Disusun Oleh :
JAKARTA
2016
0
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadiratAllah SWT atas berkat, rahmat, dan ridha-
Nyalah saya dapat menyelesaikan tugas makalah matakuliah Bioteknologi Farmasi yang
membahas tentangAntibodi Monoklonal.
Terimakasih kami ucapkan kepada Ibu Melova Amir, Dr.Dra.M.Sc. selaku dosen
matakuliah Bioteknologi Farmasi. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna serta masih banyak kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran
sangat dinantikan guna penyempurnaaan makalah ini dimasa mendatang.
Kami juga memohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan dan
kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam memahami maksud kami. Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan serta bermanfaat bagi kami
maupun pembaca. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan dan petunjuk
kepada kita semua.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2
1.3. Tujuan.......................................................................................................................... 6
3.2.1. Sifat dan Produksi Sel Myeloma dan Sel Linie Tumor ..................................... 14
2
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 25
3
DAFTAR GAMBAR
4
BAB I PENDAHULUAN
5
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan antibodi?
2. Apa yang dimaksud dengan antibodi monoklonal?
3. Bagaimana pembuatan bioteknologi antibodi monoklonal?
4. Bagaimana mekanisme kerja antibodi monoklonal dalam aplikasi terapinya?
5. Bagaimana aplikasi bioteknologi antibodi monoklonal?
1.3. Tujuan
Untuk mengetahui pengertian, cara pembuatan dan cara kerja antibodi monoklonal,
serta aplikasi antibodi monoklonal.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
7
myeloma spesifik. Myeloma adalah sel-sel (plasma) kanker yang memproduksi
antibodi, dan pada tiap hewan semua sel tumor myeloma merupakan keturunan dari
satu sel kanker asli. Ini menjelaskan mengapa semua molekul antibodi dari sembarang
myeloma mempunyai rangkaian asam amino yang sama. Baik rangkaian rantai ringan
maupun rantai berat bervariasi dari tipe antibodi yang satu dengan yang lainnya, tetapi
dengan suatu cara yang seorang pun tidak dapat mermalkannya dari semula. Meskipun
setiap rantai mempunyai rangkaian yang unik, namun hampir semua kespesifikan itu
terbatas pada ujung-ujung terminal amino (Daerah-daerah variabel atau atau daerah-
daerah V). Setengah dari tiap rantai ringan dan tiga per empat dari tiap rantai berat
mempunyai rangkaian-rangkaian yang hampir identik (daerah tetap atau daerah-daerah
C).
8
2.3. Dimana Antibodi Dibuat
Antibodi dibuat oleh sel-sel khusus yang dinamakan limfosit. Limfosit dibuat dalam
kelenjar lim dan limpa. Kita akan dapat merasakan bengkak pada daerah ketiak atau
pada daerah leher bagian samping di bawah telinga jika Anda sedang sakit. Yang
membengkak ini adalah kelenjar limfa yang bekerja keras menghasilkan antibodi untuk
melawan penyakit yang kita alami. Kelenjar limfa dapat menghasilkan sepuluh ribu
limfosit yang berbeda. Dan Masing-masing limfosit menghasilkan antibodi yang
berbeda jika diperlukan oleh tubuh.
9
BAB III PEMBAHASAN
Sebelum ditemukannya teknologi antibodi monoklonal, antibodi dahulunya diperoleh
dengan cara konvensional yakni mengimunisasi hewan percobaan, mengambil darahnya dan
mengisolasi antibodi dalam serum sehingga menghasilkan antibodi poliklonal. Apabila
dibutuhkan antibodi dalam jumlah besar maka binatang percobaan yang dibutuhkan juga
sangat besar jumlahnya. Selain itu bila diproduksi dalam jumlah besar antibodi poliklonal
jumlah antibodi spesifik yang diproduksi juga sangat sedikit, sangat heterogen dan sangat
sulit menghilangkan antibodi lain yang tidak diinginkan, Maka dari itu dilakukan serangkaian
penelitian untuk membuat antibodi spesifik secara in vitro, sehingga dapat diproduksi
antibodi spesifik dalam jumlah besar, dan tidak terkontaminasi dengan antibodi lainnya.
Tahun 1975, Georges Khler, Csar Milstein, and Niels Kaj Jernemenemukan cara
baru dalam membuat antibodi dengan mengimunisasi hewan percobaan, kemudian sel
limfositnya difusikan dengan sel mieloma, sehingga sel hibrid dapat dibiakkan terus
menerus. Antibodi yang homogen dan spesifik ini disebut antibodi monoklonal. Berkat
temuan antibodi monoklonal GeorgesKhler, Csar Milstein, and Niels Kaj Jerne
mendapatkan hadiah nobel di bidang fisiologi dan kedokteran pada tahun 1985. (Radji M.
