Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Kekurangan oksigen dalam waktu lama dapat menyebabkan kerusakan sel
yang irreversible terutama sel-sel susunan saraf pusat yang sangat sensitive
terhadap hipoksia.

1. Kegagalan sirkulasi

Terjadi bila jantung berhenti berkontraksi yang dapat disebabkan


oleh asistoleatau Fibrilasi Ventrikel. Penyebab umum adalah Infark Miokard atau
serangan jantung, tetapi shock listrik juga dapat menyebabkan hal ini.

Cardio Pulmonary Resuscitation (CPR) merupakan prosedur darurat medis


untuk korban penghentian jantung atau, sirkulasi tertentu, penangkapan
pernapasan, CPR dilakukan di rumah sakit, atau dalam masyarakat dengan
layperson atau oleh kegawatdaruratan profesional. CPR tidak mungkin membuat
jantung memulai memompa darah, namun tujuan utamanya adalah menjaga aliran
darah yang membawa oksigen ke otak dan jantung, sehingga menunda kematian
jaringan dan memperbesar keberhasilan untuk menyadarkan tanpa adanya
kerusakan otak. Defibrilasi dan Life Support biasanya diperlukan untuk memulai
kembali jantung untuk beroperasi.

Tiga faktor yang perlu dipertimbangkan pada Cardio Pulmonary Resuscitation


(CPR):

a.JalanNapas(Airway)
b.Pernapasan(Breathing)
c. Sirkulasi(Cir culation)
BAB II

PEMBAHASAN

Cardio Pulmonary Resuscitation (CPR) adalah suatu tindakan gawat darurat akibat
kegagalan sirkulasi dan pernafasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna
mencegah kematian biologis. CPR sebisa mungkin dilakukan dengan empat menit
untuk menyelamatkan mati biologis.

Indikasi melakukan CPR yaitu :

1. Henti napas (Apneu)

Ciri-ciri henti napas :

Terdapat sumbatan jalan napas

Frekuensi napas akan lebih cepat dari pada keadaan normal

Terjadi kelelahan otot-otot napas

Menekan pusat napas pada Susunan Saraf Pusat Henti Napas

2. Henti Jantung (Cardiac Arrest)

Dengan berhentinya napas, maka oksigen akan tidak ada sama sekali di dalam tubuh
sehingga jantung tidak dapat berkontraksi dan akibatnya henti jantung (cardiac
arrest).

Langkah-langkah yang dapat dilakukan setelah menemukan korban yaitu mencari


bantuan, memeriksa kesadarannya, jika tidak sadar, mengembalikan korban ke
posisi anatomis, jika sadar bawa ke rumah sakit, bebaskan jalan nafas.

Hal pertama yang kita lakukan jika menemukan korban yang


memerlukan CPRyaitu meminta bantuan dan menganalisa keadaan diri sendiri serta
keadaan sekitar korban. Permintaan bantuan dapat dilakukan dengan memanggil
orang lain untuk bersama-sama melakukan pertolongan. Penolong harus
memastikan dirinya aman untuk melakukan pertolongan dan korban harus
jugadalam kondisi aman untuk ditolong. Semua benda-benda yang membahayakan
baik penolong maupun korban harus disingkirkan. Proteksi diri terhadap
kemungkinan terjangkit penyakit harus diingat.

Setelah mengamankan dan mencari bantuan, langkah kedua yang dilkaukan yaitu
menilai kesadaran korban. Tingkat kesadaran dapat memberi arti terhadap tanda-
tanda vital lainnya. Korban yang sadar dan dapat berbicara memberi makna tidak
ada kelainan pada pada fungsi pernafasan dan fungsi sirkulasinya. Korban tidak
sadar, kemungkinan adanya masalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi.
Kesadaran dapat dinilai dengan mengguncang badan korban dengan halus dan
memanggil namanya. Korban yang memberikan respon biarkan pada posisinya dan
periksa keadaannya secara berkala atau bawa segera ke rumah sakit. Sedangkan
korban yang tidak memberikan respon, segera berikan pertolongan pertama.

Hal pertama yang dilakukan jika korban tidak sadarkan diri yaitu membuka dan
membersihkan jalan nafas. Airway (jalan nafas) adalah organ vital yang harus
dinilai pada korban gawat darurat. Penilaian jalan nafas dapat dilakukan dengan :

- Look (Lihat)

Melihat langsung ke rongga mulut ada atau tidaknya sumbatan pada jalan
nafas, danlihat ada tidaknya ekspansi dada.

- Listen (Dengar)

Mendengarkan suara nafas korban. Adanya snoring atau gurgling

- Feel (Rasakan)

Merasakan dengan pipi atau punggung tangan adanya hembusan nafas dari korban.

