Anda di halaman 1dari 10

Teori Akuntansi 2015

BAB 11

PENGUNGKAPAN DAN SARANA INTERPRETIF

Oleh: Ridho Dharul Fadli F0312102

PENDAHULUAN
Pengertian pengungkapan dalam arti sempit menurut Suwardjono, Pengungakapan berarti
penyampaian informasi relevan selain melalui statemen keuangan. Beberapa hal penting yang
harus diperhatikan dalam menentukan luasnya pengungkapan tujuan pengungkapan, manfaat
pengungkapan dan biaya yang harus ditanggung dalam penyusunannya. Faktor regulasi juga
menjadi bagian penting dari pengungkapan, jika perusahaan memperoleh dananya dari publik
atau pasar modal.

Metode pengungkapan yang digunakan dalam penyajian laporan keuangan telah diatur dalam
standar akuntansi atau peraturan lain yang mengatur pengungkapan tersebut. Informasi yang
dapat disajikan dalam pengungkapan statemen keuangan diantaranya adalah catatan kaki,
penjelasan dalam kurung, istilah teknis, lampiran, komunikasi manajemen dan catatan dalam
laporan auditor.

Pengungkapan yang sampai sekarang masih menjadi pembahasan teoritis adalah pengungkapan
perubahan nilai dan kedudukannya dalam pelaporan keuangan. Dalam Suwardjono telah
dijelaskan bahwa, pengungkapan perubahan nilai dapat dilakukan dengan memisahkan dan tetap
menyajikan secara terpisah hasil perubahan penilaian aset berdasarkan kos historis dengan
penilaian berdasarkan selain kos historis, hal tersebut dimasudkan agar kualitas keterandalan dan
keberpautan masih teteap terjaga antar informasi tersebut.

Menurut Patton dan Littleton juga menyatakan bahwa pengungkapan sarana interpretif dalam
pelaporan keuangan sah-sah saja, jika rerangka akuntansi pokok atas dasar kos tetap
dipertahankan.

KONSEP PENGUNGKAPAN

1
Teori Akuntansi 2015

Secara konseptual pengungkapan merupakan bagian integral dari pelaporan keuangan, dan secara
teknis, pengungkapan merupakan langkah akhir dalam roses akuntansi, yaitu penyajian informasi
dalam bentuk statemen keungan.

Terdapat beberapa sumber yang mengemukakan pengertian pengungkapan, diantaranya adalah


Evans (2003). Dia menyatakan bahwa pengertian dari pengungkapan adalah Penyediaan
informasi dalam statemen keuangan termasuk statemen keuangan itu sendiri, catatan atas
statemen keuangan, dan pengungkapan tambahan yang berkaitan dengan statemen keuangan.
Pengertian pengukapan oleh Evans ini terbatas hanya pada hal-hal yang menyangkut pelaporan
keuangan, pernyataan manajemen atau informasi di luar ingkup pelaporan keuangan tidak
termasuk.

Semantara itu, Wolk, Tearney, dan Dodd memasukkan pula statemen keuangan segmental dan
statemen yang merfleksi perubahan harga sebagai bagian dari pengungkapan. Mereka
menyatakan bahwa pengungkapan berkaitan dengan informasi baik dalam statemen keuangan
maupun komunikasi tambahan termasuk catatan kaki, peristiwa-peristiwa setelah tanggal
statemen, diskusi dan analisis manajemen, prakiraan keuangan dan operasi, dan statemen
keuangan tambahan yang meliputi pengungkapan segmental dan informasi pelengkap lebih dari
kos historis (Suwardjono 2005).

Pengungkapan juga sering dimaknai sebagai penyediaan informasi lebih dari apa yang dapat
disampaikan dalam bentuk statemen keuangan formal. Hal ini sejalan dengan gagasan FASB
dalam rerangka konseptualnya.

Masalah teoritis yang terdapat di dalam pengungkapan adalah sebagai berikut:

1. Untuk siapa informasi diungkapkan?

2. Mengapa pengungkapan harus dilakukan?

3. Seberapa banyak dan informasi apa yang diungkapkan?

4. Bagaimana cara dan kapan mengungkapkan informasi?

Siapa yang Dituju

2
Teori Akuntansi 2015

Rerangka konseptual telah menetapkan bahwa investor dan kreditor merupakan piha yang dituju
oleh pelaporan keuangan sehingga pengungkapan ditujukan terutama untuk mereka. Informasi
yang diungkapkan untuk kepentingan publik secara umum harus dilindungi dan dilayani, dan
juga informasi kualitatif juga dituntut disediakan, sehingga pengungkapan cenderung meluas.

