatan karena gravitasi (cm detik-1)
dp = kerapatan partikel (g cm-3)
d = kerapatan larutan (g cm-3)
r = radius partikel (cm)
n = viskositas absolute larutan (dyne detik cm-2)
Melalui metode hydrometer tersebut:
1) Fraksi pasir merupakan partikel-partikel yang turun ke dasar suspense selama
kurang dari 40 detik,
2) Fraksi debu turun antara 40 detik hingga hamper dua jam, sedangkan
3) Sisanya yang masih tersuspensi merupakan fraksi liat.
Proporsi hasil penetapan masing-masing fraksi tanah ini kemudian dicocokkan
dengan proporsi pada segitiga tekstur (Gambar 1), misalnya contoh tanah o berkadar
pasir 25%, debu 25% dan liat 50%, maka berarti tanah bertekstur liat.
Peran tekstur tanah sebagaimana diuraikan di atas akan mempengaruhi pertumbuhan
dan produksi tanaman, hasil penelitian pengaruh tekstur tanah terhadap produksi
jagung dan kentang tertera pada Tabel. Tabel ini menunjukkan bahwa jagung ideal
tumbuh pada tanah bertekstur lempung, sedangkan kentang ideal pada tanah
bertekstur lempung berpasir ketimbang yang bertekstur liat dan pasir berlempung.
Namun keduanya tumbuh ideal pada tanah bertekstur pasir apabila disertai dengan
irigasi. Pada kondisi tanpa irigasi, tanah lempung memberikan sifat-sifat fisik yang
baik sebagaimana diuraikan sebelumnya, sehingga system perakarannya leluasa untuk
berkembang. Lebih baiknya tanah bertekstur lempung berpasir ketimbang tekstur
lempung.
Tabel 3.Pengaruh kelas tekstur dominan lapisan atas tanah terhadap produksi jagung dan
kentang.
Produksi (per hektar)
Kelas Tekstur
Dominan
Jagung (ton) Kentang (ton)
Liat 5,030 -
Lempung 6,287 280
lempung berpasir 5,030 336
pasir berlempung 3,772 280
pasir (+ irigasi) 7,544 336
kebutuhan tanaman kentang terhadap ruang untuk perpanjangan dan pembesaran
umbinya. Menurut Foth (1984), pinus resinosa juga ideal pada tanah bertekstur
lempung berpasir meskipun jika disbanding dengan tanah bertekstur pasir yang diberi
air irigasi.
Pada tanah-tanah di daerah tropika, nisbah debu: liat merupakan criteria penting
dalam mengevaluasi fenomena seperti: (1) migrasi liat, (2) taraf pelapukan fisik, dan
(3) umur bahan induk tanah, serta (4) klasifikasi tanah (Lal, 1979).
Tekstur yang paling ideal bagi tanah pertanian adalah tekstur Lempung berdebu,
yang terdiri dari : Air tanah 25%, Udara tanah 25%, Mineral 45% dan Bahan organic
5%