2010)
Teknologi antibodi monoklonal yaitu teknologi menggunakan sel-sel sistem imunitas
yang membuat protein yang disebut antibodi. Sistem kekebalan kita tersusun dari sejumlah
tipe sel yang bekerja sama untuk melokalisir dan menghancurkan substansi yang dapat
memasuki tubuh kita. Tipa tipe sel mempunyai tugas khusus. Beberapa dari sel tersebut dapat
membedakan dari sel tubuh sendiri (self) dan sel-sel asing (non self). Salah satu dari sel
tersebut adalah sel limfosit B yang mampu menanggapi masuknya substansi asing dengan
spesivitas yang luar biasa. Dengan mengetahui cara kerja anti bodi kita dapat
memanfaatkannya untuk :
1. Keperluan deteksi, kuantitasi dan lokalisasi.
2. Pengukuran dengan pendeteksian dengan menggunakan teknologi antibodi monoklonal
relatif cepat, lebih akurat, dan lebih peka karena spesifitasnya tinggi.
3. Teknologi antibodi monoklonal saat ini digunakan untuk deteksi kehamilan, alat diagnosis
berbgai penyakit infeksi dan deteksi sel-sel kanker.
4. Karena spesifitasnya yang tinggi maka teknologi antibodi monoklonal dapat digunakan
untuk membunuh sel kanker tanpa mempengaruhi sel-sel yang sehat.
10
Selain kegunaannya untuk mendiagnosis penyakit pada manusia, teknologi antibodi
monoklonal juga banyak dipakai untuk mendeteksi penyakit-penyakit pada tanaman dan
hewan, kontaminasi pangan dan polutan lingkungan.
Antibodi untuk penyembuh kanker biasanya ditangani dengan sitotoksin yakni zat
radioaktif pembunuh sel kanker. Senyawa campuran itu diinjeksikan ke dalam tubuh
penderita, dan akan meluncur ke sel-sel kanker dan membunuhnya, tanpa merusak sel-sel lain
yang normal Hal ini sangat dimungkinkan karena setiap zat antibodi akan mengenal
antigennya. (Prawirohartono : 1997)
Antigen berupa protein atau polisakarida yang berasal dari bakteri virus, disuntikkan
secara subkutan pada beberapa tempat atau secara intra peritoneal. Setelah 23 minggu disusul
suntikan antigen secara intravena sekali atau beberapa kali suntikan. Mencit dengan tanggap
kebal terbaik dipilih; 12 hari setelah suntikan terakhir, antibodi yang terbentuk pada mencit
diperiksa dan diukur titer antibodinya, mencit dimatikan dan limpanya diambil secara aseptis,
kemudian dibuat suspensi sel limpa untuk memisahkan sel B yang mengandung antibodi.
Cara ini dianggap cukup baik dan banyak dipakai, walaupun kadangkala dipengaruhi oleh
sifat antigen atau respon imun binatang yang berbeda-beda.
Pada kondisi biakan jaringan biasa, sel limpa yang membuat antibodi akan cepat mati,
sedangkan sel mieloma dapat dibiakkan terus-menerus. Fusi sel dapat menciptakan sel hibrid
yang terdiri dari gabungan sel limpa yang dapat membuat antibodi dan sel mieloma yang
dapat dibiakkan terus menerus, sehingga sel hibrid dapat memproduksi antibodi secara terus-
menerus, sehingga dalam jumlah yang tidak terbatas secara in vitro.
Fusi sel diawali dengan fusi membran plasma sehingga menghasilkan sel besar dengan
dua atau lebih inti sel, yang berasal dari kedua induk sel yang berbeda jenis yang disebut
heterokarion. Pada waktu tumbuh dan membelah diri terbentuk satu inti yang mengandung
kromosom kedua induk yang disebut sel hibrid. Frekuensi fusi dipengaruhi beberapa faktor
antara lain jenis medium; perbandingan jumlah sel limpa dengan sel mieloma; jenis sel
mieloma yang digunakan; dan bahan yang mendorong timbulnya fusi (fusogen). Penambahan
polietilen glikol (PEG) dan dimetilsulfoksida (DMSO) dapat menaikkan efisiensi fusi sel.
