Anda di halaman 1dari 26

Dosen :

Melova Amir, Dr.Dra.M.Sc.

Disusun Oleh :

Bayu Kusumo Jati (14334037)


Didi Haryo Tistomo (14334038)
Patricia Amelia Montolalu (14334040)
Asteria Seli Cahyani (14334043)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

2016

0
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiratAllah SWT atas berkat, rahmat, dan ridha-
Nyalah saya dapat menyelesaikan tugas makalah matakuliah Bioteknologi Farmasi yang
membahas tentangAntibodi Monoklonal.

Terimakasih kami ucapkan kepada Ibu Melova Amir, Dr.Dra.M.Sc. selaku dosen
matakuliah Bioteknologi Farmasi. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna serta masih banyak kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran
sangat dinantikan guna penyempurnaaan makalah ini dimasa mendatang.

Kami juga memohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan dan
kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam memahami maksud kami. Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan serta bermanfaat bagi kami
maupun pembaca. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan dan petunjuk
kepada kita semua.

Jakarta, November 2016

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 1

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. 4

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 5

1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 5

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 6

1.3. Tujuan.......................................................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 7

2.1. Pengertian Antibodi..................................................................................................... 7

2.2. Penetapan Struktur Dasar Molekul Antibodi .............................................................. 7

2.3. Dimana Antibodi Dibuat ............................................................................................. 9

2.4. Pengertian Antibodi Monoklonal ................................................................................ 9

BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................................ 10

3.1. Metode Pembuatan Antibodi Monoklonal ................................................................ 11

3.1.1. Imunisasi Mencit ................................................................................................ 11

3.1.2. Fusi Sel Limpa Kebal dan Sel Myeloma ........................................................... 12

3.1.3. Eliminasi Sel Induk yang Tidak Berfusi ............................................................ 14

3.1.4. Isolasi dan Pemilihan Klon Hibridoma .............................................................. 14

3.2. Dasar Hibridisasi dan Produksi Antibodi Monoklonal ............................................. 14

3.2.1. Sifat dan Produksi Sel Myeloma dan Sel Linie Tumor ..................................... 14

3.3. Jenis jenis Antibodi Monoklonal............................................................................ 16

3.4. Mekanisme Kerja Antibodi Monoklonal................................................................... 17

3.5. Dosis dan Pemberian Antibodi Monoklonal ............................................................. 20

3.6. Efek Samping Antibodi Monoklonal ........................................................................ 21

BAB IV KESIMPULAN ......................................................................................................... 23

2
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 25

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Suatu Protein Antibodi............................................................................... 8


Gambar 2. Pembuatan Antibodi Monoklonal (Imunisasi Mencit)........................................... 11
Gambar 3. Pembuatan Antibodi Monoklonal (Fusi Sel Limpa Kebal dan Sel Myeloma) ...... 13
Gambar 4. Jenis Antibodi Monoklonal .................................................................................... 17
Gambar 5. Antibody dependent cellular cytotoxicity (ADCC) ............................................... 18
Gambar 6. Complement-dependent cytotoxicity (CDC) ......................................................... 18
Gambar 7. Perubahan transduksi signal ................................................................................... 19
Gambar 8. Antibodi directed enzyme prodrug therapy (ADEPT) ........................................... 20

4
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam perkembangan teknologi di dunia, kita harus mengerti perkembangannya
serta cara memanfaatkannya. Layaknya seperti Bioteknologi yang sekarang sedang
popular namanya. Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan
makhluk hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup
(enzim, alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Dewasa
ini, perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata, tetapi juga
pada ilmu-ilmu terapan dan murni lain, seperti biokimia, komputer, biologi molekular,
mikrobiologi, genetika, kimia, matematika, dan lain sebagainya.
Dengan kata lain, bioteknologi adalah ilmu terapan yang menggabungkan berbagai
cabang ilmu dalam proses produksi barang dan jasa. Bioteknologi secara sederhana
sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Secara umum manfaat
bioteknologi bagi manusia ialah, menghasilkan obat-obatan yang lebih efektif,
menghasilkan antibiotik, mengurangi pencemaran lingkungan serta meningkatkan hasil
produksi pertanian dari tanaman transgenik.
Selama beberapa dasawarsa, sejumlah besar (mungkin sampai jutaan tahun) berbagai
molekul antibodi (imunoglobulin) telah diketahui eksistensinya, masing-masing
bercirikan suatu tempat unik yang dapat mengikat diri pada determinan molekular yang
spesifik. Banyak ahli imonologi mula-mula mengira bahwa semua antibodi itu terbuat
dari rantai-rantai polipeptida yang sama dan bahwa keunikan mereka itu disebabkan
karena cara melipatnya rantai-rantai polipetida mereka yang identik dan yang baru
disintesis di sekitar antigennya. Teori ini ternyata salah. Tiap antibodi mempunyai
rangkaian asam amino sendiri, dan tiap sel penghasil antibodi (sel plasma) hanya
membuat suatu antibodi. Mula-mula ini merupakan penemuan yang menggelisahkan
karena hal itu tampaknya berarti bahwa harus ada gen tersendiri untuk setiap antibodi
tertentu. Jika hal itu benar, maka mungkin sebagian besar, jika bukan bagian yang
terbesar, dari DNA-DNA vertebrata harus diperuntukkan bagi pengkodean molekul-
molekul antibodi. Tetapi spekulasi semacam itu tidak dapat diuji sebelum ahli kimia
protein menetapkan struktur dasar molekul antibodi. (Watson dkk : 1988)

5
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan antibodi?
2. Apa yang dimaksud dengan antibodi monoklonal?
3. Bagaimana pembuatan bioteknologi antibodi monoklonal?
4. Bagaimana mekanisme kerja antibodi monoklonal dalam aplikasi terapinya?
5. Bagaimana aplikasi bioteknologi antibodi monoklonal?

