Anda di halaman 1dari 14

MANUAL DIAGNOSTIK DAN

STATISTIKAL GANGGUAN MENTAL

EDISI KELIMA

TM
DSM-5
AMERICAN PSYCHIATRIC ASSOCIATION
1844

Washington, DC
London, England
Skizofrenia
Kriteria Diagnostik 295.90 (F20.9)
A. Dua (atau lebih) dari kriteria di bawah ini, masing-masing timbul dalam sebagian
besar waktu selama periode 1 bulan (atau kurang, jika terapi sukses). Setidaknya
salah satu dari ciri-ciri di bawah ini harus meliputi (1), (2), atau (3):
1. Delusi;
2. Halusinasi;
3. Ketidakteraturan dalam berbicara (misalnya, sering terjadi penggelinciran kata
atau ngawur;
4. Perilaku sangat tidak teratur atau katatonik;
5. Gejala negatif (ekspresi emosional berkurang atau avolisi);
B. Dalam sebagian besar waktu sejak awitan gangguan muncul, tingkat fungsional pada
satu atau lebih area mayor, seperti bekerja, hubungan interpersonal, atau perawatan
diri mengalami pencapaian yang lebih rendah dari yang diharapkan (atau ketika
awitan terjadi saat masa anak-anak atau remaja. Ada kegagalan untuk mencapai
tingkat yang diharapkan dalam fungsi interpersonal, akademik, atau pekerjaan;
C. Tanda-tanda gangguan yang berkelanjutan hingga setidaknya 6 bulan. Periode 6
bulan ini harus meliputi setidaknya satu bulan gejala (atau kurang jika terapi sukses)
yang memenuhi kriterion A (gejala fase aktif) dan dapat meliputi periode prodromal
atau gejala residual. Selama periode prodromal atau gejala residual ini, tanda-tanda
gangguan dapat dimanifestasikan oleh gejala negatif saja, atau oleh dua atau lebih
gejala yang tertulis di kriterion A di atas, yang timbul dalam bentuk dilemahkan
(misalnya, keyakinan yang ganjil, pengalaman perseptual yang tidak biasa).;
D. Gangguan skizoafektif dan depresif atau gangguan bipolar dengan fitur psikotik telah
dikesampingkan karena baik 1) tidak ada episode maniak atau depresif yang telah
terjadi secara konkuren baik pada gejala fase aktif, maupun 2) jika episode suasana
hati (mood) telah terjadi saat gejala fase aktif; telah timbul lebih sedikit dari durasi
total periode aktif dan residual penyakit;
E. Gangguan tidak diatribusikan pada efek fisiologis dari suatu substansi (misalnya
penyalahgunaan obat) atau kondisi medis lainnya;
F. Jika ada riwayat gangguan spektrum autisme atau gangguan komunikasi pada masa
kanak-kanak, diagnosis tambahan untuk skizofrenia dibuat hanya jika delusi atau
halusinasi prominen, dalam hal ini untuk gejala lainnya yang diperlukan untuk
diagnosis skizofrenia juga muncul untuk setidaknya 1 bulan (atau kurang jika terapi
sukses).

Tentukan:
Spesifikasi perjalanan penyakit berikut ini hanya digunakan setelah durasi gangguan
selama satu tahun dan jika tidak berkontradiksi dengan kriteria diagnostik di atas.
Episode pertama, episode akut: Manifestasi pertama dari gangguan memenuhi
gejala diagnostik dan kriteria waktu. Episode akut adalah periode waktu dimana
kriteria gejala telah dipenuhi.
Episode pertama, remisi parsial: Remisi parsial adalah periode waktu selama
perkembangan setelah episode sebelumnya mengalami perbaikan dan dimana
kriteria definisi gangguan hanya dipenuhi sebagian.
Episode pertama, remisi penuh: Remisi penuh adalah periode waktu setelah
episode sebelumnya selama tidak ada gejala gangguan spesifik yang timbul.
Episode multipel, episode akut: Episode multipel dapat ditentukan setelah minimal
dua episode telah terjadi (misalnya setelah episode pertama, remisi, dan minimal
satu kali relaps).
Episode multipel, remisi parsial
Episode multipel, remisi penuh
Berkelanjutan: Gejala yang memenuhi kriteria gejala dagnostik gangguan
tersisa untuk mayoritas perjalanan penyakit.
Tidak spesifik

Tentukan:

Dengan katatonia (merujuk ke kriteria untuk katatonia yang berhubungan dengan


gangguan mental lainnya, hal. 119-120 untuk definisi).
Catatan kode: Gunakan kode tambahan 293.89 (F06.1) katatonia yang berkaitan
dengan skizofrenia untuk indikasi kehadiran katatonia komorbid.

Tentukan beratnya saat ini:


