Anda di halaman 1dari 9

I.

Maksud dan Tujuan


1. Untuk mengetahui arah lusi dan arah pakan
2. Untuk mengetahui jenis anyaman pada kain
3. Untuk mengetahui tetal lusi silang, lusi standart, dan tetal pakan
4. Untuk mengetahui mengkeret lusi silang, lusi standart dan mengkeret pakan
5. Untuk mengetahui nomer benang lusi silang, lusi standart dan pakan
6. Untuk mengetahui berat kain / m2
7. Untuk mengetahui selisih berat antara hasil penimbangan dengan hasil
perhitungan

II. Teori Dasar


Struktur kain
Memiliki 2 macam benang benang lusi tertentu. Lusi standart dan silang. Lusi standart
yaitu lusi biasa yang menyilang benang benang pakan diatas dan dibawahnya, sedangkan lusi
silang yaitu selain menyilang benang benang pakan diatas dan dibawahnya, juga berpindah
tempat dari samping kiri ke samping kanan, sambil menyilang kebawah atau keatas benang
benang standart. Jumlah benang lusi silang yang menyilang sejumlah lusi standart dapat diatur
dalam berbagai satuan menjadi kelompok tertentu dalam kain.

Kita dapat mengatur group dari satu lusi silang dan satu lusi standart 1 dan 2, 1 dan 3,
2 dan 2, 2 dan 3 dan seterusys, dimana satu group benang benang tersebut terpisah dalam
satu lubang sisir tenun terhadap group lainnya.

Benang lusi standart dan lusi silang tersebut dapat digulung dalam satu lalatan dan dapat
juga digulung dalam lalatan lalatan sendiri tergantung dari efek tenunnya. Penyilangan antar
lusi silang dan lusi standart dapat menghasilkan efek strip dalam bentuk plain, twill atau bentuk
corak kain

Pencucukan
Untuk memudahkan penjelasan mengenai pencucukan benang lusi standart dan benang
lusi silang dalam mata gun biasa dan doup. Maka kita mengambil contoh pada tenunan yang
paling sederhana, yaitu yang mempunyai group dari satu helai lusi standart dan satu helai lusi
silang.

1
Pembentukan mulut lusi
Untuk mengetahui bagaimana proses lusi silang dapat berpindah tempat, dapat
diketahui dari bentuk mulut lusi. Bentuk mulut lusi dalam pertenunan Gauze dan Leno dapat
dibedakan dalam tiga mulut. Yang tertera pada gambar 349 untuk doup bawah dan gambar 350
untuk doup atas.

A. Cross shed
Keadaan mulut lusi dimana lusi silang pada peluncuran pakan yang bersangkutan
berpindah tempat dari kedudukan normalnya menyebrangi lusi standart untuk mencapai mulut
lusi ini,
- Pada doup bawah, gambar 349 H diangkat gun gun D, F dan agar lusi silang tidak
tegang dikendorkan oleh E dengan mengangkat ujung batang A
- Pada doup atas, gambar 350L diangkat gun B, S dan A agar lusi silang tidak tegang,
maka perlu dikendor oleh E

B. Open shed
Open shed yaotu mulut lusi yang terbentuk seperti biasa untuk mencapai mulut lusi ini
:
- Pada doup bawah, gun gun yang diangkat : D dan B, jadi lusi silang berada diatas, dan
D seolah bergeser pada mata F dan benang lusi standart berada diantara D dan F

C. Ordinary shed
Mulut lusi ini juga seperti biasa dan kawan dari open shed, dimana pada doup bawah
hanya diangkat S. Jadi lusi standar diatas pada doup atas, diangkat : F, D, dan B. Dari
penjelasan diatas ternyata paling sedikit diperlukan lima alat pengangkatan dalam
pembentukan mulut, yaitu masing masing D,F,S,B,E

2
Salah satu contoh anyaman leno yang sederhana diagramnya diperlihatkan pada gambar J
dengan pencucukan yang sama dengan anyaman gauze dan rencana pengangkatannya terlukis
pada gambar 351P pada anyman leno ini terlihat bahawa lusi silang berada diatas pakan dan
berpindah tempat pada pakan pakan ganjil, sedang lusi standart dan lusi sialng berjalan seperti
anyaman plain, penyilangan lusi silang dengan lusi standart 351 L.

III. Alat dan Bahan

1. Lup
2. Gunting
3. Penggaris
4. Jarum
5. Timbangan
6. Kain contoh

IV. Langkah Kerja


1. Tentukan arah lusi standart, lusi silang dan arah pakan
2. Tentukan jenis anyamannya
3. Hitung tetal lusi dan tetal pakan pada 3 tempat yang berbeda lalu cari harga rata-ratanya
4. Potong kain contoh dengan ukuran 10 x10 cm, kemudian ditimbang
5. Ambil benang lusi dan pakan dari sisi yang berbeda, masing-masing 5 helai
a. ( lusi = 10 hl dan pakan = 10 hl ), lalu ditimbang masing-masing
6. Hitung panjang benang lusi standart, lusi silang dan pakan tersebut ( setelah diluruskan
)
7. Hitung mengkeret benang lusi standart, lusi silang dan pakan
8. Hitung nomer benang lusi standart, lusi silang dan pakannya
9. Hitung berat kain / m2, baik dengan penimbangan maupun dengan perhitungan dan
kemudian cari selisih beratnya.