1.3. Tujuan
Untuk mengetahui pengertian, cara pembuatan dan cara kerja antibodi monoklonal,
serta aplikasi antibodi monoklonal.

6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Antibodi


Antibodi adalah biomolekul yang tersusun atas protein dan dibentuk sebagai respon
terhadap keberadaan benda-benda asing yang tidak dikehendaki di dalam tubuh kita.
Benda-benda asing itu disebut antigen. Tiap kali ada benda-benda asing yang masuk ke
dalam tubuh diperlukan 10-14 hari untuk membentuk antibodi. Antibodi dihasilkan
oleh-oleh sel limfosit dan dapat juga dihasilkan dengan menumbuhkan sel-sel ini dalam
laboratorium. Sel-sel tersebut kemungkinan menghasilkan sejumlah besar antibodi
yang sejenis, ini dikenal sebagai antibodi monoklonal. Untuk memahami bagaimana hal
ini bekerja, terlebih dahulu diperhatikan pengujian mekanisme alami dari tubuh untuk
membentuk antibodi. Antibodi dapat ditemukan pada aliran darah dan cairan
nonseluler. Antibodi memiliki struktur molekul yang bersesuaian dengan antigen secara
sempurna, seperti anak kunci dengan lubangnya. Tiap jenis antibodi spesifik terhadap
antigen jenis tertentu.

Ada beberapa sifat antibody , yaitu :

1. Terdiri atas suatu Zat Yang menempel pada gammaglobulin.


2. Berada dalam keadaan larut dalam cairan badan (serum).
3. Dapat direaksikan dengan antigen secara spesifik.
4. Dibuat dalam reticulo endotnelial system (sumsum tulang, kelenjar limfah, liver).
5. Antibody bersifat thermolabil dan tidak tahan bila terkena sinar matahari, karena itu
harus di simpan pada tempat yang gelap dan dingin.

2.2. Penetapan Struktur Dasar Molekul Antibodi


Pengertian yang pertama mulai muncul pada awal tahun 1960-an ketika diketahui
bahwa unit dasar antibodi itu terdiri dari dua rantai ringan (L) dengan berat molekul
17.000 dan dua rantai berat yang identik (H) dengan berat molekul 35.000, yang terikat
menjadi satu dengan pengikat disulfida. (Istilah ringan dan berat ini berkaitan
dengan pembedaan dalam berat molekul rantainya). Setiap unit empat rantai tersebut
mengandung dua tempat pengikat identik untuk antigen dengan suatu tempat yang
sebagian terbentuk oleh asam-asam amino dari rantai ringan spesifik dan sebagian oleh
asam-asam amino rantai berat spesifik. Jika bagan dasar antibodi telah ditentukan ,
maka rangkaian asam amino dari rantai-rantai komponen ringan dan berat dapat
ditentukan dengan menggunakan antibodi-antibodi homogen yang dibuat oleh sel-sel

7
myeloma spesifik. Myeloma adalah sel-sel (plasma) kanker yang memproduksi
antibodi, dan pada tiap hewan semua sel tumor myeloma merupakan keturunan dari
satu sel kanker asli. Ini menjelaskan mengapa semua molekul antibodi dari sembarang
myeloma mempunyai rangkaian asam amino yang sama. Baik rangkaian rantai ringan
maupun rantai berat bervariasi dari tipe antibodi yang satu dengan yang lainnya, tetapi
dengan suatu cara yang seorang pun tidak dapat mermalkannya dari semula. Meskipun
setiap rantai mempunyai rangkaian yang unik, namun hampir semua kespesifikan itu
terbatas pada ujung-ujung terminal amino (Daerah-daerah variabel atau atau daerah-
daerah V). Setengah dari tiap rantai ringan dan tiga per empat dari tiap rantai berat
mempunyai rangkaian-rangkaian yang hampir identik (daerah tetap atau daerah-daerah
C).

Gambar 1. Struktur Suatu Protein Antibodi


Dua rantai ringan (light chain) dan dua rantai berat (heavy chain) terikat
menjadi satu oleh pengikat-pengikat disulfida. Rantai-rantai ringan dan
berat itu masing-masing mengandung satu unit variabel (VL dan VH) pada
ujung terminal amino mereka . Rantai ringannya juga mengandung satu unit
tetap (CL); bagian tetap dari rantai berat mempunyai empat daerah (C H1,
CH2, CH3, dan daerah engsel). (Watson : 1988)

8
2.3. Dimana Antibodi Dibuat
Antibodi dibuat oleh sel-sel khusus yang dinamakan limfosit. Limfosit dibuat dalam
kelenjar lim dan limpa. Kita akan dapat merasakan bengkak pada daerah ketiak atau
pada daerah leher bagian samping di bawah telinga jika Anda sedang sakit. Yang
membengkak ini adalah kelenjar limfa yang bekerja keras menghasilkan antibodi untuk
melawan penyakit yang kita alami. Kelenjar limfa dapat menghasilkan sepuluh ribu
limfosit yang berbeda. Dan Masing-masing limfosit menghasilkan antibodi yang
berbeda jika diperlukan oleh tubuh.

