Anda di halaman 1dari 18

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

RANGE OF MOTION (ROM) PADA PASIEN


STROKE DENGAN KELEMAHAN ALAT GERAK
DI RUANG ANGSANA RSUP Dr. HASAN SADIKIN

A. Latar Belakang
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga di dunia setelah penyakit

jantung koroner dan kanker baik di negara maju maupun negara berkembang.

Satu dari 10 kematian disebabkan oleh stroke (Ennen, 2004; Marsh&Keyrouz,

2010; American Heart Association, 2014; Stroke forum, 2015). Secara global,

15 juta orang terserang stroke setiap tahunnya, satu pertiga meninggal dan

sisanya mengalami kecacatan permanen (Stroke forum, 2015). Stroke

merupakan penyebab utama kecacatan yang dapat dicegah (American Heart

Association,2014).
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu

bagian otak tiba-tiba terganggu, karena sebagian sel-sel otak mengalami

kematian akibat gangguan aliran darah karena sumbatan atau pecahnya

pembuluh darah otak. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah

menyebabkan serangkaian reaksi biokimia yang dapat merusakan atau

mematikan sel-sel saraf otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan

hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu. Aliran darah yang

berhenti membuat suplai oksigen dan zat makanan ke otak berhenti, sehingga

sebagian otak tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya (Nabyl, 2012).


Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2012, kematian

akibat stroke sebesar 51% di seluruh dunia disebabkan oleh tekanan darah

tinggi. Selain itu, diperkirakan sebesar 16% kematian stroke disebabkan


tingginya kadar glukosa darah dalam tubuh. Berdasarkan data yang berhasil

dikumpulkan oleh Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), masalah stroke

semakin penting dan mendesak karena kini jumlah penderita stroke di

Indonesia adalah terbanyak dan menduduki urutan pertama di Asia. Jumlah

kematian yang disebabkan oleh stroke menduduki urutan kedua pada usia

diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59 tahun (Yastroki, 2012).
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi penyakit stroke di

Indonesia meningkat seiring bertambahnya umur. Kasus stroke tertinggi yang

terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia 75 tahun keatas (43,1%) dan

terendah pada kelompok usia 15-24 tahun yaitu sebesar 0,2%. Prevalensi

stroke berdasarkan jenis kelamin lebih banyak laki-laki (7,1%) dibandingkan

dengan perempuan (6,8%). Berdasarkan tempat tinggal, prevalensi stroke di

perkotaan lebih tinggi (8,2%) dibandingkan dengan daerah pedesaan (5,7%).

Sedangkan di Jawa Barat sendiri kasus stroke memiliki presentase (12 %).
WHO (2010) mendefinisikan stroke adalah manifestasi klinis dari

gangguan fungsi otak, baik fokal maupun global (menyeluruh), yang

berlangsung cepat, berlangsung lebih dari 24 jam atau sampai menyebabkan

kematian, tanpa penyebab lain selain gangguan vaskuler.


Gejala stroke yang muncul sangat bergantung pada bagian otak yang

terganggu, gejala kelemahan sampai kelumpuhan anggota gerak, bibir tidak

simetris, bicara pelo atau tidak dapat berbicara (afasia), nyeri kepala,

penurunan kesadaran, dan gangguan rasa (misalnya kebas di salah satu

anggota gerak). Sedangkan stroke yang menyerang cerebellum akan

memberikan gejala pusing berputar (vertigo) (Pinzon dan Laksmi, 2010).


Dari data yang didapatkan mahasiswa selama berdinas diruang

angsana RSUP Dr. Hasan Sadikin dimulai dari tanggal 9-16 November 2017

presentase dari jumlah BOR (Bed Occupation Rate) bahwa kasus terbanyak

adalah stroke (45%). Dari hasil tersebut didapatkan tingkat ketergantungan

pasien 43% dengan kebutuhan total care dan 2% sisanya dengan kebutuhan

parsial dan mandiri.