Keparahan gangguan dinilai dari penilaian kuantitatif terhadap gejala primer psikosis,
meliputi delusi, halusinasi, bicara tidak teratur, perilaku psikomotor abnormal, dan gejala
negatif. Masing-masing gejala ini dapat dinilai tingkat keparahannya saat ini (paling
parah dalam 7 hari terakhir) dengan menggunakan skala 5 poin dari 0 (tidak timbul)
hingga 4 (timbul dan parah). (Lihat Dimensi Penilaian Klinis terhadap Keparahan Gejala
Psikosis pada bab Pengukuran Penilaian.)
Catatan: Diagnosis skizofrenia dapat dibuat tanpa menggunakan penentuan keparahan
ini.
Fitur Diagnostik
Gejala karakteristik skizofrenia melibatkan jarak kognitif, perilaku, dan disfungsi emosi, tetapi
tidak ada satupun gejala gangguan yang patognomonik. Diagnosis melibatkan pengenalan
konstelasi tanda-tanda dan gejala yang berkaitan dengan pekerjaan atau fungsi sosial yang
tidak seimbang. Individu dengan gangguan ini akan mengalami perbedaan yang bervariasi
secara substansial pada kebanyakan, seperti skizofrenia yang merupakan sindrom klinis
heterogen.
Setidaknya dua gejala kriterion A harus muncul pada sebagian besar waktu selama
periode 1 bulan atau lebih lama. Setidaknya satu dari gejala-gejala ini harus hadir dengan
jelas dalam bentuk delusi (kriterion A1), halusinasi (kriterion A2), atau ketidakteraturan
berbicara (kriterion A3). Perilaku yang sangat tidak teratur atau katatonik (kriterion A4) dan
gejala negatif (kriterion A5) juga dapat timbul. Pada situasi tersebut dimana gejala fase aktif
muncul kembali dalam satu bulan sebagai respin terhadap terapi, kriterion A masih
terpenuhi jika klinisi merperkirakan bahwa kriteria tersebut akan bertahan saat terapi tidak
dilakukan.
Skizofrenia melibatkan pelemahan dalam satu atau lebih fungsi area mayor (kriterion
B). Jika gangguan dimulai sejak anak-anak atau remaja, tingkat yang diharapkan akan
fungsi tidak tercapai. Membandingkan individu dengan saudara yang tidak terpengaruh
dapat menolong. Disfungsi tersebut berlanjut untuk periode substasial selama perjalanan
gangguan dan tidak muncul sebagai hasil langsung dari fitur tunggal. Avolisi (kekurangan
dorongan untuk mengejar perilaku yang diarahkan pada tujuan; kriterion A5) terhubung ke
disfungsi sosial yang dideskripsikan di bawah kriterion B. Terdapat bukti-bukti yang kuat
tentang hubungan antara pelemahan kognitif (lihat bagian Fitur Berkaitan yang Menunjang
Diagnosis untuk gangguan ini) dan pelemahan fungsional pada individu dengan skizofrenia.
Beberapa tanda gangguan ini harus berlanjut untuk periode kontinu setidaknya 6
bulan (kriterion C). Gejala prodromal seringkali mendahului di fase aktif, dan gejala residual
dapat mengikutinya, ditandai dengan bentuk halusinasi atau delusi ringan atau
subthreshold. Individu mungkin mengekspresikan kepercayaan ganjil atau tidak biasa yang
bervariasi yang bukan bagian dari proporsi delusional (misalnya ide tentang referensi atau
pikiran magis); mereka mungkin memiliki pengalaman perseptual yang tidak biasa (misalnya
merasakan kehadiran manusia yang tidak terlihat); tata bicara mereka tidak dapat
dimengerti secara umum namun samar-samar; dan perilaku mereka dapat menjadi tidak
biasa tapi masih teratur (misalnya bergumam di tempat umum). Gejala negatif timbul
umumnya di fase prodromal dan residual dan dapat menjadi parah. Individu yang telah aktif
secara sosial dapat menjadi pendiam dari rutinitas sebelumnya. Perilaku tersebut seringkali
menjadi tanda pertama dari gangguan.
Gejala suasana hati dan episode suasana hati penuh merupakan hal yang umum
dalam skizofrenia dan dapat menjadi konkuren dengan gejala fase aktif. Bagaimanapun
juga, berbeda dari gangguan suasana hati psikotik, diagnosis skizofrenia membutuhkan
kehadiran delusi atau halusinasi pada ketiadaan episode suasana hati. Selain itu, episode
suasana hati, diambil secara total, seharusnya timbul hanya dalam waktu yang sebentar dari
durasi total periode aktif dan residual.
Sebagai tambahan untuk lima area gejala yang diidentifikasi dalam kriteria diagnostik,
penilaian kognisi, depresi, dan gejala mania merupakan hal yang vital untuk membuat
perbedaan penting yang kritis antara berbagai spektrum skizofrenia dan gangguan psikotik
lainnya.

