Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR

PENGHITUNGAN NILAI HEMATOKRIT


PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio)

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas laporan akhir praktikum
Mata Kuliah Fisiologi Hewan Air semester ganjil

Disusun oleh :

Farah Khairunnisa 230110160088


Omar Farouq Alfarizi 230110160105
Kintan Prameswari Finef 230110160116

Kelas :
Perikanan B / Kelompok 2

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT. karena atas berkat dan rahmat-Nya
lah kami dapat menyelesaikan laporan akhir yang berjudul Penghitungan nilai
hematokrit pada ikan mas (Cyprinus carpio) sebagai salah satu persyaratan untuk
memenuhi laporan akhir praktikum Fisiologi Hewan Air. Hasil laporan ini
diharapkan akan mampu memberikan pengertian lebih jauh mengenai komposisi
sel darah dan nilai hematokrit pada ikan mas. Kami selaku penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Fisiologi Hewan Air, asisten
laboratorium praktikum Fisiologi Hewan Air serta teman-teman kami sekalian
karena bantuannya dalam proses pengerjaan laporan akhir ini.
Akhir kata semoga laporan ini dapat berguna bagi semua pihak
dalam pengembangan pengetahuan di bidang perikanan.

Jatinangor, Oktober 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

BAB Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... vii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Tujuan....................................................................................... 2
1.3 Kegunaan .................................................................................. 2
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Ikan Mas ...................................................................... 3
2.1.1 Klasifikasi................................................................................. 3
2.1.2 Morfologi ................................................................................. 4
2.1.3 Habitat ...................................................................................... 5
2.2 Sistem Peredaran Darah ........................................................... 5
2.2.1 Jantung ..................................................................................... 6
2.2.2 Saluran Darah ........................................................................... 7
2.3 Komponen Penyusun Darah ..................................................... 8
2.3.1 Sel Darah Merah (Eritrosit) ...................................................... 10
2.3.2 Sel Darah Putih (Leukosit) ....................................................... 10
2.3.3 Trombosit ................................................................................. 11
2.4 Hematokrit ................................................................................ 12
2.4.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ......................................... 12
2.4.2 Penghitungan Hematokrit......................................................... 13
III BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu ................................................................... 14
3.2 Alat dan Bahan ......................................................................... 14
3.3 Metode Praktikum .................................................................... 15
3.4 Prosedur Praktikum .................................................................. 15

IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil ......................................................................................... 17
4.1.1 Hasil Kelompok........................................................................ 17
4.1.2 Hasil Kelas ............................................................................... 17
4.2 Pembahasan .............................................................................. 18
4.2.1 Pembahasan Data Kelompok ................................................... 18
4.2.2 Pembahasan Data Kelas ........................................................... 19
V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan................................................................................... 22
5.2 Saran ......................................................................................... 22

iii
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 23
LAMPIRAN ..................................................................................... 25

iv
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


1 Alat yang digunakan dalam praktikum ........................................... 14
2 Bahan yang digunakan dalam praktikum ........................................ 14

v
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


1 Ikan Mas .......................................................................................... 3
2 Morfologi Ikan Mas ........................................................................ 4
3 Sistem Peredaran Vena pada Ikan Teleostei ................................... 6
4 Bagian-Bagian Jantung Ikan ........................................................... 6
5 Saluran Darah .................................................................................. 8
6 Komponen Darah ............................................................................ 9
7. Prosedur Praktikum ......................................................................... 16
8. Presentase plasma darah dan hematokrit ikan mas kelompok ........ 17
9. Grafik nilai hematokrit ikan mas perikanan B ................................ 17

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman


1 Alat praktikum................................................................................. 25
2 Bahan praktikum ............................................................................. 26
3 Kegiatan praktikum ......................................................................... 26
4 Data Kelompok ............................................................................... 27
5 Data Kelas ....................................................................................... 27

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Darah merupakan cairan terpenting dalam tubuh makhluk hidup. Darah
mengangkut oksigen, hormone, nutrien, dan hasil buangan. Darah merupakan salah
satu parameter yang dapat digunakan untuk melihat kelainan yang terjadi pada ikan,
baik yang terjadi karena penyakit ataupun karena keadaan lingkungan. Sehingga
dengan mengetahui kondisi gambaran darah kita dapat mengetahui kondisi
kesehatan suatu organisme (Delmann and Brown 1989).
Pada ikan yang terserang penyakit terjadi perubahan pada nilai hematokrit,
kadar hemoglobin, jumlah sel darah merah dan jumlah sel darah putih. Pemeriksaan
darah (hematologis) dapat digunakan sebagai indikator tingkat keparahan suatu
penyakit (Bastiawan et al. 2001). Studi hematologis merupakan kriteria penting
untuk diagnosis dan penentuan kesehatan ikan (Lestari 2001).
Hematokrit adalah volume sel darah yang di mampatkan atau picked cell
volume ( PCV ). Apabila darah disentrifuge maka akan terbagi ke dalam dua bagian
besar yaitu sel darah dan plasma darah. Sel darah terdiri dari sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keping darah (trombosit) sedangkan plasma
darah merupakan bagian cairan darah terdiri dari air protein,garam anorganik dan
substansi organic bukan protein.
Penghitungan nilai hematokrit yaitu setelah darah diproses seperti yang akan
dijelaskan di dalam percobaan ini, dibaca dalam Reading Chart Hematocrit
dalam satuan persen (%). Oleh karena itu, penting bagi kita melakukan pengujian
terhadap kualitas darah dari suatu jenis ikan atau organisme akuatik lainnya untuk
mengetahui dan menyimpulkan kondisi dari organisme tersebut. Pengujian tersebut
dapat dilakukan dengan menghitung jumlah sel darah merah dan sel darah putih
dari suatu sampel ikan.