Untuk meminimalkan kecacatan setelah serangan stroke adalah dengan

rehabilitasi. Rehabilitasi pasien stroke salah satunya adalah dengan latihan

gerak sendi atau ROM (Range Of Motion) (Wina, 2009). Latihan gerakan

ROM (Range Of Motion) terbagi menjadi dua, yaitu ROM (Range Of Motion)

aktif dan ROM (Range Of Motion) pasif (Brunner dan Suddarth, 2002). Range

of motion adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya

kontraksi dan pergerakan otot, di mana klien menggerakan masing-masing

persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. (Potter

dan Perry (2006). Tujuan ROM adalah mempertahankan atau memelihara

kekuatan otot, memelihara mobilitas persendian, merangsang sirkulasi darah

mencegah kelainan bentuk. Diharapkan dengan adanya pendidikan kesehatan

mengenai ROM di ruang angsana dapat meminimalkan kecatatan akibat

penyakit stroke
SATUAN ACARA PENYELUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : ROM (Range Of Motion)


Sub Pokok Bahasan : 1. Pengertian ROM
2. Klasifikasi ROM
3. Tujuan ROM
4. Manfaat ROM
5. Prinsip latihan ROM
6. Indikasi dan sasaran ROM
7. Keterbatasan dalam latihan ROM
8. Macam-macam gerakan ROM
9. kontraindikasi ROM
Sasaran : Pasien Stroke dengan Kelemahan Alat gerak
Hari/Tanggal : Jumat (17 November 2017)
Tempat : Di ruang Angsana
Waktu : 1 x 30 menit

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mengikuti penyuluhan selama 1 x 30 menit, masyarakat dapat
mengetahui informasi tentang ROM aktif.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, diharapkan masyarakat dapat :
1. Menjelaskan pengertian ROM
2. Menjelaskan Klasifikasi ROM
3. Menjelaskan Tujuan ROM
4. Menjelaskan Manfaat ROM
5. Menjelaskan Prinsip latihan ROM
6. Menjelaskan indikasi dan sasaran ROM
7. Menjelaskan Keterbatasan dalam latihan ROM
8. Menjelaskan macam-macam gerakan ROM
9. Menjelaskan apa saja kontraindikasi ROM

C. Materi Penyuluhan
1. Pengertian ROM
2. Klasifikasi ROM
3. Tujuan ROM
4. Manfaat ROM
5. Prinsip latihan ROM
6. Indikasi dan sasaran ROM
7. Keterbatasan dalam latihan ROM
8. Macam-macam gerakan ROM
9. Kontraindikasi ROM

D. Kegiatan Pembelajaran
1. Metode : Ceramah dan diskusi
2. Langkah-langkah kegiatan :
KEGIATAN
NO WAKTU RESPON PESERTA
PENYULUHAN
1 Pembukaan:
1. Mengucapkan salam 1. Menjawab
5 menit 2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan dan
3. Kontrak waktu memperhatikan
4. Menjelaskan tujuan 3. Menyetujui
penyuluhan 4. Mendengarkan dan
5. Apresepsi / pretest memperhatikan
2 Kegiatan inti:
1. Menjelaskan 1. Mendengarkan dan
15 menit pengertian ROM memperhatikan.
2. Menjelaskan 2. Mendengarkan dan
Klasifikasi ROM memperhatikan.
3. Menjelaskan Tujuan 3. Mendengarkan dan
ROM memperhatikan.
4. Menjelaskan Manfaat 4. Mendengarkan dan
ROM memperhatikan.
5. Menjelaskan Prinsip 5. Mendengarkan dan
latihan ROM memperhatikan.
6. Menjelaskan indikasi
dan sasaran ROM
7. Menjelaskan
Keterbatasan dalam
latihan ROM
8. Menjelaskan macam-
macam gerakan ROM
9. Menjelaskan
kontraindikasi ROM
10. Melakukan
demonstrasi ROM
11. Dengan
melibatkan audience
3 Evaluasi :
7 menit 1. Memberikan 1. Menjawab pertanyaan
kesempatan audience 2. Mendengarkan dan
untuk bertanya memperhatikan
kepada penyaji
2. Mengajukan 5
pertanyaan kepasa
aundince tentang
materi penyuluhan
3. Kesimpulan dari
penyuluhan

4 3 menit Penutup :
1. Mengucapkan 1. Mendengarkan
terimakasih atas peran 2. Menjawab salam
serta peserta
2. Mengucapkan salam
penutup

E. Peran
1. Findra Alfyanti : Pemateri
2. Indra Herdiawan : Operator
3. Bintang Yulnanda : Moderator
4. Mira Rahmawati : Logistik
5. Tri Nur Rohayati : Kosumsi
6. Ali Firmawan : Dokumentasi