Fitur yang Berhubungan untuk Menunjang Diagnosis


Individu dengan skizofrenia dapat menunjukkan perilaku yang tidak berhubungan dengan
kondisi sekitar (misalnya tertawa saat tidak ada stimulus yang berkaitan); suasana hati
disforik yang dapat menimbulkan bentuk depresi, kecemasan, atau amarah; pola tidur yang
tidak teratur (misalnya, tidur saat siang hari dan beraktivitas di malam hari); dan kurangnya
ketertarikan dalam makan atau menolak makanan. Depersonalisasi, derealisasi, dan
perhatian somatik dapat terjadi dan kadang-kadang mencapai proporsi delusional.
Kecemasan dan fobia merupakan hal yang biasa ditemui. Defisit kognitif pada skizofrenia
juga biasa dijumpai dan terhubung dengan kuat pada pelemahan vokasional dan fungsional.
Defisit ini dapat meliputi decrements pada memori deklaratif, memori bekerja, fungsi bahasa,
dan fungsi eksekutif lainnya, serta perlambatan kecepatan untuk memproses informasi.
Abnormalitas dalam proses sensoris dan kapasitas penghambat, seperti juga kekurangan
perhatian dapat pula dijumpai. Beberapa individu dengan skizofrenia menunjukkan defisit
kognisi sosial, meliputi defisit kemampuan untuk mengambil kesimpulan intensi dari orang
lain (teori pikiran), dan dapat menghadiri dan kemudian menginterpretasikan kejadian atau
stimuli yang irrelevan, mungkin mengarahkan ke generasi dari delusi eksplanatori.
Pelemahan ini seringkali berlanjut selama remisi simptomatik.
Beberapa individu dengan psikosis dapat memiliki kekurangan dalam kewaspadaan
akan gangguan mereka (misalnya, anosognosia). Kekurangan penglihatan ini meliputi
ketidakwaspadaan terhadap gejala sikzofrenia dan dapat muncul dari seluruh perjalanan
penyakit. Ketidakwaspadaan terhadap penyakit merupakan gejala tipikal dari skizofrenia itu
sendiri daripada strategi mengatasi. Hal ini dapat dibandingkan dengan kekurangan
kewaspadaan terhadap defisit neurologis yang mengikuti kerusakan otak, atau disebut
dengan anosognosia. Gejala ini merupakan prediktor tersering dari ketidapatuhan terapi,
dan gejala ini memperkirakan tingkat relaps yang lebih tinggi, peningkatan angka terapi
involunter, fungsi psikososial yang lebih buruk, agresi, dan perjalanan penyakit yang buruk.
Permusuhan dan agresi dapat berkaitan dengan skizofrenia, meskipun serangan
spontan atau acak merupakan hal yang tidak biasa. Agresi lebih sering terjadi pada lelaki
muda dan individu dengan riwayat kekerasan, ketidakpatuhan terapi, penyalahgunaan
substansi (obat-obatan), dan impulsifitas. Penting untuk dicatat bahwa sebagian besar orang
dengan skizofrenia tidak agresif dan lebih sering menjadi korban daripada individu lainnya
dalam populasi umum.
Saat ini, tidak ada uji radiologis, laboratoris, atau psikometrik untuk gangguan ini.
Perbedaannya jelas dalam area otak yang berbeda antara kelompok dengan individu yang
sehat dan individu dengan skizofrenia, termasuk bukti dari pencitraan neuro, penelitian
neuropatologik dan neurofisiologik. Perbedaan yang jelas juga dapat dilihat dari arsitektur
seluler, koneksi materi putih, dan volume materi kelabu dalam area otak yang bervariasi,
seperti pada korteks prefrontal dan temporal. Pengurangan volume otak keseluruhan telah
diamati, serta peningkatan pengurangan volume otak dengan usia. Pengurangan volume
otak dengan usia lebih jelas pada individu dengan skizofrenia daripada pada individu sehat.
Akhirnya, individu dengan skizofrenia tampak lebih berbeda dari individu tanpa gangguan
tersebut dari segi penglihatan dan indeks elektrofisiologis.
Tanda-tanda neurologik halus dapat dijumpai secara umum pada individu dengan
skizofrenia termasuk pelemahan dalam koordinasi motorik, integrasi sensorik, dan
pengurutan motorik pada pergerakan kompleks; kebingungan kanan-kiri; dan rasa malu
untuk melakukan pergerakan yang berkaitan. Selain itu, anomali fisik minor pada wajah dan
ekstremitas juga dapat terjadi.

Prevalensi
Prevalensi seumur hidup skizofrenia tampak berkisar antara 0.3%-0.7%, meskipun ada
laporan yang bervariasi berdasarkan ras/etnis, antarnegara, dan asal geografis untuk
imigran dan anak-anak dari imigran. Perbandingan jenis kelamin berbeda antarsampel dan
populasi; misalnya, tekanan pada gejala negatif dan durasi gangguan yang lebih panjang
(berkaitan dengan luaran yang tidak baik) menunjukkan insidens yang lebih tinggi untuk pria,
begitu pula dengan definisi yang memungkinkan inklusi untuk lebih banyak gejala suasana
hati dan presentasi (berkaitan dengan luaran yang lebih baik) menunjukkan resiko yang
setara untuk kedua jenis kelamin.

Perkembangan dan Perjalanan Penyakit


Fitur psikotik skizofrania umumnya terjadi antara fase remaja akhir dan pertengahan usia
30-an; awitan pada remaja merupakan hal langka. Usia puncak untuk awitan dari episode
psikotik pertama biasanya terjadi pada awal hingga akhir umur 20-an untuk pria dan akhir
20-an untuk wanita. Awitan dapat timbul mendadak atau tidak terlihat, tetapi mayoritas
individu memanifestasikan perkembangan yang perlahan namun pasti dari varietas tanda
dan gejala signifikan secara klinis. Sebagian dari individu-individu ini mengajukan keluhan
tentang gejala depresi. Bagaimanapun juga, efek umur terhadap awitan lebih cenderung
berkaitan dengan jenis kelamin, dimana pria memiliki pengaturan premorbid yang lebih
buruk, penghargaan edukasional yang lebih rendah, ketidaksembangan kognitif dan gejala
negatif prominen, serta umumnya luaran/prognosis yang lebih buruk. Pelemahan kognisi
adalah hal yang biasa, dan alterasi dalam kognisi muncul saat perkembangan dan
mendahului munculnya psikosis, mengambil bentuk pelemahan kognitif yang stabil saat
dewasa. Pelemahan kognitif dapat berlanjut saat gejala lain berada dalam fase remisi dan
berkontribusi pada disabilitas yang ditimbulkan penyakit.
Prediktor perjalanan dan luaran penyakit tidak dapat dijelaskan, dan perjalanan
penyakit serta luarannya tidak dapat diprediksi secara tepat. Perjalanan penyakit tampak
baik pada 20% dari individu dengan skizofrenia, dan dalam jumlah kecil dari individu yang
dilaporkan telah sembuh sepenuhnya. Bagaimanapun juga, kebanyakan individu dengan
skizofrenia masih membutuhkan dukungan hidup sehari-hari baik secara formal maupun
nonformal, dan banyak yang tertinggal sakit secara kronis, dengan eksaserbasi dan remisi
gejala aktif, sementara yang lain memiliki perjalanan penyakit yang deteriorasi progresif.
Gejala psikotik cenderung berkurang sepanjang perjalanan hidup, hal ini kemungkinan
berkaitan dengan penurunan aktivitas dopamin yang normal terkait usia. Gejala negatif lebih
dekat hubungannya dengan prognosis daripada gejala positif dan cenderung menjadi yang
paling persisten. Lebih dari itu, defisit kognitif bekaitan dengan penyakit dapat tidak
berkembang sepanjang perjalanan penyakit.
Fitur-fitur esensial skizofrenia sama pada masa kanak-kanak, tetapi lebih sulit untuk
membuat diagnosis. Pada anak-anak, delusi dan halusinasi tidak lebih rumit dibandingkan
pada orang dewasa, dan halusinasi visual lebih biasa dijumpai dan seharusnya dipisahkan
dari permainan fantasi normal. Ketidakteraturan berbicara terjadi dalam banyak gangguan
pada masa kanak-kanak (misalnya, gangguan spektrum autisme), begitu juga dengan
perilaku yang tidak teratur (misalnya, pada kekurangan perhatian atau gangguan
hiperaktivitas). Gejala-gejala ini seharusnya tidak diarahkan ke skizofrenia tanpa
mempertimbangkan lebih banyak gangguan yang biasa terjadi pada anak-anak. Kasus pada
masa kanak-kanak cenderung menyerupai kasus dewasa dengan luaran yang buruk,
dengan awitan yang bertahap dan gejala negatif yang prominen. Anak-anak yang kemudian
didiagnosis skizofrenia lebih seperti telah mengalami gangguan dan psikopatologi
emosional-perilaku yang nonspesifik, alterasi intelektual dan bahasa, dan hambatan motorik
yang halus.
Kasus awitan terlambat (misalnya, jika muncul setelah usia 40 tahun) lebih banyak
terjadi pada wanita, yang telah menikah. Seringkali, perjalanan penyakit ditandai dengan
predominans gejala psikotik dengan preservasi dalam mempengaruhi fungsi sosial. Kasus
awitan terlambat seperti ini masih memenuhi kriteria diagnostik untuk skizofrenia, tetapi tidak
begitu jelas lagi apakah hal ini merupakan kondisi yang sama dengan skizofrenia yang
didiagnosis sebelum umur pertengahan (misalnya, sebelum usia 55 tahun).