1
2

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah menghitung nilai hematokrit dari ikan mas.
1.3 Kegunaan
Praktikan dapat mengetahui pengaruh nilai hematokrit pada keadaan ikan dan
faktor apa saja yang mempengaruhi nilai hematokrit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Ikan Mas


Ikan adalah hewan vertebrata yang hidup di dalam air, bernafas dengan
insang, bergerak dengan sirip, berkembang biak dengan bertelur, kulitnya bersisik
dan merupakan hewan berdarah dingin (poikilothermal).
Ikan mas termasuk osteichthyes. Dengan beberapa ciri antara lain, kulit
memiliki kelenjar mucous, cor memiliki dua ruang (atrium dan ventrikel), respirasi
mengandalkan insang, memiliki 10 pasang syaraf cranial, temperatur tubuh
tergantung lingkungan, bersifat ovipara, dan sebagainya. Fisiologi ikan mencakup
proses osmoregulasi, sistem sirkulasi, sistem respirasi, bioenergetik dan
metabolisme, pencernaan, organ-organ sensor, sistem saraf, sistem endokrin dan
reproduksi (Fujaya 1999).

2.1.1 Klasifikasi Ikan Mas


Ikan mas dapat di klasifikasikan secara taksonomi (Susanto 2007) sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus Carpio

Gambar 1. Ikan Mas (Cyprinus carpio)

3
4

2.1.2 Morfologi
Ikan mas termasuk famili Cyprinidae yang mempunyai ciri-ciri umum, badan
ikan mas berbentuk memanjang dan sedikit pipih ke samping (Compressed) dan
mulutnya terletak di ujung tengah (terminal), dan dapat disembulkan, di bagian
mulut dihiasi dua pasang sungut, yang kadang-kadang satu pasang di antaranya
kurang sempurna dan warna badan sangat beragam (Susanto 2007).
Tubuh ikan mas (Cyprinus carpio) dilengkapi dengan sirip. Sirip punggung
(dorsal) berukuran relatif panjang dengan bagian belakang berjari-jari keras dan
sirip terakhir yaitu sirip ketiga dan keempat, bergerigi. Letak antara sirip punggung
dan perut berseberangan. Sirip pada pectoral terletak dibelakang tutup insang
(overculum). Sisik ikan mas berukuran relatif lebih besar dan digolongkan kedalam
tipe sisik sikloid linea lateralis (gurat sisi), terletak dipertengahan tubuh, melintang
dari tutup insang sampai keujung belakang pangkal ekor. Pharynreal teeth (gigi
kerongkongan) terdiri dari tiga baris yang berbentuk gigi geraham (Suseno 2003).
Tubuh ikan mas digolongkan tiga bagian yaitu kepala, badan, dan ekor. Pada
kepala terdapat alat-alat seperti sepasang mata, sepasang cekung hidung yang tidak
berhubungan dengan rongga mulut, celah-celah insang, sepasang tutup insang, alat
pendengar dan keseimbangan yang tampak dari luar (Cahyono 2000). Jaringan
tulang atau tulang rawan yang disebut jari-jari. Sirip-sirip ikan ada yang
berpasangan dan ada yang tunggal, sirip yang tunggal merupakan anggota gerak
yang bebas. Disamping alat-alat yang terdapat dalam, rongga peritoneum dan
pericardium, gelembung renang, ginjal, dan alat reproduksi pada sistem pernapasan
ikan umumnya berupa insang (Bachtiar 2002).

Gambar 2. Morfologi Ikan Mas (Cyprinus carpio)


(Sumber : Rahardjo 2011)
5

2.1.3 Habitat
Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya tidak
terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau
danau. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150-600 meter diatas
permukaan air laut dan pada suhu 25-30C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan
mas kadang-kadang ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang
bersalinitas 25-30%.
Ikan mas telah dibudidayakan sebagai ikan konsumsi oleh bangsa Cina sejak
400 tahun SM. Menyebar merata di Asia, Eropa, Amerika dan Australia.
Pembudidayaan ikan mas di Indonesia banyak ditemui di Jawa dan Sumatra dalam
bentuk empang, balong maupun keramba terapung yang di letakan di danau atau
waduk besar. Habitat aslinya yang di alam meliputi sungai berarus tenang sampai
sedang dan di area dangkal danau. Perairan yang disukai tentunya yang banyak
menyediakan pakan alaminya.
Ceruk atau area kecil yang terdalam pada suatu dasar perairan adalah tempat
yang sangat ideal untuknya. Bagian-bagian sungai yang terlindungi rindangmya
pepohonan dan tepi sungai dimana terdapat runtuhan pohon yang tumbang dapat
menjadi tempat favoritnya. Ikan mas memijah di perairan yang dangkal, atau areal
perairan yang kering di musim kemarau dan di musim hujan tergenang.
Tergenangnya areal itu akan menimbulkan bau tanah yang dapat merangsang
terjadinya pemijahan. Ikan mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan
berada pada ketinggian antara 150 m sampai 1000 m diatas permukaan laut, dengan
suhu 20oC sampai 25oC pH air antara 7-8 (Pribadi et al. 2002).

2.2 Sistem Peredaran Darah Ikan


Seperti pada golongan vertebrata lainnya, ikan mempunyai sistem peredaran
darah tertutup, artinya darah tidak pernah keluar dari pembulunya, jadi tidak ada
hubungan langsung dengan sel tubuh sekitarnya. Darah memberi bahan materi
dengan perantaraan difusi melalui dinding yang tipis dari kapiler darah, dan kembali
ke jantung melalui pembulu yang ke dua. Seri pertama dinamakan sistem arteri dan
seri ke dua disebut sistem vena.
6

Sistem peredaran darah, organ utamanya adalah jantung yang bertindak


sebagai pompa tekan merangkap pompa hisap. Darah ditekan mengalir keluar dari
jantung melalui pembuluh arteri ke seluruh tubuh sampai ke kapiler darah,
kemudian dihisap melalui pembuluh vena dan kembali ke jantung. Sistem peredaran
darah ini disebut sistem peredaran darah tunggal.
Peredaran darah mempunyai peranan penting terutama dalam pengangkutan
oksige hasil respirasi, pengangkutan nutrien hasil proses pencernaan, dan
pengangkutan sisa metabolisme yang selanjutnya dibuang melalui insang, kulit dan
ginjal. Oleh karena itu sistem sirkulasi erat kaitannya dengan proses pernapasan,
sekresi, pencernaan dan osmoregulasi.