2.2 STRUKTUR TANAH


Apabila tekstur mencerminkan ukuran partikel dari fraksi-fraksi tanah, maka struktur
merupakan kenampakan bentuk atau susunan partikel-partikel primer tanah (pasir,
debu dan liat individual) hingga partikel-partikel sekunder (gabungan partikel-
partikel primer yang disebut ped (gumpalan) yang membentuk agregat (bongkah).
Tanah yang pertikel-partikelnya belum bergabung, terutama yang bertekstur pasir,
disebut tanpa struktur atau berstruktur lepas, sedangkan tanah bertukstur liat, yang
terlihat massif (padu tanpa ruang pori, yang lembek jika basah dan keras jika kering)
atau apabila dilumat dengan air membentuk pasta disebut juga tanpa struktur.
Struktur tanah berfungsi memodifikasi pengaruh tekstur terhadap kondisi drainase
atau aerasi tanah, karna susunan antar ped atau agregat tanah akan mengasilkan
ruang yang lebih besar ketimbang susunan antar partikel primer. Oleh karena itu,
tanah yang bertukstur baik akan mempunyai kondisi drainase dan aerasi yang baik
pula, sehingga lebih memudahkan system perakaran tanaman untuk berpenetrasi dan
mengabsorpsi (menyerap) hara dan air, sehingga pertumbuhan dan produksi
menjadilebih baik. Hal ini terbukti dari percobaan pemupukannya mendapatkan
bahwa produksi jagung pada tanah tanpa pupuk tetapi beragregat baik ternyata 2,3
kali lebih besar ketimbang produksi pada tanah beragregat buruk yang diberi pupuk.
Penanaman melindungi agregat tanah dari hantaman air hujan, sehingga makin rapat
tajuk tanaman akan makin baik pengaruhnya terhadap agregat tanah. Lal (1979)
mengemukakan bahwa struktur tanah mempunyai peran sebagai regulator yang:
1) Menyinambungkan arah pipa yang terbentuk dari berbagai ukuran pori-pori yang
berinterkoneksi, stabilitas dan durabilitasnya;
2) Mengatur retensi dan pergerakan air tanah;
3) Difusi gas dari dan ke atmosfer; dan
4) Mengontrol proliferasi (pertumbuhan) akar dan perkebangannya.
Kemudian secara langsung atau tak langsung terkait dengan;
5) Erosi air atau angin;
6) Penggenangan dan aerasi tanah;
7) Stress tanaman akibat kekeringan;
8) Pelindian atau kehilangan hara-hara tanaman; dan
9) Temperature tanah.
Di lapangan, struktur tanah dideskripsikan menurut:
(1) Tipe, indikator bentuk dan susunan ped, yaitu: bulat, lempeng, balok dan
prisma,
(2) Kelas, indikator bentuk struktur yang terbentuk dari ped-ped penyusunnya,
menghasilkan 7 tipe struktur tanah, sebagaimana tertera pada, dan
(3) Gradasi, indikator derajat agregasi atau perkembangan struktur, yang dibagi
menjadi:
a) Tanpa struktur, jika agregasi tak terlihat atau berbatas tidak jelas atau baur
dengan batas-batas alamiah,
b) Lemah, jika ped sulit terbentuk tapi terlihat,
c) Sedang, jika ped dapat terbentuk dengan baik, tahan lama dan jelas, tetapi tak
jelas pada tanah utuh, dan
d) Kuat, jika ped kuat, pada tanah utuh jelas terlihat dan antarped terikat lemah
namun tahan jika dipindahkan dan hanya terpisah apabila tanah terganggu.
MEKANISME PEMBENTUKAN STRUKTUR
Struktur dapat mulai berkembang dari butiran tunggal atau dari bentuk massif.
Apabila berasal dari butir-butir tunggal, maka perkembangannya dimulai dari
pengikatan partiket partikel tanah membentuk cluster (gerombol) yang kemudian
menjadi ped. Lima mekanisme utama yang menyatukan partikel-partikel ini meliputi:
(1) Aktivitas penetrasi akar pada saat berkembang;
(2) Pergerakan air yang mengikuti arah perkembangan akar menyebabkan
terjadinya pengikisan dan pemecahan tanah yang kemudian memicu pembentukan
ped; dan
(3) Aktivitas keluar-masuknya fauna tanah;
(4) Pembasahan dan pengeringan yang merenggangciutkan partikel-partikel, dan
(5) Pencairan dan pembekuan yang juga merenggangciutkan partikel-partikel.
2.3 KONSISTENSI
Konsistensi tanah adalah daya kohesi dan adhesi diantara partikel-partikel tanah dan
ketahanan (resistensi) massa tanah tersebut terhadap perubahan bentuk oleh tekanan
atau berbagai kekuatan yang dapat mempengaruhi. Konsistensi tanah ditentukan oleh
tekstur dan struktur tanah.
Pentingnya konsistensi tanah ialah untuk menentukan cara penggarapan tanah yang
efisien dan penetrasi akar tanaman di lapisan tanah bawahan. Tanah yang bertekstur
pasir bersifat tidak lengket, tidak liat (non plastic) dan lepas-lepas. Sebaliknya tanah
bertekstur lempung-berat pada keadaan basah berkonsistensi sangat lengket, sangat
liat dan bila kering bersifat sangat teguh (kuat) dan keras.
Tanah bertekstur geluh (loam) mempunyai sifat diantara tekstur pasir dan lempung.
Perekatan partikel tanah membentuk gumpalan agregat dan mempunyai konsistensi
keras jika kering, disebabkan adanya bahan-bahan perekat, yaitu lempung itu sendiri
kapur atau gamping (CaCO3), silika (SiO2), sesquioksida (Al dan Fe oksida) dan
humus. Kecuali lempung semakin basah makin kurang daya rekatnya.
Cara menentukan konsistensi di lapangan ialah dengan cara memijit-mijit tanah,
dalam berbagai keadaan kandungan air seperti keadaan basah (wet),
lembab (moisture) atau kering (dry), biasanya dengan menggunakan ibu jari dengan
telunjuk. Pada keadaan basah diamati plastisitasnya, apakah massa tanah cukup liat
untuk dapat dibuat bentuk-bentuk tertentu tanpa retak-retak atau pecah atau apakah
tanah melekat pada jari-jari kita, sehingga untuk melepaskan antara ibu jari dan
telunjuk agak sukar atau mudah sekali.
Keadaan lembab ditentukan dengan mencoba meremukkan massa tanah dengan
telapak tangan atau jari, apakah gembur ataukah antara partikel-partikel tanah cukup
saling melekat dalam gumpalan yang teguh. Keadaan kering dilakukan dengan
mencoba meremukkan atau memecahkan gumpalan tanah kering, apakah lunak
ataukah keras. Berdasarkan keadaan kandungan airnya, struktur tanah dapat
digolongkan menjadi:
1) Keadaan Basah
Keadaan Deskripsi Pengamatan

