Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam Pembangunan Nasional, jasa konstruksi mempunyai peranan penting dan strategis
mengingat jasa konstruksi menghasilkan produk akhir berupa bangunan atau bentuk fisik lainnya,
baik yang berupa prasarana maupun sarana.
Namun merupakan iroi bahawa selama kurang lebih 30 tahun masa pembangunan,
kontrak-kontrak konstruksi yang dibuat tidak mengacu kepada suatu landasan hukum yang baku.
Sehingga banyak kasus yang terkait aplikasi konstruksi terdapat sejumlah tipikal permasalahan
dan kesalahan struktur konstruksi yang acapkali dijumpai pada realita pelaksanaan di lapangan.
Misalnya konstruksi di indonesia pada saat ini terdapat banyak permasalahan mengenai ketidak
efisienan dalam pelaksanaan konstruksi.
Berbagai jenis kerusakan terjadi dapat diatasi dengan berbagai macam perbaikan. Namun
pada beberapa kasus, perbaikan yang kurang baik juga juga dapat memperburuk keadaan dan
beresiko membuat kerusakan lain di konstruksi. Oleh sebab itu, untuk mencegah kerusakan,
maka kami melakukan analisis penyebab kerusakan-kerusakan yang terjadi, dan mencari system
perbaikan yang sesui standar pemeliharaan pada kasus ini.sehingga perbaikan dan perawatan
konstruksi sangatlah penting dan sesuai mentri pekerjaan umum., Nomor : 24/PRT/M/2008
tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung.
Konstruksi yang dibahaas pada survei ini adalah sebuah konstruksi masjid dimana masjid
adalah rumah tempat ibadah umat islam. Masjid ini merupakan masjid yang beradi di dalam
kawasan pondok pesantren Mahadal Ulum diniah islamiah yang terletak di Gampong Reuleut
Barat, Kecamatan Muara Batu, Kabupaten Aceh Utara dan berjarak 2,64 km dari bibir pantai.
Masjid pondok pesantren ini dibangun pada tahun 1992 dengan luas 272 m2.
Gambar 1. Tampak dan Lokasi Masjid
1.2 Tujuan
Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mencari tahu penyebab utama kerusakan
konstruksi dan memberikan pencegahan seperti perbaikan dan perawatan.
1.3 Manfat
Adapun manfaat penulisan perawatan dan perbaikan konstruksi adalah mengetahui
kerusakan-kerusakan pada konstruksi dan bagaimana cara perbaikan dari kerusakan struktur
tersebut.

1.4 Rumusan Masalah


1. Apa saja penyebab kerusakan-kerusakan pada konstruks?
2. Bagaimana cara memperbaiki kerusakan-kerusakan konstruksi?
3. Bagaimana cara perawatan dan perbaikan konstruksi secara berkelanjutan?
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Kerusakan Bangunan