12
Gambar 3. Pembuatan Antibodi Monoklonal (Fusi Sel Limpa Kebal dan Sel
Myeloma)
13
3.1.3. Eliminasi Sel Induk yang Tidak Berfusi
Frekuensi terjadinya hibrid sel limpa-sel mieloma biasanya rendah, karena itu penting
untuk mematikan sel yang tidak fusi yang jumlahnya lebih banyak agar sel hibrid dalam
media selektif yang mengandung hypoxanthine, aminopterin, dan tymidine (HAT).
Aminopterin menghambat jalur biosintesis purin dan pirimidin sehingga memaksa sel
menggunakan salvage pathway. Salvage pathway merupakan sintesis nukleotida dengan daur
ulang dari basa bebas atau nukleosida yg dilepaskan dari pemecahan asam nukleat. Seperti
kita ketahui sel mieloma mempunyai kelainan untuk mensintesis nukleotida. Sel mieloma
tidak mempunyai enzim timidin kinase atau hypoxanthine phosphonibosyltransferase,
sehingga sel mieloma yang tidak berfusi akan mati karena tidak memiliki enzim tersebut,
sedangkan sel hibrid karena mendapatkan enzim tersebut dan sel mamalia yang difusikan
dapat menggunakan salvage pathway sehingga tetap hidup dan berkembang.
3.2.1. Sifat dan Produksi Sel Myeloma dan Sel Linie Tumor
Sebagai bahan dasar dalam pembuatan antibodi monoklonal terdapat empat persyaratan
yang harus dipenuhi antara lain :
1. Sel tidak dapat mensistesi antibodi kompler atau imunoglobulin L-chain dan H-chain
sendiri.
2. Sel tidak boleh mempunyai enzim defek, supaya setelah seleksi fusi dapat dieliminir.
3. Sel harus mempunyai sifat fusi yang yang baik, sehingga didapatkan sel hibridoma yang
14
4. Sel harus dapat membawa sifat molekul dalam hibridoma untuk menginduksi sintesis
Sel myeloma atau sel tumor mempunyai sifat fisik yang tidak dapat memproduksi
atau mensintesis sendiri antibodi secara utuh atau rantai antibodi, tetapi dapat
memproduksi setelah hibridisasi. Hal ini karena terdapat sisternal kombinasi
kompartment dari kromosom 2, 14, 22 (manusia) atau 6, 12, dan 16 pada mencit dari
sel asal, selain itu juga sel myeloma tidak dapat mensintesis antiboodi, sehingga dapat
menseleksi untuk memproduksi antibodi monoklonal yang intak dengan kromosom
sel B saja. Terdapat beberapa sel myeloma etablish seperti maus myeloma yang
berkode antara lain P3 x 63Ag8.653, SP2/O-Ag14 dan P3-NS1/1-Ag4-1 tetapi kadang
terjadi mutan. Sedang P3-NS-1/1-Ag4-1 secara intraseluler bebas rantai kappa, tetapi
tidak dapat berdifusi dengan baik.
Setelah dilakukan fusi terdapat empat kemungkinan populasi sel yang berbeda
yanitu tidak terjadi fusi di antara sel myeloma, tidak terjadi fusi di antara sel limfosit,
tidak terjadi hibridoma yang salah dan terjadi hibridoma yang benar. Apa yang terjadi
setelah fusi terhadap keempat macam sel fusi tersebut? Sel yang tidak fusi dengan sel
B akan mati beberapa hari setelah fusi atau paling lama 3 minggu. Sel yang salah fusi
dengan dua sel B dan satu sel myeloma, dua sel myeloma dengan satu sel B,
keduanya sel B, sel B dan sel T tidak mempunyai kemampuan hidup dan akan mati
dalam beberapa hari. Sel hibridoma yang sempurna fusi akan tumbuh terus dan paling
tidak dalam hibridisasi paling sedikit akan didapatkan sel hibridoma sekitar 10-
4
meskipun masih ada sel yang tidak fusi seperti sel myeloma yang dapat tumbuh
cepat dan dapat proliferasi, maka diperlukan trik untuk menyiasati sel tersebit agar
cepat tereliminer atau mati maka perlu ditambahkan medium Thymidin Kinase(TK)
agar terjadi defek enzim, atau ditambahkan Hypoxanthin Guanidin Phosphoribosyl
Tranferase (HGPRT). Dengan adanya defek enzyme, maka sel akan mati, sedang sel
hibridoma (sel fusi) tidak akan mati.