Tidak lengket Tidak ada adhesi antara tanah dengan jari


Agak lengket Sedikit ada adhesi tanah dengan jari tetapi mudah dilepas lagi
Lengket Ada adhesi tanah pada jari dan kalau dipijit memapar
Sangat lengket Ada adhesi kuat antara tanah dengan jari, ibu jari dan telunjuk
sukar dilepaskan
Tidak liat Tidak dapat membentuk gilingan-gilingan kecil
Agak liat Dapat dibentuk gilingan-gilingan yang kecil dan mudah
dirubah bentuknya
Liat Dapat dibentuk gilingan-gilingan kecil dan bentuk-bentuk
tertentu yang hanya dapat dirubah dengan tekanan
Sangat liat Dapat dibentuk gilingan-gilingan kecil dan hanya dapat
dirubah bentuknya dengan pijikan kuat

2) Keadaan Lembab
Keadaan Deskripsi Pengamatan
Lepas-lepas Tidak ada adhesi antara butir-butir tanah
Sangat gembur Dipijit sedikit saja mudah hancur
Gembur Dipijit kuat baru hancur
Teguh Dipijit sukar hancur
Sangat teguh Ditekan kuat dengan tangan sampai terasa
sakit baru hancur
Luar biasa teguh Pijitan yang sangat kuat baru hancur

3) Keadaan Kering
Keadaan Deskripsi Pengamatan
Lepas-lepas Tidak ada daya kohesi antara butir-butir tanah
Lunak Massa tanah mempunyai kohesi yang sangat
lemah,
sehingga ditekan sedikit saja sudah hancur
Agak keras Sedikit tahan terhadap pijitan tangan
Keras Baru dapat pecah dengan pijitan keras atau kuat
Sangat keras Tidak dapat pecah hanya dengan jari
Luar biasa keras Hanya dapat dipecahkan dengan alat yang keras