Kerusakan bangunan adalah tidak berfungsinya bangunan atau komponen
bangunan akibat penyusutan/berakhirnya umur bangunan, atau akibat ulah manusia atau
perilaku alam seperti beban fungsi yang berlebih, kebakaran, gempa bumi, atau sebab
lain yang sejenis.
Intensitas kerusakan bangunan dapat digolongkan tiga tingkat kerusakan, yaitu:
a. Kerusakan ringan
Kerusakan ringan adalah retak halus pada plesteran serpihan plesteran berjatuhan
mencakup luas yang terbatas. retak halus adalah retak dengan lebar celah lebih kecil dari
0.075 cm.
b. Kerusakan sedang
Kerusakan sedang adalah retak kecil pada dinding, plesteran berjatuhan
mencakup luas bagian-bagian nonstruktur, seperti: lisplank, dsb. kemampuan memikul
beban tidak banyak berkurang. Retak dengan lebar celah 0.075 cm sampai 0.5 cm.
c. Kerusakan berat
Kerusakan berat adalah dinding pemikul beban terbelah dan roboh, kegagalan
komponen-komponen pengikat menyebabkan retak dengan lebar lebih besar dari 0.5 cm
atau bangunan terpisah kira-kira lebih dari 40% komponen struktur utama mengalami
kerusakan. bangunan menjadi sangat berbahaya.
2.2 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kerusakan
Kerusakan konstruksi terjadi karena 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan yaitu :
2.1.1 Faktor internal
Faktor umur bangunan
Seorang penulis buku arsitekture bangunan gedung Imelda Akmal, menulis
bahwa salah satu penyebab utama kerusakan rumah atau gedung yaitu faktor usia
bangunan tersebut. Semakin bertambah usia bangunan, maka kekuatan dan ketahanannya
semakin berkurang atau menurun. Untuk mengantisipasi kerusakan akibat usia bangunan
maka perlu dilakukan antisipasi dengan jalan melakukan perawatan dan kontrol secara
rutin dan berskala ( kontrol 3-5 tahun sekali) agar tidak terjadi kerusakan yang
berkelanjutan terutama pada struktur bangunan yang menyebabkan terjadinya
perlemahan pada bagian konstruksi atau bahan bangunan tersebut.
Faktor kondisi tanah dan air
Dalam penimbunan, terlebih dahulu tanah harus diperiksa kadar airnya,
konsolidasinya, dan yang lain. Sebab suatu bangunan berdiri diatas tanah. Apabila suatu
tanah tidak kuat maka akan terjadi penurunan bangunan atau yang lainnya. Sehingga
penimbunan suatu gedung atau konstruksi tidak boleh asal-asalan, dan tidak dibenarkan
ditimbun dengan kadar air yang tinggi.
Faktor kualitas bahan
Berikutnya pemilihan dan pengambilan bahan harus dituntut yang berkualitas dan
kekuatannya, jadi tidak hanya harganya mahal karena tidak ada jaminan untuk kualitas.
Untuk memilih dan menetapkan bahan maka harus disesuaikan dengan fungsi dan
komponen pekerjaan yang akan dikerjakan seperti pasir untuk pekerjaan pasangan batu
bata atau plesteran akan berbeda dengan pasir yang akan digunakan untuk pekerjaan
beton. Demikian juga pada kontruksi kayu untuk kusen akan berbeda dengan kayu yang
dipakai untuk rangka atap.
Faktor kualitas perencanaan
Proses perencanaan dan pengerjaan awal yang kurang baik dapat menyebabkan
kerusakan lebih cepat . misalnya kesalahan perencanaan pada perhitungan konstruksi
pondasi, kolom atau struktur lainnya maupun proses pencampuran dan komposisi spesi
yang dibuat kurang sempurna. Demikian juga pada pekerjaan kusen, atap dan lainnya
yang mempunyai pengaruh terhadap keawtan dan ketahanan bangunan. Disamping bahan
mahal tetapi metode kerja juga harus dilaksanakan dengan benar.
Pondasi
Bangunan yang kuat pada bagian atas kadang-kadang mengalami kegagalan karena
pondasinya tidak kuat. Likuifikasi da n perbedaan penur u nan pondasi da pat
menyebabkan bangunan miring, retak, bahkan kehancuran pada struktur bagian atas.
2.1.2 Faktor eksternal
Faktor gempa
Gempa terjadi bisa kapan saja. Akibat gempa yaitu banyaknya bangunan yang
rusak. Sehingga Perbaikan dan perkuatan dilakukan, untuk meningkatkan keamanan
bangunan yang sudah berdiri terhadap gempa. Baik bangunan yang rusak akibat gempa,
maupun untuk memenuhi syarat-syarat bangunan yang aman sesuai peraturan aman
gempa. Menurut ahli konstruksi Teddy Boen, dalam buku Cara Memperbaiki Bangunan
Sederhana yang Rusak akibat Gempa Bumi, kerusakan pada struktur bangunan
disebabkan berbagai faktor. Kondisi tanah, misalnya, sangat mempengaruhi kerusakan
pada bangunan. Karakteristik goncangan gempa akan dipengaruhi oleh jenis lapisan
tanah yang mendukung bangunan. Selain itu juga bisa disebabkan, konfigurasi bangunan
yang tidak teratur dan tidak simetris pada seluruh bagian bangunan. Ukuran bukaan pada
dinding juga cenderung untuk memperlemah dinding. Semakin sedikit bukaan pada
dinding, semakin berkurang kerusakan yang akan terjadi. Hal lain yang menyebabkan
kerusakan, yakni tidak meratanya distribusi kekakuan secara vertikal maupun horizontal.
Perbedaan kekakuan suatu bangunan dari satu lantai ke lantai berikutnya, menurut Teddy
Boen, meningkatkan kecenderungan rusaknya bangunan jika digoyang gempa. Jarak
pusat massa dan pusat kekakuan yang berjauhan juga meningkatkan kecenderungan
rusaknya bangunan. Kekuatan struktur juga merupakan faktor yang mempengaruhi
ketahanan bangunan terhadap gempa. Semua komponen bangunan sejak dari pondasi,
kolom, balok, dinding, rangka atap dan atap harus tersambung menjadi satu kesatuan.
Sehingga, bila digoncang gempa, bangunan akan bergetar sebagai satu
kesatuan. Penyebab lain adalah daktilitas. Ini merupakan kemampuan struktur untuk
mengalami lendutan yang besar tanpa mengalami keruntuhan. Suatu struktur akan tahan
terhadap gempa, bila keseluruhan struktur bangunan mempunyai daktilitas yang tinggi.
Daktilitas ini, terutama diperlukan untuk bangunan yang akan mengalami lendutan besar
kalau digoncang gempa: gedung bertingkat banyak. Sehingga, pada bangunan dengan
tingkat banyak, selain kekuatan juga diperlukan daktilitas.
Faktor bencana alam
Bencana alam yang dapat menyebabkan kerusakan pada bangunan gedung atau
rumah tinggal antara lain, gempa, banjir, puting beliung. Sedangkan bencana yang lain
yaitu kebakaran, tertimpa pohon dan lain-lain. Agar kerusakan akibat kejadian diatas
tidak menimbulkan masalah maka perlu adanya perhitungan baik terhadap bangunan
untuk mengantisipasi gempa dan banjir yaitu bangunan tahan gempa agar bangunan tetap
kuat dan utuh. Demikian juga untuk untuk antisipasi terhadap kebakaran dengan
menyediakan tabung pemadam kebakaran pada tempat-tempat tertentu dan melokalisir
pohon dan tiang listrik atau memberikan pengamanan.
2.2 Pengertian Perbaikan, Restorasi & Perkuatan Kontruksi
2.2.1 Perbaikan kontruksi
Tujuan utamanya adalah untuk mengembalikan bentuk arsitektur bangunan
agar semua perlengkapan / peralatan dapat berfungsi kembali. Perbaikan tidak ada kaitan
dengan kekuatan struktur.
Tindakan-tindakan yang termasuk kategori ini meliputi:
a. Menambal retak-retak pada tembok, plesteran, dll.
b. Memperbaiki pintu-pintu, jendela-jendela, mengganti kaca, dll.
c. Memperbaiki kabel-kabel listrik.
d. Memperbaiki pipa air, pipa gas, saluran pembuangan.
e. Membangun kembali dinding-dinding pemisah, pagar.
f. Memplester kembali dinding-dinding.