Faktor Resiko dan Prognostik


Lingkungan. Musim kelahiran telah terhubung dengan kejadian skizofrenia, meliputi akhir
musim dingin/awal musim semi di beberapa loakasi dan pada musim panas untuk bentuk
defisit dari penyakit. Kejadian skizofrenia dan gangguan lainnya yang berhubungan lebih
tinggi pada pertumbuhan anak-anak dalam lingkungan perotaan dan beberapa etnis
minoritas.
Genetik dan fisiologik. Ada kontribusi yang kuat pada faktor genetik dalam menentukan
resiko skizofrenia, meskipun kebanyakan individu yang telah didiagnosis skizofrenia tidak
memiliki riwayat psikosis dalam keluarga. Kewajiban yang diberikan oleh spektrum dari alel
resiko, biasa dan langka, dengan setiap alel berkontribusi hanya untuk fraksi kecil dari
varians populasi total. Alel resiko yang teridentifikasi hingga saat ini juga berkaitan dengan
gangguan mental yang lain, meliputi gangguan bipolar, depresi, dan gangguan spektrum
autisme.
Komplikasi kehamilan dan kelahiran dengan hipolsoa dan umur paternal yang lebih
besar juga berhubungan dengan resiko yang lebih tinggi untuk terjadinya skizofrenia pada
fetus yang sedang berkembang. Kesulitan prenatal dan perinatal lainnya, seperti stres,
infeksi, malnutrisi, diabetes maternal, dan kondisi medis lainnya juga berkaitan dengan
skizofrenia. Bagaimanapun juga, sebagian besar keturunan dengan faktor resiko di atas
tidak mengidap skizofrenia.

Isu Diagnostik Terkait Budaya


Faktor kebudayaan dan sosioekonomik harus dipertimbangkan, terutama ketika individu dan
klinisi tidak berada dalam latar belakang kebudayaan dan ekonomi yang sama. Gagasan
yang muncul sebagai delusional dalam satu kebudayaan (misalnya, perdukunan) dapat
dinilai biasa dalam kebudayaan yang lain. Dalam beberapa kebudayaan, halusinasi visual
atau auditori dengan konten religius (misalnya, mendengarkan suara Tuhan) berada dalam
bagian yang normal dari pengalaman religius. Selain itu, penilaian untuk ketidakteraturan
berbicara dapat menjadi hal yang sulit untuk dilakukan karena adanya variasi linguistik
dalam gaya naratif antarbudaya. Peilaian pengaruh membutuhkan kepekaan terhadap
perbedaan gaya ekspresi emosional, kotak mata, dan bahasa tubuh, yang juga dapat
bervariasi antarbudaya. Jika penilaian dilakukan dalam bahasa yang berbeda dari bahasa
ibu individu, kepedulian harus dilakukan untuk memastikan alogia tidak berhubungan
dengan penghalang linguistik. Dalam beberapa kebudayaan, kesulitan dapat ditemui dalam
benuk halusinasi atau pseudo-halusinasi dan khayalan yang terlalu tinggi dapat secara klinis
menunjukkan kesamaan dengan psikosis murni namun normatif dalam subgrup pasien.

Isu Diagnostik Terkait Jenis Kelamin


Jumlah fitur membedakan ekspresi klinis skizofrenia pada wanita dan pria. Kejadian umum
skizofrenia cenderung lebih rendah pada wanita, terutama pada kasus yang diterapi. Usia
munculnya skizofrenia lebih terlambat pada wanita, dengan puncak pertengahan umur 20-
an yang telah dijelaskan sebelumnya (lihat bagian Perkembangan dan Perjalanan
Penyakit). Gejala cenderung lebih sarat pengaruh pada wanita, dan lebih banyak gejala
psikotik, seperti halnya kecenderungan yang lebih besar untuk gejala psikotik menjadi lebih
parah di kemudian hari. Perbedaan gejala lainnya meliputi lebih sedikitnya frekuensi gejala
negatif dan ketidakteraturan. Pada akhirnya, fungsi sosial cenderung lebih baik pada wanita.
Namun, seringkali terjadi pengecualian untuk peringatan umum ini.