3
V. Data Percobaan
berat kain 10 cm x 10 cm = 0,5910 g
Berat lusi silang 10 helai = 0,0840 g
Berat lusi standart 10 helai = 0,0840 g
Berat pakan 10 helai = 0,110 g

Panjang Tetal
No
Pakan Lusi silang Lusi standart Lusi Pakan
1 10,3 10,4 10,4 12 27
2 10,3 10,4 10,3 12 27
3 10,4 10,4 10,3 12 27
4 10,4 10,4 10,4

5 10,3 10,3 10,4

6 10,3 10,4 10,4


7 10,3 10,3 10,4

8 10,4 10,3 10,4

9 10,3 10,4 10,4

10 10,2 10,4 10,3

X 103,2 103,7 103,7 36 81


10,32 10,37 10,37 12 27

VI. Perhitungan

Pb Pk
Mengkeret Lusi standart = 100%
Pb
10,37 10
= 100%
10,37
= 3,56 %
Pb Pk
Mengkeret Lusi silang = 100%
Pb
10,37 10
= 100%
10,37
= 3,56 %

4
Pb Pk
Mengkeret Pakan = 100%
Pb
10,32 10
= 100%
10,32
= 3,10 %
Nomor Benang Lusi Standart
1,037
Nm = 12,34
0,0840
Ne1 = 0,59x 12,34 =7,28
1000
Tex = 81,03
12,34
9000
Denier = = 729,33
12,34

Nomor Benang Lusi silang


1,037
Nm = 12,34
0,0840
Ne1 = 0,59x 12,34 =7,28
1000
Tex = 81,03
12,34
9000
Denier = = 729,33
12,34

Nomor Benang Pakan


1,032
Nm = 9,38
0,110
Ne1 = 0,59 x 9,38 =5,53
1000
Tex = 106,6
9,38
9000
Denier = = 959
9,38

5
Dengan penimbangan :
Berat kain / m2 = 0,5910 X 100 = 59,1 g/m2
Dengan perhitungan :
100
TetalLusi 100 100
Berat lusi / m2 = 100 %crim
Nm.Lusi 100
100
4,72 100 100
100 3,56
=
12,34 100
= 39,6 g

100
TetalLusi 100 100
Berat lusi / m2 = 100 %crim
Nm.Lusi 100
100
4,72 100 100
100 3,56
=
12,34 100
= 39,6 g

100
TetalLusi 100 100
Berat pakan / m2 = 100 %crim
Nm.Lusi 100
100
10,6 100 100
100 3,10
=
9,38 100
= 116 g
Berat kain / m2 = 39,6 + 39,6 + 116 = 195,2 g

6
Selisih berat ( penimbangan dengan perhitungan )
195,2 59,1
= 100% 69 %
195,2

VII. Diskusi
Dalam praktikum dekomposisi kain ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan karena

dapat mempengaruhi hasil dari praktikum ini, yaitu :

1. Penimbangan
Ketika kita menimbang, baik itu kain maupun benang, dibutuhkan ketelitian ekstra

agar penimbangan yang kita lakukan benar-benar akurat. Karena hasil penimbangan

itu sangat berpengaruh terhadap persentase selisih berat kain / m2 antara hasil

penimbangan dengan hasil perhitungan dan juga terhadap nomer dari benang lusi

dan benang pakan.

2. Perhitungan tetal lusi dan tetal pakan


Begitu juga ketika kita menghitung tetal lusi dan tetal pakan, diperlukan ketelitian,

kesabaran dan konsentrasi ekstra agar mendapatkan hasil yang tepat. Apalagi untuk

yang menggunakan benang berukuran kecil, sangat dibutuhkan kejelian penglihatan

karena pada umumnya anyaman satin terdiri dari benang-benang filamen yang

berukuran kecil sehingga cukup menyulitkan. Untuk mempermudah proses

perhitungan tetal, kita dapat menguraikan benang lusi / pakan satu per satu (

tentunya setelah diberi batasan 1 inch ). Kesalahan terhadap perhitungan tetal, baik

itu lusi ataupun pakan, akan berpengaruh pada selisih berat kain / m2 ( antara hasil

penimbangan dengan hasil perhitungan )

7
3. Pemotongan kain contoh
Sebelum kain contoh dipotong 10 x 10 cm sebisa mungkin kita menguraikan lusi

dan pakannya sehingga mendekati ukuran 10 x 10 cm setelah itu diberi batasan

dengan ukuran 10 x 10 cm dan kemudian pakan dan lusinya diurai sampai

mendapatkan kain dengan ukuran 10 x 10 cm. Setelah itu sisa-sisa benang lusi dan

pakan dipotong sesuai dengan ukuran kain. Hal tersebut dilakukan untuk

menghindari kesalahan pemotongan kain contoh ( kain contoh terlalu kecil,

misalnya ).

VIII. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksaanakan, maka ada beberapa kesimpulan yang

dapat ditarik selama praktikum tersebut diantaranya adalah :

1. Berat kain secara nyata (ditimbang) hasilnya selalu berbeda dengan berat hasil
hitungan atau secara teoritis. Hal itu mengakibatkan adanya penyimpangan.
2. Setelah diketahui panjang dan berat benang, maka akan diketahui pula nomor benang
terseebut, yaitu dengan membandingkan antara panjang dan beratnya tersebut.

8
DAFTAR PUSTAKA

Jumaeri, Bk. Teks., Okim Djamhir, Bk. Teks., Wagimun, S. Teks,


Textile Design, Institut Teknologi Tekstil, Bandung, 1974
Jurnal Praktikum dan catatan pribadi
www.google.com

Anda mungkin juga menyukai