Gambar 3. Sistem Peredaran Vena pada Ikan Teleostei


2.2.1 Jantung
Jantung memiliki bagian-bagian yaitu sinus venosus, atrium, ventrikel, dan
conus arteriosus.

Gambar 4. Bagian-bagian jantung


(Sumber : Putri et al. 2009)
7

a. Sinus Venosus
Sinus Venosus adalah ruang tambahan yang berdinding tipis, hampir tidak
mengandung jaringan otot. Dinding kaudalnya bersatu dengan bagian depan dari
septum transversum, yang memisahkan rongga pericardial dari rongga
pleuroperitoneal. Darah venus dari seluruh tubuh, masuk di sinusvenosus melalui
sepasang ductus Cuvieri yang masuk di bagian lateral, dan sepasang sinushepaticus
yang masuk pada dinding posterior dari sinus venosus. Vena coronaria yang datang
dari dinding otot jantung, juga masuk dari sinus venosus. Dari sini darah melalui
lubang sinusatrial masuk ke dalam atrium.
b. Atrium
Atrium adalah ruang tunggal yang dindingnya relatif tipis, terletak anterior dari
sinus venosus. Darah dari atrium melalui lubang atrioventikular diteruskan ke
dalam rongga ventrikel. Lubang ini dijaga oleh klep atau katup atrioventrikular,
supaya aliran darah tidak kembali ke rongga atrium.
c. Ventrikel
Ventrikel adalah ruang berdinding tebal berotot, menerima darah hanya dari
atrium saja danmemompakan darah melalui aorta ventral ke insang. Ruang ini
dibentuk oleh dua lapisan ototyaitu lapisan otot luar disebut kortikal dan lapisan
otot dalam disebut spongi. Bagian ini menerima darah dari atrium melalui
atrioventricular. Ujung anterior dari ventrikel tumbuh memanjang dan berdinding
tebal, di dalamnya terdapat suatu seri klep semilunar.
d. Conus Arteriosus
Conus Arteriosus pada Elasmobranchii, conus arteriosus berkembang dengan
baik, tetapi tidak mempunyai bulbus arteriosus.Pada sebagian ikan Teleostei conus
arteriosus sudah tereduksi menjadi suatu struktur yang sangat kecil, sedangkan
bulbus arteriosus (perluasan sebagian dari aorta ventralis) berkembang dengan
baik.
2.2.2 Saluran Darah
a. Arteri
Arteri adalah pembuluh darah yang aliran darahnya menjauhi jantung atau
saluran yang dilaluidarah yang keluar dari insang dan menuju ke bagian-bagian
8

tubuh. Biasanya membawa darah yang kaya dengan oksigen ke seluruh bagian
tubuh. Saluran darah ini terdiri dari tiga lapisan yaitu bagian dalam (intima),
memiliki lapisan endothelium dan sub endothelium.
b. Vena
Vena adalah pembuluh darah balik yang aliran darahnya menuju ke jantung.
Struktur vena samahalnya dengan arteri, namun mempunyai dinding yang lebih
tipis dan rongga yang lebih besar dibanding arteri pada ukuran diameter yang sama.
Bagian dalam dari vena yang mengalamitekanan hidrostatik tinggi, umumnya kaya
akan jaringan elastis dan sel otot licin.
c. Kapiler
Kapiler adalah bagian percabangan saluran darah yang merupakan tempat
terjadinya pertukaran zat(gas nutrien) antara darah dengan jaringan/sel. Ada tiga
macam kapiler darah yaitu, kapiler kontinyu, kapiler berpori dan kapiler
diskontinyu (sinusoid).

Gambar 5. Saluran Darah


(Sumber : Lagler et al. 1977)

2.3 Komponen Penyusun Darah


Darah ikan mengalir dari jantung melalui aorta ventral dan arteri arteri
brankhial menuju ke insang untuk keperluan oksigenasi (Irianto 2005). Darah ikan
tersusun dari sel sel darah yang tersuspensi dalam plasma yang diedarkan ke
seluruh jaringan tubuh (Moyle dan Cech 1988). Fungsi darah ikan antara lain
mengedarkan sari makanan dan oksigen ke seluruh tubuh (Lagler et al. 1977).
9

Gambar 6. Komponen darah


(Sumber: FPIK Bung Hatta 2017)

Darah ikan terdiri dari atas komponen cairan (plasma) dan komponen seluler
(sel-sel darah). Sel-sel darah terdiri dari eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel
darah putih) dan trombosit (keping darah), yang diedarkan ke seluruh tubuh melalui
sistem sirkulasi tertutup (Wedemeyer et al. 1990). Sel dan plasma darah mempunyai
peranan fisiologis yang sangat penting. Plasma darah adalah suatu cairan jernih
yang mengandung mineral terlarut, hasil absorpsi dari pencernaan makanan,
buangan hasil metabolisme, serta gas terlarut (Lagler et al. 1977).
Leukosit dikelompokkan ke dalam granulosit dan agranulosit berdasarkan
ada tidaknya butir butir (granul) di dalam sitoplasma. Termasuk ke dalam
kelompok granulosit yaitu heterofil, eosinofil dan basofil. Jenis leukosit ini
memiliki sifat reaksi terhadap zat tertentu yaitu eosinofil yang bersifat asidofil
(berwarna merah oleh eosin), basofil berwarna basofil (ungu), dan heterofil bersifat
tidak basofil maupun asidofil (Dellman dan Brown 1992). Agranulosit dibagi
menjadi monosit dan limfosit (Lagler et al. 1977). Agranulosit tidak memiliki butir
sitoplasmik spesifik dan ditandai dengan inti berbentuk lonjong, bulat dengan lekuk
yang khas (Dellman dan Brown 1992).
Chinabut et al. (1991) melaporkan bahwa trombosit pada ikan berbentuk
bulat memanjang atau lonjong dan berperan dalam proses pembekuan darah karena
ikut serta dalam mengaktifkan protrombin menjadi trombin. Ciri khusus trombosit
adalah adanya lingkaran sitoplasma tipis di sekeliling inti yang akan berwarna ungu
tua saat diwarnai dengan Giemsa. Ukuran rata rata trombosit berkisar antara (4 x
7 m) (5 x 13 m).
10

