Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas laporan akhir praktikum
Mata Kuliah Fisiologi Hewan Air semester ganjil
Disusun oleh :
Kelas :
Perikanan B / Kelompok 2
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT. karena atas berkat dan rahmat-Nya
lah kami dapat menyelesaikan laporan akhir yang berjudul Penghitungan nilai
hematokrit pada ikan mas (Cyprinus carpio) sebagai salah satu persyaratan untuk
memenuhi laporan akhir praktikum Fisiologi Hewan Air. Hasil laporan ini
diharapkan akan mampu memberikan pengertian lebih jauh mengenai komposisi
sel darah dan nilai hematokrit pada ikan mas. Kami selaku penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Fisiologi Hewan Air, asisten
laboratorium praktikum Fisiologi Hewan Air serta teman-teman kami sekalian
karena bantuannya dalam proses pengerjaan laporan akhir ini.
Akhir kata semoga laporan ini dapat berguna bagi semua pihak
dalam pengembangan pengetahuan di bidang perikanan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... vii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Tujuan....................................................................................... 2
1.3 Kegunaan .................................................................................. 2
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Ikan Mas ...................................................................... 3
2.1.1 Klasifikasi................................................................................. 3
2.1.2 Morfologi ................................................................................. 4
2.1.3 Habitat ...................................................................................... 5
2.2 Sistem Peredaran Darah ........................................................... 5
2.2.1 Jantung ..................................................................................... 6
2.2.2 Saluran Darah ........................................................................... 7
2.3 Komponen Penyusun Darah ..................................................... 8
2.3.1 Sel Darah Merah (Eritrosit) ...................................................... 10
2.3.2 Sel Darah Putih (Leukosit) ....................................................... 10
2.3.3 Trombosit ................................................................................. 11
2.4 Hematokrit ................................................................................ 12
2.4.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ......................................... 12
2.4.2 Penghitungan Hematokrit......................................................... 13
III BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu ................................................................... 14
3.2 Alat dan Bahan ......................................................................... 14
3.3 Metode Praktikum .................................................................... 15
3.4 Prosedur Praktikum .................................................................. 15
iii
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 23
LAMPIRAN ..................................................................................... 25
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah menghitung nilai hematokrit dari ikan mas.
1.3 Kegunaan
Praktikan dapat mengetahui pengaruh nilai hematokrit pada keadaan ikan dan
faktor apa saja yang mempengaruhi nilai hematokrit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
2.1.2 Morfologi
Ikan mas termasuk famili Cyprinidae yang mempunyai ciri-ciri umum, badan
ikan mas berbentuk memanjang dan sedikit pipih ke samping (Compressed) dan
mulutnya terletak di ujung tengah (terminal), dan dapat disembulkan, di bagian
mulut dihiasi dua pasang sungut, yang kadang-kadang satu pasang di antaranya
kurang sempurna dan warna badan sangat beragam (Susanto 2007).
Tubuh ikan mas (Cyprinus carpio) dilengkapi dengan sirip. Sirip punggung
(dorsal) berukuran relatif panjang dengan bagian belakang berjari-jari keras dan
sirip terakhir yaitu sirip ketiga dan keempat, bergerigi. Letak antara sirip punggung
dan perut berseberangan. Sirip pada pectoral terletak dibelakang tutup insang
(overculum). Sisik ikan mas berukuran relatif lebih besar dan digolongkan kedalam
tipe sisik sikloid linea lateralis (gurat sisi), terletak dipertengahan tubuh, melintang
dari tutup insang sampai keujung belakang pangkal ekor. Pharynreal teeth (gigi
kerongkongan) terdiri dari tiga baris yang berbentuk gigi geraham (Suseno 2003).
Tubuh ikan mas digolongkan tiga bagian yaitu kepala, badan, dan ekor. Pada
kepala terdapat alat-alat seperti sepasang mata, sepasang cekung hidung yang tidak
berhubungan dengan rongga mulut, celah-celah insang, sepasang tutup insang, alat
pendengar dan keseimbangan yang tampak dari luar (Cahyono 2000). Jaringan
tulang atau tulang rawan yang disebut jari-jari. Sirip-sirip ikan ada yang
berpasangan dan ada yang tunggal, sirip yang tunggal merupakan anggota gerak
yang bebas. Disamping alat-alat yang terdapat dalam, rongga peritoneum dan
pericardium, gelembung renang, ginjal, dan alat reproduksi pada sistem pernapasan
ikan umumnya berupa insang (Bachtiar 2002).