Fungsi atau Tujuan Pengungkapan

Secara umum, tujuan pengungkapan adalah menyajikan informasi yag dipandang peru
untukmencapai tujuan pelaporankeuangan dan untuk melayani berbagai pihak yang mempunyai
kepentingan berbeda-beda. Pengungkapan dapat dibagi menjadi beberapa tujuan, yaitu: tujuan
melindungi, tujuan informatif, dan tuuan ebuthan khusus.

Tujuan melindungi dilandasi oleh gagasan bahwa tidak semua pemakai cukup canggih untuk
mendapatkan informasi atau mengolahnya sendiri hingga memperoleh substansi ekonomik dari
informasi tersebut, dengan kata lain Pengungkapan ditujukan untuk melindungi perlakuan
manajemen yang mungkin kurang terbuka. Sementara itu, tujuan informatif dilandasi oleh
gagasan bahwa pemakai yang dituju sudah jelas memiliki tingkat kecanggihan tertentu. dengan
demikian, Pengungkapan ditujukan untuk menyediakan informasi yang dapat membantu
keefektifan pengambilan keputusan pemakai. Keluasan pengungkapan untuk tujuan informatif ini
ditentukan BAPEPAM bekerja sama dengan penyusun standar. Bentuk tujuan pengungkapan
yang ketiga adalah tujuan kebutuhan khusus. Tujuan kebutuhan khusus ini merupakan gabungan
dari tujuan perlindungan publik dan tujuan informatif (Suwardjono 2005).

Keluasan dan Kerincian Pengungkapan

Keluasan dan kerincian pengungkapan berkaitan dengan masalah seberapa banyak informasi
harus diungkapkan yang disebut dengan tingkat pengungkapan yang disebut dengan tingkat
pengungkapan. Evans (2003) mengidentifkasi tiga tingkat pengungkapan yaitu memadai, wajar
atau etis, dan penuh.

Tingkat memadai merupakan tingkat minimum yang harus dipenuhi agar statemen keuangan
secara keseluruhan tidak menyesatkan utnuk pengmabilan keputusan. Tingkatan yang kedua,
tingkat wajar, merupakan tingkat yang harus dicapai agar semua pihak mendapat perlakuan atau
pelayanan informasional yang sama. Tingkatan yang terakhir yaitu tingkat penuh (full

3
Teori Akuntansi 2015

disclosure). Tingkat ini menuntut penyajian secara penuh semua informasi yang berpaut dengan
pengambilan keputusan yang diarah.

Beberapa pertimbangan yang dapat dilakukan dalam pengungkapan adalah (1) tujuan, (2) kos
penyediaan, (3) keberlebihan informasi (overload), (4) keengganan manajemen, dan (5) wajib
atau sukarela.

Mempercayakan pengungkapan sepenuhnya kepada manajemen sama saja dengan menyerahkan


informasi kepada pasar. Terdapat beberapa rgumen yang mendukung perlunya regulasi dalam
penyediaan informasi, yaitu penyalahgunaan, eksternalitas, kegagalan pasar, asimetri informasi,
dan keengganan manajemen. Di Indonesia, pihak yangmenjdi regulator adalah BAPEPAM
(melalui Peraturan BAPEPAM) dan profesi/IAI (melalui standar akuntansi). BAPEPAM
berkepentingan dengan tingkat pengungkapan dan apa yang harus diungkapkan terutama untuk
kepentingan pendaftaran publik dan penawaran publik perdana (Suwardjono 2005).

