Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH

FARMASI FISIKA
METODE PENENTUAN HLB BUTUH
( SEDIAAN EMULSI )

Daftar Nama Kelompok


1. Ulfi Fariah
2. Ana Maziyah Satori
3. Sri Mardiyani
4. Noni Linggar
5. Maratun Mufadillah 1308010128
6. Dewi Meliana
7. Dona Dwi Zulaela
8. Rianti Dwi Aryani Putri
9. Febriana Puspita

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2017
BAB I
PENDAHULUAN

Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor yang penting
untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh
emulgator yang digunakan. Salah satu emulgator yang aktif permukaan adalah surfaktan.
Mekanisme kerja emulgator ini adalah menurunkan tegangan antar permukaan air dan
minyak serta membentuk lapisan film pada permukaan globul-globul fasa terdispersinya.
(5;30)

Secara kimia molekul surfaktan terdiri atas gugus polar dan nonpolar. Apabila
surfaktan dimasukkan ke dalam suatu sistem yang terdiri dari air dan minyak, maka gugus
polar akan terarah ke fasa air sedangkan gugus non polar terarah ke gugus ke fasa minyak.
Surfaktan yang memiliki gugus polar lebih kuat akan cenderung membentuk emulsi minyak
dalam air, sedangkan bila gugus nonpolar yang lebih kuat maka akan membentuk emulsi air
dalam minyak. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan tentang kekuatan gugus polar-
nonpolar dari surfaktan. Metode yang dapat digunakan untuk menilai efisiensi emulgator
yang ditambahkan adalah metode HLB (Hydrophilic-Lipophilic Balance).

HLB menunjukkan skala keseimbangan gugus hidrofobik dan hidrofilik dari suatu
surfaktan. HLB akan menentukan fungsi surfaktan. Surfaktan yang mempunyai gugus
hidrofobik yang lebih dominan mempunyai skala yang rendah dan sebaliknya surfaktan yang
didominasi oleh gugus hidrofilik mempunyai skala yang tinggi. Surfaktan dengan HLB diatas
9 adalah larut dalam air atau water soluble digunakan untuk agensia pelarut (solubilizing
agent). Surfaktan yang digunakan sebagai detergen mempunyak HLB dengan skala 15-18 dan
13-15. Surfaktan dengan skala HLB = 8-16 juga digunakan sebagai pengemulsi minyak
dalam air atau oil in water (O/W). Nilai HLB pada kisaran sampai dengan skala 6
diaplikasikan untuk anti busa. Surfaktan ini disebut oil solution surfactant. Untuk lebih jelas,
hubungan HLB dan kegunaan surfaktan dapat dilihat pada Gambar 2 (Davies, 1957).

Metode untuk mengukur HLB surfaktan telah dirumuskan oleh dua penemu yaitu
metode yang dirumuskan oleh Griffin dan Davies. Dasar rumusan adalah kesetimbangan
hidrofilik-hidrofobik dari surfaktan. Ditentukan berdasarkan perbedaan nilai daerah molekul
seperti yang telah diformulasikan oleh Griffin, tahun 1949 dan tahun 1954. Metode lain
diformulasikan oleh Davies pada tahun 1957. Beberapa metode lain yang digunakan dalam
pemilihan dan klasifikasi Emulsifier adalah metode Greenwald, metode Huebner, dan metode
Schott.

Dalam makalah ini akan dibahas metode-metode yang digunakan untuk perhitungan
nilai HLB butuh dengan menggunakan mentode yang telah disebutkan diatas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. EMULSI
Menurut FI IV, emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya
terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk tetesan kecil. Tipe emulsi berdasarkan macam
zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun eksternal, maka emulsi digolongkan
menjadi dua macam yaitu :
1. Emulsi tipe O/W (oil in water) atau M/A (minyak dalam air).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar kedalam air. Minyak
sebagai fase internal dan air fase eksternal.
2. Emulsi tipe W/O (water in oil) atau A/M (air dalam minyak).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar kedalam minyak. Air sebagai
fase internal sedangkan fase minyak sebagai fase eksternal.
B. HLB (Hydrophilic-Lipophilic Balance).