2.4. Pengertian Antibodi Monoklonal


Adalah antibodi sejenis yang diproduksi oleh sel plasma klon sel-sel positif sejenis.
Antibodi ini dibuat oleh sel-sel hibridoma (hasil fusi 2 sel berbeda ; penghasil sel
positif limpa dan sel myeloma) yang dikultur. Bertindak sebagai antigen yang akan
menghasilkan antibodi adalah limpa. Fungsi antara lain diagnosis penyakit dan
kehamilan. Antibodi monoklonal adalah zat yang diproduksi oleh sel gabungan tipe
tunggal yang memiliki kekhususan tambahan. Ini adalah komponen penting dari sistem
kekebalan tubuh. Mereka dapat mengenali dan mengikat ke antigen yang spesifik. Pada
teknologi antibodi monklonal, sel tumor yang dapat mereplikasi tanpa henti
digabungkan dengan sel mamalia yang memproduksi antibodi. Hasil penggabungan sel
ini adalah hybridoma, yang akan terus memproduksi antibodi. Antibodi monoklonal
mengenali setiap determinan yang antigen (bagian dari makromolekul yang dikenali
oleh sistem kekepalan tubuh / epitope). Mereka menyerang molekul targetnya dan
mereka bisa memilah antara epitope yang sama. Selain sangat spesifik, mereka
memberikan landasan untuk perlindungan melawan patogen. Antibodi monoklonal
sekarang telah digunakan untuk banyak masalah diagnostik seperti : mengidentifikasi
agen infeksi, mengidentifikasi tumor, antigen dan antibodi auto, mengukur protein dan
level drug pada serum, mengenali darah dan jaringan, mengidentifikasi sel spesifik
yang terlibat dalam respon kekebalan dan mengidentifikasi serta mengkuantifikasi
hormon.

9
BAB III PEMBAHASAN
Sebelum ditemukannya teknologi antibodi monoklonal, antibodi dahulunya diperoleh
dengan cara konvensional yakni mengimunisasi hewan percobaan, mengambil darahnya dan
mengisolasi antibodi dalam serum sehingga menghasilkan antibodi poliklonal. Apabila
dibutuhkan antibodi dalam jumlah besar maka binatang percobaan yang dibutuhkan juga
sangat besar jumlahnya. Selain itu bila diproduksi dalam jumlah besar antibodi poliklonal
jumlah antibodi spesifik yang diproduksi juga sangat sedikit, sangat heterogen dan sangat
sulit menghilangkan antibodi lain yang tidak diinginkan, Maka dari itu dilakukan serangkaian
penelitian untuk membuat antibodi spesifik secara in vitro, sehingga dapat diproduksi
antibodi spesifik dalam jumlah besar, dan tidak terkontaminasi dengan antibodi lainnya.
Tahun 1975, Georges Khler, Csar Milstein, and Niels Kaj Jernemenemukan cara
baru dalam membuat antibodi dengan mengimunisasi hewan percobaan, kemudian sel
limfositnya difusikan dengan sel mieloma, sehingga sel hibrid dapat dibiakkan terus
menerus. Antibodi yang homogen dan spesifik ini disebut antibodi monoklonal. Berkat
temuan antibodi monoklonal GeorgesKhler, Csar Milstein, and Niels Kaj Jerne
mendapatkan hadiah nobel di bidang fisiologi dan kedokteran pada tahun 1985. (Radji M.
2010)
Teknologi antibodi monoklonal yaitu teknologi menggunakan sel-sel sistem imunitas
yang membuat protein yang disebut antibodi. Sistem kekebalan kita tersusun dari sejumlah
tipe sel yang bekerja sama untuk melokalisir dan menghancurkan substansi yang dapat
memasuki tubuh kita. Tipa tipe sel mempunyai tugas khusus. Beberapa dari sel tersebut dapat
membedakan dari sel tubuh sendiri (self) dan sel-sel asing (non self). Salah satu dari sel
tersebut adalah sel limfosit B yang mampu menanggapi masuknya substansi asing dengan
spesivitas yang luar biasa. Dengan mengetahui cara kerja anti bodi kita dapat
memanfaatkannya untuk :
1. Keperluan deteksi, kuantitasi dan lokalisasi.
2. Pengukuran dengan pendeteksian dengan menggunakan teknologi antibodi monoklonal
relatif cepat, lebih akurat, dan lebih peka karena spesifitasnya tinggi.
3. Teknologi antibodi monoklonal saat ini digunakan untuk deteksi kehamilan, alat diagnosis
berbgai penyakit infeksi dan deteksi sel-sel kanker.
4. Karena spesifitasnya yang tinggi maka teknologi antibodi monoklonal dapat digunakan
untuk membunuh sel kanker tanpa mempengaruhi sel-sel yang sehat.

10
Selain kegunaannya untuk mendiagnosis penyakit pada manusia, teknologi antibodi
monoklonal juga banyak dipakai untuk mendeteksi penyakit-penyakit pada tanaman dan
hewan, kontaminasi pangan dan polutan lingkungan.
Antibodi untuk penyembuh kanker biasanya ditangani dengan sitotoksin yakni zat
radioaktif pembunuh sel kanker. Senyawa campuran itu diinjeksikan ke dalam tubuh
penderita, dan akan meluncur ke sel-sel kanker dan membunuhnya, tanpa merusak sel-sel lain
yang normal Hal ini sangat dimungkinkan karena setiap zat antibodi akan mengenal
antigennya. (Prawirohartono : 1997)

3.1. Metode Pembuatan Antibodi Monoklonal

3.1.1. Imunisasi Mencit

Antigen berupa protein atau polisakarida yang berasal dari bakteri virus, disuntikkan
secara subkutan pada beberapa tempat atau secara intra peritoneal. Setelah 23 minggu disusul
suntikan antigen secara intravena sekali atau beberapa kali suntikan. Mencit dengan tanggap
kebal terbaik dipilih; 12 hari setelah suntikan terakhir, antibodi yang terbentuk pada mencit
diperiksa dan diukur titer antibodinya, mencit dimatikan dan limpanya diambil secara aseptis,
kemudian dibuat suspensi sel limpa untuk memisahkan sel B yang mengandung antibodi.
Cara ini dianggap cukup baik dan banyak dipakai, walaupun kadangkala dipengaruhi oleh
sifat antigen atau respon imun binatang yang berbeda-beda.