Kendala Pengungkapan

Epstein dan Pava dalam Evans (2003) menghasilkan temuan yang dapat menjadi pertimbangan
penyusun standar untuk menentukan tingkat pengungkapan yang sebenarnya tidak perlu
diungkapkan sebagai berikut:

a. Investor mendasarkan keputusan investasinya dalam perspektif jangka panjang


b. Pengaruh pialang terhadap keputusan makin berkurang
c. Pemegang saham berkeyakinan bahwa laporan tahunan makin bermanfaat disbanding
sebelumnya
d. Laporan arus kas lebih penting bagi para pemakai daripada laporan laba rugi
e. Pendapat auditor makin bermanfaat disbanding sebelumnya
f. Diskusi dan analisis manajemen kurang bermanfaat

Pengungkapan Sukarela

Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang dilakukan perusahaan di luar apa yang
diwajibkan oleh standar akuntansi atau peraturan badan pengawas. Teori signaling melandasi
pengungkapan sukarela ini. Manajemen selalu berusaha untuk mengungkapakan informasi privat
yang menurut pertimbangannya sangat diminati oleh investor dan pemegang saham khusunya
4
Teori Akuntansi 2015

kalau informasi tersebut merupakan berita baik. Dengan kesediaan manajemen dalam
pengungkapan sukarela ini, tingkat pengungkapan wajib yang dapat ditetapkan dapat diarahkan
ke tingkat wajar atau bahkan memadai tidak perlu penuh (Suwardjono 2005).

Apa yang Diungkap?

Pengungkapan meliputi statemen keuagan itu sendiri dan semua informasi pelengkap. Dengan
kata lain, apa yang diungkapkan Berkaitan dengan berbagai proposal tentang komponen-
komponen yang harus disampaikan. Dalam pengungkapan informasi kepada pihak lain, terdapat
beberapa model yang dapat digunakan, yaitu model Inti, model FASB, model Komite Jenkins,
model William, dan peraturan SEC/BAPEPAM (Suwardjono 2005).

Untuk tujuan pelaporan keuangan, Hendriksen dan Van Breda (1992) menunjukkan beberapa pos
laporan atau jenis informasi yang memerlukan pengungkapan yaitu:

a. Penjelasan kualitatif
b. Prakiraan keuangan
c. Kebijakan akuntansi
d. Perubahan akuntansi
e. Peristiwa pascapelaporan
f. Segmen usaha

William mengusulkan suatu model pengungkapan yang disebut model pelaporan alternative lima-
lapis yaitu:

a. Lapis pertama, pos-pos yang memenuhi criteria pengakuan yang sama dengan model
yang sekarang berlaku.
b. Lapis kedua, pos-pos yang memenuhi criteria pengakuan tetapi bermasalah dalam hal
reliabilitas pengukuran seperti nilai merek dagang.
c. Lapis ketiga, pos-pos yang tidak begitu memenuhi kriteria reliabilitas dan definisi seperti
misalnya kepuasan konsumen.
d. Lapis keempat, pos-pos yang memenuhi kriteria pengukuran, keterandalan, dan
keberpautan tetapi tidak memenuhi definisi elemen seperti angka sensitivitas-risiko.

5
Teori Akuntansi 2015

e. Lapis kelima, pos-pos yang tidak memenuhi definisi elemen dan juga tidak dapat diukur
secara terandalkan seperti kapital intelektual karyawan.

Motode Pengungkapan

Metode pengungkapan berkaitan dengan masalah bagaimana secara teknis informasi disajkan
kepada pemakai dalam satu perangkat statemen keuangan beserta informasi lain yang berpaut.
Motode ini biasanya ditentkan secara spesifik dalam standar akuntansi atau peraturan lain.

Informasi dapat disajikan dalam pelaporan keuangan sebagai antara lain pos statemen keuangan,
catatan kaki (catatan atas statemen keuangan), penggunaan istilah teknis (terminologi),
penjelasan dalam kurung, lampiran, penjelasan auditor dalam laporan auditor, dan komunikasi
manajemen dalam bentuk surat atau pernyataan resmi.

Catatan kaki memiliki keunggulan sebagai berikut:

1. Mengungkapkan informasi nonkuantitatif tanpa harus mengganggu penyajian utama


dalam laporan keuangan
2. Mengungkapkan kualifikasi dan pembatasan pos-pos tertentu dalam laporan keuangan
3. Mengungkapkan rincian pos-pos tertentu yang dianggap penting tanpa mendistraksi
jumlah total suatu pos atau tanpa mengganggu susunan penyajian pos-pos dalam laporan
4. Mengungkapkan hal-hal yang bersitfat kuantitatif atau deskriptif yang tidak memenuhi
criteria pengakuan tetapi penting untuk disampikan atau yang mempunyai arti penting
sekunder
5. Mempertahankan laporan keuangan sebagai ciri utama laporan keuangan dengan ringkas
dan jelas meskipun catatan kaki merupakan bagian integralnya.