Wedemeyer et al. (1990) melaporkan bahwa pemeriksaan darah penting


untuk membantu peneguhan diagnosa suatu penyakit. Penyimpangan fisiologis ikan
akan menyebabkan terjadinya perubahan pada gambaran darah, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif. Darah akan mengalami perubahan yang serius
khususnya apabila terkena penyakit infeksi (Amlacher 1970). Parameter darah yang
dapat memperlihatkan adanya gangguan adalah nilai hematokrit, konsentrasi
hemoglobin, jumlah eritrosit (sel darah merah) dan jumlah leukosit (sel darah putih)
(Lagler et al 1977).

2.3.1 Sel Darah Merah (Eritrosit)


Eritrosit pada ikan merupakan jenis sel darah yang paling banyak jumlahnya.
Bentuk eritrosit pada semua jenis ikan hampir sama. Eritrosit pada ikan memiliki
inti, seperti pada bangsa burung dan reptil. Jumlah eritrosit pada ikan teleostei
berkisar antara (1,05 - 3,0) x 106 sel/mm3 (Irianto 2005). Eritrosit berwarna
kekuningan, berbentuk lonjong, kecil, dengan ukuran berkisar antara 7 - 36 m
(Lagler et al. 1977). Eritrosit yang sudah matang berbentuk oval sampai bundar,
inti berukuran kecil dengan sitoplasma besar. Ukuran eritrosit ikan lele berkisar
antara (10 x 11 m) (12 x 13 m), dengan diameter inti berkisar antara 4 5 m.
Jumlah eritrosit ikan lele adalah 3,18 x 106 sel/ml (Angka et al. 1985). Jika diwarnai
dengan pewarnaan Giemsa, inti sel akan berwarna ungu dan dikelilingi oleh plasma
berwarna biru muda (Chinabut et al. 1991). Rendahnya eritrosit merupakan
indikator terjadinya anemia, sedangkan tingginya jumlah eritrosit menandakan ikan
dalam keadaan stres (Wedemeyer dan Yasutake 1977).

2.3.2 Sel Darah Putih (Leukosit)


Leukosit merupakan jenis sel yang aktif di dalam sistem pertahanan tubuh.
Setelah dihasilkan di organ timus dan ginjal, leukosit kemudian diangkut dalam
darah menuju ke seluruh tubuh (Irianto 2005). Leukosit akan ditanspor secara
khusus ke daerah yang mengalami peradangan yang serius (Guyton 1997).
Leukosit tidak berwarna dan jumlah leukosit total ikan teleostei berkisar
antara 20.000-150.000 butir tiap mm3. Leukosit berbentuk lonjong sampai bulat
(Moyle dan Chech 1988). Pada ikan lele, mas, dan nila, leukosit jenis eosinofil dan
11

basofil jarang ditemukan, kecuali bila ada reaksi kekebalan dengan perantaraan sel
(Nabib dan Pasaribu 1989).
Limfosit, dengan pewarnaan Giemsa, berbentuk bundar dengan sejumlah
kecil sitoplasma non granula berwarna biru cerah atau ungu pucat (Chinabut et al.
1991). Limfosit bersifat aktif dan mempunyai kemampuan berubah bentuk dan
ukuran. Limfosit mampu menerobos jaringan atau organ tubuh yang lunak untuk
pertahanan tubuh (Dellman dan Brown 1992). Ukuran rata rata limfosit berkisar
antara 4,5 - 12 m (Moyle dan Chech 1988). Persentase normal limfosit pada ikan
teleostei berkisar antara 71,12 82,88% (Affandi dan Tang 2002). Jumlah limfosit
di dalam darah ikan lebih banyak dibandingkan dengan limfosit pada mamalia.
Kepadatan limfosit pada ikan sebesar 48 x 106 sel/mm3 sedangkan pada mamalia
sekitar 2 x 106 sel/mm (Roberts 1978).
Monosit berbentuk oval atau bundar, dengan diameter berkisar antara 6 - 15
mikron, memiliki inti berbentuk oval. Inti terletak berdekatan dengan tepi sel dan
mengisi sebagian isi sel. Persentase monosit pada ikan teleostei sekitar 0,1% dari
seluruh populasi leukosit yang bersirkulasi. Monosit pada ikan memiliki morfologi
yang hampir sama dengan monosit pada mamalia (Roberts 1978). Nabib dan
Pasaribu (1989) melaporkan bahwa monosit bersama makrofag akan
memfagositosis sisa sisa jaringan dan agen penyebab penyakit.
Heterofil berbentuk bulat dan berukuran besar, diameter berkisar antara 9 -
13 mikron, memiliki sitoplasma dalam jumlah besar dan bergranul. Sitoplasma
berwarna biru cerah atau ungu pucat, sedangkan inti berwarna biru gelap (Chinabut
et al. 1991). Jumlah heterofil di dalam darah akan meningkat apabila terdapat
infeksi oleh bakteri (Dellman dan Brown 1992). Roberts (1978) melaporkan bahwa
persentase heterofil pada ikan berkisar antara 6 - 8%. Jumlah heterofil pada ikan
teleostei hampir sama dengan jumlah neutrofil pada mamalia, yaitu berkisar antara
(3 6) x 106 sel/mm3.

2.3.3 Trombosit
Trombosit merupakan platelet darah yang sangat kecil ukurannya (kira-kira
berdiameter sepertiga diameter sel darah merah), tidak memiliki inti dan bentuknya
12

bulat. Trombosit melekat pada dinding pembuluh darah yang terluka dan kemudian
menutup daerah yang rusak di dinding vaskuler. Ketika trombosit pecah, agn
pengkoagulasi membentuk tromboplastin yang membantu membentuk jaring-jaring
sel sebagai upaya pertama dalam proses penyembuhan (Winarni 1997 dalam Hartati
2012).