F. Media dan Sumber


1. Media :
a. Leaflet
b. Infokus
c. Power Poin
d. Blangkar
2. Sumber :
- Potter, Patricia A. & Perry, Anne Griffin . 2006. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan, Edisi 4. Jakarta ; EGC
- Warfield, Carol. 1996. Segala Sesuatu Yang Perlu Anda Ketahui
Terapi Medis. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia
- Depkes RI. 1995. Penerapan Proses Keperawatan Pada Klien
Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta. Bakti
Husada.
- Jtptunimus-gdl-afifsubhan-8321-2-4.babii.pdf
- Potter & Perry . 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan
Edisi 4. Jakarta : EGC.

G. Evaluasi
1. Prosedur : Post tes
2. Jenis tes : Pertanyaan secara lisan
3. Butir-butir soal :
a. Apa pengertian ROM
b. Apa Klasifikasi ROM
c. Apa Tujuan ROM
d. Apa Manfaat ROM
e. Apa Prinsip latihan ROM
f. Apa indikasi dan sasaran ROM
g. Apa Keterbatasan dalam latihan ROM
h. Apa saja macam-macam gerakan ROM
i. Apa daja kontraindikasi ROM
Lampiran Materi
RANGE OF MOTION

1. Pengertian ROM
Range of Motion (ROM) merupakan jumlah maksimum gerakan yang

mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh, yaitu dua

bagian tubuh kiri dan kanan yang di sebut sagital, dua bagian tubuh atas

bawah yang di sebut transversal, dan frontal (Kisner & Colby, 2007). ROM

atau rentang gerak adalah teknik dasar yang di gunakan untuk pemeriksaan

gerakan atau untuk memulai gerakan ke dalam program intervensi terapeutik

(Kisner & Colby, 2007).


Pengertian ROM lainnya adalah latihan gerakan sendi yang akan

memungkinkan terjadinya kontraksi dan peregangan otot, di mana klien

menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik

secara aktif, aktif dengan bantuan maupun pasif (Potter & Perry, 2006). ROM

di bedakan menjadi tiga yaitu Active Range of motion (AROM), Active

Assistive Range of Motion (AAROM), dan Passive Range of Motion (PROM)

(Potter & Perry, 2006).


Passive Range Of Motion (PROM) merupakan sebuah gerakan dari area-

area tubuh yang seharusnya bisa bergerak akan tetapi tidak bisa di gerakan.
Ketika melakukan PROM otot penggerak akan membutuhkan gravitasi, mesin

ataupun orang lain untuk menggerakannya (Kisner & Colby, 2007).


Active-Assitive Range Of Motion (AAROM) adalah tipe bagian dari

AROM yang bisa terjadi dengan menggunakan tangan sendiri ataupun

menggunakan alat mekanik, semua tenaga itu berasal dari luar tubuh karena

otot penggerak membutuhkan bantuan untuk memaksimalkan pergerakan

(Kisner & Colby, 2007).


AROM merupakan latihan yang dilakukan oleh klien sendiri dengan atau

tanpa bantuan dari perawat, namun tetap di awasi oleh perawat. Melalui

latihan ini dapat meningkatkan kemandirian dan kepercayaan diri pada klien

(Ellis & Bentz, 2007). AROM adalah jenis AROM yang mana bantuan di

berikan melalui gaya dari luar apakah secara manual atau mekanik, karena

otot penggerak primer memerlukan bantuan untuk menyelesaikan gerakan

(Kisner & Colby, 2007).


Prinsip dasar latihan AROM adalah (1) AROM harus diulang sekitar

delapan kali dan dikerjakan minimal dua kali sehari, (2) AROM di lakukan

perlahan dan hati-hati agar tidak melelahkan pasien, (3) dalam merencanakan

program latihan AROM, perlu di perhatikan umur pasien untuk di bawah 58

tahun, diagnosis pasien karena untuk penyakit tertentu seperti memiliki

riwayat serangan jantung dan coronary artery bypass atau coronary

angioplasty tidak diperbolehkan untuk melakukan AROM, dan lamanya tirah

baring karena pasien yang diharuskan untuk bedrest tidak diperbolehkan untuk

melakukan AROM, (4) AROM sering diprogramkan oleh dokter dan

dikerjakan oleh fisioterapi atau perawat, (5) bagian-bagian tubuh yang dapat

dilakukan AROM adalah leher, bahu lengan, siku, jari, ibu jari, pinggul, lutut,
kaki, pergelangan kaki dan jari-jari kaki, (6) AROM dapat di lakukan pada

semua persendian atau hanya pada bagian-bagian yang di curigai mengalami

proses penyakit seperti kelemahan baik karena gangguan otot, saraf, atau

metabolik (Havid & Cemy, 2012).