2.1.3 Habitat
Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya tidak
terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau
danau. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150-600 meter diatas
permukaan air laut dan pada suhu 25-30C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan
mas kadang-kadang ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang
bersalinitas 25-30%.
Ikan mas telah dibudidayakan sebagai ikan konsumsi oleh bangsa Cina sejak
400 tahun SM. Menyebar merata di Asia, Eropa, Amerika dan Australia.
Pembudidayaan ikan mas di Indonesia banyak ditemui di Jawa dan Sumatra dalam
bentuk empang, balong maupun keramba terapung yang di letakan di danau atau
waduk besar. Habitat aslinya yang di alam meliputi sungai berarus tenang sampai
sedang dan di area dangkal danau. Perairan yang disukai tentunya yang banyak
menyediakan pakan alaminya.
Ceruk atau area kecil yang terdalam pada suatu dasar perairan adalah tempat
yang sangat ideal untuknya. Bagian-bagian sungai yang terlindungi rindangmya
pepohonan dan tepi sungai dimana terdapat runtuhan pohon yang tumbang dapat
menjadi tempat favoritnya. Ikan mas memijah di perairan yang dangkal, atau areal
perairan yang kering di musim kemarau dan di musim hujan tergenang.
Tergenangnya areal itu akan menimbulkan bau tanah yang dapat merangsang
terjadinya pemijahan. Ikan mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan
berada pada ketinggian antara 150 m sampai 1000 m diatas permukaan laut, dengan
suhu 20oC sampai 25oC pH air antara 7-8 (Pribadi et al. 2002).
a. Sinus Venosus
Sinus Venosus adalah ruang tambahan yang berdinding tipis, hampir tidak
mengandung jaringan otot. Dinding kaudalnya bersatu dengan bagian depan dari
septum transversum, yang memisahkan rongga pericardial dari rongga
pleuroperitoneal. Darah venus dari seluruh tubuh, masuk di sinusvenosus melalui
sepasang ductus Cuvieri yang masuk di bagian lateral, dan sepasang sinushepaticus
yang masuk pada dinding posterior dari sinus venosus. Vena coronaria yang datang
dari dinding otot jantung, juga masuk dari sinus venosus. Dari sini darah melalui
lubang sinusatrial masuk ke dalam atrium.
b. Atrium
Atrium adalah ruang tunggal yang dindingnya relatif tipis, terletak anterior dari
sinus venosus. Darah dari atrium melalui lubang atrioventikular diteruskan ke
dalam rongga ventrikel. Lubang ini dijaga oleh klep atau katup atrioventrikular,
supaya aliran darah tidak kembali ke rongga atrium.
c. Ventrikel
Ventrikel adalah ruang berdinding tebal berotot, menerima darah hanya dari
atrium saja danmemompakan darah melalui aorta ventral ke insang. Ruang ini
dibentuk oleh dua lapisan ototyaitu lapisan otot luar disebut kortikal dan lapisan
otot dalam disebut spongi. Bagian ini menerima darah dari atrium melalui
atrioventricular. Ujung anterior dari ventrikel tumbuh memanjang dan berdinding
tebal, di dalamnya terdapat suatu seri klep semilunar.
d. Conus Arteriosus
Conus Arteriosus pada Elasmobranchii, conus arteriosus berkembang dengan
baik, tetapi tidak mempunyai bulbus arteriosus.Pada sebagian ikan Teleostei conus
arteriosus sudah tereduksi menjadi suatu struktur yang sangat kecil, sedangkan
bulbus arteriosus (perluasan sebagian dari aorta ventralis) berkembang dengan
baik.
2.2.2 Saluran Darah
a. Arteri
Arteri adalah pembuluh darah yang aliran darahnya menjauhi jantung atau
saluran yang dilaluidarah yang keluar dari insang dan menuju ke bagian-bagian
8
tubuh. Biasanya membawa darah yang kaya dengan oksigen ke seluruh bagian
tubuh. Saluran darah ini terdiri dari tiga lapisan yaitu bagian dalam (intima),
memiliki lapisan endothelium dan sub endothelium.
b. Vena
Vena adalah pembuluh darah balik yang aliran darahnya menuju ke jantung.