Sumbatan jalan nafas adalah pembunuh tercepat, lebih cepat dibandingkan


gangguan breathing dan circulation. Sumbatan jalan nafas ada dua, total dan parsial.

Obstruksi (sumbatan) total (choking). Pada sumbatan total, biasanya


disebabkan tertelannya benda asing yang lalu menyangkut dan menyumbat di
pangkal laring (tersedak). Bila sumbatan total timbul perlahan, maka akan berawal
dari sumbatan parsial yang kemudian menjadi total.

Obstruksi parsial. Sumbatan parsial dapat disebabkan berbagai hal.


Biasanya korban masih bisa bernafas sehingga timbul berbagai macam suara,
tergantung penyebabnya.

Cairan (Darah, secret, aspirasi lambung, dsb)

Timbul suara gurgling, suara bernafas bercampur suara cairan.

Lidah yang jatuh ke belakang

Bisa terjadi karena keadaan tidak sadar atau patahnya rahang bilateral. Timbul
suara mengorok (snoring) yang harus diatasi dengan perbaikan airway, secara
manual atau dengan alat.

Penyempitan di laring atau trachea

Dapat disebabkan pembengkakan karena berbagai hal, timbul suara crowing


atau stridor respiratori.

Berbagai usaha dapat dilakukan dalam membebaskan jalan nafas sesuai dengan
jenis sumbatannya. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan atau
membebaskan jalan nafas pada sumbatan jalan nafas akibat lidah jatuh ke belakang
:

1. Head Tilt (Ekspansi kepala)

Dengan menekan kepala (dahi) ke bawah, maka jalan nafas akan berada dalam
posisi yang lurus dan terbuka.

2. Chin Lift (angkat dagu)


Mengangkat dagu mnggunakan jari dengan maksud lidah yang menyumbat jalan
nafas dapat terangkat sehingga jalan nafas terbuka.

3. Jaw thrust (mendorong rahang)

Mandibula diangkat ke atas oleh jari tengah di sudut rahang (angulus mandibula),
dorongan di dagu dilakukan dengan menggunakan ibu jari, jari telunjuk sebagai
penyeimbang di ramus mandibula.

Usaha yang dilakukan untuk mempertahankan dan membebaskan jalan nafas pada
sumbatan yang disebabkan oleh cairan sebagai berikut :

1. Finger Sweap

Teknik sapuan jari biasanya dilakukan pada korban yang tidak sadar. Penolong
menggunakan jarinya untuk membuang benda padat atau cairan yang mengganggu
jalan nafas.

2. Suction

Biasanya dilakukan di rumah sakit, tetapi dapat dibuat suction sederhana

menggunakan spoit 10 cc atau yang lebih besar dan selang kecil.

3.Recovery Position (Miring stabil)]

Posisi ini dapat digunakan untuk membuang cairan dari rongga mulut atau jalan
nafas.

Usaha-usaha untuk membebaskan jalan nafas dar isumbatan total akibat


benda asing dapat dilakukan dengan :

Back Blow Back Slap

Tepukan pada punggung di antara kedua scapula (tulang belikat), dengan tujuan
memberikan tekanan yang besar pada rongga dada.

Abdominal thrust
Tekanan pada perut digunakan untuk memberikan tekanan pada rongga dada.
Tekanan dilakukan di daerah epigastrium (daerah anatara pusat dan tajuk
pedang/xipoideus).

Chest Thrus

Tekanan pada dada dilakukan dengan memberikan tekanan di daerah 2/3 sternum
(tulang pedang). Pada orang dewasa tekanan diberikan dengan bantuan berat badan
penolong sama dengan pijatan jantung luar. Sedangkan pada bayi, tekanan cukup
dilakukan dengan dua jari. Setelah itu, penolong mengecek apakah sudah ada nafas,
jika belum ada, maka penolong memeriksa pernafasan korban (breathing). Jalan
nafas yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. ventilasi yang baik meliputi
fungsi baik dari paru, dinding thoraks (dada), dan diafragma. Pakaian yang
menutupi dada korban harus dibuka untuk melihat pernafasan korban. Pemeriksaan
fisik pada pernafasan dapat dilakukan dengan :

- Inspeksi, melihat pergelangan dada korban dan membandingkan antara kiri


dengan kanan. Selain itu, diperhatikan juga adanya jejas/luka pada dinding thoraks.
Perlu juga diperhatikan kedudukan trakhea.

- Palpasi, meraba permukaan thoraks untuk mencari kemungkinan adanya nyeri

tekan dan krepitasi.