2.2.2 Restorasi
Tujuannya adalah untuk melakukan perbaikan pada komponen-komponen struktur
penahan beban dan mengembalikan kekuatan semula.
Tindakan-tindakan yang termasuk jenis ini:
a. Menginjeksikan air semen atau bahan-bahan epoxy (bila ada) ke dalam
retak-retak kecil yang terjadi pada dinding pemikul beban, balok maupun kolom.
b. Penambahan jaringan tulangan pada dinding pemikul balok, maupun kolom
yang mengalami retak besar kemudian diplester kembali.
c. Membongkar bagian-bagian dinding yang terbelah dan menggantikannya
dengan dinding baru dengan spesi yang lebih kuat dan dijangkar pada portal.
d. Membongkar bagian kolom/balok yang rusak, memperbaiki tulangannya, lalu
dicor kembali.
2.2.3 Perkuatan
Tujuannya adalah membuat bangunan menjadi lebih kuat dari kekuatan
semula.
Tindakan-tindakan yang termasuk jenis ini:
a. Menghilangkan sumber-sumber kelemahan atau yang dapat menyebabkan
terjadinya konsentrasi tegangan di bagian-bagian tertentu antara lain:
penyebaran letak kolom yang tidak simetris
penyebaran letak dinding yang tidak simetris
beda kekakuan yang besar antara lantai yang satu dengan yang lainnya
bukaan-bukaan yang berlebihan
b. Menjadikan bangunan sebagai satu kesatuan dengan jalan mengikat semua
komponen-komponen penahan beban satu dengan lainnya.
c. Menghindarkan terjadinya kehancuran getas dengan cara memperbaiki,
menambah, dan memasang tulangan sesuai dengan detail-detail untuk mencapai
daktilitas yang cukup.
d. Menambah daya tahan terhadap beban lateral, dengan jalan menambah dinding,
menambah kolom, dan lain-lain.