Struktur vena samahalnya dengan arteri, namun mempunyai dinding yang lebih
tipis dan rongga yang lebih besar dibanding arteri pada ukuran diameter yang sama.
Bagian dalam dari vena yang mengalamitekanan hidrostatik tinggi, umumnya kaya
akan jaringan elastis dan sel otot licin.
c. Kapiler
Kapiler adalah bagian percabangan saluran darah yang merupakan tempat
terjadinya pertukaran zat(gas nutrien) antara darah dengan jaringan/sel. Ada tiga
macam kapiler darah yaitu, kapiler kontinyu, kapiler berpori dan kapiler
diskontinyu (sinusoid).
Darah ikan terdiri dari atas komponen cairan (plasma) dan komponen seluler
(sel-sel darah). Sel-sel darah terdiri dari eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel
darah putih) dan trombosit (keping darah), yang diedarkan ke seluruh tubuh melalui
sistem sirkulasi tertutup (Wedemeyer et al. 1990). Sel dan plasma darah mempunyai
peranan fisiologis yang sangat penting. Plasma darah adalah suatu cairan jernih
yang mengandung mineral terlarut, hasil absorpsi dari pencernaan makanan,
buangan hasil metabolisme, serta gas terlarut (Lagler et al. 1977).
Leukosit dikelompokkan ke dalam granulosit dan agranulosit berdasarkan
ada tidaknya butir butir (granul) di dalam sitoplasma. Termasuk ke dalam
kelompok granulosit yaitu heterofil, eosinofil dan basofil. Jenis leukosit ini
memiliki sifat reaksi terhadap zat tertentu yaitu eosinofil yang bersifat asidofil
(berwarna merah oleh eosin), basofil berwarna basofil (ungu), dan heterofil bersifat
tidak basofil maupun asidofil (Dellman dan Brown 1992). Agranulosit dibagi
menjadi monosit dan limfosit (Lagler et al. 1977). Agranulosit tidak memiliki butir
sitoplasmik spesifik dan ditandai dengan inti berbentuk lonjong, bulat dengan lekuk
yang khas (Dellman dan Brown 1992).
Chinabut et al. (1991) melaporkan bahwa trombosit pada ikan berbentuk
bulat memanjang atau lonjong dan berperan dalam proses pembekuan darah karena
ikut serta dalam mengaktifkan protrombin menjadi trombin. Ciri khusus trombosit
adalah adanya lingkaran sitoplasma tipis di sekeliling inti yang akan berwarna ungu
tua saat diwarnai dengan Giemsa. Ukuran rata rata trombosit berkisar antara (4 x
7 m) (5 x 13 m).
10
basofil jarang ditemukan, kecuali bila ada reaksi kekebalan dengan perantaraan sel
(Nabib dan Pasaribu 1989).
Limfosit, dengan pewarnaan Giemsa, berbentuk bundar dengan sejumlah
kecil sitoplasma non granula berwarna biru cerah atau ungu pucat (Chinabut et al.
1991). Limfosit bersifat aktif dan mempunyai kemampuan berubah bentuk dan
ukuran. Limfosit mampu menerobos jaringan atau organ tubuh yang lunak untuk
pertahanan tubuh (Dellman dan Brown 1992). Ukuran rata rata limfosit berkisar
antara 4,5 - 12 m (Moyle dan Chech 1988). Persentase normal limfosit pada ikan
teleostei berkisar antara 71,12 82,88% (Affandi dan Tang 2002). Jumlah limfosit
di dalam darah ikan lebih banyak dibandingkan dengan limfosit pada mamalia.
Kepadatan limfosit pada ikan sebesar 48 x 106 sel/mm3 sedangkan pada mamalia
sekitar 2 x 106 sel/mm (Roberts 1978).
Monosit berbentuk oval atau bundar, dengan diameter berkisar antara 6 - 15
mikron, memiliki inti berbentuk oval. Inti terletak berdekatan dengan tepi sel dan
mengisi sebagian isi sel. Persentase monosit pada ikan teleostei sekitar 0,1% dari
seluruh populasi leukosit yang bersirkulasi. Monosit pada ikan memiliki morfologi
yang hampir sama dengan monosit pada mamalia (Roberts 1978). Nabib dan
Pasaribu (1989) melaporkan bahwa monosit bersama makrofag akan
memfagositosis sisa sisa jaringan dan agen penyebab penyakit.