- Perkusi, dengan mengetuk dinding thoraks, dapat diketahui kemungkinan adanya


udara dan cairan di dalam rongga pleura.

- Aukultasi, dilakukan untuk memastikan masuknya udara ke dalam paru.

Gangguan pada pernafasan sangat berhubungan dengan jalan nafas. Jalan nafas
yang mengalami sumbatan akan menyebabkan tidak adanya nafas atau tidak
adekuatnya nafas. Sehingga pastikan jalan nafas telah bersih, maka segera lakukan
bantuan nafas sebanyak dua kali. Dengah bantuan nafas tersebut, dada korban akan
mengembang jika tidak ada sumbatan pada jalan nafasnya. Dan jika dengan bantuan
nafas ini korban tidak bernafas spontan segera periksa sirkulasi.
Setelah melakukan penanganan pada sistem pernafasan, nilai sistem sirkulasinya
dengan cara memeriksa denyut nadi (radialis atau carotis), menilai warna kulit,
meraba suhu akral dan kapilari refil, dan periksa perdarahan. Pada orang dewasa
dan anak-anak, denyut nadi diraba pada arteri radialis dan arteri carotis(medial dari
m. sternocleidomastoideus). Sedangkan pada bayi, meraba denyut nadi pada a.
Brachialis, pada sisi medial lengan atas.

Jika denyut belum ada atau terjadi henti jantung, maka lakukan Cardio Pulmonary
Resuscitation (CPR). Penolong mengambil posisi di samping lengan atas dengan
cara berlutut secara tegak lurus, diusahakan lutut menyentuh brachialis. Letakkan
tangan dua jari diatas procesus Xiphoideus, kemudian dorong dengan berat badan,
perbandingannya 30 : 2 dalam satu kali siklus. Kemudian periksa denytu nadi, jika
tidak ada, lakukan CPRlagi. Jika nadi sudah ada, tetapi nafas tidak ada, maka
dilakukan nafas buatan, jika tidak ada lagi nafas, lakukan CPR lagi, tetapi jika
sudah dilakukan CPR ternyata ada snoring/choking, maka diulang dari awal.

Indikasi penghentian CPR :


a. Korban bernafas spontan dan normal kembali
b. Penolong merasa lelah
c. Henti nafas dan henti jantung berlangsung selama 30 menit
d. Telah ada tenaga lain yang lebih ahli

Langkah-langkah tindakan CPR:

Menggunakan alat pelindung diri

Cek kesadaran penderita

Buka jalan nafas (head tilt, chin lift atau jaw thrust), Periksa pernapasan (lihat,
dengar, rasakan) selama 10 detik

Penderita tidak bernapas, lakukan 2 tiupan perlahan, lihat pergerakan dada, exhalasi
diantara tiupan (1,5-2 detik tiap tiupan) volume udara 800-1200 ml
Periksa nadi carotis selama 10 detik, jika napas tidak ada dan nadi teraba, lakukan
rescue breathing (1 tiupan setiap 5-6 detik = 10-12 x/menit)

Jika nadi tidak teraba, lakukan siklus 30x kompresi dada diikuti 2x tiupan
(kecepatan kompresi 100x/menit)

Setelah 5 siklus 30 : 2 (kira-kira 2 menit), periksa nadi carotis, jika nadi teraba,
lanjutkan sikus 30 : 2 dimulai dengan kompresi dada.

Komplikasi

Komplikasi tindakan CPR adalah fraktur tulang rusuk karena penekanan yang
diberikan untuk memacu kerja jantung, pneumotoraks, hemotoraks, cedera pada
jantung dan pembuluh darah, laserasi organ dan liver, temponade arteri dan
ventrikel, dan lain-lain.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari percobaan ini sebagai

berikut :

Cardio Pulmonary Resuscitation (CPR) adalah suatu tindakan gawat darurat


untuk mengembalikan fungsi jantung guna mencegah kematian biologis.

Resusitasi jantung paru hanya dilakukan pada penderita yang


mengalami henti jantung atau henti napas dengan hilangnya kesadaran.

Faktor yang perlu dipertimbangkan pada CPR yaitu ABC, yaitu


Airway (jalan napas), Brething (napas bantu), dan Circulation (sirkulasi).
Tindakan resusitasi kardiopulmonal harus dilakukan dengan pemanfaatan waktu
yang seefektif mungkin agar didapatkan hasil yang
maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

F.Ganong,William.2003.Fisiologi Kedokteran.EGC

F.Ganong,William.2003.Medical Physiologi.Medical publishing division

Sherwood,lauralee.2001.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.EGC

Anda mungkin juga menyukai