Pendahuluan
Kata hormon berasal dari bahasa Yunani. Hormon yang artinya membuat gerakan atau
membangkitkan. Hormon bekerja mengatur berbaai proses yang mengatur kehidupan. Sistem
endokrin mempunyai lima fungsi umum yaitu :
1. Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang berkembang
2. Menstimulasi urutan perkembangan.
3. Mengkoordinasi sistem reproduktif.
4. Memelihara lingkungan internal optimal.
5. Melakukan respon korektif dan adaptif ketika terjadi situasi darurat.
Hormon dapat diklasifikasikan melalui berbagai cara yaitu menurut komposisi kimia,
sifat kelarutan, lokasi reseptor dan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon di dalam sel.
e. Deiodinasi
Proses coupling yang terjadi juga menyisakan ikatan iodotirosin. Residu ini
kemudian akan mengalami deiodinasi menjadi tiroglobulin dan residu tirosin
serta iodida. Deiodinasi ini dimaksudkan untuk lebih menghemat pemakaian
iodium.
f. Proteolisis
TSH yang diproduksi oleh hipofisis anterior akan merangsang pembentukan
vesikel yang di dalamnya mengandung tiroglobulin. Atas pengaruh TSH,
lisosom akan mendekati tetes koloid dan mengaktifkan enzim protease yang
menyebabkan pelepasan T3 dan T4 serta deiodinasi MIT dan DIT.
g. Releasing
Proses ini dipengaruhi TSH. Hormon tiroid ini melewati membran basal dan
kemudian ditangkap oleh protein pembawa yang telah tersedia di sirkulasi
darah yaitu Thyroid Binding Protein (TBP) dan Thyroid Binding Pre
Albumin (TBPA). Hanya 0,35% dari T4 total dan 0,25% dari T3 total yang
berada dalam keadaan bebas. Ikatan T3 dengan TBP kurang kuat daripada
ikatan T4 dengan TBP. Pada keadaan normal kadar T3 dan T4 total
menggambarkan kadar hormon bebas. Namun dalam keadaan tertentu jumlah
protein pengikat bisa berubah.
Pada seorang lansia yang mendapatkan kortikosteroid untuk terapi suatu
penyakit kronik cenderung mengalami penurunan kadar T3 dan T4 bebas
karena jumlah protein pembawa yang meningkat. Sebaliknya pada seorang
lansia yang menderita pemyakit ginjal dan hati yang kronik maka kadar
protein binding akan berkurang sehingga kadar T3 dan T4 bebas akan
meningkat.
Jika jumlah hormon paratiroid yang disekresi lebih banyak daripada yang
dibutuhkan maka ini disebut hiperparatiroidisme primer. Jika jumlah yang disekresi
lebih banyak karena kebutuhan dari tubuh maka keadaan ini disebut
hiperparatiroidisme sekunder.
1) Hiperparatiroidisme Primer
Berkurangnya kalsium dalam tulang sehingga timbul fraktur
spontan, sering nyari pada tulang, tumor tulang. Bagian yang sering
terkena adalah tulang panjang.
Kelainan traktus urinarius : defek (kegagalan) pada tubulus ginjal
biasanya reversible (bisa kembali), batu ginjal, kadang-kadang
neprokalsinosis (deposisi kalsium dalam nepron)
Manifestasi dari sistem saraf sentral (defresi, konfusi dan koma)
Kelemahan neuromuskular, tenaga otot berkurang, hipotonik
(penurunan tonus) otot, fatigue (hilang tenaga), dan kadang-kadang
terjadi aritmia kardiak.
Manifestasi gastrointestinal : kurang nafsu makan, nausea, muntah
(vomitus) dan konstipasi.
2) Hiperparatiroidisme Sekunder
Pada penyakit ini terdapat hiperplasia dan hiperfungsi kelenjar
paratiroid yang disebabkan : gagal ginjal kronik dan kurang efektifnya
PTH pada beberapa penyakit (defisiensi vitamin D dan kelainan
gastrointestinal).
b. Hipoparatiroidisme
Hipoparatiroidisme adalah gabungan gejala dari produksi hormon paratiroid yang
tidak adekuat. Keadaan ini jarang sekali ditemukan dan umumnya sering disebabkan
oleh kerusakan atau pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi paratiroid atau
tiroid, dan yang lebih jarang lagi ialah tidak adanya kelenjar paratiroid (secara
kongenital). Kadang-kadang penyebab spesifik tidak dapat diketahui.
Gejala-gejala utama adalah reaksi-reaksi neuromuscular yang berlebihan yang
disebabkan oleh kalsium serum yang sangat rendah. Keluhan-keluhan dari penderita
(70 %) adalah tetani. tetani = hipertonia otot yang menyeluruhnya tremor dan
kontraksi spasmodik atau tak terkordinasi yang terjadi dengan atau tanpa upaya untuk
melakukan gerakan volunter.
BAB IV
Kesimpulan
3.1 Kesimpulan
Secara normal ada empat buah kelenjar paratiroid pada manusia, yang terletak tepat
dibelakang kelenjar tiroid, dua tertanam di kutub superior kelenjar tiroid dan dua di kutub
inferiornya. Namun, letak masing-masing paratiroid dan jumlahnya dapat cukup bervariasi,
jaringan paratiroid kadang-kadang ditemukan di mediastinum.
Di dalam melaksanakan kerjanya, kelenjar paratiroid diatur dan diawasi secara langsung
oleh kelenjar hipofisis. PTH adalah konsentrasi ion-ion kalsium yang terdapat didalam cairan
ekstraseluler. Produksi PTH akan meningkat apabila kadar kalsium didalam plasma
menurun. Didalam keadaan fisiologis normal, kadar kalsium dalam plasma berada dalam
pengawasan hoemostatik dalam batas yang sangat sempit. Pengawasan ini dipengaruhi oleh
perubahan diet setiap hari dan pertukaran mineral antara tulang dengan darah.
Kelenjar paratiroid menghasilkan hormon paratiroid/parathormon (PTH) yang berfungsi
untuk mengatur konsentrasi ion kalsium dalam cairan ekstraseluler dengan cara mengatur :
absorpsi kalsium dari usus, ekskresi kalsium oleh ginjal, dan pelepasan kalsium dari tulang.
Bila kelenjar paratirod tidak berfunsi normal, maka akan menyebabkan terjadinya
beberapa penyakit yaitu :
Hiperparatiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar-kelenjar paratiroid
memproduksi lebih banyak hormon paratiroid dari biasanya.
Hipoparatiroidisme adalah gabungan gejala dari produksi hormon paratiroid yang
tidak adekuat.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC Penerbit Buku Kedokteran
(hal.1318-1321)
Gan gunawan s.,dkk.2007.farmakologi dan terapi edisi 5 .jakarta:departemen farmakologi
dan terapeutik FKUI
http//:www.google.com/hormon paratiroid/20 Oktober 2016