Gambar 2. Pembuatan Antibodi Monoklonal (Imunisasi Mencit)


11
Cara imunisasi lain yang juga sering dilakukan adalah imunisasi sekali suntik
intralimpa (Single-shot intrasplenic immunization). Pada cara imunisasi konvensional
antigen dipengaruhi bermacam-macam faktor. Bila disuntikan ke dalam darah
sebagai besar akan dieliminasi secara alami, sedangkan melalui kulit akan tersaring
oleh kelenjar limfe, makrofag, dan sel retikuler. Hanya sebagaian kecil antigen yang
terlibat dalam proses respon imun. Oleh sebab itu untuk mencegah eliminasi antigen
oleh tubuh dilakukan suntikan imunisasi langsung pada limpa dan ternyata hasilnya
lebih baik dari cara konvesional.
3.1.2. Fusi Sel Limpa Kebal dan Sel Myeloma

Pada kondisi biakan jaringan biasa, sel limpa yang membuat antibodi akan cepat mati,
sedangkan sel mieloma dapat dibiakkan terus-menerus. Fusi sel dapat menciptakan sel hibrid
yang terdiri dari gabungan sel limpa yang dapat membuat antibodi dan sel mieloma yang
dapat dibiakkan terus menerus, sehingga sel hibrid dapat memproduksi antibodi secara terus-
menerus, sehingga dalam jumlah yang tidak terbatas secara in vitro.
Fusi sel diawali dengan fusi membran plasma sehingga menghasilkan sel besar dengan
dua atau lebih inti sel, yang berasal dari kedua induk sel yang berbeda jenis yang disebut
heterokarion. Pada waktu tumbuh dan membelah diri terbentuk satu inti yang mengandung
kromosom kedua induk yang disebut sel hibrid. Frekuensi fusi dipengaruhi beberapa faktor
antara lain jenis medium; perbandingan jumlah sel limpa dengan sel mieloma; jenis sel
mieloma yang digunakan; dan bahan yang mendorong timbulnya fusi (fusogen). Penambahan
polietilen glikol (PEG) dan dimetilsulfoksida (DMSO) dapat menaikkan efisiensi fusi sel.

12
Gambar 3. Pembuatan Antibodi Monoklonal (Fusi Sel Limpa Kebal dan Sel
Myeloma)

13
3.1.3. Eliminasi Sel Induk yang Tidak Berfusi
Frekuensi terjadinya hibrid sel limpa-sel mieloma biasanya rendah, karena itu penting
untuk mematikan sel yang tidak fusi yang jumlahnya lebih banyak agar sel hibrid dalam
media selektif yang mengandung hypoxanthine, aminopterin, dan tymidine (HAT).
Aminopterin menghambat jalur biosintesis purin dan pirimidin sehingga memaksa sel
menggunakan salvage pathway. Salvage pathway merupakan sintesis nukleotida dengan daur
ulang dari basa bebas atau nukleosida yg dilepaskan dari pemecahan asam nukleat. Seperti
kita ketahui sel mieloma mempunyai kelainan untuk mensintesis nukleotida. Sel mieloma
tidak mempunyai enzim timidin kinase atau hypoxanthine phosphonibosyltransferase,
sehingga sel mieloma yang tidak berfusi akan mati karena tidak memiliki enzim tersebut,
sedangkan sel hibrid karena mendapatkan enzim tersebut dan sel mamalia yang difusikan
dapat menggunakan salvage pathway sehingga tetap hidup dan berkembang.

3.1.4. Isolasi dan Pemilihan Klon Hibridoma


Sel hibrid dikembangbiakan sedemikian rupa, sehingga tiap sel hibrid akan membentuk
koloni homogen yang disebut hibridoma, tiap koloni kemudian dipelihara terpisah satu sama
lain. Hibridoma yang tumbuh diharapkan mensekresikan antibodi ke dalam medium,
sehingga antibodi yang terbentuk bisa diisolasi.
Umumnya penentuan antibodi yang diinginkan, dilakukan dengan cara enzyme linked
immunosorbent assay (ELISA) atau radioimmunoassay (RIA). Pemilihan klon hibridoma
yang dapat menghasilkan antibodi; dan yang kedua adalah memilih sel hibridoma penghasil
antibodi monoklonal yang potensial menghasilkan antibodi monoklonal yang tinggi dan
stabil.

3.2. Dasar Hibridisasi dan Produksi Antibodi Monoklonal

3.2.1. Sifat dan Produksi Sel Myeloma dan Sel Linie Tumor
Sebagai bahan dasar dalam pembuatan antibodi monoklonal terdapat empat persyaratan
yang harus dipenuhi antara lain :
1. Sel tidak dapat mensistesi antibodi kompler atau imunoglobulin L-chain dan H-chain

sendiri.
2. Sel tidak boleh mempunyai enzim defek, supaya setelah seleksi fusi dapat dieliminir.

3. Sel harus mempunyai sifat fusi yang yang baik, sehingga didapatkan sel hibridoma yang

banyak dan baik.

14
4. Sel harus dapat membawa sifat molekul dalam hibridoma untuk menginduksi sintesis

antibodi monoklonal yang tinggi.

3.2.1.1. Tanpa Sekresi Imunoglobulin

Sel myeloma atau sel tumor mempunyai sifat fisik yang tidak dapat memproduksi
atau mensintesis sendiri antibodi secara utuh atau rantai antibodi, tetapi dapat
memproduksi setelah hibridisasi. Hal ini karena terdapat sisternal kombinasi
kompartment dari kromosom 2, 14, 22 (manusia) atau 6, 12, dan 16 pada mencit dari
sel asal, selain itu juga sel myeloma tidak dapat mensintesis antiboodi, sehingga dapat
menseleksi untuk memproduksi antibodi monoklonal yang intak dengan kromosom
sel B saja. Terdapat beberapa sel myeloma etablish seperti maus myeloma yang
berkode antara lain P3 x 63Ag8.653, SP2/O-Ag14 dan P3-NS1/1-Ag4-1 tetapi kadang
terjadi mutan. Sedang P3-NS-1/1-Ag4-1 secara intraseluler bebas rantai kappa, tetapi
tidak dapat berdifusi dengan baik.