Diskusi dan analisis manahemen berisi hal-hal sebagai berikut:

1. Analisis tentang perubahan hasil operasi terutama laba atau rigi, laba kotor penjualan, dan
biaya administrasi.
2. Analisa tentang likuiditas, sumber pendanaan, penggunaan pinjaman, serta analisis
investasi.
3. Harapan manajemen masa dating tentang konsisi politik, sosial, dan ekonomi dan hal-hal
yang mungkin terjadi akibat ketidakpastian kondisi sekarang.
6
Teori Akuntansi 2015

4. Tanggapan dan harapan manajemen kejadian atau perubahan nonfinansial yang


memengaruhi operasi manajemen.
5. Rencana-rencana perubahan kejadian penting di masa datang.
6. Rencana pengeluaran capital serta riset dan pengembangan.
7. Analisis laporan keuangan yang diwujudkan dalam bentuk rasio dan tren beserta

Sementara pengukapan oleh auditor pada umumnya berkaitan dengan hal-hal berikut:

1. Perubahan akuntansi dan konsistensi


2. Keraguan tentang kelangsungan perusahaan
3. Persetujuan atas penyimpangan dari PABU
4. Penekanan suatu hal dalam laporan atau kejadian
5. Pengaitan nama auditor dengan laporan keuangan unaudit
6. Laporan keuangan komparatif yang salah satu diaudit auditor lain
7. Pembatasan lingkup audit dan independensi auditor

SARANA INTERPRETIF

Pengungkapan dapat dikatakan sebagai sarana interpretif dalam tataran praktis untuk menambah
kebermanfaatan dan keberpautan informasi akuntansi yang disajikan melalui media statemen
keuangan. Sarana interpretif dalam tataran praktis mengandung pengertian bahwa butir-butir
pengungkapan telah diakui sesuai dengan standar akuntansi yang mengaturnya sehingga sesuai
dengan tujuan pelaporan keuangan itu sendiri.

Dalam tataran praktis, terdapat suatu rerangka atau struktur akuntansi pokok atau pelaporan
keuangan pokok yang membatasi pengungkapan sesuai dengan tujuan pelaporan keuangan.
Tanpa rerangka pokok tersebut akan banyak hal yang akan dituntut untuk diungkapkan,
dilampirkan, atau dimasukkan dalam pelaporan keuangan. Rerangka pokok juga diperlukan untuk
membatasi tanggungjawab auditor dalam menetapkan kewajaran statemen keuangan. Pelaporan
keuangan pokok itu sendiri diartikan sebagai pelaporan yang langsung ditentukan oleh standar
akuntansi atas dsar pertimbangan keterandalan dan keberpautan (Suwardjono 2005).

Sarana interpretif adalah upaya-upaya untuk meningkatkan kebermanfaatan rerangka akuntansi


pokok dengan berbagai usulan untuk mengatasi kelemahan kos historis sebagai basis penilaian.

7
Teori Akuntansi 2015

Terdapat beberapa permasalahan yang berkaitan dengan teori ini, yaitu dengan berjalannya
waktu, nilai berubah sementara kos tidak, dan apakah rerangka akuntansi pokok diganti atau
sekadar ditambah sarana interpretif. Kos dapat didefinisikan sebagai penghargaan sepakatan pada
saat suatu objek diperoleh dan menjadi data dasar dalam akuntansi, sedangkan nilai didefinisikan
sebagai persepsi terhadap manfaat suatu objek setiap saat dan dinyatakan dalam satuan moneter.

Hal yang menjadi permasalahan adalah, perlukah kos direvisi terus secara periodik? Karena suatu
persepsi selalu berubah dengan berjalannya waktu. Terdapat pro dan kontra terhadap
permasalahan ini. Argumen yang mendukung hal tersebut menyatakan bahwa keberpautan
keputusan sebagai salah satu kualitas informasi baik untuk kepentingan manajemen maupun
pihak luar. Untuk kepentingan manajemen, perhitungan laba tiap perioda hendaknya
mencerminkan dengan jelas perubahan ekonomik penting termasuk rugi dan untung yang belum
terealisasi yang terjadi akibat penurunan dan kenaikan nilai faktor-faktor jasa yang masih belum
digunakan. Untuk kepentingan pihak luar, angka laba yang dihasilkan akan mendekati laba
ekonomik, sehingga neraca akan menunjukkan nilai perusahaan pada saat itu (Suwardjono 2005).