Resiko Bunuh Diri


Sekitar 5%-6% individu dengan skizofrenia mati karena bunuh diri, sekitar 20% dari mereka
merencanakan bunuh diri pada satu atau lebih kesempatan, dan lebih banyak lagi yang
memiliki gagasan bunuh diri signifikan. Perilaku bunuh diri kadang-kadang terjadi sebagai
respon untuk perintah halusinasi untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain. Resiko bunuh
diri terjadi sangat tinggi sepanjang hidup baik pada pria maupun wanita, meskipun hal
tersebut dapat terjadi terutama untuk pria muda dengan penyalahgunaan obat komorbid.
Faktor resiko lain meliputi adanya gejala depresif atau rasa keputusasaan dan tidak
dipedulikan, dan resiko juga lebih tinggi pada periode setelah episode psikotik atau
pelepasan dari rumah sakit.

Konsekuensi Fungsional Skizofrenia


Skizofrenia berkaitan dengan disfungsi kerja dan sosial yang signifikan. Membuat kemajuan
edukasional dan mempertahankan pekerjaan seringkali mengalami pelemahan karena
adanya avolisi atau manifestasi gangguan lainnya, bahkan ketika kemampuan kognitif masih
mampu menunjang penyelesaian tugas untuk dilakukan. Kebanyakan individu yang bekerja
pada tingkat yang lebih rendah dibandingkan dengan orang tua mereka, dan kebanyakan di
antara mereka adalah pria, tidak menikah atau memiliki kontak sosial yang terbatas di luar
dari lingkungan keluarga.

Diagnosis Banding
Gangguan depresif mayor atau gangguan bipolar dengan fitur psikotik atau katatonik.
Perbedaan antara skizofrenia dan gangguan depresif mayor atau bipolar dengan fitur
psikotik atau dengan katatonia tergantung akan hubungan temporal antara gangguan
suasana hati dan psikosis, juga akan keparahan gejala depresif atau manik. Jika delusi atau
halusinasi terjadi secara ekslusif selama episode depresif mayor atau manik, diagnosisnya
adalah gangguan depresif/bipolar dengan fitur psikotik.
Gangguan skizoafektif. Diagnosis gangguan skizoafektif memerlukan terjadinya episode
depresif atau manik secara konkuren dengan gejala fase aktif dan bahwa gejala suasana
hati dapat terjadi sebagian besar dari total durasi periode aktif.
Gangguan skizofreniform dan gangguan psikotik singkat. Gangguan-gangguan ini
memiliki durasi yang lebih singkat daripada skizofrenia, seperti yang telah ditentukan pada
kriterion C, dimana diperlukan 6 bulan gejala. Pada gangguan skizofreniform, gangguan
timbul kurang dari 6 bulanm dan pada gangguan psikotik singkat, gejala hanya muncul
setidaknya 1 hari, namun kurang dari 1 bulan.
Gangguan delusional. Gangguan delusional dapat dibedakan dari skizofrenia oleh
ketiadaannya karakteristik gejala lain dari skizofrenia (misalnya, delusi, halusinasi visual dan
auditori prominen, ketidakteraturan berbicara, perilaku yang tidak teratur atau katatonik, dan
gejala negatif).
Gangguan kepribadian skizotipal. Gangguan kepribadian ini dapat dibedakan dari
skizofrenia dengan melihat gejala subthreshold yang berkaitan dengan fitur kepribadian
persisten.
Gangguan obsesif-kompulsif dan dismorfik tubuh. Individu dengan gangguan obsesif-
kompulsif dan dismorfik tubuh dapat menunjukkan tidak adanya atau buruknya wawasan,
dan keasyikan mereka dapat mencapai proporsi delusional. Namun, gangguan ini dibedakan
dari skizofrenia karena adanya obsesi yang prominen, kompulsi, keasyikan akan
penampilan atau aroma tubuh, penimbunan, atau perilaku repetitif berfokus pada tubuh.
Gangguan stres postraumatik. Gangguan stres post-traumatik dapat meliputi mengingat
kembali kejadian dengan kualitas halusinasi, dan kewaspadaan berlebihan yang dapat
dikategorikan sebagai paranoid. Namun, kejadian traumatik dan fitur gejala karakteristik
yang berhubungan untuk menghidupkan kembali atau bereaksi terhadap kejadian tersebut
dibutuhkan untuk membuat diagnosis.
Gangguan spektrum autisme atau gangguan komunikasi. Gangguan ini dapat juga
memiliki gejala yang menyerupai episode psikotik, namum dibedakan dari defisit respektif
mereka dalam interaksi sosial dengan perilaku pengulangan dan restriksi, serta defisit
komunikasi dan kognitif. Individu dengan gangguan spektrum autisme atau gangguan
komunikasi harus memiliki gejala yang memenuhi seluruh kriteria skizofreniam dengan
halusinasi atau delusi prominen untuk setidaknya 1 bulan, untuk didiagnosis dengan
skizofrenia atau kondisi komorbid.
Gangguan mental lainnya yang berhubungan dengan episode psikotik. Diagnosis
skizofrenia dibuat hanya ketika episode psikotiknya berkelanjutan dan tidak berasal dari efek
fisiologis dari obat-obatan atau kondisi medis lainnya. Individu dengan delirium atau
gangguan neurokognitif mayor atau minor dapat menunjukkan gejala psikotik, namun hal ini
akan memiliki hubungan temporal dengan awitan perubahan kognitif yang konsisten dengan
gangguan tersebut. Individu dengan gangguan psikotik yang diinduksi obat-obatan/medikasi
dapat menunjukkan karakteristik gejala seperti pada kriterion A untuk skizofrenia, namun
gangguan ini biasanya dapat dibedakan dari hubungan kronologik obat-obatan yang
digunakan pada awitan dan remisi dari psikosis saat obat-obatan tidak digunakan.