2.4 Hematokrit
Hematokrit merupakan persentase volume eritrosit dalam darah ikan. Hasil
pemeriksaan terhadap hematokrit dapat dijadikan sebagai salah satu patokan untuk
menentukan keadaan kesehatan ikan, nilai hematokrit kurang dari 22%
menunjukkan terjadinya anemia. Perubahan kondisi lingkungan atau pencemaran
lingkungan akan menyebabkan nilai hematokrit mengalami penurunan akibat
respon stress pada ikan (Tsuzuki et al 2001 dalam Hartati 2012). Kadar hematokrit
ini juga bervariasi tergantung pada faktor nutrisi, umur ikan, jenis kelamin, ukuran
tubuh, dan masa pemijahan. Hematokrit adalah volume eritrosit yang dipisahkan
dari plasma dengan memutarnya di dalam tabung khusus yang nilainya dinyatakan
dalam persen. Hematokrit didefinisikan sebagai perbandingan antara sel darah
merah dengan seluruh volume darah. Presentase kadar hematokrit berhubungan
dengan jumlah sel darah merah (Kuswardani 2006; Pusdik 1989 dalam Hartati
2012). Menurut Yuda (1999) dalam Hartati (2012) nilai hematokrit tidak selalu
tetap hasilnya dan pada ikan nilainya antara 5 60 %. Selanjutnya dikatakan bahwa
nilai hematokrit dapat juga digunakan untuk mendeteksi terjadinya animea dan ikan
terkena penyakit apabila ikan kehilangan nafsu makan karena sebab yang tidak jelas
dan ditunjukkan dengan rendahnya nilai hematokrit. Anderson (1992) dalam Hartati
(2012) menyatakan bahwa berkurangnya nilai hematokrit pada ikan dapat
mengindasikan adanya kontaminasi, ikan tidak makan, protein yang rendah pada
pakan, defisiensi vitamin dan infeksi penyakit.

2.4.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hematokrit


Hal-hal yang mempengaruhi hematokrit yaitu :
a. Bila memaki darah kapiler tetesan darah pertama harus dibuang karena
mengandung cairan intrastitial.
13

b. Bahan pemeriksaan yang ditunda lebih dari 6 8 jam akan meningkatkan


hematokrit.
c. Bahan pemeriksaan tidak dicampur hingga homogen sebelum pemeriksaan
dilakukan.
d. Darah yang diperiksa tidak boleh mengandung bekuan. e. Didaerah beriklim
tropis, tabung kapiler yang mengandung heparin cepat rusak karena itu harus
disimpan dilemari es (Irianto 2005 dalam Hartati 2012). Nilai hematokrit
adalah volume semua eritrosit dalam 100 mL darah dan disebut dengan persen
(%) dari volume darah tersebut. Biasanya nilai hematokrit ini ditentukan
dengan menggunakan darah vena atau darah kapiler.
2.4.2 Penghitungan Hematokrit
Ada 3 metode untuk menentukan nilai hematokrit, yaitu :
a. Darah dimasukkan ke dalam tabung Winstrobe yang mempunyai skala,
kemudian diputar dengan kecepatan 3000 putaran per menit selama setengah
jam (sebelum dimasukkan ke dalam tabung darah diberi antikoagulan terlebih
dahulu).
b. Mikrohematokrit, pada metode ini digunakan tabung kapiler khusus, alat
pemutar dan papan skala untuk menentukan % volume sel darah merah.
Kecepatanpemutaranadalah 11000 rpm selama 4 menit.
c. Hematokrit dapat dilakukan secara elektronik. Pada metode ini menggunakan
alat darah yang mampu meneruskan aliran, sedangkan sel darah merah
bersifat menghambat aliran listrik darah yang telah dicampur dengan
antikoagulan dihisap pada tabung khusus dan diselipkan pada alat baca.
Dengan hanya menekan tombol, nilai hematokrit dapat dibaca pada
galvanometer (Irianto 2005 dalam Hartati 2012).
14

BAB III
METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu


Kegiatan praktikum fisiologi hewan air penghitungan nilai hematokrit pada
ikan mas dilaksanakan pada pada hari Selasa, 10 Oktober 2017 yang bertempat di
Laboratorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum penghitungan nilai
hematokrit pada ikan mas yaitu:

3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum penghitungan nilai hematokrit pada
ikan mas yaitu:

Tabel 1. Alat yang digunakan dalam praktikum


No Nama Alat Fungsi
1. Timbangan Menimbang bobot tubuh ikan uji
2. Diseccting Kit Membedah ikan uji
Menjepit bagian saluran darah aorta
3. Penjepit arteri
ventralis
4. Pipa kapiler heparinized Menampung sampel darah segar
5. Sentrifuge hematokrit Alat Sentrifugasi
Menyumbat salah satu ujung pipa
6. Wax/ malam lilin
kapiler yang telah berisi darah segar
7. Hematocrit reading chart Papan pembaca nilai hematokrit (%)

3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum penghitungan nilai hematokrit pada
ikan mas yaitu:
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam praktikum
No Nama Bahan Fungsi
1. Ikan mas Objek yang akan diamati
2. Heparin Zat anti koagulan
15

3.3 Metode Praktikum


Metode yang digunakan dalam praktikum penghitungan nilai hematokrit
pada ikan mas (Cyprinus carpio) yaitu studi literatur dan observasi.

3.3.1 Studi Literatur


Menurut Koentjaraningrat teknik kepustakaan merupakan cara pengumpulan
data bermacam-macam material yang terdapat diruang kepustakaan, seperti koran,
buku-buku, majalah, naskah, dokumen dan sebagainya yang relevan dengan
penelitian (Koentjaraningrat 1983 dalam Syamsul 2013).

3.3.2 Observasi
Menurut Kamus Ilmiah Populer (dalam Suardeyasasri 2010), observasi
berarti suatu pengamatan yang teliti dan sistematis, dilakukan secara berulang-
ulang.