2.4 POROSITAS TANAH


Porositas adalah proporsi ruang pori tanah (ruang kosong) yang terdapat dalam suatu
volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara , sehingga merupakan indicator
kondisi drainase dan aerasi tanah. Tanah yang poreus berarti tanh yang cukup
mempunyai ruang pori untuk pergerakan air dan udara masuk dan keluar tanah yang
secara leluasa , sebaliknya jika tanh tidal poreus (Hakim ,1996)
Tanah tersusun dari butiran tanah atau partikel lainnya dan rongga-rongga atau pori di
antara partikel butiran tanah. Rongga-rongga terisi sebagian atau seluruhnya dengan
air atau zat cair lainnya. Rongga-rongga tanah yang tidak terisi oleh air atau zat cair
akan terisi oleh udara atau bentuk lain dari gas. Sifat-sifat mekanis penting tanah,
seperti kekuatan (strength) dan pemampatan (compressibility), secara langsung
berhubungan dengan atau paling tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor dasar seperti
rapat masa (density), berat volume (unit weight), angka pori (void ratio), dan derajat
kejenuhan(degree of saturation).
Porositas tanah adalah kemampuan tanah dalam menyerap air berkaitannya dengan
tingkat kepadatan tanah. Semakin padat tanah berarti semakin sulit untuk menyerap
air, maka porositas tanah semakin kecil. Sebaliknya semakin mudah tanah menyerap
air maka tanah tersebut memiliki porositas yang besar.
Tanah yang porositasnya baik adalah tanah yang porositasnya besar karena perakaran
tanaman mudah untuk menembus tanah dalam menvari bahan organik. Selain itu
tanah tersebut mampu menahan air hujan sehingga tanaman tidak selalu kekurangan
air. Tetapi jika porositasnya terlalu tinggi, juga tidak baik, karena air yang diterima
tanah langsung turun ke lapisan berikutnya. Tanah seperti ini kalau musim kemarau
cepat membentuk pecahan yang berupa celah besar di tanah.
Pori-pori tanah terbagi menurut besar kecilnya ruangan atau rongga antar partikel
tanah, pori terbagi menjadi tiga kelompok yaitu : (1) pori makro atau pori besar ; (2)
pori meso atau pori sedang ; dan (3) pori mikro atau pori kecil.
Pori tanah jika dalam keadaan basah seluruhnya akan terisi oleh air, baik pori
mikro, pori meso ataupun pori makro. Sebaliknya pada keadaan kering, pori makro
dan sebagian pori meso terisi udara. Tanah yang strukturnya gembur atau remah
dengan tindakan pengolahan tanah yang intensif dan bertekstur lempung, umumnya
mempunyai porositas yang besar. Porositas perlu diketahui karena merupakan
gambaran aerasi dan drainase tanah (Foth, 1994).
Pori tanah adalah ruang antara butiran padat tanah yang pada umumnya pori kasar
ditempati udara dan pori kecil ditempati air, kecuali bila tanah kurang. Porositas
tanah adalah persentase volume tanah yang ditempati butiran padat. (Pairunan, dkk,
1985).
Faktor porositas tanah dikendalikan oleh tekstur tanah, struktur, dan kandung-an
bahan organik. Pada KU dengan poro-sitas tanah tinggi terlihat adanya kan-dungan
unsur pasir dalam tekstur tanah (KU II, III, V, VI, dan VIII). Pada tanah berpasir,
porositas tanah didominasi oleh pori makro yang berfungsi sebagai lalu lintas air
sehingga infiltrasi meningkat. Sedangkan pada tanah berlempung, pori mikro lebih
berperan dan daya hantar air-nya rendah sehingga infiltrasi menurun (Soepardi,
1983 dalam Hidayah et al., 2001).
Bahan organik dan liat bagi agregat ta-nah berfungsi sebagai pengikat untuk ke-
mantapan agregat tanah. Aktivitas akar tanaman menambah jumlah pori-pori ta-nah
sehingga perkolasi semakin memba-ik. Selain itu, melalui retakan-retakan yang
terbentuk oleh aktivitas akar tanam-an secara tidak langsung melalui ikatan mekanis
atau biologis dan kimia oleh hu-mus dapat memantapkan agregat tanah, akibatnya
laju infiltrasi menjadi mening-kat (Hairiah, 1996 dalam Hidayah et al., 2001).
Semakin tinggi kandungan bahan organik dalam tanah, kondisi fisik tanah menjadi
lebih baik bagi laju penurunan air ke dalam tanah.
Kenaikan kapasitas infiltrasi tanah tersebut disebabkan ke-naikan kandungan bahan
organik tanah yang meningkatkan porositas tanah se-hingga lebih memantapkan
struktur dan tekstur tanah serta perkembangan biota tanah permukaan. Kondisi
tersebut me-nyebabkan terjadinya perbaikan sifat fisik tanah termasuk peningkatan
kapasitas in-filtrasinya.
Porositas dibagi 2 berdasarkan asal usulnya :
1. Original (Primary) Porosity
Porositas yang terbentuk ketika proses pengendapan batuan (deposisi) tanpa ada
faktor lain. Pada umumnya terjadi pada porositas antar butiran pada batupasir, antar
Kristal pada batukapur, atau porositas oolitic pada batukapur.
2. Induced (Secondary) Porosity
Porositas yang terbentuk setelah proses deposisi batuan karena beberapa proses
geologi yang terjadi pada batuan tersebut, seperti proses intrusi, fault, retakan, dan
sebagainya. Proses tersebut akan mengakibatkan lapisan yang sebelumnya non-
porosity/permeabelitas menjadi lapisan berporositas. Contohnya retakan pada shale
dan batukapur, dan vugs atau lubang-lubang akibat pelarutan pada batukapur. Batuan
yang berporositas original lebih seragam dalam karakteristik batuannya daripada
porositas induced.
Porositas berdasarkan kualitas :
1. Intergranuler : Pori-pori terdapat di antara butir.
2. Interkristalin : Pori-pori terdapat di antara kristal. Celah dan rekah : Pori- pori
terdapat di antara celah/rekahan.
3. Pin-point porosity : Pori-pori merupakan bintik-bintik terpisah-pisah, tanpa
terlihat bersambungan.
4. Tight : Butir-butir berdekatan dan kompak sehingga pori-pori kecil sekali dan
hampir tidak ada porositas.
5. Dense : Batuan sangat kecil sehingga hampir tidak ada porositas.
6. Vugular : Rongga-rongga besar yang berdiameter beberapa mili dan kelihatan
sekali bentuk bentuknya tidak beraturan, sehingga porositas besar.
7. Cavernous : Rongga-rongga besar sekali yang merupakan gua-gua, sehingga
porositasnya besar.
Porositas berdasarkan kuantitas :
1. ( 0% 5 %) dapat diabaikan (negligible)
2. (5% 10%) buruk (poor)
3. (10%- 15%) cukup baik (fair)
4. (15%- 20%) baik (good)