Heterofil berbentuk bulat dan berukuran besar, diameter berkisar antara 9 -
13 mikron, memiliki sitoplasma dalam jumlah besar dan bergranul. Sitoplasma
berwarna biru cerah atau ungu pucat, sedangkan inti berwarna biru gelap (Chinabut
et al. 1991). Jumlah heterofil di dalam darah akan meningkat apabila terdapat
infeksi oleh bakteri (Dellman dan Brown 1992). Roberts (1978) melaporkan bahwa
persentase heterofil pada ikan berkisar antara 6 - 8%. Jumlah heterofil pada ikan
teleostei hampir sama dengan jumlah neutrofil pada mamalia, yaitu berkisar antara
(3 6) x 106 sel/mm3.
2.3.3 Trombosit
Trombosit merupakan platelet darah yang sangat kecil ukurannya (kira-kira
berdiameter sepertiga diameter sel darah merah), tidak memiliki inti dan bentuknya
12
bulat. Trombosit melekat pada dinding pembuluh darah yang terluka dan kemudian
menutup daerah yang rusak di dinding vaskuler. Ketika trombosit pecah, agn
pengkoagulasi membentuk tromboplastin yang membantu membentuk jaring-jaring
sel sebagai upaya pertama dalam proses penyembuhan (Winarni 1997 dalam Hartati
2012).
2.4 Hematokrit
Hematokrit merupakan persentase volume eritrosit dalam darah ikan. Hasil
pemeriksaan terhadap hematokrit dapat dijadikan sebagai salah satu patokan untuk
menentukan keadaan kesehatan ikan, nilai hematokrit kurang dari 22%
menunjukkan terjadinya anemia. Perubahan kondisi lingkungan atau pencemaran
lingkungan akan menyebabkan nilai hematokrit mengalami penurunan akibat
respon stress pada ikan (Tsuzuki et al 2001 dalam Hartati 2012). Kadar hematokrit
ini juga bervariasi tergantung pada faktor nutrisi, umur ikan, jenis kelamin, ukuran
tubuh, dan masa pemijahan. Hematokrit adalah volume eritrosit yang dipisahkan
dari plasma dengan memutarnya di dalam tabung khusus yang nilainya dinyatakan
dalam persen. Hematokrit didefinisikan sebagai perbandingan antara sel darah
merah dengan seluruh volume darah. Presentase kadar hematokrit berhubungan
dengan jumlah sel darah merah (Kuswardani 2006; Pusdik 1989 dalam Hartati
2012). Menurut Yuda (1999) dalam Hartati (2012) nilai hematokrit tidak selalu
tetap hasilnya dan pada ikan nilainya antara 5 60 %. Selanjutnya dikatakan bahwa
nilai hematokrit dapat juga digunakan untuk mendeteksi terjadinya animea dan ikan
terkena penyakit apabila ikan kehilangan nafsu makan karena sebab yang tidak jelas
dan ditunjukkan dengan rendahnya nilai hematokrit. Anderson (1992) dalam Hartati
(2012) menyatakan bahwa berkurangnya nilai hematokrit pada ikan dapat
mengindasikan adanya kontaminasi, ikan tidak makan, protein yang rendah pada
pakan, defisiensi vitamin dan infeksi penyakit.
BAB III
METODOLOGI
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum penghitungan nilai hematokrit pada
ikan mas yaitu:
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum penghitungan nilai hematokrit pada
ikan mas yaitu:
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam praktikum
No Nama Bahan Fungsi
1. Ikan mas Objek yang akan diamati
2. Heparin Zat anti koagulan
15
3.3.2 Observasi
Menurut Kamus Ilmiah Populer (dalam Suardeyasasri 2010), observasi
berarti suatu pengamatan yang teliti dan sistematis, dilakukan secara berulang-
ulang.