2.3 Cara perbaikan dan perkuatan kontruksi


2.3.1 Perbaikan dinding retak
A. Untuk retak kecil (retak yang mempunyai lebar celah kurang dari 5 mm):
Plesteran lama di sekitar retak dikupas 50cm , lalu retak diisi dengan air
semen atau bahan kimia (epoxy).
Setelah celah rapat, dinding diplester kembali dengan campuran
spesi 1 semen : 3 pasir.

B. Untuk retak yang besar (retak yang mempunyai lebar celah lebih besar dari 5
mm):
Plesteran lama di sekitar retak dikupas (minimum 50 cm), lalu retak diisi dengan
adukan 1 semen : 3 pasir atau bahan kimia.
Catatan: semua ukuran pondasi, balok, kolom, dan tulangan beton bertulang
yang ditulis dalam bab ini adalah minimum. Ukuran sesungguhnya harus
disesuaikan dengan derajat kegempaan setempat.
Setelah retak tertutup, buat kepala plesteran setebal 1cm, lebar 2cm. kepala
plesteran berfungsi sebagai tempat dudukan kawat anyam.
Pasang kawat anyam di kedua sisi dinding dengan cara diikat satu dengan yang
lain.
Dinding diplester kembali dengan campuran spesi 1 pc : 3 ps (1 semen : 3 pasir).

Catata n: Kalau dinding diperkuat dengan balok dan kolom beton, maka kawat anyam
untuk memperbaiki dinding yang retak boleh menempel di pasangan bata. Kawat anyam di
masing-masing sisi dinding boleh dipaku dengan paku beton (lihat gambar iv). Yang terbaik
adalah seperti diuraikan di bawah ini.
Kalau dinding tidak diperkuat dengan balok dan kolom beton, maka:
Kawat anyam untuk memperkuat dinding tidak boleh menempel di pasangan bata.
kepala plesteran sebagai dudukan kawat anyaman harus dibuat dan kedua kawat anyam di
masing-masing sisi dinding harus dijahit (lihat gambar iii). Dalam hal ini kedua kawat
anyam dengan plesterannya beserta dinding bata bekerja sebagai konstruksi sandwich.
2.3.2 Perbaikan kolom dan balok beton yang rusak
A. Retak rambut pada beton (kurang dari 0.2 mm) atau retak tidak terlihat
mengindikasikan kerusakan yang tidak berarti. Umumnya, retak tidak
dianggap sebagai sesuatu yang berbahaya (dan mengindikasikan
kerusakan yang ringan).
B. Retak pada komponen beton dengan lebar sampai dengan 5 mm
mengindikasikan kerusakan yang sedang.
C. Retak dalam komponen beton dengan lebar lebih besar dari 5 mm
mengindikasikan kerusakan yang berat (dengan pengurangan kekuatan
yang berarti).
D. Tertekuknya tulangan pada komponen beton mengindikasikan terjadinya
kerusakan yang berat, dengan tidak memperhatikan lebar retak beton.
Catatan:
Untuk menambah kekuatan geser kolom tanpa meningkatkan kapasitas
lentur kolom, buat celah di ujung atas dan di ujung bawah kolom yang akan
diperkuat sehingga penambahan perkuatan dengan teknik-teknik tsb di atas
tidak perlu dijangkar masuk ke balok sekitarnya.
Untuk kolom yang mengalami retak sedang, bagian yang rusak dibobok dan
dibersihkan, setelah itu dicor kembali. Sebelum dibobok kolom harus disangga
terlebih dahulu.