15
3.2.1.3. Sifat Fusi yang Baik
Sifat fusi yang baik adalah dapat mengahsilkan sel hibridoma yang banyak. Jika
sel linie tumor sesuai dengan kriteria sebagai persyaratan membuat hibridoma maka
akan mendapatkan sel partner yang baik, dan otomatis akan menghasilkan sel
hibridoma yang baik pula. Selain itu juga tidak ditemukan sel adanya sel mutasi pada
tingkat subklone.
16
Gambar 4. Jenis Antibodi Monoklonal
17
Gambar 5. Antibody dependent cellular cytotoxicity (ADCC)
18
Perubahan transduksi signal
Reseptor growth factor merupakan suatu antigen target tumor, ekspresinya berlebihan pada
keganasan. Aktivasi transduksi signal pada kondisi normal akan menginduksi respons
mitogenik dan meningkatkan kelangsungan hidup sel, hal ini diikuti dengan ekspresi
perkembangan sel tumor yang berlebihan yang juga menyebabkan tumor tidak sentitif
terhadap zat kemoterapi. Antibodi monoklonal sangat potensial menormalkan laju
perkembangan sel dan membuat sel sensitif terhadap zat sitotoksik dengan menghilangkan
signal reseptor ini. Target antibodi EGFR merupakan inhibitor yang kuat untuk transduksi
signal. Terapi antibodi monoklonal memberikan efek penurunan densiti ekspresi target
antigen contohnya penurunan konsentrasi EGFR permukaan sel tumor atau membersihkan
ligan seperti VEGF. Pengikatan ligand reseptor growth factor memicu dimerisasi dan aktivasi
kaskade signal (gambar 7a) sehingga terjadi proliferasi sel dan hambatan terhadap zat
sitotoksik (gambar 7b). Antibodi monoklonal menghambat signal dengan cara menghambat
dimerisasi atau mengganggu ikatan ligand (gambar 7c).
Imunomodulasi
Beberapa percobaan menunjukkan antibodi yang langsung melawan cytotoxic T lymphocyte
antigen 4 (CTLA 4) terbukti dapat menginduksi regresi imun. Pola toksisiti yang diteliti pada
uji klinis memperlihatkan hubungan perlekatan CTLA 4 dengan ligand dapat menginduksi
respons autoimun, hal ini terlihat pada aktivasi sel T dependent. Gabungan antibodi
antiCTLA 4 dengan antibodi monoklonal menginduksi ADCC, kemoterapi sitotoksik atau
radioterapi sehingga dapat meningkatkan respons imun terhadap antigen spesifik tumor.4,10
Penghantaran muatan sitotoksik
Antibodi monoklonal pada terapi kanker akan melawan target sel tumor dengan cara
mengikat sel spesifik tumor dan menginduksi respons imun. Antibodi monoklonal telah
digunakan secara luas dalam percobaan sebagai zat sitotoksik sel - sel tumor. Modifikasi
antibodi monoklonal dilakukan dengan tujuan sebagai zat penghantar radioisotop, toksin
19
katalik, obat obatan, sitokin, enzim atau zat konjugasi aktif lainnya. Pola antibodi bispesifik
pada kedua bagian Fab memungkinkan untuk mengikat target antigen dan sel efektor.
20
efek samping saat obat diberikan, tetesan infus dapat diperlambat atau bahkan dihentikan
hingga efek samping berakhir.
Untuk pengobatan pertama, pasien menginap di rumah sakit atau sementara tinggal di
sana sebelum pulang ke rumah.Llanjutan biasanya lebih cepat dan efek sampingnya lebih
sedikit. Kebanyakan orang dapat mendapat pengobatan lanjutan ini sebagai rawat-jalan dan
pulang ke rumah pada hari itu juga.
21
Penggunaan antibody monoclonal sebagai terapi kanker juga mampu menimbulkan efek
samping, mulai efek samping yang ringan sampai efek samping yang menjadikan pasien
dalam kondisi gawat darurat.
Efek Samping Umum :
- Reaksi alergi seperti gatal dan bengkak
- Gejala seperti flu, padahal bukan flu
- Nausea
- Diare
- Pengeringan Kulit
Efek Samping yang jarang terjadi, namun berbahaya.
- Perdarahan hebat
- Gangguan jantung
- Reaksi anafilaksis (hipersensitif)
- Penurunan jumlah hitung darah
22
BAB IV KESIMPULAN
Teknik Hibridoma adalah penggabungan dua sel dari organisme yang sama maupun
berbeda sehingga menghasilkan sel tunggal berupa sel hibrid ( hibridoma) yang memiliki
kombinasi dari sifat kedua sel tersebut. Teknik hibridoma ini sangat penting untuk
menghasilkan antibodi dan hormon dalam jumlah yang besar.