3.2.1.2. Defek Enzim Untuk Seleksi

Setelah dilakukan fusi terdapat empat kemungkinan populasi sel yang berbeda
yanitu tidak terjadi fusi di antara sel myeloma, tidak terjadi fusi di antara sel limfosit,
tidak terjadi hibridoma yang salah dan terjadi hibridoma yang benar. Apa yang terjadi
setelah fusi terhadap keempat macam sel fusi tersebut? Sel yang tidak fusi dengan sel
B akan mati beberapa hari setelah fusi atau paling lama 3 minggu. Sel yang salah fusi
dengan dua sel B dan satu sel myeloma, dua sel myeloma dengan satu sel B,
keduanya sel B, sel B dan sel T tidak mempunyai kemampuan hidup dan akan mati
dalam beberapa hari. Sel hibridoma yang sempurna fusi akan tumbuh terus dan paling
tidak dalam hibridisasi paling sedikit akan didapatkan sel hibridoma sekitar 10-
4
meskipun masih ada sel yang tidak fusi seperti sel myeloma yang dapat tumbuh
cepat dan dapat proliferasi, maka diperlukan trik untuk menyiasati sel tersebit agar
cepat tereliminer atau mati maka perlu ditambahkan medium Thymidin Kinase(TK)
agar terjadi defek enzim, atau ditambahkan Hypoxanthin Guanidin Phosphoribosyl
Tranferase (HGPRT). Dengan adanya defek enzyme, maka sel akan mati, sedang sel
hibridoma (sel fusi) tidak akan mati.

15
3.2.1.3. Sifat Fusi yang Baik

Sifat fusi yang baik adalah dapat mengahsilkan sel hibridoma yang banyak. Jika
sel linie tumor sesuai dengan kriteria sebagai persyaratan membuat hibridoma maka
akan mendapatkan sel partner yang baik, dan otomatis akan menghasilkan sel
hibridoma yang baik pula. Selain itu juga tidak ditemukan sel adanya sel mutasi pada
tingkat subklone.

3.2.1.4. Kualitas Hibridoma

Hibridoma dikatakan baik jika daya sintesis antibodi monoklonal tinggi.


Pernyataan ini sangat penting jika menginginkan produksi antiboodi monoklonal
dalam kapasitas yang cukup banyak. Apakah ingin memproduksi atau mendapatkan
kultur hibridoma 10 g/ml atau 50 g/ml. Sampai saat ini sel myeloma dapat
menginduksi sintesis antibodi monoklonal. Oleh karena itu sekarang teknik ini
berkembang pesat untuk memproduksi antibodi monoklonal anti human. Selain itu
juga tidak banyak ditemukan mutagenesis pada subklone. Dengan demikian melalui
teknologi gen teknik kemungkinan yang akan datang didapatkan sel yang baik,
sehingga menghasilkan fusi yang baik.

3.3. Jenis jenis Antibodi Monoklonal


1. Murine, murni didapat dari tikus dapat menyebabkan human anti mouse
antibodies (HAMA) nama akhirannya momab (ibritumomab).
2. Chimeric, gabungan Fc antibodi human dan Fab antibodi monoklonal tikus nama
akhirannya ximab (rituximab).
3. Humanized, hanya sebagian kecil Fab antibodi tikus yang digabungkan dengan
antibodi human (95-98%) nama akhirannya zumab (trastuzumab).
4. Fully human, keseluruhan antibodi human nama akhirannya mumab
(adalimumab).

16
Gambar 4. Jenis Antibodi Monoklonal

3.4. Mekanisme Kerja Antibodi Monoklonal


Antibody dependent cellular cytotoxicity (ADCC)
Antibody dependent cellular cytotoxicity (ADCC) terjadi jika antibodi mengikat
antigen sel tumor dan Fc antibodi melekat dengan reseptor Fc pada permukaan sel imun
efektor. Interaksi Fc reseptor ini berdasarkan kemanjuran antitumor dan sangat penting
pada pemilihan suatu antibodi monoklonal. Sel efektor yang berperan masih belum
jelas tapi diasumsikan sel fagosit mononuklear dan atau natural killer (NK). Struktur
Fc domain dimanipulasi untuk menyesuaikan jarak antibodi dan interaksi dengan Fc
reseptor. Antibody dependent cellular cytotoxicity (ADCC) dapat meningkatkan
respons klinis secara langsung menginduksi destruksi tumor melalui presentasi antigen
dan menginduksi respons sel T tumor. Antibodi monoklonal berikatan dengan antigen
permukaan sel tumor melalui Fc reseptor permukaan sel NK. Hal ini memicu
penglepasan perforin dan granzymes untuk menghancurkan sel tumor (gambar 5a). Sel
- sel yang hancur ditangkap antigen presenting cell (APC) lalu dipresentasikan pada sel
B sehingga memicu penglepasan antibodi kemudian antibodi ini akan berikatan dengan
target antigen (gambar 5b-d). Sel cytotoxic T lymphocytes (CTLs) dapat mengenali dan
membunuh sel target antigen (gambar 5d).

17
Gambar 5. Antibody dependent cellular cytotoxicity (ADCC)

Complement dependent cytotoxicity (CDC)


Pengikatan antibodi monoklonal dengan antigen permukaan sel akan mengawali kaskade
komplement. Complement dependent cytotoxicity (CDC) merupakan suatu metode
pembunuh sel tumor yang lain dari antibodi. Imunoglobulin G1 dan G3 sangat efektif pada
CDC melalui jalur klasik aktivasi komplemen (gambar 6a). Formasi kompleks antigen
antibodi merupakan komplemen C1q berikatan dengan IgG sehingga memicu komplemen
protein lain untuk mengawali penglepasan proteolitik sel efektor kemotaktik / agen aktivasi
C3a dan C5a (gambar 6b). Kaskade komplemen ini diakhiri dengan formasi membrane attack
complex (MAC) (gambar 6c) sehingga terbentuk suatu lubang pada sel membran. Membrane
attack complex (MAC) memfasilitasi keluar masuknya air dan Na++ yang akan menyababkan
sel target lisis (gambar 6d).