3.4 Prosedur Praktikum


Prosedur yang dilakukan dalam praktikum penghitungan nilai hematokrit
pada ikan mas (Cyprinus carpio) yaitu:

Ikan ditimbang lalu dicatat bobotnya

Ikan uji dipegang dengan tangan kiri (kepala ikan menghadap muka kita),
bagian anterior kepala ikan ditusuk dengan sonde tepat di bagian otak depan,
sonde diputar perlahan hingga otaknya rusak dan ikan pingsan

Ikan dibedah bagian dekat insang dan sebagian perut bagian anterior,
hingga terlihat organ jantung yang berdenyut

Aorta ventralis dijepit menggunakan penjepit arteri dan dibiarkan


beberapa saat sampai sinus venosus terisi penuh oleh darah

Diputuskan menggunakan gunting, disiapkan dan didekatkan ujung pipa


kapiler, darah ditampung sampai 3/4 volume pipa
16

Diputuskan menggunakan gunting, disiapkan dan didekatkan ujung pipa


kapiler, darah ditampung sampai 3/4 volume pipa

pipa kapiler yang telah diisi darah digoyang hati-hati ke kanan


dan kiri agar homogen dengan heparin

Salah satu ujung pipa di sumbat dengan malam

Pipa kapiler diletakkan secara seimbang pada sentrifuge hematokrit

Sentrifugasi dilakukan selama 3-4 menit pada kecepatan 11000 rpm

Pipa kapiler diletakkan pada "hematocrit reading chart" dan disesuaikan dengan
batas atas plasma dan batas bawah sel darah

Nilai hematokrit dibaca pada batas atas dari sel darah (%)

Gambar 7. Prosedur praktikum


17

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan hasil praktikum penghitungan nilai hematokrit pada ikan mas
didapatkan hasil sebagai berikut:

4.1.1 Hasil Kelompok


Berdasarkan hasil praktikum kelompok 2, penghitungan nilai hematokrit pada
ikan mas yang berbobot 79 g didapatkan hasil (gambar 8) sebagai berikut:[[[[[[[[[[[[

Presentase komponen penyusun darah ikan mas kelompok 2


55%
52%
Presentase

50% Hematokrit
48%
Plasma Darah
45%
Tabung 1

Gambar 8. Presentase plasma darah dan hematokrit ikan mas kelompok 2

4.1.2 Hasil Kelas


Berdasarkan hasil praktikum kelas perikanan B, pengitungan nilai hematokrit
pada ikan mas didapatkan hasil (gambar 9) sebagai berikut:

Nilai hematokrit ikan mas kelas perikanan B


59%
53%
52%

52%
48%

48%

48%

44%
39%

39%

80%
34%

33%

33%
32%
30%
30%

27%
25%
25%

25%
24%
Presentase

60%
16%

40%
20%
0%
173
93
84
79

121
87
109
99
110
129
135
95
68
135
135
98,83
130,1
98,12
114,35
119,2
98
119,2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Kelompok

Gambar 9. Grafik nilai hematokrit ikan mas perikanan B


18

4.2 Pembahasan
Pembahasan dari praktikum penghitungan nilai hematokrit pada ikan mas
dibahas dengan data kelompok dan kelas.

4.2.1 Pembahasan Data Kelompok


Praktikum kali ini yaitu mengenai nilai hematokrit pada ikan mas.
Pengamatan dilakukan dengan mengambil sampel darah segar dari ikan. Pertama
ikan uji ditimbang terlebih dahulu menggunakan timbangan analitik, kemudian ikan
uji dibedah menggunakan dissecting kit, pembedahan dilakukan dibagian belakang
insang namun tidak samapai ke anus. Pembedahan dilakukan untuk mengambil
jantung dan sinus venosus ikan. Setelah dibedah kemudian arteri dijepit
menggunakan penjepit arteri hingga sinus venosus dipenuhi oleh darah, setelah itu
arteri digunting dan aliran darah yang keluar dialirkan masuk ke pipa kapiler
heparinized, kemudian pipa digerakan ke kanan kiri agar darah dan heparin yang
terdapat dalam pipa dapat bercampur secara homogen sehingga darah tidak
mengalami penggumpalan setelah itu tutup salah satu lubang dengan menacapkan
secara tegak lurus pada lapisan malam lilin/wax yang telah disediakan, Siapkan
sentrifuge hematokrit, lalu letakkan secara seimbang antara masing-masing pipa
kapiler. Sampel diseentrifugasi selama 3 menit pada kecepatan 11.000 rpm. Setelah
selesai disentrifugasi, pipa kapiler yang sudah terpisah antara plasma dan sel darah
tersebut diletakan pada Hematocrit Reading Chart lalu disesuaikan dengan
ketinggian plasma sebagai batas atas dan sel darah merah sebagao batas bawah,
sehingga dapat diketahui nilai hematokrit pada batas atas dari sel darah merah.
Dari hasil pengamatan kelas, dapat diketahui bahwa hasil penghitungan
hematokrit kelompok kami sebesar 48% dengan bobot ikan 79 gram. Hematokrit
merupakan persentase volume eritrosit (sel darah merah) dalam darah ikan. Hasil
pemeriksaan terhadap hematokrit dapat dijadikan sebagai salah satu patokan untuk
menentukan keadaan kesehatan ikan, nilai hematokrit kurang dari 22%
menunjukkan terjadinya anemia. Kadar hematokrit ini bervariasi tergantung pada
faktor nutrisi, umur ikan, jenis kelamin, ukuran tubuh dan masa pemijahan
19

(Kuswardani, 2006). Jika dengan menggunakan patokan ini maka ikan yang kami
bedah merupakan ikan yang tergolong sehat.