Argumen yang menyanggah revisi terhadap kos, diantaranya adalah Paton dan Littleton (1970)
yang menyatakan bahwa adanya perubahan nilai tidak berarti bahwa rerangka akuntansi pokok
berbasis kos tidak lagi bermanfaat sehingga harus diganti. Tujuan utama akuntansi adalah
pengukuran laba periodik dengan menggunakan proses menandingkan kos dan pendapatan secara
sistematik.

Revisi Kos Fasilitas Fisis

Dalam beberapa hal khusus, penilain kembali fasilitas fisis yang berakibat revisi terhadap kos
tercatat tidak dapat dihindari. Beberpa hal khusus yang menghendaki penilaian kembali adalah
sebagai berikut:

1. Perusahaan akan dibeli sehingga terjadi penggantian hak milik atau perubahan entitas
yang menghendaki pencatatan aset pada nilai perusahaan baru berdiri
2. Kuasi reorganisasi untuk penyerapan deficit
3. Penggadaian aset yang menghendaki penilaian untuk menentukan nilai gadai
4. Peraturan pemerintah yang mengharuskan revaluasi

8
Teori Akuntansi 2015

5. Terjadinya musibah yang menghendaki penilaian untuk menentukan jumlah ganti


rugi/asuransi
6. Penilaian aset untuk keperluan penentuan nilai asuransi aset
7. Penentuan nilai aset untuk keperluan pajak.

Terdapat juga pro dan kontra terhadap revisi kos fasilitas fisik ini. alasan yang dikemukan oleh
pihak yang mendukung revisi adalah adanya distorsi informasi ekonomik dan distorsi dana
penggantian. Distorsi informasi ekonomik adalah kos tercatat menghasilkan biaya yang tidak
efektif/tidak bermanfaat secara ekonomik sehingga mendistorsi daya melaba yang sesungguhnya.
Sementara itu, yang dimaksud dengan distorsi dana penggantian adalah kondisi tingkat harga-
harga barang menurun akuntansi depresiasi atas dasar kos historis cenderung menghasilkan
akumulasi dana yang berlebihan untuk tujuan penggantian.

Disisi lain, alasan-alsan yang dikemukan oleh pihak yang menyanggah revisi adalah prosedur
tidak praktis, penilaian tidak terandalkan, depresiasi bukan akumulasi dana, dan revisi
dimungkinkan sebagai pelengkap dan pencatatan dilakukan dengan akun kontra atau penambah.

Pengurangan Nilai Buku Fasiitas Fisis

Berkaitan dengan revisi kos fasiitas fisis adaah pengurangan atau penghapusan sebagian kos atau
nilai buku karena alasan teknis atau ekonomik tertentu dan bukan semata-mata karena penurunan
harga ata devaluasi. Pengurangan dapat dilakukan kalau suatu kondisi menyebabkan terjadinya
penurunan kemampuan asset untuk mendatangkan laba atau kas di masa datang.

PSAK No. 48 memberikan pedoman untuk mengidentifikasi adanya penurunan kemampuan


suatu aset. Secara teknis, suatu aset dikatakan mengalami penurunan kemampuan bilamana nilai
tercatat (nilai buku) aset melebihi apa yang disebut jumlah rupiah atau jumlah terperoleh
kembali. Sedangkan secara substantif, pada setiap tanggal neraca perusahaan harus
mempertimbangkan berbagai kondisi eksternal dan internal yang memberi indikasi bahwa
penurunan emampuan telah terjadi (Suwardjono 2005).

Kalau fasilitas fisis tertentu tidak digunakan karena alasan musim atau lainnya maka
pengangguran sementara fasilitas tersebut tidak dapat dijadikan alasan untuk melakukan

9
Teori Akuntansi 2015

pengurangan besar kos aset. Demikian juga halnya dengan pengurangan intensitas penggunaan
sama sekali tidak dapat dijadikan alasan untuk pengurangan kos menjadi rugi.

DAFTAR PUSTAKA

Suwardjono (2005). Teori Akuntansi. Yogyakarta, BPFE Yogyakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai