Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia- Nya
akhirnya kami dapat menyelesaikan Makalah Ilmu Nutrisi Ternak Ruminansia dengan judul
Pakan Serta Nutrisi Ternak Ruminansia

Pada kesempatan ini dengan penuh kerendahan hati kami ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Siti Chuzaemi, MS selaku dosen pengampu Mata kuliah Ilmu
Nutrisi Ternak Ruminansia yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini adalah hasil upaya kami dalam mengulas tentanng pakan ternak ruminansia
dalam kebutuhan ternak dalam kesetiap harinya dalam upaya memperbaiki nutrisi dalam pakan
ternak ruminansia. Kritik dan saran atas kekurangan makalah ini sangat diperlukan untuk
mencapai hasil tulisan yang maksimal.

Akhir kata kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami, semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal kepada kita semua.
Amin

Penyusun

Malang, 4 september 2017

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................1


DAFTAR ISI............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
BAB III KESIMPULAN..........................................................................................................9
BAB IV DAFTAR PUSTAKA................................................................................................10

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Para peternak ruminansia pada umumnya memelihara ternaknya secara ekstensif atau
tradisional dengan sumber pakan atau hijauan hanya diharapkan dari rumput lapangan yang
tumbuh di pinggir jalan, sungai, pematang sawah, dan tegalan yang sangat tergantung dari
musim yang tidak tetap sepanjang tahun. Pada musim hujan produksinya sangat berlimpah,
sedangkan pada musim kemarau relatif sedikit. Kurangnya pakan sering membawa dampak
terhadap kelangsungan kehidupan ternak, sehingga dibutuhkan pakan yang cukup dalam upaya
menunjang kelangsungan hidup ternak dan menjaga kuliatas serta meningkatkan kualitasnya
menjadi seperti apa yang diharapkan oleh para peternak.

Hijauan merupakan sumber pakan utama untuk ternak ruminansia, sehingga untuk
meningkatkan produksi ternak ruminansia harus diikuti oleh peningkatan penyediaan
hijauan yang cukup baik dalam kuantitas maupun kualitas. Beberapa faktor yang
menghambat penyediaan hijauan, yakni terjadinya perubahan fungsi lahan yang
sebelumnya sebagai sumber tumbuhnya hijauan pakan menjadi lahan pemukiman, lahan
untuk tanaman pangan, dan tanaman industri. Salah satu langkah untuk mengurangi
keterbatasan hijauan dan pakan adalah dengan pemanfaatan limbah pertanian dan hijauan
yang tumbuh di lahan perkebunan. Dengan demikian, perlu dicari potensi hijauan asal limbah
pertanian dan hijauan yang tumbuh di lahan perkebunan yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber pakan ternak ruminansia.

Produktivitas ternak sebagian besar ditentukan oleh kualitas dan kuantitas pakan
yang dikonsumsi. Kualitas pakan mencakup pengertian kandungan berbagai zat gizi,
seperti energi, protein, mineral, vitamin serta kandungan zat-zat anti nutrisi seperti tannin,
lignin dan senyawa-senyawa sekunder lain. Interaksi antar komponen zat gizi maupun
zat anti nutrisi perlu mendapatkan perhatian dalam upaya menyusun formula pakan yang
efisien dan memenuhi kebutuhan ternak untuk berproduksi tinggi. Keseimbangan energi
dan protein menjadi hal yang penting karena dapat mempengaruhi dinamika proses
fermentasi mikrobial di dalam rumen. Meskipun demikian, sifat fisika-kimia bahan-bahan
pakan sumber energi dan protein perlu diperhatikan mengingat bahwa degradasi protein di
dalam rumen akan menghilangkan fungsi bahan tersebut sebagai sumber asam amino yang
diperlukan ternak. Degradasi bahan pakan sumber energi akan mempengaruhi

3
pembentukan asam-asam lemak mudah terbang di dalam rumen yang merupakan sumber
energi utama bagi ternak ruminansia.

4
BAB II

PEMBAHASAN

Pakan adalah makanan/asupan yang diberikan kepada hewan ternak (peliharaan).


Pakan merupakan sumber energi dan materi bagi pertumbuhan dan dan kehidupan makhluk
hidup . Zat yang terpenting dalam pakan adalah protein. Pakan berkualitas adalah pakan yang
kandungan protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitaminnya seimbang. Pada umumnya
pengertian pakan (feed) digunakan untuk hewan yang meliputi kuantitatif, kualitatif,
kontinuitas serta keseimbangan zat pakan yang terkandung di dalamnya. Pakan adalah segaalah
sesuatu yang dapat diberikan sebagai sumber energi dan zat-zat gizi, istilah pakan sering
diganti dengan bahan baku pakan, pada kenyataanya sering terjadi penyimpangan yang
menunjukkan penggunaan kata pakan diganti sebagai bahan baku pakan yang telah diolah
menjadi pellet, crumble atau mash.

Bahan pakan adalah (bahan makanan ternak) adalah segalah sesuatu yang dapat
diberikan kepada ternak baik yang berupa bahan organik maupun anorganik yang sebagian atau
semuanya dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak. Bahan organik yang terkandung
dalam bahan pakan, protein, lemak, serat kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen, sedang bahan
anorganik seperti calsium, phospor, magnesium, kalium, natrium. Kandungan bahan organik
ini dapat diketahui dengan melakukan analisis proximat dan analisis terhadap vitamin dan
mineral untuk masing masing komponen vitamin dan mineral yang terkandung didalam bahan
yang dilakukan di laboratorium dengan teknik dan alat yang spesifik.

Hijauan yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ialah tanaman jagung, padi,
singkong, kakao serta tanaman di lahan perkebunan karet, kelapa dalam, dan kelapa sawit
berpotensi sebagai hijauan yang berupa jerami jagung, jerami padi, daun singkong, kulit
buah kakao, rumput lapang yang ada dilahan perkebunan karet, kelapa dalam, dan kelapa
sawit, serta pelepah daun kelapa sawit. Nilai nutrisi yang dimiliki seperti serat kasar (SK),
protein kasar (PK), lemak kasar (LK), Abu, BETN dan TDN dapat menunjang
pertumbuhan dan perkembangan ternak. Hijauan asal pertanian dan perkebunan merupakan
sumber energi dan protein yang dibutuhkan untuk menunjang produktivitas ternak
ruminansia.

Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada ternak dalam bentuk
segar, baik yang dipotong terlebih dahulu (oleh manusia) maupun yang tidak (disengut
langsung oleh ternak). Hijauan segar umumnya terdiri atas daun-daunan yang berasal dari

5
rumput-rumputan, tanaman bijibijian/ jenis kacang-kacangan. Rumput-rumputan merupakan
hijauan segar yang sangat disukai ternak, mudah diperoleh karena memiliki kemampuan
tumbuh tinggi, terutama di daerah tropis meskipun sering dipotong/disengut langsung oleh
ternak sehingga menguntungkan para peternak/pengelola ternak. Hijauan banyak mengandung
karbohidrat dalam bentuk gula sederhana, pati dan fruktosa yang sangat berperan dalam
menghasilkan energi.

Kebutuhan ternak terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi.


Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat bergantung pada jenis ternak, umur, fase
(pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan
tempat hidupnya (temperatur, kelembaban nisbi udara) serta bobot badannya. Maka, setiap
ekor ternak yang berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda pula. Rekomendasi
yang diberikan oleh Badan Penelitian Internasional (National Research Council) mengenai
standardisasi kebutuhan ternak terhadap pakan dinyatakan dengan angka-angka kebutuhan
nutrisi ternak ruminansia. Rekomendasi tersebut dapat digunakan sebagai patokan untuk
menentukan kebutuhan nutrisi ternak ruminansia, yang akan dipenuhi oleh bahan-bahan pakan
yang sesuai/bahan-bahan pakan yang mudah diperoleh di lapangan.

Kuantitas pakan yang diperlukan berkaitan dengan interaksi antara kecernaan dan
kapasitas organ pencernaan, terutama kapasitas kompartemen retikulorumen, yang akan
menentukan jumlah zat gizi pakan yang sebenarnya dapat dimanfaatkan oleh ternak.
Perkembangan informasi hasil penelitian nutrisi pada ternak ruminansia dapat dijadikan
bahan untuk menentukan strategi pemberian pakan optimal sesuai dengan tingkat
produktivitas ternak. Meskipun sebagian besar permasalahan nutrisi ternak ruminansia sudah
sejak lama dipecahkan, namun publikasi hasil penelitian yang relatif baru masih terus
dilakukan. Dalam makalah ini dikemukakan informasi terkait dengan hasil-hasil penelitian
pada ternak ruminansia dari berbagai sumber media publikasi ilmiah, terutama dalam hal
pemanfaatan energi dan protein.

Energi merupakan indikator utama dalam menentukan kebutuhan pakan ruminansia.


Energi dapat berasal dari berbagai sumber bahan organik pakan, termasuk serat, karbohidrat,
lemak dan protein. Potensi masing-masing sumber bahan organik tersebut sebagai penyedia
energi bervariasi sesuai dengan tingkat degradabilitas dan fermentabilitasnya. Komponen
serat yang menjadi sumber energi utama pada ternak ruminansia memerlukan aktivitas
mikroba agar dapat didegradasi menjadi monomer atau oligomer dari senyawa dasar

6
penyusunnya, yaitu hexosedan pentose. Proses degradasi dan fermentasi serat melibatkan
berbagai aktivitas, antara lain mekanis, ensimatis dan metabolis yang merupakan pengaruh
interaksi antara mikroba dengan faktor-faktor lingkungan di dalam rumen.

Perbedaan kemampuan mikroba rumen dalam mencerna pakan turut menentukan


efisiensi pemanfaatan energi yang ada di dalam pakan. Sebagai contoh, ternak kerbau
mempunyai mikroba rumen dengan kemampuan mencerna pakan berserat yang lebih tinggi
dibandingkan domba atau sapi. Perbedaan ini disebabkan oleh adanya ragam mikroba yang
berlainan antar spesies ternak. Pakan berkualitas rendah dengan nilai kecernaan rendah
cenderung menghasilkan gas metana yang lebih tinggi. Hal ini juga menunjukkan bahwa
sebagian energi yang terkandung di dalam pakan akan terbuang sebagai energi gas metana
yang jumlahnya dapat bervariasi dari 2 15% dari energi yang ada di dalam pakan.

Lemak merupakan sumber energi dengan nilai kalori sekitar 2,25 kali lebih tinggi
dibandingkan karbohidrat. Beta oksidasi lemak dapat menghasilkan energi dalam bentuk
FADH2 dan NADH dan berperan dalam proses elektron transpor sehingga menghasilkan
energi yang tinggi. Oksidasi lengkap dari asam palmitat (C16) dapat menghasilkan FADH2
dan NADH yang setara dengan 129 ATP. Pada ternak ruminansia, kandungan lemak
dalam pakan disarankan tidak melebihi 5% karena kandungan lemak yang tinggi akan
mempengaruhi aktivitas mikroba rumen yaitu menurunkan populasi mikroba pencerna
serat. Bahan pakan yang mengandung alkohol juga dapat menjadi sumber energi bagi
ternak.

Pemberian protein tidak mudah tercerna (undegraded protein) yang berbeda


jumlahnya tidak mempengaruhi konsumsi bahan kering, bahan organik dan protein pakan,
namun perbedaan kandungan energi pakan sangat nyata mempengaruhi konsumsi bahan
kering, bahan organik dan protein pakan. Tingkat pemberian protein yang tidak mudah
didegradasi menyebabkan perbedaan kecernaan protein. Protein yang mengalami degradasi
(deaminasi), selain melepaskan gugus amonia (NH3), akan menghasilkan gugus rantai
karbon yang juga dapat menjadi substrat dalam proses fermentasi mikrobial rumen. Oleh
karena itu, protein juga merupakan sumber energi bagi ternak ruminansia. Sinkronisasi
antara ketersediaan energi dan protein di dalam rumen selain dapat meningkatkan aktivitas
mikrobial ternyata juga dapat meningkatkan sintesis protein mikroba rumen dan performans
ternak.

7
Sumber protein dapat berasal dari hijauan terutama dari tanaman leguminosa, biji-
bijian yang sudah diekstrak minyaknya seperti bungkil kedelai, limbah industri minyak,
misalnya bungkil kelapa, ataupun berasal dari hewan seperti tepung ikan, tepung darah, tepung
daging, tepung bulu dan lain sebagainya. Untuk ternak ruminansia, nilai hayati protein
pakan pada umumnya dapat dibedakan menjadi 2 kelompok besar berdasarkan
degradabilitasnya di dalam rumen, yaitu (1) protein yang mudah didegradasi, dan (2)
protein yang tahan terhadap degradasi.

Mineral dibedakan atas tingkat keperluannya sehingga dikenal ada 2 kelompok


mineral, yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro antara lain Ca, P, K,
Mg dan Sulfur. Mineral makro dibutuhkan ternak dalam jumlah yang lebih banyak
daripada mineral mikro. Mineral mikro dibutuhkan dalam jumlah kecil namun berperan
penting dalam kehidupan ternak. Mineral juga dibedakan atas kepentingannya bagi ternak
menjadi mineral esensial dan mineral non-esensial. Beberapa mineral esensial antara lain
zinc, cobalt, molibdenum, selenium dan jodium. Pada umumnya mineral esensial berperan
sebagai kofaktor berbagai macam ensim. Sumber mineral dapat berasal dari batuan,
tanah, tanaman, hewan, ikan maupun produk industri. Vitamin dibedakan berdasarkan sifat
kelarutannya pada media yaitu vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E dan K)
dan vitamin yang larut dalam air. Sumber vitamin dapat berasal dari tanaman, hewan maupun
ikan.

8
BAB III

KESIMPULAN

Pakan adalah makanan/asupan yang diberikan kepada hewan ternak. Pakan merupakan
sumber energi dan materi bagi pertumbuhan dan dan kehidupan makhluk hidup . Zat yang
terpenting dalam pakan adalah protein dan bahan pakan merupakan segalah sesuatu yang dapat
diberikan kepada ternak baik yang berupa bahan organik maupun anorganik yang sebagian atau
semuanya dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak. Nilai nutrisi yang dimiliki
seperti serat kasar (SK), protein kasar (PK), lemak kasar (LK), Abu, BETN dan TDN
dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan ternak.

Kebutuhan ternak terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi.


Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat bergantung pada jenis ternak, umur, fase
(pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan
tempat hidupnya (temperatur, kelembaban nisbi udara) serta bobot badannya. Kuantitas pakan
yang diperlukan berkaitan dengan interaksi antara kecernaan dan kapasitas organ
pencernaan,

9
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal,. Rudy. S, dan Muhtarudin. 2014. Potensi Hijauan Sebagai Pakan Ruminansia
di Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur: 93-100

Haryanto, Budi. 2012. Perkembangan Nutrisi Ruminansia. Wartazoa. Vol 22(4): 169-
177

Hartanto. 2008. Estimasi Konsumsi Bahan Kering, Protein Kasar, Total Digestible
Nutriens dan Sisa Pakan pada Sapi Peranakan Simmental. Agromedia. 26 (2) : 34-43.

10

Anda mungkin juga menyukai