Komorbiditas
Angka komorbiditas dengan gangguan yang berhubungan dengan obat-obatan sangat tinggi
pada pasien skizofrenia. Lebih dari setengah individu dengan skizofrenia memiliki gangguan
penggunaan tembakau dan merokok secara reguler. Komorbiditas dengan gangguan
kecemasan diketahui meningkat pada skizofrenia. Angka gangguan obsesif-kompulsif dan
gangguan panik meningkat pada pasien skizofrenia dibandingkan dengan populasi umum.
Skizotipal atau gangguan kepribadian paranoid dapat pula terjadi dalam awitan skizofrenia.
Harapan hidup berkurang pada pasien skizofrenia karena terkait dengan kondisi
medis mereka. Berat badan yang bertambah, diabetes, sindrom metabolik, dan penyakit
paru dan kardiovaskuler lebih banyak ditemui pada pasien skizofrenia dibandingkan
populasi umum. Keterlibatan yang kurang dalam perilaku pemeliharaan kesehatan
(misalnya, skirining kanker, olahraga) meningkatkan resiko penyakit kronis, namun faktor
gangguan lainnya, meliputi medikasi, gaya hidup, merokok, dan diet, juga memainkan peran
yang penting. Kerentanan akan psikosis dan gangguan medis dapat menjelaskan beberapa
dari komorbiditas medis skizofrenia.

Gangguan Skizoafektif
Kriteria Diagnostik
A. Periode tanpa interupsi dari penyakit selama dimana ada episode suasana hati
mayor (depresif atau manik) yang konkuren dengan Kriterion A skizofrenia.
B. Delusi atau halusinasi untuk 2 minggu atau lebih saat tidak ada episode suasana hati
mayor (depresif atau manik) selama durasi hidup perjalanan penyakit.
C. Gejala yang memenuhi kriteria episode suasana hati mayor muncul untuk sebagian
besar waktu dari durasi total bagian aktif dan residual dari penyakit.
D. Gangguan tidak diatribusikan untuk efek obat-obatan (seperti, penyalahgunaan obat,
pengobatan medis) atau kondisi medis lainnya.

Tentukan:
295.70 (F25.0) Tipe bipolar: Subtipe ini ditentukan apabila episode manic
merupakan bagian dari presentasi. Episode depresif mayor juga dapat terjadi.
295.79 (F25.1) Tipe depresif: Subtipe ini ditentukan apabila hanya episode depresif
mayor yang menjadi bagian dari presentasi.

Tentukan:
Dengan katatonia (merujuk ke krtieria katatonia yang berkaitan dengan gangguan
mental lainnya, hal.119-120, untuk definisi).
Catatan kode: Gunakan kode tambahan 293.89 (F06.1) katatonia yang
berkaitan dengan gangguan skizoafektif untuk indikasi kehadiran katatonia
komorbid.
Tentukan:
Spesifikasi perjalanan penyakit berikut ini hanya digunakan setelah durasi 1 tahun dari
gangguan dan jika tidak berkontradiksi dengan kriteria diagnostik di atas.
Episode pertama, episode akut: Manifestasi pertama dari gangguan memenuhi
gejala diagnostik dan kriteria waktu. Episode akut adalah periode waktu dimana
kriteria gejala telah dipenuhi.
Episode pertama, remisi parsial: Remisi parsial adalah periode waktu selama
perkembangan setelah episode sebelumnya mengalami perbaikan dan dimana
kriteria definisi gangguan hanya dipenuhi sebagian.
Episode pertama, remisi penuh: Remisi penuh adalah periode waktu setelah
episode sebelumnya selama tidak ada gejala gangguan spesifik yang timbul.
Episode multipel, episode akut: Episode multipel dapat ditentukan setelah minimal
dua episode telah terjadi (misalnya setelah episode pertama, remisi, dan minimal
satu kali relaps).
Episode multipel, remisi parsial
Episode multipel, remisi penuh
Berkelanjutan: Gejala yang memenuhi kriteria gejala dagnostik gangguan
tersisa untuk mayoritas perjalanan penyakit.
Tidak spesifik

Tentukan beratnya saat ini:


Keparahan gangguan dinilai dari penilaian kuantitatif terhadap gejala primer psikosis,
meliputi delusi, halusinasi, bicara tidak teratur, perilaku psikomotor abnormal, dan gejala
negatif. Masing-masing gejala ini dapat dinilai tingkat keparahannya saat ini (paling
parah dalam 7 hari terakhir) dengan menggunakan skala 5 poin dari 0 (tidak timbul)
hingga 4 (timbul dan parah). (Lihat Dimensi Penilaian Klinis terhadap Keparahan Gejala
Psikosis pada bab Pengukuran Penilaian.)
Catatan: Diagnosis skizoafektif dapat dibuat tanpa menggunakan penentuan keparahan
ini.

Catatan: untuk informasi tambahan pada Perkembangan dan Perjalanan Penyakit (faktor
terkait umur), Faktor Resiko dan Prognostik (faktor resiko lingkungan), Isu Diagnostik Terkait
Budaya, dan Isu Diagnostik Terkait Jenis Kelamin, lihat bagian korespondensi pada
skizofrenia, gangguan bipolar I dan II, serta gangguan depresif mayor pada bab respektifnya
masing-masing.