2. Indikasi AROM
Indikasi merupakan keadaan yang memerlukan latihan AROM. Indikasi

pemberian AROM antara lain : (Kisner & Colby, 2007).


1. ketika pasien mampu melakukan kontraksi otot secara aktif dan

menggerakan ruas sendinya baik dengan bantuan dari luar oleh

perawat atau tidak


2. AROM dapat di gunakan untuk latihan aerobik
3. AROM di gunakan untuk memelihara mobilisasi ruas di atas dan di

bawah daerah yang tidak dapat bergerak


3. Kontraindikasi AROM
Kontraindikasi merupakan keadaan yang tidak memperbolehkan

dilakukannya latihan AROM, kontraindikasi dari AROM yaitu : (Kisner &

Colby, 2007)
1. Latihan AROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat

mengganggu proses penyembuhan cedera


2. Terdapatnya tanda-tanda terlalu banyak atau terdapat gerakan yang

salah, termasuk meningkatnya rasa nyeri dan peradangan


3. AROM tidak boleh di lakukan bila respon pasien atau kondisinya

membahayakan (life threatening)


4. Pada keadaan setelah infark miokard, operasi arteri koronaria, dan

lain-lain, AROM pada ekstremitas atas masih dapat di berikan dalam

pengawasan yang ketat


4. Manfaat AROM
Latihan AROM memberikan manfaat bagi sistem tubuh, dan sistem yang

dipengaruhi setelah dilakukannya AROM antara lain : ( Potter & Perry)


a. Sistem kardiovaskuler
1. Meningkatkan curah jantung
2. Memperbaiki kontraksi miokardial, kemudian menguatkan otot

jantung
3. Menurunkan tekanan darah istirahat
4. Memperbaiki aliran darah vena
b. Sistem Respirasi
5. Meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernapasan
6. Meningkatkan pengembangan diafragma
7. Menurunkan kerja pernapasan
8. Meningkatkan ventilasi alveolar
c. Sistem Metabolik
1. Meningkatkan laju metabolisme basal
2. Meningkatkan penggunaan glukosa dan asam lemak
3. Meningkatkan pemecahan trigliserida
4. Meningkatkan mobilitas lambung
5. Menigkatkan produksi panas tubuh
d. Sistem Muskuloskeletal
1. Memperbaiki tonus otot
2. Meningkatkan mobilisasi sendi
3. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
e. Toleransi Aktivitas
1. Meningkatkan toleransi
2. Mengurangi kelemahan
5. Prosedur Tindakan
Prosedur tindakan yang biasa digunakan pada latihan rentang gerak

AROM yaitu : (Potter & Perry, 2006)