Untuk kolom yang rusak berat, yaitu kolom yang berkurang kekuatannya
berdasarkan pengamatan dan perhitungan, bagian yang rusak dibobok dan setelah
itu jika dari hasil perhitungan diperlukan penambahan tulangan, maka dapat
digunakan salah satu dari teknik-teknik untuk memperkuat kolom seperti tersebut
di atas. Sebelum dibobok, balok dan pelat sekeliling kolom harus disangga.

2.3.3 Perbaikan kolom bagian atas & kolom bagian bawah yang rusak dan penambahan
sengkang kolom dan balok
Cara perbaikan

Topang bagian bawah balok-balok beton di sekeliling kolom yang akan diperbaiki
dengan memakai balok kayu 2x8/10 cm yang dirangkai. Bila balok penopang kayu
lebih kecil agar disesuaikan jumlahnya dan sebagai alternatif dapat digunakan
support baja.
Kalau hasil analisa menunjukan bahwa jumlah tulangan kolom, balok, atau
sengkang tidak mencukupi, maka tulangan harus ditambah. (gambar iii.a.)

Kalau detail sambungan kolom-balok tidak sesuai dengan sambungan untuk


daerah gempa, maka harus ditambah tulangan penjangkaran dari kolom ke balok.
Dalam hal ini, balok perlu dibobok untuk penjangkaran. (gambar iii.b.)

Kalau tulangan kolom / balok tidak cukup, maka ada dua kemungkinan yang dapat
dilakukan:
a. Seluruh kolom / balok dibobok & tulangan ditambahkan,
b. Diberi tulangan tambahan di luar kolom (jacketing) dan dicor
Andaikata tulangan kolom tidak perlu ditambah, dan hanya diperlukan
penjangkaran tulangan kolom-balok serta merapatkan jarak sengkang kolom,
maka:
a. Untuk penjangkaran: balok harus dibobok.
b. Untuk penambahan sengkang: selimut beton kolom dikupas minimum 1 m, &
kemudian pasang sengkang dengan jarak yang diperlukan. (gambar iii.b.)
Untuk pengecoran kembali, perlu dibuat bekisting yang berbentuk corong agar
beton lama bagian atas & beton baru menjadi satu kesatuan (gambar iv.a. & iv.b.).
Tinggi bagian atas corong melewati batas sambungan beton lama & beton baru.

Tuangkan adukan beton dengan mutu yang dikehendaki sampai batas corong.
Kalau ruang gerak untuk pengecoran terlalu sempit, maka sebaiknya pelat
dilubangi & pengecoran dilakukan melalui lubang pelat. (gambar iv.b.)
Setelah 24 jam, bekisting dilepas & bagian beton yang menonjol akibat corong
dibuang. (gambar v.a. & v.b.)
2.3.4 Perbaikan kolom yang miring dan rusak di bagian atas

Cara perbaikan:
Balok di antara kolom yang diperbaiki disangga dengan perancah selama
perbaikan.
Balok yang miring disangga dengan dongkrak / jack untuk mengembalikan level
yang miring. (gambar i)

Catatan: jika sulit dijack, besi kolom boleh dipotong dahulu.


Bobok kolom yang hancur / miring.
Potong tulangan yang bengkok. (gambar ii)
Atur dongkrak / jack hingga level yang diinginkan.
Bobok bagian bawah balok yang berbatasan dengan kolom bagian atas untuk
penjangkaran tulangan kolom. (gambar ii)
Setelah level yang diinginkan tercapai, dongkrak / jack dilepas & diganti
dengan balok kayu. (gambar iii)

Sambung tulangan utama kolom lama dengan tulangan baru. Panjang


penyambungan tulangan kolom lama dengan tulangan kolom yang baru adalah
minimum 40d. (gambar iii)
Pasang sengkang kolom lama, tambahkan sengkang bila perlu.
Pasang bekisting dari multiplek 9mm. Buat corong di bagian atas kolom.
(gambar iv)