Ikan uji dipegang dengan tangan kiri (kepala ikan menghadap muka kita),
bagian anterior kepala ikan ditusuk dengan sonde tepat di bagian otak depan,
sonde diputar perlahan hingga otaknya rusak dan ikan pingsan
Ikan dibedah bagian dekat insang dan sebagian perut bagian anterior,
hingga terlihat organ jantung yang berdenyut
Pipa kapiler diletakkan pada "hematocrit reading chart" dan disesuaikan dengan
batas atas plasma dan batas bawah sel darah
Nilai hematokrit dibaca pada batas atas dari sel darah (%)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil praktikum penghitungan nilai hematokrit pada ikan mas
didapatkan hasil sebagai berikut:
50% Hematokrit
48%
Plasma Darah
45%
Tabung 1
52%
48%
48%
48%
44%
39%
39%
80%
34%
33%
33%
32%
30%
30%
27%
25%
25%
25%
24%
Presentase
60%
16%
40%
20%
0%
173
93
84
79
121
87
109
99
110
129
135
95
68
135
135
98,83
130,1
98,12
114,35
119,2
98
119,2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Kelompok
4.2 Pembahasan
Pembahasan dari praktikum penghitungan nilai hematokrit pada ikan mas
dibahas dengan data kelompok dan kelas.
(Kuswardani, 2006). Jika dengan menggunakan patokan ini maka ikan yang kami
bedah merupakan ikan yang tergolong sehat.
sangat menentukan fungsi peredaran oksigen. Jumlah sel darah ikan pada ikan
teleost berkisar antara 1.05106 sel/mm3 dan 3.0x 106 sel/mm3.
Nilai hematokrit yang kurang dari 22% menunjukan ikan mengalami anemia
(Gallaugher et al. 1995 dalam Abdullah 2008), sedangkan menurut Nabib dan
Pasaribu (1989) dalam Prasetyo (2008) bahwa nilai hematokrit darah ikan berkisar
5 60%, hematokrit di bawah 30% menunjukan defisiensi eritrosit. Apabila ikan
terkena penyakit atau nafsu makan menurun maka nilai hematokrit darah menjadi
lebih rendah (Delman and Brown 1989 dalam Prasetyo 2008). Terdapat perbedaan
hasil penelitian tersebut dengan pernyataan Bond (1979) yang menyatakan nilai
hematokrit ikan-ikan teleost normal berkisar 20-30% dan menurut Moyle & Cech
(2004) kondisi darah ikan Cyprinus carpio yang memiliki total eritrosit sebesar
1.430.000 sel/mm3 dan haematokrit sebesar 27,1 %, hal ini kemungkinan
dikarenakan perbedaan musim dan tempat penelitian. Ikan mas yang kami amati
diambil di wilayah tropis yang mana suhu lingkungannya lebih tinggi dari wilayah
sub tropis. Perubahan kondisi lingkungan atau pencemaran lingkungan akan
menyebabkan nilai hematokrit mengalami penurunan akibat respon stress pada ikan
(Tsuzuki et al. 2001 dalam Hartati 2012). Anderson (1992) dalam Hartati (2012)
menyatakan bahwa berkurangnya nilai hematokrit pada ikan dapat mengindasikan
adanya kontaminasi, ikan tidak makan, protein yang rendah pada pakan, defisiensi
vitamin dan infeksi penyakit. Bila dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian di
atas, dapat dikatakan bahwa kadar haematokrit ikan mas dalam praktikum
perikanan B sebagian besar berada dalam kisaran normal.
Pada hematokrit, kadar eritrosit yang rendah menunjukkan terjadinya anemia.
Sedangkan kadar tinggi menandakan bahwa ikan dalam keadaan stress.
Peningkatan hemotokrit dapat disebabkan sel membengkak pada keadaan ikan yang
mengalami hipoksia. Adapun faktor yang mempengaruhi lainnya ialah jumlah
eritrosit; apabila jumlah eritrosit dalam keadaan banyak, maka nilai hematokrit akan
meningkat. Ukuran eritrosit pun berpengaruh pada viskositas darah. Semakin tinggi
viskositas darah maka akan semakin tinggi nilai hematokrit. Kelainan bentuk pada
eritrosit juga berpengaruh; apabila terjadi kelainan bentuk (poikilositosis) maka
akan terjadi trapped plasma (plasma terperangkap) sehingga nilai hematokrit akan
21
5.1 Kesimpulan
Hematokrit adalah istilah yang menunjukan besarnya volume sel-sel eritrosit
seluruhnya didalam 100 mm3 darah dan dinyatakan dalam persen (%). Hasil
penghitungan hematokrit kelompok kami sebesar 48% dengan bobot ikan 79 gram.
