Anda di halaman 1dari 3

SINOPSIS SINGKAT NOVEL

CRITICAL ELEVEN
By Ika Natassa

Kisah asmara antara Tanya Laetitia Baskoro (Anya) dengan Aldebaran Risjad (Ale)
dimulai dari pertemuan singkat mereka didalam pesawat dalam penerbangan menuju Sydney.
Hal tersebut juga menjadi latar belakang dari dinamainya Critical Eleven, dalam sebuah teori
dikatakan bahwa saat-saat mendebarkan dalam penerbangan terjadi pada delapan menit masa
take off dan tiga menit masa landing. Saat-saat tersebut bisa dikatan sebagai masa kritis karena
pada umumnya kecelakaan pesawat terjadi pada sebelas menit tersebut.

Anya adalah seorang wanita karir yang bekerja sebagai jasa konsultan bagi perusahaan-
perusahaan nasional maupun internasional. Baginya bolak-balik ke luar negeri, aktivitas bandara,
dan naik pesawat telah menjadi rutinitas dan tuntutan profesi. Sementara, Ale adalah seorang
insinyur minyak yang bekerja di rig yang terletak di NOLA, Amerika Serikat. Baginya
pemandangan laut lepas dan aktivitas penambangan telah menjadi hal yang biasa. Masa kerjanya
adalah lima minggu di perantauan dan lima minggu di Jakarta sebagai pengangguran.

Kehidupan Anya dan Ale sebagai sepasang kekasih bisa dibilang sempurna.
Pertemuannya dengan Anya membuat Ale sangat yakin bahwa sosok Anya adalah wanita yang
sangat dia inginkan. Bagi Anya, ia sama sekali tak menduga bahwa penerbangannya ke Sydney
kali ini akan duduk bersebelahan dengan seorang pemuda. Seringkali dia bersebelahan dengan
om-om maupun anak kecil yang rewel bersama ibunya. Pada awalnya memang dirinya menduga
sosok Ale adalah pria yang dingin, namun melalui percakapan santai yang terjadi hal tersebut
entah tiba-tiba membuatnya merasa nyaman.

Masa pacaran keduanya berlangsung kurang lebih satu tahun. Ale melamar Anya didalam
mobil saat perjalanannya menuju bandara untuk kembali ke Amerika. Hal itu adalah unik dan
tidak terduga. Sebelumnya, Anya berpikir mengenai apa yang pernah dikatakan oleh kedua
sahabatnya yakni Tara dan Agnes, bagaimana ia akan bisa menjalin hubungan dengan seorang
lelaki yang bekerja nun jauh. Kedepannya pastilah Anya akan mengalami beberapa kali masa
kesepian dimana dia masih tetap mandiri. Namun, dengan segala pertimbangannya dan
konsekuensinya Anya pun menerima lamaran Ale.
Masa-masa awal pernikahan memang membahagiakan, hingga Anya hamil. Rasanya
senang sekali, keduanya sungguh mempersiapkan segala sesuatunya secara matang untuk
menyambut kelahiran bayi mereka. Bahkan Ale telah menyiapkan nama yang cukup bagus untuk
buah hati mereka, yaitu Aidan Athaillah.

Suatu ketika sebuah cobaan besar menimpa pasangan ini. Aidan memang dilahirkan ke
dunia, Ale pun sempat mengadzani kedua telinga Aidan. Tetapi, selama proses persalinan itu tak
sekalipun terdengar tangisan bayi. Iya, Aidan dilahirkan pada saat itu dan meninggal pada saat
itu juga. Di suatu pagi yang cerah, saat Ale dan Anya sarapan bersama masih dalam suasana
duka, tak sekalipun mereka membahas mengenai Aidan. Percakapan terdengar masih baik-baik
saja hingga Ale dengan sengaja mengucapkan Andai kau bisa menjaga kandunganmu selama
kau hamil, maka Aidan tak akan menjadi seperti sekarang, Damn. Inilah awal dari konflik
rumah tangga Ale dan Anya. Tidak ada maksud apapun bagi Ale saat mengucapkan kalimat yang
dianggapnya tolol itu. Namun bagi Anya, ia merasa menjadi seorang pembunuh anak sendiri.