Fitur Diagnostik
Diagnosis gangguan skizoafektif ditegakkan berdasarkan penilaian dari periode tanpa
interupsi penyakit selama dimana individu melanjutkan untuk menunjukkan gejala aktif atau
residual dari penyakit psikotik. Diagnosis ini biasanya, tapi tidak perlu, dibuat saat periode
penyakit psikotik. Pada beberapa waktu dalam periode tersebut, Kriterion A skizofrenia
harus dipenuhi. Kriterion B (disfungsi sosial) dan F (eksklusi gangguan spektrum autisme
atau gangguan komunikasi lainnya dalam masa kanak-kanak) untuk skizofrenia tidak harus
dipenuhi. Untuk memenuhi Kriterion A skizofrenia, ada episode suasana hati mayor
(depresif atau manik) (Kriterion A untuk gangguan skizoafektif). Karena hilangnya
ketertarikan atau kesenangan merupakan hal yang umum untuk skizofrenia, untuk
memenuhi Kriterion A gangguan skizoafektif, episode depresif mayor harus meliputi
suasana hati depresi pervasif (misalnya, adanya kehilangan ketertarikan atau kesenangan
yang tidak cukup). Episode depresi atau mania muncul pada sebagian besar waktu dari
durasi total penyakit (msalnya, setelah Kriterion A terpenuhi) (Kriterion C untuk gangguan
skizoafektif). Untuk memisahkan gangguan skizoafektif dari gangguan depresif atau bipolar
dengan fitur psikotik, delusi atau halusinasi harus muncul untuk setidaknya 2 minggu saat
tidak ada episode suasana hati mayor (depresif atau manik) pada beberapa poin selama
durasi penyakit (Kriterion B untuk gangguan skizoafektif). Gejala-gejala ini harusnya tidak
beratribusi pada efek obat-obatan atau kondisi medis lainnya (Kriterion D untuk gangguan
skizoafektif).
Kriterion C untuk gangguan skizoafektif mendetailkan bahwa gejala suasana hati
memenuhi kriteria untuk episode suasana hati mayor harus timbul untuk sebagian besar
waktu dari total durasi dari porsi aktif dan residual penyakit. Kriterion C memerlukan
penilaian akan gejala suasana hati untuk seluruh perjalanan penyakit psikotik, dimana
berbeda dari kriterion DSM-IV, yang hanya memerlukan satu penilaian untuk periode
penyakit saat ini. Jika gejala suasana hati timbul hanya pada saat periode singkat yang
relatif, diagnosisnya adalah skizofrenia, bukan skizoafektif. Saat memutuskan apakah
presentasi seseorang memenuhi Kriterion C, klinisi harus meninjau kembali durasi penyakit
psikotiknya (misalnya, gejala residual dan aktif) dan menentukan kapan gejala suasana hati
signifikan (tidak diterapi atau membutuhkan terapi dengan antidepresan dan/atau medikasi
penstabil suasana hati) mendampingi gejala psikotik tersebut. Penentuan ini membutuhkan
informasi riwayat yang cukup dan penilaian klinis. Contohnya, individu dengan riwayat gejala
aktif dan residual skizofrenia selama 4 tahun mengembangkan episode depresif dan manik
yang, secara bersama-sama, tidak menempati melebihi 1 tahun selama riwayat penyakit
psikotik 4 tahun tersebut. Presentasi ini tidak akan memenuhi Kriterion C.
Sebagai tambahan untuk kelima area domain lima gejala yang teridentifikasi pada
kriteria diagnostik, penilaian kognisi, depresi, dan gejala mania merupakan hal yang vital
untuk membuat perbedaan penting yang kritis antara spektrum skizofrenia yang bervariasi
dengan gangguan psikotik lainnya.

Fitur yang Berhubungan untuk Menunjang Diagnosis


Fungsi kerja merupakan hal yang paling sering mengalami pelemahan, tetapi hal ini tidak
mendifinisikan kriterion (berbeda dengan skizofrenia). Kontak sosial yang mengalami
restriksi dan kesulitan dengan perawatan diri sendiri juga berhubungan dengan gangguan
skizoafektif, tetapi gejala negatif tidak begitu parah dan kurang persisten dari yang dilihat
pada gangguan skizofrenia. Anosognosia (wawasan kurang) juga biasa dijumpai pada
gangguan skizoafektif, namun defisit wawasan tidak begitu berat dan pervasif dari
skizofrenia. Individu dengan gangguan skizoafektif dapat berada dalam resiko yang
meningkat untuk perkembangan episode selanjutnya dari gangguan depresif mayor atau
gangguan bipolar apabila gejala suasana hati berlanjut mengikuti remisi dari gejala yang
memenuhi kriterion A untuk skizofrenia. Terdapat pula hubungan dengan alkohol dan
gangguan terkait obat.
Tidak ada uji atau pengukuran biologik yang dapat membantu dalam membuat
diagnosis gangguan skizoafektif. Baik gangguan skizoafektif berbeda dari skizofrenia
dengan menganggap pada fitur yang berhubungan seperti abnormalitas struktural dan
fungsional otak, defisit kognitif, maupun ketidakjelasan faktor resiko genetik.

Prevalensi
Gangguan skizoafektif muncul sekitar sepertiga dari kejadian skizofrenia. Prevalensi seumur
hidup dari gangguan skizoafektif diperkirakan sekitar 0,3%. Kejadian gangguan skizoafektif
lebih tinggi pada wanita daripada pria, terutama pada peningkatan kejadian tipe depresif di
antara wanita.