4.2.2 Pembahasan Data Kelas

Berdasarkan hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa nilai hematokrit ikan


mas yang disajikan tabel data hasil kelas (gambar 9) bervariatif. Seperti yang telah
dibahas pada pembahasan data kelompok, Pengukuran hematokrit dapat dijadikan
sebagai salah satu parameter untuk mengetahui kesahatan ikan. Kuswardani (2006)
mengungkapkan bahwa kadar hematokrit ini dapatbervariasi tergantung pada faktor
nutrisi, umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, dan masa pemijahan. Nilai hematokrit
yang kurang dari 22% akan menunjukan terjadinya anemia. Sedangkan nilai
hematokrit ikan ikan teleost yang normal berkisar antara 20 30 % dan untuk
beberapa spesies laut berkisar 42 % (Bond 1979).
Ikan yang menjadi objek pengamatan memiliki bobot yang berkisar antara
68-173 g, hal ini menunjukkan bahwa bobot ikan objek pengamatan memiliki
interval yang panjang. Hasil analisis menunjukkan bahwa bobot tidak
mempengaruhi nilai hematokrit. Nilai hematokrit ikan mas yang kami amati
berkisar antara 16 59 %. Nilai hematokrit terbesar yaitu 59% dengan bobot ikan
119,2 g dan terkecil yaitu 16% dengan bobot ikan 110 g. Rata-rata nilai hematokrit
ikan mas yang diamati yaitu pada interval 30 - 40 %. Nilai haematokrit ikan mas
pada praktikum ini tidak berbeda jauh dengan kadar haematokrit ikan mas
(Cyprinus carpio) budidaya di Pekanbaru yang dilaporkan Lukistyowati et al.
(2007) yang berkisar antara 25,22-40,52%.
Presentase kadar hematokrit berhubungan dengan jumlah sel darah merah
(Kuswardani 2006; Pusdik 1989 dalam Hartati 2012). Robert (1978) dalam Mulyani
(2006) mengungkapkan bahwa darah merupakan cairan yang membawa nutrien,
transportasi oksigen dan karbondioksida, menjaga keseimbangan suhu tubuh dan
berperan penting dalam sistem pertahanan tubuh dan berperan penting dalam sistem
pertahanan tubuh. Darah ada yang beruba padatan maupun cairan, yang termasuk
kedalam padatan adalah sel darah merah (eritrosit) dan sel darah putih (leukosit)
sedangkan yang berbentuk cairan ialah plasma darah. Jumlah sel darah merah
20

sangat menentukan fungsi peredaran oksigen. Jumlah sel darah ikan pada ikan
teleost berkisar antara 1.05106 sel/mm3 dan 3.0x 106 sel/mm3.
Nilai hematokrit yang kurang dari 22% menunjukan ikan mengalami anemia
(Gallaugher et al. 1995 dalam Abdullah 2008), sedangkan menurut Nabib dan
Pasaribu (1989) dalam Prasetyo (2008) bahwa nilai hematokrit darah ikan berkisar
5 60%, hematokrit di bawah 30% menunjukan defisiensi eritrosit. Apabila ikan
terkena penyakit atau nafsu makan menurun maka nilai hematokrit darah menjadi
lebih rendah (Delman and Brown 1989 dalam Prasetyo 2008). Terdapat perbedaan
hasil penelitian tersebut dengan pernyataan Bond (1979) yang menyatakan nilai
hematokrit ikan-ikan teleost normal berkisar 20-30% dan menurut Moyle & Cech
(2004) kondisi darah ikan Cyprinus carpio yang memiliki total eritrosit sebesar
1.430.000 sel/mm3 dan haematokrit sebesar 27,1 %, hal ini kemungkinan
dikarenakan perbedaan musim dan tempat penelitian. Ikan mas yang kami amati
diambil di wilayah tropis yang mana suhu lingkungannya lebih tinggi dari wilayah
sub tropis. Perubahan kondisi lingkungan atau pencemaran lingkungan akan
menyebabkan nilai hematokrit mengalami penurunan akibat respon stress pada ikan
(Tsuzuki et al. 2001 dalam Hartati 2012). Anderson (1992) dalam Hartati (2012)
menyatakan bahwa berkurangnya nilai hematokrit pada ikan dapat mengindasikan
adanya kontaminasi, ikan tidak makan, protein yang rendah pada pakan, defisiensi
vitamin dan infeksi penyakit. Bila dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian di
atas, dapat dikatakan bahwa kadar haematokrit ikan mas dalam praktikum
perikanan B sebagian besar berada dalam kisaran normal.
Pada hematokrit, kadar eritrosit yang rendah menunjukkan terjadinya anemia.
Sedangkan kadar tinggi menandakan bahwa ikan dalam keadaan stress.
Peningkatan hemotokrit dapat disebabkan sel membengkak pada keadaan ikan yang
mengalami hipoksia. Adapun faktor yang mempengaruhi lainnya ialah jumlah
eritrosit; apabila jumlah eritrosit dalam keadaan banyak, maka nilai hematokrit akan
meningkat. Ukuran eritrosit pun berpengaruh pada viskositas darah. Semakin tinggi
viskositas darah maka akan semakin tinggi nilai hematokrit. Kelainan bentuk pada
eritrosit juga berpengaruh; apabila terjadi kelainan bentuk (poikilositosis) maka
akan terjadi trapped plasma (plasma terperangkap) sehingga nilai hematokrit akan
21

meningkat. Faktor yang mempengaruhi kegagalan dalam perhitungan nilai


hematokrit diantaranya tidak sempurnanya penutupan ujung pipa kapiler dengan
malam/wax sehingga terjadi hilangnya dari pipa kapiler setelah dilakukan
sentrifugasi.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Hematokrit adalah istilah yang menunjukan besarnya volume sel-sel eritrosit
seluruhnya didalam 100 mm3 darah dan dinyatakan dalam persen (%). Hasil
penghitungan hematokrit kelompok kami sebesar 48% dengan bobot ikan 79 gram.
Nilai hematokrit ikan mas yang kami amati berkisar antara 16 59 %. Nilai
hematokrit terbesar yaitu 59% dengan bobot ikan 119,2 g dan terkecil yaitu 16%
dengan bobot ikan 110 g. Nilai hematokrit bervariasi tergantung pada faktor nutrisi,
umur ikan, jenis kelamin, ukuran tubuh dan masa pemijahan. Dari suatu penelitian
dapat diketahui bahwa nilai hematokrit selain bisa digunakan sebagai
indikator tingkat keparahan suatu penyakit juga dapat digunakan sebagai respon
fisiologis ikan dalam menjaga kondisi homeostatis tubuhnya
5.2 Saran
Perlunya penelitian lebih lanjut dalam penghitungan nilai hematokrit pada
ikan untuk dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. Diskusi mengenai masalah
nilai hematokrit dan pengaruhnya pada ikan dapat dilakukan dengan merujuk pada
literatur dan observasi secara langsung.