2.5 TATA UDARA TANAH


Udara yang berada dalam ruang poripori tanah (merupakan fraksi gas dalam sistem
dispersi)
Fungsinya : sebagai sebagai sumber : O2 , CO2 , N2
O2 : untuk pernafasan akar, mikroorganisme mikroorganisme &
jasad/hewan jasad/hewan dalam tanah
CO2 : untuk dekomposisi dekomposisi & pelarutan hara
N2 : sebagai sebagai suplai n tanah
O2 penting dalam tanah : kadarnya 10%
Kepekaan tanaman terhadap O2 tanah/aerasi :
Tanaman Tanaman yg sangat peka thdp O2 tanah/kondisi tanah/kondisi aerasi :
tomat, kentang, kentang, kapri, gula bit
Tanaman Tanaman yg peka : jagung, jagung, gandum, gandum, kedelai kedelai
Tanaman Tanaman yg resisten resisten : rumputrumputan
Tanaman Tanaman yg sangat resisten resisten : padipadian
Pengharkatan Pengharkatan kondisi kondisi aerasi :
Porositas Porositas total : jumlah total pori tanah ( yg terisi udara & air) dinyatakan
dinyatakan dlm % volume tanah (jmlh pori mikro & makro)
Volume total tanah : Vs + Va + Vw = 1 1 Vs = Va + Vw Va + Vw = porositas
porositas total ( n ) n = ( 1 bv/bj ) x 100%
Kapasitas Kapasitas udara/aktual/efektif udara/aktual/efektif : bagian ruang pori
tanah yang terisi udara, dinyatakan dinyatakan dalam % volume tanah n Vw = { n
(%KL x BV)} Vw = %KL x BV
Kapasitas Kapasitas udara selalu berfluktuasi berfluktuasi tergantung :
KL tanah
Struktur tanah
Permukaan air tanah
Kapasitas aerasi/porositas aerasi/porositas aerasi/porositas aerasi/porositas non
kapiler: yaitu kapasitas udara pada saat lengas tanah mencapai kapasitas lapang
(persen total pori non kapiler/makro) kapiler/makro)
Kapasitas aerasi = n (KL KAP. LAP. X BV)
Faktorfaktor yang mempengaruhi mempengaruhi komposisi komposisi udara tanah :
- Iklim
- Sifat tanah seperti tekstur, struktur, tinggi permukaan air tanah
- Sifat tanaman
Keterdapatan tanaman mengurangi kadar O2 dan menambah CO2, bo dan kegiatan
kegiatan jasad renik CO2 > (jika aerob), aerob), CH4 > (jika anaerob)
KOMPOSISI UDARA TANAH
Tergantung dari proses biologi serta sukar mudahnya tukar menukar dengan udara
atmosfer.
Contoh udara tanah sawah yang bebas air
Gasgas di lapis olah Kadar terhada terhadap
% volume udara tanah
N2 75 11
O2 2.8 0
CO2 2 20
CH4 17 73
H2 0 2.2

Secara riil komposisi udara tanah dibanding udara atmosfer, sebagai berikut
Udara Tanah Atmosfer
CO2 (0,1 20) % 0,03 %
O2 < 21 % 21 %
N2 79 % 79 %

Komposisi tersebut selalu berubahubah tergantung beberapa faktor yaitu :


Aktifitas biologis dalam tanah, tergantung :
Akar tanaman
Mikro organisme/jasad organisme/jasad dalam tanah
Kecepatan pertukaran udara tanah dan atmosfer, tergantung :
Tanah : tekstur, struktur, B.O, KL, suhu
Iklim : angin, tekanan udara, & suhu
Kedalaman dari muka tanah

