Bahan Tutorial Modul 3
Bahan Tutorial Modul 3
PENDAHULUAN
A. Oral Biologi
1. Anatomi pulpa
2. Histologi pulpa
3. Mekanisme nyeri
4. Etiologi pulpitis
5. Imunopatogenesis pulpitis
6. Patogenesis pulpitis
7. Klasifikasi pulpitis
B. Konservasi Gigi
1. Pemeriksaan klinis pulpitis
2. Diagnosis pulpitis
3. Rencana perawatan pada pulpitis
4. Prognosis
5. Pulp capping
a. Bahan
b. Pulp Capping Indirect
c. Pulp Capping Direct
d. Prosedur kerja
C. Radiologi Kedokteran Gigi
1. Radiografi pada Pulpitis
BAB II
PEMBAHASAN
b. Preodontoblas
Preodontoblas adalah sel yang telah terdiferensiasi sebagian sepanjang garis odontoblas.
Preodontoblas ini akan bermigrasi ke tempat terjadinya cedera dan melanjutkan diferensiasinya
pada tempat tersebut.
c. Fibroblas
Fibroblas adalah tipe sel yang paling umum terlihat dalam jumlah paling besar di pulpa
mahkota. Sel ini menghasilkan dan mempertahankan kolagen serta zat dasar pulpa dan
mengubah struktur pulpa jika ada penyakit. Seperti odontoblas, penonjolan organel
sitoplasmanya berubah-ubah sesuai dengan aktivitasnya. Makin aktif selnya, makin menonjol
organel dan komponen lainnya yang diperlukan untuk sintesis dan sekresi. Akan tetapi, tidak
seperti odontoblas, sel-sel ini mengalami kematian apoptosis dan diganti jika perlu oleh maturasi
dari sel-sel yang kurang terdiferensiasi.
d. Sel cadangan (sel tak terdiferensiasi)
Sel ini merupakan sumber bagi sel jaringan ikat pulpa. Sel perkusor ini ditemukan di
zona yang kaya akan sel dan inti pulpa serta dekat sekali dengan pembuluh darah. Tampaknya,
sel-sel ini merupakan sel yang pertama kali membelah ketika terjadi cedera. Sel ini akan
berkurang jumlahnya sejalan dengan meningkatnya kalsifikasi pulpa. Dan berkurangnya aliran
darah akan menurunkan kemampuan regeneratifnya.
e. Sel-sel sistem imun
Makrofag, Limfosit T, dan sel-sel dendritik yang prosesusnya ditemukan di seluruh
lapisan odontoblas dan memiliki hubungan yang dekat dengan elemen vaskuler dan elemen
saraf. Sel-sel ini merupakan bagian dari sistem respon awal dan pemantau (surveillance) dari
pulpa. Sel ini akan menangkap dan memaparkan antigen terhadap sel T residen dan makrofag.
Secara kolektif, kelompok sel ini merupakan sekitar 8% populasi sel dalam pulpa.
Teori hidrodinamik
Lesi di email dentin cairan tubulus dentin begerak naik turun sel saraf pada
odontoblas pulpa serabut bermielin tipe A dan serabut tidak bermielin tipe C) neuron
sensorik cornu medula spinalis neuron motorik sensasi nyeri.
Adapun teori nyeri adalah:
Teori Spesifitas
Teori ini diperkenalkan oleh Descrates yang menyatakan bahwa nyeri aberjalan dari reseptor-reseptor nyeri
spesifik melalui jalur neuroanatomik tertentu ke pusat nyeri di otak dan bahwa hubungan antara stimulus dam
respon nyeri bersifat langsung dan invariabel.
2.2.4 Prognosis[3]
Prognosis untuk pulpa adalah baik bila iritan diambil cukup dini,kalau tidak kondisinya
dapat berkembang menjadi pulpitis ireversibel.
b. Kontraindikasi
1. Riwayat
Nyeri yang tajam, penetrasi sakit bertahan setelah penarikan stimulus.
Nyeri spontan yang berkepanjangan, terutama malam hari.
2. Pemeriksaan Klinis
Mobilitas gigi yang berlebihan.
Paruks pada gingiva mendekati akar gigi.
Perubahan warna gigi.
Pada pengujian pulpa tidak ada respon.
3. Pemeriksaan Radiografik
Lesi karies besar dengan paparan jelas pada pulpa.
Terganggunya atau rusaknya lamina dura.
Ruang ligamen periodontal melebar.
Radiolusensi di daerah apeks akar atau didaerah furkasi.