a. Gerakan Leher, spina servikal

Gambar 2.1
1) Fleksi : menggerakan dagu menempel ke dada sebesar 45 otot

yang di pengaruhi yaitu otot sternoclidomastoid


2) Ekstensi : mengembalikan kepala ke posisi tegak sebesar 45

otot yang dipengeruhi yaitu Trapezius


3) Hiperekstensi : Menekuk kepala sejauh mungkin sebesar 10

otot yang dipengaruhi yaitu otot Trapezius


4) Rotasi : memutar kepala sejau mungkin dalam gerakan sirkuler

sebesar 180 otot yang dipengaruhi sternocleidomastoid dan

trapezius
5) Fleksilateral : memiringkan kepala sejauh mungkin kea rah

setiap bahu sebesar 40-45 otot yang dipengarui yaitu otot

sternocleidomastoid
b. Gerakan Bahu

Gambar 2.2
1) Fleksi : menaikan lengan dari posisi di samping tubuh kedepan

ke posisi di atas kepala selebar 180 otot yang dipengaruhi

antara lain : otot korakorakhialis, bisep brakhii, deltoid, dan

pekotralis mayor
2) Hiperekstensi : menggerakan lengan ke belakang tubuh dengna

siku tetap lurus selebar 35-60 otot dipengaruhi yaitu

Latissimus dorsi, teres mayor, dan deltoid


3) Abduksi : menurunkan lengan ke samping dan menyilang tubuh

sejauh mungkil selebar 320 otot yang dipengaruhi yaitu

pektoralis mayor
4) Rotasi dalam : dengan siku fleksi, memutar bahu dengan

menggerakan lengan sampai ibu jari menghadap ke dalam dan

ke belakang sebesar 90 otot yang dipengaruhi intraspinalus,

teres mayor, dan deltoid


5) Sirkumduksi : menggerakan lengan dengan lingkaran penuh

sebesa 360 otot yang di pengaruhi yaitu deltoid,

korakobrakialis, latissmus dorsi, dan teres mayor.


c. Gerakan Siku

Gambar 2.3
1) Fleksi : menekuk siku sehingga lengan bawah bergerak ke depan

sendi bahu dan lengan sejajar bahu sebesar 15 otot yang

dipengaruhi bisep brakhii, brakhialis, dan brakhioradialis


2) Ekstensi : meluruskan siku dengan menurunkan lengan sebesa

150 otot yang dipengaruhi yaitu trisep brakhii

d. Gerakan Lengan Bawah

Gambar 2.4
1) Supinasi : memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak

tangan menghadap ke atas sebesar 70-90 otot yang

dipengaruhi supinator dan bisep brakhii


2) Pronasi : memutar lengan bawah sehingga telapak tangan

menghadap ke bawah sebesar 70-90 otot yang dipengaruhi

yaitu ptonator teres dan pronator quadrates


e. Gerakan Pergelangan Tangan

Gambar 2.5
1) Fleksi : menggerakan terlapak tangan ke sisi bagian dalam

lengan bawah sebesar 80-90 otot yang dipengaruhi yaitu

fleksor karpi ulnaris, dan fleksor karpi radialis


2) Ekstensi : menggerakkan jari-jari sehingga jari-jari, tangan, dan

lengan bawah berada pada arah yang sama sebesar 80-90 otot

yang dipengaruhi yaitu ekstensor karpi ulnaris, ektensor karpi

radialis brevis, dan ekstensor karpi radialis longus


3) Hiperekstensi : membawa permukaan tangan dorsal ke belakang

sejauh mungkin sebesar 89-90 otot yang dipengaruhi yaitu

ekstensor karpi ulnaris, ekstensor karpi radialis brevis ,

ekstensor karpi radialis longus


4) Abduksi (fleksi radial) : menekuk pergelangan tangan miring

(medial) ke ibu jari sebesar 30 otot yang dipengaruhi yaitu

fleksor karpi radialis, ekstensor karpi radialis brevis, dan

ekstensor karpi radialis longus


5) Adduksi (fleksi ulna) : menekuk pergelangan tangan miring

(lateral) kearah lima jari sebesar 30-50 otot yang dipengaruhi

yaitu fleksor karpi ulnaris dan ekstensor karpi ulnaris


f. Gerakan Jari-jari tangan

Gambar 2.6
1) Fleksi : membuat genggaman otot yang dipengaruhi yaitu

lumbrikales, interosseus volaris, dan inerosseus doralis


2) Ekstensi : meluruskan jari-jari tangan sebesar 90 otot yang

dipengaruhi yaitu ekstensor digiti quanti


3) Hiperekstensi : menggerakan jari-jari tangan kebebelakang

sejauh mungkin sebesar 30-60 otot yang dipengaruhi yaitu

priprius, ekstensor digitorum kommunis, dan ekstensor indicis

proprius
4) Abduksi : menggerakan jari-jari tangan yang saru dengan yang

lain sebesar 30 otot yang dipengaruhi yaitu interosseus dorsalis


5) Adduksi : merapatkan kembali jari-jari tangan sebesar 30 otot

yang dipengaruhi yaitu interosseus volaris


g. Gerakan Ibu Jari

Gambar 2.7
1) Fleksi : menggerakan ibu jari menyilang permukaan telapak

tangan sebesar 90 otot yang dipengaruhi yaitu fleksor

pollisisbrevis
2) Ekstensi : menggerakan ibu jari lurus menjauh dari telapak

tangan sebesar 90 otot yang dipengaruhi yaitu ekstenso pollisis

longus dan ekstensor pollis brevis


3) Abduksi : menjauhkan ibu jari ke samping sebesar 30 otot yang

dipengaruhi yaitu abductor pollisis brevis


4) Adduksi : menggerakkan ibu jari ke depan tangan sebesar 30

otot yang dipengaruhi yaitu adductor pollisis obliquus dan

adductor pollisis transverses


5) Oposisi : menyentuhkan ibu jari kesetiap jari-jari tangan pada

tangan yang sama otot yang dipengaruhi yaitu opponeus pollisis

dan opponeus digit minimi


h. Gerakan Pinggul

Gambar 2.8
1) Fleksi : menggerakkan tungkai kedepan dan keatas sebesar 90-

120 otot yang dipengaruhi yaitu psoas mayor, iliakus, iliopsoas,

dan Sartorius
2) Ekstensi : menggerakan kembali kesamping tungkai yang lain

sebesar 90-120 otot yang dipengaruhi yaitu gluteus maksimus,

semitendinosus, dan semimebranosus


3) Hiperektensi : menggerakkan tungkai ke belakang tubuh sebesar

30-50 otot yang dipengaruhi yaitu gluteus maksimus,

semitendonosus, dan semimembranosus


4) Abduksi : menggerakkan tungkai ke samping menjauhi tubuh

sebesar 30-50 otot yang dipengaruhi yaitu gluteus medius, dan

gluteus minimus
5) Adduksi : menggerakkan tungkai kembali keposisi medial dan

melibihi jika mungkin sebesar 30-50 otot yang dipengaruhi

yaitu adduktor longus, adduktor brevis, dan adduktor magnus


6) Rotasi dalam : memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai yang

lain sebesar 90 otot yang dipengaruhi yaitu gluteus medius,

gluteus minimus, dan tensor fasciae latae


7) Rotasi keluar : memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai lain

sebesar 90 otot yang dipengaruhi yaitu obturatorius internus,

obturatorius eksternus
8) Sirkumduksi : menggerakkan tungkai melingkar otot yang

dipengaruhi yaitu psoas mayor, gluteus maksimus, gluteus

medius, dan adduktor magnus


i. Gerakan Lutut

Gambar 2.9
1) Fleksi : menggerakan tumit kearah belakang paha sebesar 120-

130 otot yang dipengaruhi yaitu bisep femoralis ,

semitendoosus, semimembranosus, dan Sartorius


2) Ekstensi : mengembalikan tungkai ke posisi semula 120-130

otot yang dipengaruhi yaitu rektus femoralis, vastus lateralis,

vastus medialis, dan vastus intermedius


j. Gerakan Mata Kaki
Gambar 2.10
1) Dorsifleksi : menggerakkan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk

keatas sebesar 20-30 otot yang dipengaruhi yaitu tibiaslis

anterior
2) Plantarfleksi : menggerakkan kaki sehingga jari-jari kaki

menekuk kebawah sebesar 45-50 otot yang dipengaruhi yaitu

gastroknemus, dan soleus


k. Gerakan Kaki

Gambar 2.11
1) Inversi : memutar telapak kaki ke samping dalam (medial)

sebesar 10 atau kurang oot yang dipengaruhi yaitu tibialis

anterior, tibialis, dan posterior


2) Eversi : memutar telapak kaki ke samping luar (lateral) sebesar

10 atau kurang otot yang dipengaruhi yaitu perneus longus, dan

peroneus brevis
l. Gerakan Jari-jari Kaki

Gambar 2.12
Fleksi : melengkungkan jari-jari kaki kebawah sebesar 30-60

otot yang dipengaruhi yaitu fleksor digitorium, lumbrikalis

pedis, dan fleksor hallusisi brevis


1) Ekstensi : meluruskan kembali jari-jari sebesar 30-60 otot yang

dipengaruhi yaitu ektensor digitorum longus, ekstensor

digitorum brevis, dan ekstensor digitorum hallusis longus


2) Abduksi : merenggangkan jari-jari kaki satu dengan yang lain

sebesar 15 atau kurang otot yang dipengaruhi yaitu abduksi

hallusis, dan interosseus dorsalis


3) Adduksi : merapatkan kembali bersama-sama sebesar 15 atau

kurang otot yang dipengaruhi yaiut abduksi hallusis, dan

interosseus plantaris

Anda mungkin juga menyukai