Gambar 6. Complement-dependent cytotoxicity (CDC)

18
Perubahan transduksi signal
Reseptor growth factor merupakan suatu antigen target tumor, ekspresinya berlebihan pada
keganasan. Aktivasi transduksi signal pada kondisi normal akan menginduksi respons
mitogenik dan meningkatkan kelangsungan hidup sel, hal ini diikuti dengan ekspresi
perkembangan sel tumor yang berlebihan yang juga menyebabkan tumor tidak sentitif
terhadap zat kemoterapi. Antibodi monoklonal sangat potensial menormalkan laju
perkembangan sel dan membuat sel sensitif terhadap zat sitotoksik dengan menghilangkan
signal reseptor ini. Target antibodi EGFR merupakan inhibitor yang kuat untuk transduksi
signal. Terapi antibodi monoklonal memberikan efek penurunan densiti ekspresi target
antigen contohnya penurunan konsentrasi EGFR permukaan sel tumor atau membersihkan
ligan seperti VEGF. Pengikatan ligand reseptor growth factor memicu dimerisasi dan aktivasi
kaskade signal (gambar 7a) sehingga terjadi proliferasi sel dan hambatan terhadap zat
sitotoksik (gambar 7b). Antibodi monoklonal menghambat signal dengan cara menghambat
dimerisasi atau mengganggu ikatan ligand (gambar 7c).

Gambar 7. Perubahan transduksi signal

Imunomodulasi
Beberapa percobaan menunjukkan antibodi yang langsung melawan cytotoxic T lymphocyte
antigen 4 (CTLA 4) terbukti dapat menginduksi regresi imun. Pola toksisiti yang diteliti pada
uji klinis memperlihatkan hubungan perlekatan CTLA 4 dengan ligand dapat menginduksi
respons autoimun, hal ini terlihat pada aktivasi sel T dependent. Gabungan antibodi
antiCTLA 4 dengan antibodi monoklonal menginduksi ADCC, kemoterapi sitotoksik atau
radioterapi sehingga dapat meningkatkan respons imun terhadap antigen spesifik tumor.4,10
Penghantaran muatan sitotoksik
Antibodi monoklonal pada terapi kanker akan melawan target sel tumor dengan cara
mengikat sel spesifik tumor dan menginduksi respons imun. Antibodi monoklonal telah
digunakan secara luas dalam percobaan sebagai zat sitotoksik sel - sel tumor. Modifikasi
antibodi monoklonal dilakukan dengan tujuan sebagai zat penghantar radioisotop, toksin

19
katalik, obat obatan, sitokin, enzim atau zat konjugasi aktif lainnya. Pola antibodi bispesifik
pada kedua bagian Fab memungkinkan untuk mengikat target antigen dan sel efektor.

Antibodi directed enzyme prodrug therapy (ADEPT)


Antibodi directed enzyme prodrug therapy (ADEPT) menggunakan antibodi monoklonal
sebagai penghantar untuk sampai ke sel tumor kemudian enzim mengaktifkan prodrug pada
tumor, hal ini dapat meningkatkan dosis active drugdi dalam tumor. Konjugasi antibodi
monoklonal dan enzim mengikat antigen permukaan sel tumor (gambar 8a) kemudian zat
sitotoksik dalam bentuk inaktif prodrug akan mengikat konjugasi antibodi monoklonal dan
enzim permukaan sel tumor (gambar 8b-c) akhirnya inaktivasi prodrug terpecah dan
melepaskan active drug di dalam tumor (gambar 8d).

Gambar 8. Antibodi directed enzyme prodrug therapy (ADEPT)

3.5. Dosis dan Pemberian Antibodi Monoklonal


Dosis dan pemberian bervariasi untuk setiap antibodi yang diberikan. Sebagai contoh,
rituximab, antibodi monoklonal yang umum digunakan dalam pengobatan NHL diberikan
intravena, melalui jarum yang masuk ke dalam pembuluh darah , biasanya di lengan.
Rituximab diberikan sebagai tetesan yang berarti obat dimasukkan dulu ke dalam kantong
infus, kemudian cairan menetes perlahan ke dalam pembuluh darah dengan mengandalkan
kekuatan gravitasi.
Jika antibodi monoklonal digunakan dalam kombinasi dengan kemoterapi, rituximab
biasanya diberikan sesaat sebelum kemoterapi pada awal setiap siklus pengobatan. Sebelum
tetesan infus diberikan, obat lain untuk mencegah beberapa efek samping antibodi
monoklonal diberikan contohnya parasetamol untuk mengurangi demam dan anti-histamin
untuk mengurangi kemungkinan reaksi alergi. Meski demikian, efek samping antibodi
monoklonal umumnya ringan dan sementara serta dapat diatasi dengan mudah. Jika terjadi

20
efek samping saat obat diberikan, tetesan infus dapat diperlambat atau bahkan dihentikan
hingga efek samping berakhir.
Untuk pengobatan pertama, pasien menginap di rumah sakit atau sementara tinggal di
sana sebelum pulang ke rumah.Llanjutan biasanya lebih cepat dan efek sampingnya lebih
sedikit. Kebanyakan orang dapat mendapat pengobatan lanjutan ini sebagai rawat-jalan dan
pulang ke rumah pada hari itu juga.