2.2.5.3 Pulp Capping Direct
Ada dua hal yang menyebabkan prosedur ini harus dilakukan, yakni jika pulpa terbuka
secara mekanis (tidak sengaja) dan pulpa terbuka karena karies. Terbukanya pulpa secara
mekanis dapat terjadi pada preparasi kavitas atau preparasi mahkota yang berlebihan,
penempatan pin atau alat bantu retensi. Kedua tipe terbukanya pulpa ini berbeda; jaringan
pulpanya masih normal pada kasus pemajanan mekanis yang tidak sengaja, sementara pada
pulpa yang terbuka karena karies yang dalam kemungkinan besar pulpanya telah terinflamasi.
a. Indikasi
Pemilihan gigi untuk direct pulp capping melibatkan terapi pulpa vital yang sama dengan
disebutkan sebelumnya, untuk membuang tanda-tanda inflamasi dan degenerasi pulpa
irreversible.
Indikasi klasik untuk pulp capping secara langsung untuk poinpointeksposur mekanik yang
dikelilingi oleh sound dentin. Jaringan pulpa yang terkena berwarnamerah cerah dan ada
perdarahan yang mudah dikontrol dengan cotton pellets kering yang diaplikasikan dengan
tekanan minimal.[10]
Indikasi pulp capping direct :
1. Pulpa vital.
2. Pulpa terbuka karena faktor mekanis dan dalam keadaan steril.
3. Hanya berhasil pada pasien dibawah usia 30 tahun. Misalnya pulpa terpotong oleh bur ketika
preparasi kavitas dan tidak terdapat invasi bakteri dan kontaminasi saliva.[1]
b. Kontraindikasi[10]
1. Nyeri gigi spontan dan malam hari.
2. Mobilitas berlebihan.
3. Penebalan ligamen periodontal.
4. Bukti radiograf adanya degenerasi furcal atau peridicular.
5. Perdarahan yang tidak terkendali.
6. Eksudat purulen atau serosa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peradangan pulpa dapat terjadi karena adanya jejas yang dapat menimbulkan iritasi pada
jaringan pulpa. Apabila lapisan luar gigi atau enamel tertutup oleh sisa makanan, dalam waktu
yang lama akan menjadi kuman sehingga terjadinya kerusakan di daerah enamel yang akan terus
berjalan mengenai dentin hingga pulpa. Kemudian didalam pulpa terjadi reaksi pulpa-dentinal
kompleks. Apabila pertahanan ini tidak dapat mengatasi, maka terjadilah radang pulpa (Pulpitis).
Sel-sel sistem imun pada pulpa normal : makrofag, limfosit T, dan sel-sel dendrite. Sel-
sel ini adalah bagian dari mekanisme pengawasan dan respon awal dari pulpa. Sel ini dapat
menghancurkan antigen seperti sel-sel mati dan benda asing.
Pulp capping di definisikan sebagai aplikasi dari satu atau beberapa lapis bahan
pelindung seperti Kalsium Hidroksida, Zinc-Oxide Eugenol, MTA (Mineral Trioxide
Aggregate) dan Resin Adhesive di atas pulpa vital yang terbuka. Pulp capping ada dua jenis,
yaitu direct pulp capping dan indirect pulp capping.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tarigan, Rasinta. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta: EGC. 2004. P. 11, 29-31, 100.
2. Walton, Richard E dan Mahmoud Torabinejad. Prinsip dan Praktek Ilmu Endodonsia. Ed.3.
Jakarta: EGC. 2008. P. 12-15, 36, 36-43,62-70.
3. Louis I. Grossman, Seymour Oliet, Carlos E. Del Rio. Ilmu Endodontik dalam Praktek. Edisi 11.
Jakarta : EGC. 1995. P.65-70, 73-74.
4. Kidd, Edwina A.M and Sally Joyston. Dasar-Dasar Karies. Jakarta: EGC. 1992.
5. Tronstad, Leif. Clinical Endodontics. Ed. 3. German: Thieme. 2009. P. 11-12.
6. Castagnola. 1956. A System of Endodontia. London : Pitman medical publishing.
7. Karitna, R. Clinical Radiography Evaluation Using ZOE, Ca(OH)2. Madras : Taminadu DR.
M.G.K. Medical University.2005.
8. Bargenholtz, et.al. Textbook of Endodontology. UK : Wiley-Blackwell. 2nd ed. 2010.p 78, 79, 76.
9. Dewi, Julita. Resin Adhesif sebagai Bahan Kaping Pulpa. Skripsi. 2003. FKG USU.
10. Ingle & Backland. Endodontics. Canada : BC Decker Inc. 5thed. 2002. P 866, 870.
11. Sumber: Fejerskov dan Edwina K. dental caries, the disease and its clinical management. 6th ed.
Blackwell munksgaard. 2008.