22
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R., Tang, UM. 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri Press: Pekanbaru.

Amlacher, E. 1970. Textbook of fish disease. Conroy D.A., R.L. Herman (eds.).
TFH Publ. Neptune. New York.

Amri, K., Khairuman. 2002. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. Agromedia:
Jakarta.

Angka SL., et al. 1985. Blood Picture and Bacteria Isolated From Ulcered and
Crooked-Black Clarias Batrachus. Symposium On Pract. Measure for
Preventing and Controlling Fish Disease. BIOTROP.

Bachtiar, Y. 2002. Pembesaran Ikan Mas di Kolam Air Deras. Agromedia Pustaka:
Jakarta.

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. Saunders College Publishing. Philadelphia.

Cahyono, B. 2000. Budidaya Ikan Air Tawar: Ikan Gurame, Ikan Nila, Ikan Mas.
Kanisius : Yogyakarta.

Chinabut S., et al. 1991. Histology of The Walking Catfish, Clarias bathracus.
IDRC Canada.

Dellman, HD., Brown, EM. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner. Edisi 3.
Diterjemahkan oleh: Hartono. UI Press : Jakarta.

Febriadi, Z. 2013. Tinjauan Historis Masuk dan Berkembangnya Islam Di Teluk


Betung. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Lampung.

Fujaya, Y. 1999. Fisiologi Ikan. Rineka Cipta : Jakarta.

Guyton AC. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Diterjemahkan oleh:
Irawati Setiawan. EGC : Jakarta.

Hartati, N.Y. 2012. Nilai Hematokrit Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang
Dipelihara Diberbagai Ketinggian Tempat. Skripsi. Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gajah Mada University Press :


Yogyakarta.

Lagler, KF., et al. 1977. Ichthyology. John Willey and Sons. Inc. New York-
London.

23
Lestari, A.S. 2001. Studi Karakteristik dan Patologi Aeromonas hydrophila pada
Ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus). Makalah Falsafah Sains. Program
Pasca Sarjana. IPB .Bogor.
Lukistyowati, I., et al. 2007. Analisis Hematologi sebagai Penentu Status
Kesehatan Ikan Air Tawar di Pekanbaru. Laporan Hasil Penelitian. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.

Moyle, PB., Cech Jr, JJ. 1988. Fishes : An Introduction to Icthyology. Prentice
Hall, Inc. USA.

Nabib, R., Pasaribu, FH. 1989. Patologi Dan Penyakit Ikan. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat
Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor.

Pribadi, T. S., et al. 2002. Pembesaran Ikan Mas Di Kolam Air Deras. Agromedia
Pustaka : Jakarta.

Putri, F.E., et al. 2009. Kontraksi Otot Jantung Ikan. Institut Pertanian Bogor.

Roberts, RJ. 1978. Fish Patology. Iowa State University Press.

Susanto. 2004. Budidaya Mas. Kanisius: Yogyakarta

Susanto. 2007. Pembenihan Ikan Mas. Kanisius: Yogyakarta

Suseno. 2003. Pengelolaan Usaha Pembenihan Ikan Mas. Penebar Swadaya:


Jakarta

Syamsul, H. 2013. Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Observasi


Terhadap Keterampilan Proses Sains Oleh Siswa Pada Materi Pokok
Keanekaragaman Ciri-Ciri Makhluk Hidup (Kuasi Eksperimen Pada Siswa
Kelas Vii Smp Negeri 2 Tanjung Bintang Lampung Selatan Semester Genap
Tahun Pelajaran 2012/2013). Skripsi. Fakultas Kip, Universitas Lampung.

Wedemeyer, GA., Yasutake. 1977. Clinical Methods for The Assessment on The
Effect of Enviromental Stress on Fish Health. Technical Paper of The US
Departement of The Interior Fish ang the Wildlife Service, 89 : 1-17.

Zuhrawati, N.A. 2014. Pengaruh Peningkatan Suhu Terhadap Kadar Hemoglobin


dan Nilai Hematokrit Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal. Jurnal
Medika Veterinaria, Vol 8(1).

24
LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat Praktikum

Diseccting Kit Sonde

Timbangan Nampan

Sentrifuge Hematokrit Wax/Malam Lilin

Hematocrit Reading Chart Penjepit arteri

25
Pipa Kapiler Heparinized Petridish

Lampiran 2. Bahan Praktikum

Ikan Mas

Lampiran 3. Kegiatan Praktikum

Pengambilan ikan uji Penimbangan ikan uji

Penusukan pada otak ikan Pembedahan ikan

Aorta ventralis dijepit Pengisian pipa kapiler dengan darah

26
Menutup salah satu ujung pipa kapiler Sentrifugasi hematokrit

Pembacaan nilai hematokrit pipa 1 Pembacaan nilai hematokrit pipa 2

Pembacaan nilai hematokrit pipa 3

Lampiran 4. Data Kelompok


Bobot (g) Plasma Darah (%) Hematokrit (%)
79 52% 48%

Lampiran 5. Data Kelas


Kelompok Bobot (g) Hematokrit (%)
1 84 25%
2 79 48%
3 173 52%
4 93 34%
5 121 53%
6 87 33%
7 109 48%
8 99 52%
9 110 16%
10 129 30%
11 135 48%

27
Kelompok Bobot (g) Hematokrit (%)
12 95 39%
13 68 44%
14 135 25%
15 135 30%
16 98,83 33%
17 130,1 32%
18 98,12 25%
19 114,35 24%
20 119,2 27%
21 98 39%
22 119,2 59%

28

Anda mungkin juga menyukai