Emulsifier adalah salah satu bahan penolong untuk membuat emulsi, berfungsi
untuk menstabilkan zat atau bahan aktif terlarut dalam air atau minyak yang diemulsikan
dan suatu emulsifier HLB memegang peranan penting. Nilai HLB suatu emulsifier adalah
angka yang menunjukkan ukuran keseimbangan dan regangan gugus hidrofilik (menyukai
air atau polar) dan gugus lipofilik (menyukai minyak atau non-polar), yang merupakan
sistem dua fase yang diemulsikan.

Sistem HLB adalah metoda untuk menentukan HLB-butuh suatu bahan dengan
menggunakan berbagai bahan pengemulsi standar dengan nilai HLB tertentu sebagai alat
bantu. Semula untuk menetapkan nilai HLB yang dibutuhkan suatu zat atau dikenal HLB-
butuh diperlukan beberapa kali percobaan dan memerlukan waktu, namun saat ini telah
dikembangkan suatu sistem HLB yaitu penentuan HLB dengan menggunakan sistem
emulsifier standar yang telah tertentu nilai HLB-nya. Dengan menggunakan sistem ini
dapat ditentukan HLB yang dibutuhkan untuk membuat emulsi suatu minyak dengan air
atau air dengan minyak, mencek HLB campuran (setelah diperhitungkan) dari gabungan
beberapa emulsifier.

Percobaan yang dilakukan untuk menentukan HLB-butuh pada pembuatan emulsi


BPMC dalam xylol, ternyata kestabilan emulsi tercapai pada nilai HLB-butuh 12, dan
terjadi pada menit ke 60. Nilai HLB itu suatu nilai kesetimbangan antara gugus hipofilik
(suka air) dan lipofilik (suka minyak) dari suatu molekul. suatu molekul yang mempunyai
nilai HLB rendah biasanya lebih lipofilik begitu juga sebaliknya.
untuk menentukan suatu emulsifier biasanya digunakan nilai HLB yang optimum,
sehingga tercapai sistem emulsi yang stabil

Metode eksperimen lebih sering digunakan untuk menentukan HLB yang


optimum, yaitu dengan cara membuat beberapa variasi konsentrasi emulsifier dalam suatu
sistem, kemudian di uji stability emulsinnya pada 0 , 0,5 jam , 2 jam, 24 jam
dan 24,5 jam. Setiap agen pengemulsi mempunyai nilai HLB (hydrophilic lyophobic
balance). Semakin tinggi nilai HLB semakin mudah ia larut dalam air. Emulsi w/o
distabilkan oleh agen pengemulsi yang mempunyai nilai HLB rendah iaitu di antara 3
hingga 6. Contoh agen pengemulsi yang menstabilkan emusi w/o ialah gliseril
monostearat. Emulsi o/w distabilkan agen pengemulsi yang mempunyai nilai
HLB besar iaitu diantara 8 hingga 18. Contoh agen pengemulsi yang
mempunyai nilai HLB 8-18 ialah acacia, metilselulosa, gelatin dan xanthan.

Emulsi disediakan secara mengacau fasa serakan dalam media serakan


dengan penambahan agen pengemulsi secara kuat untuk memecahkan fasa
serakan. Untuk mengekalkan kestabilan emulsi bahan penstabil seperti
makromolekul juga ditambah. Bahan penstabil akan membentuk lapisan pada
permukaan titisan minyak. Titisan akan terhalang dari bertemu kerana faktor
sterik. Bahan penstabil juga boleh larut dalam media serakan dan meningkatkan
kelikatan emulsi.

Dalam suatu emulsi, biasanya terdiri lebih dari satu emulsifying agent karena
kombinasi dari beberapa emulsifier akan menambah kesempurnaan sifat fisik maupun
kimia dari emulsi. Selain memiliki gugus polar dan non-polar dalam satu molekulnya,
suatu emulsifying agent memiliki kemampuan untuk menurunkan tegangan antar muka
dan tegangan permukaan. Dengan turunnya tegangan antar muka ini akan mengurangi
daya kohesi dan sebaliknya meningkatkan daya adesi.

Proses penentuan jenis dan jumlah emulsifier yang harus ditambahkan pada sistem
emulsi, dapat dilakukan melalui cara coba-coba dengan memperhatikan sifat emulsifier
dan emulsi tersebut. Dalam pemilihan emulsifier dilihat jenis emulsi yang akan dibuat
apakah termasuk pada jenis W/O atau O/W. Emulsifier memiliki ukuran hidrofil lipofil
balance (HLB). Ukuran ini yang dapat menentukan apakan suatu jenis emulsifier cocok
untuk jenis emulsi W/O atau O/W.