Salah satu hasil dari teknik hibridoma ini adalah antibodi monoklonal. Antibodi
monoklonal adalah antibodi yang diperoleh dari suatu sumber tunggal atau sel klona yang
hanya mengenal satu jenis antigen. Pembentukan antibodi monoklonal dilakukan dengan
menggunakan kelinci atau tikus.
Cesar Milstein dan George Kohler, adalah dua ilmuwan yang pertama menghasilkan
antibodi monoklonal di laboratorium pada tahun 1975. Pada tahun 1984 mereka menerima
hadiah Nobel untuk penelitian ini. Masalah besar yang harus mereka atasi adalah limfosit
cepat mati jika berada di luar tubuh. Milstein dan Kohler harus merangsang limfosit untuk
dapat hidup di luar tubuh makhluk hidup dan berkembangbiak dalam tabung reaksi. Untuk
melakukan hal ini mereka menggunakan sel-sel tumor. Sel tumor ini disebut juga sel
mieloma. Sel-sel mieloma kehilangan kontrol untuk berkembangbiak secara terkendali dan
menghasilkan satu jenis antibodi, oleh sebab itu tumor dalam tubuh dapat menjadi masalah
yang serius dan beberapa jenis tumor dapat menyebabkan kanker. Mieloma dihasilkan oleh
sumsum tulang yang terinfeksi oleh penyakit. Sel-sel tumor dapat masuk ke dalam tubuh dan
dapat juga berkembangbiak di luar tubuh makhluk hidup. Para ahli menggunakan sel-sel
tumor untuk menghasilkan sel-sel hibridoma.
Teknik pembuatan antibodi monoklonal untuk pengobatan kanker, langkah pertama
adalah menginjeksikan antigen ke dalam tubuh tikus/ kelinci percobaan, kemudian limpanya
dipisahkan. Sel-sel pembentuk antibodi pada limpa dilebur ( fusi ) dengan sel-sel mieloma (
sel kanker ). Sekitar 1% dari sel limpa adalah sel plasma yang menghasilkan antibodi,
sedangkan 10% sel hibridoma akhir terdiri dari sel-sel yang menghasilkan antibodi. Setiap
hibridoma hanya dapat menghasilkan satu antibodi.
Disini teknik seleksi dikembangkan untuk mendidentifikasi sel tersebut, kemudian
dilakukan pengembangan atau pengklonan berikutnya. Klona yang diperoleh dari hibridoma
berupa antibodi monoklonal. Antibodi monoklonal dapat disimpan beku, kemudian dapat
diinjeksikan ke dalam tubuh hewan atau dibiakkan dalam suatu kultur untuk menghasilkan
antibodi dalam jumlah yang besar.
Kegunaan antibodi monoklonal cukup beragam. Para ilmuwan berharap dapat
menggunakan antibodi monoklonal dalam pengobatan kanker. Beberapa jenis sel kanker
23
membuat antigen yang berbeda dengan protein yang dibuat oleh sel-sel sehat. Dengan
teknologi yang ada, dapat dibuat antibodi monoklonal yang hanya menyerang protein dan
menyerang sel-sel tanpa mempengaruhi sel-sel yang sehat.
Kegunaan antibodi monoklonal lainnya adalah sebagai berikut
1. untuk mendeteksi kandungan hormon korionik gonadotropin ( HCG ) dalam urin wanita
hamil.
2. untuk mengikat racun dan menonaktifkannya, contohnya racun tetanus dan kelebihan obat
digoxin dapat dinonaktifkan oleh antibodi ini.
3. mencegah penolakan jaringan terhadap sel hasil transplantasi jaringan lain.
24
DAFTAR PUSTAKA
http://biologigonz.blogspot.com/2010/02/membuat-antibody-monoklonal.html.
http://dunianyasari.blogspot.com/2011/06/antibodi-monoklonal.html.
Radji, Maksum. 2010. Imunologi & Virologi. Penerbitan PT. ISFI, Jakarta.
(Online),http://vivalapharmacy.blogspot.com/2011/03/teknologi-pembuatan-antibodi-
monoklonal.html.
Watson, James D., etc. 1988. DNA Rekombinan, Suatu Pelajaran Singkat. Erlangga, Jakarta.
25