Mulai saat itu, hubungan Ale dan Anya tidak lagi baik-baik saja. Selama hampir enam
bulan suasana rumah rasanya seperti neraka bagi keduanya. Anya sibuk menghindari interaksi
dengan Ale. Sejak bangun tidur, bersiap ke kantor, pulang kantor, beranjak tidur tak sekalipun
Anya menganggap keberadaan Ale. Ale kehilangan profesi barunya sebagai anjis alias antar
jemput istri. Anya menyibukkan diri dengan urusan kantor dan lebih sering berinteraksi dengan
kedua sahabatnya. Setiap malam Anya selalu tidur di kamar Aidan sambil memeluk beberapa
helai pakaian Aidan, tak hanya itu bahkan kemanapun pergi ia tak pernah lepas dengan kaos kaki
mungil milik Aidan. Sesekali Anya juga masih menyempatkan untuk mampir di toko pakaian
dan perlengkapan bayi.

Ale yang merasa bersalah tak pernah menyangka jika akan seperti ini jadinya. Ia berusaha
apapun sehingga hubungan rumah tangganya kembali seperti semula. Selama enam bulan ia
jalani kehidupannya sendiri dan merasa tersiksa karena di cuekin Anya. Bagaimanapun, ia tetap
berusaha berlaku baik seperti membuatkan kopi tiap pagi meski tak diminum, menawarkan untuk
mengantar ke kantor, dan lain-lain. Ia pun tak menceritakan masalah ini pada siapapun bahkan
pada orang tua maupun saudaranya.
Hingga suatu ketika adalah hari ulang tahun Ale. Harris dan Raisa, adik Ale menwarkan
rencana jail kepada Anya untuk mengerjai si Ale. Rencananya adalah Anya berpura-pura kabur
dari rumah, kemudian bagaimanapun Harris akan berusaha supaya si Ale menghubungi dirinya.
Kemudian Ale akan digiring ke restoran yang telah dipesan untuk merayakan pesta ulang tahun,
nantinya akan diatur sedemikian rupa sehingga Anya dan Ale dapat bertemu di lokasi.

Saat itulah entah Anya juga merasakan betapa ia merindukan Ale yang dulu. Ale yang
sangat mengkhawatirkan Anya langsung menghambur memeluk seerat mungkin istrinya dalam
pesta ulang tahunnya. Semenjak insiden tersebut sepertinya hubungan keduanya mulai membaik.

Esok harinya Anya ada penugasan ke Singapore. Selama perjalanan ia banyak berpikir
bahwa betapa bodohnya dirinya melakukan hal yang tidak seharusnya dalam pesta ulang tahun
semalam. Baik, dia memang merindukan sosok Ale yang dulu, dia kangen Ale sebelum menuduh
dirinya adalah pembunuh anaknya. Namun, apa yang dikatakan Ale memang benar bahwa Aidan
meninggal karena dirinya. Hal yang berat adalah bagaimana ia bisa mempercayai Ale lagi.

Ale masih menganggap kejadian malam pesta ulang tahunnya adalah yang terbaik.
Baginya sudah ada kemajuan dalam perbaikan hubungan. Meski sempat kecewa, ketika bangun
tidur ia tak menemukan sosok istrinya yang tidur di sampingnya. Ale bangun kesiangan dan baru
menyadari kepergian Anya ke Singapore dari mulut Tini, ART mereka.

Kisah berakhir melalui perenungan dari diri Anya dan Ale. Bahwa seburuk apapun yang
mereka lakukan akhir-akhir ini tak pernah bisa mengubah perasaan cinta yang telah tertanam
dalam hati. Begitu banyak peristiwa membahagiakan yang tak terlupakan yang seharusnya tidak
terkubur begitu saja dengan meninggalkan rasa sakit. Toh, saat mendengar kabar bahwa Ale
tertimpa musibah di lift saat mengantar bermain Nino mampu membuat Anya khawatir luar
biasa.

Masing-masing tidak bisa mengkhianati perasaan cinta tersebut. Suatu pagi, di hari
kembali bekerja tiba-tiba Anya merasa mual dan pusing. Ia pergi ke dokter dan menjalani
beberapa macam test yang menghasilkan bahwa dia positif hamil, lagi. Sejak itu ia putuskan
untuk berziarah ke makam Aidan untuk pertama kalinya, disanalah kembali Anya dan Ale
bertemu, kali ini tanpa rasa benci apapun. Keduanya telah ikhlas.

Anda mungkin juga menyukai