3.6. Efek Samping Antibodi Monoklonal


Seperti semua obat, antibodi monoklonal dapat menyebabkan efek samping. Contohnya
untuk rituximab, efek samping umumnya ringan dan bersifat sementara, hanya berlangsung
selama pengobatan atau beberapa jam setelahnya. Efek samping terjadi paling sering selama
masa pengobatan mingguan pertama, dan biasanya berkurang dengan dosis selanjutnya. Hal
ini disebabkan lebih banyak sel limfoma selama pengobatan pertama yang harus diserang
oleh antibodi monoklonal dan dihancurkan oleh si induk kekebalan tubuh.
Efek samping yang paling umum adalah demam, menggigil dan gejala mirip flu
lainnya, seperti nyeri otot, nyeri kepala dan rasa letih. Umumnya cepat berakhir setelah masa
pengobatan berakhir. Kadang-kadang, pasien merasakan flushing mendadak dan merasa
panas di wajah. Hal ini biasanya berlangsung amat singkat. Beberapa pasien mengalami mual
(mual) atau muntah. Obat anti muntah (anti-muntah) umumnya sangat efektif dalam
mencegah maupun meringankan gejala-gejala ini sehingga lebih dapat ditoleransi.
Kadang-kadang, pasien merasakan nyeri pada bagian tubuh yang merupakan lokasi limfoma.
Nyeri biasanya ringan dan dapat diatasi dengan obat anti-nyeri biasa.
Rituximab dapat menyebabkan reaksi alergi. Gejalanya dapat berupa:
- Gatal atau mendadak muncul warna kemerahan
- Batuk, mengi atau sesak napas
- Lidah bengkak atau rasa bengkak di tenggorokan
- Edema, atau pembengkakan karena kelebihan cairan dalam jaringan tubuh
Reaksi alergi berat terhadap rituximab jarang ditemukan dan pasien diamati selama masa
pengobatan akan munculnya gejala-gejala ini. Pasien harus melaporkan gejala yang
dialaminya begitu muncul. Seringkali, yang perlu dilakukan hanyalah memperlambat atau
menghentikan sementara tetesan intravena sampai reaksi alergi berakhir. Pasien umumnya
diberikan anti-histamin sebelum mulai pengobatan untuk membantu mencegah atau
mengurangi masalah ini.

21
Penggunaan antibody monoclonal sebagai terapi kanker juga mampu menimbulkan efek
samping, mulai efek samping yang ringan sampai efek samping yang menjadikan pasien
dalam kondisi gawat darurat.
Efek Samping Umum :
- Reaksi alergi seperti gatal dan bengkak
- Gejala seperti flu, padahal bukan flu
- Nausea
- Diare
- Pengeringan Kulit
Efek Samping yang jarang terjadi, namun berbahaya.
- Perdarahan hebat
- Gangguan jantung
- Reaksi anafilaksis (hipersensitif)
- Penurunan jumlah hitung darah

22
BAB IV KESIMPULAN
Teknik Hibridoma adalah penggabungan dua sel dari organisme yang sama maupun
berbeda sehingga menghasilkan sel tunggal berupa sel hibrid ( hibridoma) yang memiliki
kombinasi dari sifat kedua sel tersebut. Teknik hibridoma ini sangat penting untuk
menghasilkan antibodi dan hormon dalam jumlah yang besar.
Salah satu hasil dari teknik hibridoma ini adalah antibodi monoklonal. Antibodi
monoklonal adalah antibodi yang diperoleh dari suatu sumber tunggal atau sel klona yang
hanya mengenal satu jenis antigen. Pembentukan antibodi monoklonal dilakukan dengan
menggunakan kelinci atau tikus.
Cesar Milstein dan George Kohler, adalah dua ilmuwan yang pertama menghasilkan
antibodi monoklonal di laboratorium pada tahun 1975. Pada tahun 1984 mereka menerima
hadiah Nobel untuk penelitian ini. Masalah besar yang harus mereka atasi adalah limfosit
cepat mati jika berada di luar tubuh. Milstein dan Kohler harus merangsang limfosit untuk
dapat hidup di luar tubuh makhluk hidup dan berkembangbiak dalam tabung reaksi. Untuk
melakukan hal ini mereka menggunakan sel-sel tumor. Sel tumor ini disebut juga sel
mieloma. Sel-sel mieloma kehilangan kontrol untuk berkembangbiak secara terkendali dan
menghasilkan satu jenis antibodi, oleh sebab itu tumor dalam tubuh dapat menjadi masalah
yang serius dan beberapa jenis tumor dapat menyebabkan kanker. Mieloma dihasilkan oleh
sumsum tulang yang terinfeksi oleh penyakit. Sel-sel tumor dapat masuk ke dalam tubuh dan
dapat juga berkembangbiak di luar tubuh makhluk hidup. Para ahli menggunakan sel-sel
tumor untuk menghasilkan sel-sel hibridoma.
Teknik pembuatan antibodi monoklonal untuk pengobatan kanker, langkah pertama
adalah menginjeksikan antigen ke dalam tubuh tikus/ kelinci percobaan, kemudian limpanya
dipisahkan. Sel-sel pembentuk antibodi pada limpa dilebur ( fusi ) dengan sel-sel mieloma (
sel kanker ). Sekitar 1% dari sel limpa adalah sel plasma yang menghasilkan antibodi,
sedangkan 10% sel hibridoma akhir terdiri dari sel-sel yang menghasilkan antibodi. Setiap
hibridoma hanya dapat menghasilkan satu antibodi.
Disini teknik seleksi dikembangkan untuk mendidentifikasi sel tersebut, kemudian
dilakukan pengembangan atau pengklonan berikutnya. Klona yang diperoleh dari hibridoma
berupa antibodi monoklonal. Antibodi monoklonal dapat disimpan beku, kemudian dapat
diinjeksikan ke dalam tubuh hewan atau dibiakkan dalam suatu kultur untuk menghasilkan
antibodi dalam jumlah yang besar.
Kegunaan antibodi monoklonal cukup beragam. Para ilmuwan berharap dapat
menggunakan antibodi monoklonal dalam pengobatan kanker. Beberapa jenis sel kanker

23
membuat antigen yang berbeda dengan protein yang dibuat oleh sel-sel sehat. Dengan
teknologi yang ada, dapat dibuat antibodi monoklonal yang hanya menyerang protein dan
menyerang sel-sel tanpa mempengaruhi sel-sel yang sehat.
Kegunaan antibodi monoklonal lainnya adalah sebagai berikut
1. untuk mendeteksi kandungan hormon korionik gonadotropin ( HCG ) dalam urin wanita
hamil.
2. untuk mengikat racun dan menonaktifkannya, contohnya racun tetanus dan kelebihan obat
digoxin dapat dinonaktifkan oleh antibodi ini.
3. mencegah penolakan jaringan terhadap sel hasil transplantasi jaringan lain.