Kalau ruang gerak untuk pengecoran terlalu sempit, maka sebaiknya pelat dilubangi
& pengecoran dilakukan melalui lubang pelat.
cor kolom setelah bekisting terpasang.
Setelah 24 jam, bekisting dilepas & bagian beton yang menonjol akibat corong
dibuang
BAB III
CONTOH KERUSAKAN BANGUNAN

3.1 Masjid pondok pesantren Mahadal Ulum

A. Tahap investigasi konstruksi.


1. Lokasi konstruksi : Gampong Reuleut Barat, Kec.Muara Batu, Kab. Aceh Utara.
2. Jenis konstruksi : Masjid pondok pesantren
3. Fungsi konstruksi : tempat ibadah umat islam
4. Letak kerusakan konstruksi : Pada kolom.
B. Tahap penyebab kerusakan
1. Selimut beton pada kolom terkelupas, dapat disebakan oleh rendahnya kualitas/mutu
beton yang digunakan, sehingga kekuatan beton terhadap tekanan berkurang dan
selimut beton mudah pecah. Kontrol terhadap tahapan pembangunan sangat
diperlukan untuk mencegah penurunan kualitas beton.
C. Tahap cara memperbaiki
1. Kerusakan retak-retak, perbaikan cukup dilakukan dengan injeksi menggunakan
epoxy/resin atau produk lain yang khusus untuk injeksi beton.
2. Kerusakan retak cukup lebar dan beton pecah namun tulangan masih baik, perbaikan
beton dapat dilakukan dengan cara beton dibersihkan dan di kasarkan kemudian di
grouting ulang.
3. Jika kerusakan sudah serius maka cara perbaikan yang bisa dilakukan adalah menambah
ketebalan plat. Yang perlu diperhatikan dalam penebalan plat adalalah dipastikan
keletakan beton lama dan baru berkerja dengan baik. Agar terjadi keletakan bisa
menambahkan shear connector maupun admixture.
4. Bahan dan alat yang digunakan
- Penyangga
- kayu untuk bekisting
- paku
- material untuk pengecoran beton
- plat atau besi tulangan
- epoxy
3.2 Masjid pondok pesantren Mahadal Ulum

A. Tahap investigasi konstruksi.


1. Lokasi konstruksi : Gampong Reuleut Barat, Kec.Muara Batu, Kab. Aceh Utara.
2. Jenis konstruksi : Masjid pondok pesantren
3. Fungsi konstruksi : tempat ibadah umat islam
4. Letak kerusakan konstruksi : Pada dinding
B. Tahap penyebeb kerusakan

1. Menggunakan bahan pembentuk dinding yang kurang baik mutunya,


penggunaan bata merah yang belum kering betul, sehingga bahan tersebut rentan
terhadap pemuaian dan penyusutan.
2. Terjadi patahan pada balok pemikul dinding (sloof)
C. Tahap cara memperbaiki
1. Retakan yang berukuran besar ditambal menggunakan semen.
2. Setelah kering, lapisi dengan plamur tipis dan selanjutnya dilakukan pengecatan. Untuk
retakan yang disebabkan oleh patahan balok sloof, struktur balok harus diperbaiki
terlebih dahulu dengan perkuatan di sekitar retakan.
3. Bahan dan alat yang digunakan
- Bahan yang duganakan berkualitas
- Pasta semen yang digunakan untuk penambalan adalah tipe II
- Alat untuk plasteran
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpilan
Kerusakan-kerusakan yang terjadi dari hasil surve di atas rata-rata di sebabkan oleh agregarat
dan mutu beton yang berkualitas rendah , adan iklim atau cuaca setempat yang kurang mendukung.

4.2 Saran
Jika membuat bangunan untuk tempat ibadah yang nyaman di sebuah pondok pesantren
maka hendaknya menggunakan material yang bagus dan sesui dengan mutu betonnya dan juga
material yang mendukung dengan iklim sekitarnya. Misalnya untuk bangunan yang kemungkinan
besar terkena tempias air maka menggunakan semen portlain tipe II .

Anda mungkin juga menyukai