C. PEMILIHAN EMULSIFIER YANG AMAN


Produk tersebut dikeluarkan oleh FDA (Food and Drugs Administration)
Harus memiliki fungsi yang khas dalam memproduksi produk yang diinginkan
Secara kimia bersifat stabil, karena emulsifier dengan sendirinya akan memiliki
muatan
Tidak bereaksi
Tidak berbau
Tidak berasa dan berwama.

Tabel Kisaran HLB Emulsifier

Kisaran Penggunaan

4 -6 Emulsi W/O
7 -9 Bahan pembasah
8 - 18 Emulsi O/W
13 15 Detergent
15 18 Bahan pelarut
Konsep keseimbangan hidrofil-lipofil (HLB = Hydrophile-Lipophile Balance). Nilai
ini menghitung keseimbangan karakteristik hidrofolik-lipofilik dan molekul emulsifier
dengan skala numerik (Ford, 1976). Nilai HLB untuk emulsifier non ionik dapat dihitung dari
komposisi teoritis (berat molekul) atau dengan data analitis seperti bilangan penyabunan dan
bilangan asam.Nilai HLB ini berkisar antara 1 sampai 40, dimana angka yang lebih rendah
pada umumnya menunjukkan kelarutan dalam minyak dan angka yang lebih tinggi
menunjukkan kelarutan dalam air.
D. Beberapa Metode Pemilihan dan Klasifikasi Emulsifier
1. Metode Griffin
Griffin merancang suatu skala sebarang dari berbagai angka untuk dipakai
sebagai suatu ukuran keseimbangan hidrofilik-lipofilik (HLB) dari zat-zat aktif
permukaan. Dengan bantuan sistem angka ini, adalah mungkin untuk membentuk
suatu jarak HLB untuk efisiensi optimum (terbaik) dari masing-masing golongan
surfaktan. Dalam sistem HLB, disamping menentukan nilai untuk agen-agen
pengemulsi, nilai-nilai juga berikan untuk zat minyak atau yang mirip minyak.
Dalam menggunakan konsep HLB pada pembuatan sebuah emulsi, seseorang
akan memilih agen pengemulsi yang memiliki nilai HLB yang sama atau hampir sama
dengan fase minyak dari emulsi yang diinginkan. Sebagai contoh, minyak mineral
memiliki nilai HLB 4 jika emulsi cairdalam-minyak diinginkan dan nilai HLB 10,5
jika emulsi minyak-dalam-air akan dibuat. Untuk membuat sebuah emulsi yang stabil,
agen pengemulsi yang dipilih harus memiliki nilai HLB yang mirip dengan nilai
untuk minyak mineral, tergantung pada tipe emulsi yang diinginkan. Jika diperlukan,
dua atau lebih pengemulsi bisa dikombinasikan untuk mencapai nilai HLB yang lebih
baik (http//topreference.co.tv).
Berdasarkan harga yang terdapat pada tabel diatas dapat ditentukan harga
HLB secara teori dengan menggunakan rumus seperti yang ditunjukkan pada
persamaan 2.1.
HLB = (gugus hidrofil) - (gugus lipofil) + 7 ................. Pers. 2.1
Harga HLB dapat ditentukan secara teoritis dan praktek. Harga HLB secara praktek
dilakukan dengan menggunakan tensiometri cincin Du-Nouy dimana akan diperoleh
harga tegangan permukaan yang telah diplotkan dengan logaritma konsentrasi dan
diperoleh harga konsentrasi misel kritis (kmk). Dari harga kmk tersebut maka didapat
harga HLB seperti yang ditunjukkan pada persamaan 2.2 (Swern, 1979).
HLB = 7 0,36 ln (Co/Cw) . Pers. 2.2
Dimana : Co = harga CMC Cw = 100 Co
Untuk surfaktan nonionik nilai HLB dapat ditentukan berdasarkan persamaan empiris:

HLB = 20 x

Dimana :
Mh : berat molekul komponen hidropilik dari surfaktan.
M : berat molekul surfaktan dengan kisaran angka diantara 0-20.
Nilai HLB = 0 adalah komponen hidrofobik dan nilai HLB = 20 adalah molekul
hidrofilik. Nilai HLB dapat digunakan untuk memprediksi sifat molekul surfaktan.
HLB< 10 : Larut dalam minyak atau (tidak larut dalam air).
HLB>10 : Larut dalam air atau tidak larut dalam minyak.
HLB = 1,5 3 adalah surfaktan anti busa.
HLB = 3-6 adalah surfaktan emulsifier WO atau emulsifier air dalam minyak.
HLB = 7 to 9: adalah surfaktan pendispersi.
HLB = 13-15 adalah detergen.
HLB = 12 to 16 adalah emulsifier minyak dalam air.
HLB = 15-18. Adalah pelarut atau solubilizer.

2. Metode Davies
Pada tahun 1957 Davies memprediksi cara mengukur HLB dengan dasar
perhitungan grup molekul. Davies menghitung nilai HLB dengan menetapkan HLB
kontribusi jumlah gugus untuk setiap gugus fungsional dalam suatu molekul
setelah mempelajari laju koalesensi relatif droplet minyak dalam air dan air dalam
minyak yang telah distabilkan.

Keuntungan metode Davies adalah memperhitungkan kekuatan gugus reaktif


yang terikat pada molekul surfaktan. Metode perhitungan HLB oleh Davies
dirumuskan pada persamaan empiris:

HLB = 7 + n x 0,475

Dimana :
M : jumlah grup bersifat hidropilik dalam molekul surfaktan.
Hi : nilai kekuatan gugus reaktif ( tabel 2).
n : jumlah gugus hidropobik dalam molekul surfaktan.
NIlai gugus hidropilik dan hidropobik
Gugus Hidropilik Nilai Gugus Gugus Hidropobik Nilai Gugus
-SO4Na+ 38,7 -CH- -0,475
-COOK+ 21,1 -CH2- -0,475
-COONa+ 9,4 CH3- -0,475
N (Amina tersier) 6,8 =CH- -0,475
Ester bebas 2,4

Metode Davies dapat digunakan jika struktur dan proporsi komponen -


komponen di dalam surfaktan diketahui. Kerugian terbesar dari metode tersebut
adalah kenyataan bahwa kontribusi gugus hidrofilik pada polaritas molekul surfaktan
cenderung menurun dengan meningkatnya ukuran molekul (Moroi, 1992).
3. Metode Greenwald
Greenwald dan kawan-kawan mengembangkan sistem klasifikasi
berdasarkan koefisien distribusi cairan-cairan dan surfaktan di dalam air dan
isooktana (Moroi,1992).
4. Metode Huebner
Pada tahun 1962, Huebner memperkenalkan metode kuantifikasi yang disebut
indeks polaritas (PI=Polarity Index) yang diharapkan dapat menggantikan nilai
HLB. Indeks ini diketahui mempunyai hubungan linear dengan nilai HLB. Indeks
polaritas diperoleh dari jumlah karbon bersama-sama dengan metanol, ketika metanol
dan hidrokarbon normal dipisahkan dengan kromatografi gas dengan surfaktan
sebagai fase stasioner.
Rumus Huebner untuk indeks polaritas ini yaitu :
PI = 100 log(nc 4,7) + 60
dimana :
nc = jumlah atom karbon dalam alkana standar yang memiliki waktu retensi yang
sama dengan metanol (diperoleh dari grafik antara waktu retensi
hidrokarbon dengan jumlah atom karbon dalam hidrokarbon);
4,7 = faktor yang diperoleh secara statistik
60 = nilai yang dibutuhkan untuk membuat indeks menjadi positif.
5. Metode Schott
Schoot mengembangkan konsep penentuan parameter kelarutan (solubility
parameter) yaitu sifat molekul surfaktan yang dapat dihitung dari kontribusi aditif
gugus fungsionalnya dan memperkenalkan parameter kelarutan keseluruhan,
yang diperoleh dari tiga komponen:
0 = (2D + 2P + 2H)1/2
dimana :
D = gaya dispersi
P = gaya dipol-dipol
H = gaya ikatan hidrogen
E. MENENTUKAN NILAI HLB BUTUH
Contoh perhitungan HLB Butuh :

Anda mungkin juga menyukai