Nilai hematokrit ikan mas yang kami amati berkisar antara 16 59 %. Nilai
hematokrit terbesar yaitu 59% dengan bobot ikan 119,2 g dan terkecil yaitu 16%
dengan bobot ikan 110 g. Nilai hematokrit bervariasi tergantung pada faktor nutrisi,
umur ikan, jenis kelamin, ukuran tubuh dan masa pemijahan. Dari suatu penelitian
dapat diketahui bahwa nilai hematokrit selain bisa digunakan sebagai
indikator tingkat keparahan suatu penyakit juga dapat digunakan sebagai respon
fisiologis ikan dalam menjaga kondisi homeostatis tubuhnya
5.2 Saran
Perlunya penelitian lebih lanjut dalam penghitungan nilai hematokrit pada
ikan untuk dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. Diskusi mengenai masalah
nilai hematokrit dan pengaruhnya pada ikan dapat dilakukan dengan merujuk pada
literatur dan observasi secara langsung.
22
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, R., Tang, UM. 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri Press: Pekanbaru.
Amlacher, E. 1970. Textbook of fish disease. Conroy D.A., R.L. Herman (eds.).
TFH Publ. Neptune. New York.
Amri, K., Khairuman. 2002. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. Agromedia:
Jakarta.
Angka SL., et al. 1985. Blood Picture and Bacteria Isolated From Ulcered and
Crooked-Black Clarias Batrachus. Symposium On Pract. Measure for
Preventing and Controlling Fish Disease. BIOTROP.
Bachtiar, Y. 2002. Pembesaran Ikan Mas di Kolam Air Deras. Agromedia Pustaka:
Jakarta.
Cahyono, B. 2000. Budidaya Ikan Air Tawar: Ikan Gurame, Ikan Nila, Ikan Mas.
Kanisius : Yogyakarta.
Chinabut S., et al. 1991. Histology of The Walking Catfish, Clarias bathracus.
IDRC Canada.
Dellman, HD., Brown, EM. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner. Edisi 3.
Diterjemahkan oleh: Hartono. UI Press : Jakarta.
Guyton AC. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Diterjemahkan oleh:
Irawati Setiawan. EGC : Jakarta.
Hartati, N.Y. 2012. Nilai Hematokrit Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang
Dipelihara Diberbagai Ketinggian Tempat. Skripsi. Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Lagler, KF., et al. 1977. Ichthyology. John Willey and Sons. Inc. New York-
London.
23
Lestari, A.S. 2001. Studi Karakteristik dan Patologi Aeromonas hydrophila pada
Ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus). Makalah Falsafah Sains. Program
Pasca Sarjana. IPB .Bogor.
Lukistyowati, I., et al. 2007. Analisis Hematologi sebagai Penentu Status
Kesehatan Ikan Air Tawar di Pekanbaru. Laporan Hasil Penelitian. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
Moyle, PB., Cech Jr, JJ. 1988. Fishes : An Introduction to Icthyology. Prentice
Hall, Inc. USA.
Nabib, R., Pasaribu, FH. 1989. Patologi Dan Penyakit Ikan. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat
Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor.
Pribadi, T. S., et al. 2002. Pembesaran Ikan Mas Di Kolam Air Deras. Agromedia
Pustaka : Jakarta.
Putri, F.E., et al. 2009. Kontraksi Otot Jantung Ikan. Institut Pertanian Bogor.
Wedemeyer, GA., Yasutake. 1977. Clinical Methods for The Assessment on The
Effect of Enviromental Stress on Fish Health. Technical Paper of The US
Departement of The Interior Fish ang the Wildlife Service, 89 : 1-17.
24
LAMPIRAN
Timbangan Nampan
25
Pipa Kapiler Heparinized Petridish
Ikan Mas
26
Menutup salah satu ujung pipa kapiler Sentrifugasi hematokrit
27
Kelompok Bobot (g) Hematokrit (%)
12 95 39%
13 68 44%
14 135 25%
15 135 30%
16 98,83 33%
17 130,1 32%
18 98,12 25%
19 114,35 24%
20 119,2 27%
21 98 39%
22 119,2 59%
28