24
DAFTAR PUSTAKA
http://biologigonz.blogspot.com/2010/02/membuat-antibody-monoklonal.html.

http://dunianyasari.blogspot.com/2011/06/antibodi-monoklonal.html.

Prawirohartono, S & Hadisumarto, S. 1997. Sains Biologi-3B. Bumi Aksara, Jakarta.

Rantam, Fedik A. 2003. Metode Imunologi. Airlangga University Press, Surabaya

Radji, Maksum. 2010. Imunologi & Virologi. Penerbitan PT. ISFI, Jakarta.
(Online),http://vivalapharmacy.blogspot.com/2011/03/teknologi-pembuatan-antibodi-
monoklonal.html.

Watson, James D., etc. 1988. DNA Rekombinan, Suatu Pelajaran Singkat. Erlangga, Jakarta.

25

Anda mungkin juga menyukai

  • SELANJUTNYA
    SELANJUTNYA
    Dokumen26 halaman
    SELANJUTNYA
    Theo Abdulloh Walcott
    Belum ada peringkat
  • Materi Tpbaf5-2018
    Materi Tpbaf5-2018
    Dokumen95 halaman
    Materi Tpbaf5-2018
    ami rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Materi Tpbaf2-2018
    Materi Tpbaf2-2018
    Dokumen38 halaman
    Materi Tpbaf2-2018
    ami rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Reaksi Benzena
    Reaksi Benzena
    Dokumen2 halaman
    Reaksi Benzena
    Theo Abdulloh Walcott
    Belum ada peringkat
  • ALKANA
    ALKANA
    Dokumen30 halaman
    ALKANA
    Theo Abdulloh Walcott
    Belum ada peringkat
  • Materi Tpbaf1-2018
    Materi Tpbaf1-2018
    Dokumen57 halaman
    Materi Tpbaf1-2018
    ami rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen7 halaman
    Bab I
    Theo Abdulloh Walcott
    Belum ada peringkat
  • Agama Islam
    Agama Islam
    Dokumen8 halaman
    Agama Islam
    Theo Abdulloh Walcott
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen7 halaman
    Bab I
    Theo Abdulloh Walcott
    Belum ada peringkat
  • B.ing (B. Indo)
    B.ing (B. Indo)
    Dokumen3 halaman
    B.ing (B. Indo)
    Theo Abdulloh Walcott
    Belum ada peringkat
  • Alkana Fix
    Alkana Fix
    Dokumen11 halaman
    Alkana Fix
    abdul
    Belum ada peringkat
  • Alkena 2
    Alkena 2
    Dokumen16 halaman
    Alkena 2
    Theo Abdulloh Walcott
    Belum ada peringkat
  • Human Growth Hormone
    Human Growth Hormone
    Dokumen18 halaman
    Human Growth Hormone
    Theo Abdulloh Walcott
    Belum ada peringkat
  • Makalah m1
    Makalah m1
    Dokumen20 halaman
    Makalah m1
    Theo Abdulloh Walcott
    Belum ada peringkat
  • Agama Islam
    Agama Islam
    Dokumen8 halaman
    Agama Islam
    Theo Abdulloh Walcott
    Belum ada peringkat
  • Factor IX For Hemophilia B
    Factor IX For Hemophilia B
    Dokumen28 halaman
    Factor IX For Hemophilia B
    Theo Abdulloh Walcott
    Belum ada peringkat
  • P7
    P7
    Dokumen34 halaman
    P7
    NAshriyyah NAshriyyah
    Belum ada peringkat
  • MAKALAH M-3 Modulus Elastisitas Puntir
    MAKALAH M-3 Modulus Elastisitas Puntir
    Dokumen20 halaman
    MAKALAH M-3 Modulus Elastisitas Puntir
    Theo Abdulloh Walcott
    Belum ada peringkat
  • Hormon Paratiroid
    Hormon Paratiroid
    Dokumen16 halaman
    Hormon Paratiroid
    Theo Abdulloh Walcott
    Belum ada peringkat
  • Factor IX For Hemophilia B
    Factor IX For Hemophilia B
    Dokumen12 halaman
    Factor IX For Hemophilia B
    Theo Abdulloh Walcott
    100% (1)
  • Laporan Praktikum Teknologi Sediaan Solid
    Laporan Praktikum Teknologi Sediaan Solid
    Dokumen43 halaman
    Laporan Praktikum Teknologi Sediaan Solid
    Theo Abdulloh Walcott
    0% (1)
  • Human Growth Hormone
    Human Growth Hormone
    Dokumen21 halaman
    Human Growth Hormone
    Theo Abdulloh Walcott
    Belum ada peringkat
  • Hormon Paratiroid
    Hormon Paratiroid
    Dokumen11 halaman
    Hormon Paratiroid
    Theo Abdulloh Walcott
    Belum ada peringkat
  • Antibodi Monoklonal
    Antibodi Monoklonal
    Dokumen24 halaman
    Antibodi Monoklonal
    Theo Abdulloh Walcott
    Belum ada peringkat