2.6 WARNA TANAH


Tentang warna tanah dinyatakan dalam3 satuan: HUE , VALUE dan CHROMA. Hue
adalah warna spectrum yang dominan,sesuai dengan panjang
gelombangnya. Value adalah gelap terangnya suatu warna, sesuai dengan banyaknya
sinar yang dipantulkan. Chroma adalah intensitas warna atau kekuatan dari warna
spectrum. Warna tanah ini dibaca dengan menggunakan buku munsell soil tanah color
chart, misalnya Hue= 7,5 YR, Value = 5 dan Chroma =4, maka Warna tanah tersebut 7,5
YR 5/4 brown = coklat.
Meskipun hubungan langsung dengan tanaman tidak begitu jelas, tetapi warna dapat
digunakan untuk menjejaki sifat lain dari tanah yang penting. Misalnya warna
hitam dilapisan atas. Umumnya kandungan bahan organiknya tinggi. Warna merah
menunjukan tanah relative kaya akan besi, warna biru atau kelabu menunjukkan drainase
yang jelek.
Derajad warna tanah dipengaruhi oleh kandunganairnya. Oleh karena itu untuk mendapat
kesan warna sebenarnya harus dilihat dalam keadaan lembab.
Warna tanah hanya dapat dipakai untuk prediksi/estimasi atau taksiran dari sifat yang lain
tanah, misalnya :
a. Menaksir kandungan bahan organic, makin gelap atau makin hitam warna tanah,
maka diduga makin tinggi kandungan bahan organiknya. Tetapi pada kenyataan mungkin
tidak selalu demikian, sebab banyak tanah berwarna hitam yang berasal dari batuan/
bahan induknya yang berwarna hitam.
b. Menaksir kandungan hara tanah, misalnya : warna merah, putih dan hitam, berturut-
turut akan menunjukkan kaya akan besi, kalsium dan mangan atau natrium. Sebenarnya
pada kenyataan tidak selalu demikian. Misalnya warna putih tidak selalu menunjukkan
kaya akan kalsium atau kapur, tetapi kaya akan kwarsa atau silica
c. Menilai drainase tanah, dimana warna yang lebih ceria : kemerahan, kekuningan atau
yang lain, menunjukkan sifat drainase yang yang baik atau tidak tergenang, sedang warna
kelabu atau yang biru pucat, baik dengan atau tanpa bintik-bintik (konkresi atau karatan)
menunjukkan tanah yang sering atau selau tergenang, yakni tanah dengan drainase jelek.
d. Dalam bidang klafisikasi, warna tanah dapat digunakan untuk menaksir derajad
pelapukan atau tingkat perkembangan tanah.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Tanah adalah suatu benda berbentuk tiga dimensi, tersusun dari masa padat, cair
dan gas yang terdapat di permukaan bumi, berasal dari hasil pelapukan batuan dan
atau dekomposisi bahan organik. Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang
secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang
tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi.
2. Komponen Tanah 4 komponen penyusun tanah :
a. Bahan Padatan berupa bahan mineral
b. Bahan Padatan berupa bahan organik
c. Air
d. Udara
3.Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena
terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang
terkandung pada tanah Struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil dari dari
butiran tanah. Gumpalan ini terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat satu
sama lain oleh perekat seperti : Bahan organik, Oksida besi dan lain-lain.
4.Tanah pada kedalaman tertentu selalu dipenuhi oleh air yang disebut dengan air
tanah. Air tanah dapat dibedakan menjadi dua yaitu air tanah dangkal dan air tanah
dalam. Larutan tanah adalah air yang terdapat di antara pori-pori tanah. Larutan ini
mengandung ion-ion terlarut yang dapat diserap oleh akar tanaman. Di antaranya
terdapat juga ion-ion yang tidak berguna atau bersifat racun bagi tanaman, seperti
aluminium.
5.Pengukuran tanah adalah konsep umum yang menjelaskan teori dan
penerapan pengukuran bentang alam. Pengukuran tanah adalah unsur kualitatif yang
utuh dari survey.
B. SARAN
Makalah ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk memahami sifat fisik tanah lebih
dalam lagi.
DAFTAR PUSTAKA

https://bloghamdy.wordpress.com/ilmu-tanah/fisika-tanah/
http://agro-sosial.blogspot.co.id/2013/01/sifat-fisika-tanah.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Fisika_tanah

Anda mungkin juga menyukai