Perkembangan dan Perjalanan Penyakit


Usia umum untuk awitan skizoafektif adalah masa dewasa awal, meskipun awitan dapat
terjadi kapan saja dari masa remaja hingga akhir hidup. Angka yang signifikan dari individu
yang didiagnosis penyakit psikotik lainnya secara inisial akan menerima diagnosis gangguan
skizoafektif di kemudian hari dengan pola episode suasana hati telah menjadi lebih semu.
Dengan diagnostik sementara Kriterion C, hal ini diharapkan bahwa diagnosis untuk
beberapa individu akan berubah dari skizoafektif menjadi gangguan lain seiring dengan
berkurangnya prominensi gejala suasana hati. Prognosis gangguan skizoafektif entah
bagaimana lebih baik dari skizofrenia, namun lebih buruk dari gangguan suasana hati yang
lainnya.
Gangguan skizoafektif dapat terjadi secara bervariasi dari pola temporal. Berikut ini
merupakan pola yang umum: Seorang individu dapat menunjukkan halusinasi auditori dan
delusi persekutori untuk 2 bulan sebelum awitan dari episode depresif mayor prominent.
Gejala psikotik dan episode depresif mayor penuh muncul 3 bulan kemudian. Setelah itu,
individu sembuh sepenuhnya dari episode depresif mayor, namun gejala psikotik berlanjut
untuk bulan berikutnya sebelum kemudian menghilang. Selama periode penyakit ini, gejala
individu secara konkuren memenuhi kriteria untuk episode depresif mayor dan Kriterion A
skizofrenia, dan selama periode yang sama, halusinasi audiori dan delusi muncul
bersamaan sebelum dan setelah fase depresif. Periode ttoal dari penyakit bertahan hingga 6
bulan, dengan gejala psikotik tersendiri timbul selama 2 bulan inisial, sedangkan gejala
depresif dan psikotik muncul selama 3 bulan berikutnya, dan gejala psikotik tersendiri
muncul untuk bulan terakhir. Dalam contoh ini, durasi dari episode depresif tidak singkat
relatif pada durasi total dari gangguan psikotik, dan presentasi memiliki kualifikasi untuk
diagnosis gangguan skizoafektif.
Ekspresi dari gejala psikotik sepanjang hidup bervariasi. Gejala depresif atau manik
dapat terjadi sebelum awitan psikosis, selama episode psikotik akut, selama periode
residual, dan setelah penghentian psikosis. Sebagai contoh, individu dapat datang dengan
gejala suasana hati prominen selama fase prodromal skizofrenia. Pola ini tidak begitu
penting dalam indikasi gangguan skizoafektif, sejak pola ini terjadi dari gejala suasana hati
dan psikotik yang diagnostik. Untuk individu dengan gejala yang secara jelas memenuhi
kriteria gangguan skizoafektif namun ketika dalam peninjauan ke depannya ia hanya
menunjukkan gejala psikotik residual (seperti psikosis subthreshold dan/atau gejala negatif
prominen), diagnosisnya mungkin saja berubah menjadi skizofrenia, seiring dengan proporsi
total dari penyakit psikotik dibandingkan dengan gejala suasana hati menjadi lebih
prominen. Episode skizoafektif, tipe bipolar dapat dengan mudah ditemui pada dewasa
muda, sedangkan untuk tipe depresif lebih sering dijumpai pada dewasa tua.

Faktor Resiko dan Prognostik


Genetik dan fisiologik. Antara indvidu dengan skizofrenia, bisa saja ada peningkatan resko
untuk gangguan skizoafektif dalam kerabat derajat pertama. Resiko untuk gangguan
skizoafektif dapat meningkat antara individu yang memiliki kerabat dekat yang mengidap
skizofrenia, gangguan bipolar, atau gangguan skizoafektif.

Isu Diagnostik Terkait Budaya


Faktor kebudayaan dan sosioekonomik harus dipertimbangkan, terutama ketika individu dan
klinisi tidak berada dalam latar belakang kebudayaan dan ekonomi yang sama. Gagasan
yang muncul sebagai delusional dalam satu kebudayaan (misalnya, perdukunan) dapat
dinilai biasa dalam kebudayaan yang lain. Terdapat beberapa bukti dalam literatur untuk
overdiagnosis dari skizofrenia dibandingkan dengan gangguan skizoafektif pada populasi
Afrika-Amerika dan Hispanik, jadi kepedulian harus diterapkan untuk memastikan bahwa
evaluasi yang diperlukan secara kultural meliputi gejala afektif dan psikotik.

Resiko Bunuh Diri


Resiko sepanjang hidup untuk bunuh diri pada pasien skizofrenia dan skizoafektif adalah
5%, dan kehadiran gejala depresif berkorelasi dengan peningkatan resiko bunuh diri.
Terdapat bukti bahwa angka bunuh diri lebih tinggi pada populasi Amerika Utara daripada
populasi Eropa, Eropa Timur, Amerika Selatan, dan India pada individu dengan skizofrenia
atau skizoafektif.

Konsekuensi Fungsional dari Gangguan Skizoafektif


Gangguan skizoafektif berkaitan dengan disfungsi kerja dan sosial, namun disfungsi
tersebut bukanlah kriterion diagnostik (seperti pada skizofrenia), dan ada variabilitas
substansial antara individu yang didiagnosis gangguan skizoafektif.

Diagnosis Banding
Gangguan mental lainnya dan kondisi medis. Varietas luas dari kondisi medis dan
psikiatrik dapat memunculkan manifestasi dengan gejala suasana hati dan psikotik yang
harus dipertimbangkan dalam diagnosis banding dari gangguan skizoafektif. Hal ini meliputi
gangguan psikotik yang disebabkan kondisi medis lainnya; delirium; gangguan neurokognitif
mayor; gangguan psikotik atau neurokognitif yang diinduksi obat-obatan/medikasi;
gangguan bipolar dengan fitur psikotik; gangguan depresif mayor dengan fitur psikotik;
gangguan depresif atau bipolar dengan fitur katatonik; skizotipal, skizoid, atau gangguan
kepribadian paranoid; gangguan psikotik singkat; gangguan skizofreniform; sizofrenia;
gangguan delusional; dan spektrum skizofrenia tidak sepsifik dan spesifik lainnya, serta
gangguan psikotik lainnya. Kondisi medis dan penggunaan obat-obatan dapat muncul
dengan kombinasi dari gejala suasana hati dan gejala psikotik, dan juga gangguan psikotik
yang disebabkan oleh kondisi medis lainnya yang harus dieksklusi. Membedakan gangguan
skizoafektif dari skizofrenia dan gangguan depresif/bipolar dengan fitur psikotik seringkali
sulit untuk dilakukan. Kriterion C dirancang untuk memisahkan gangguan skizoafektif dari
skizofrenia, dan Kriterion B dirancang untuk membedakan skizoafektif dari gangguan
depresif/bipolar dengan fitur psikotik. Lebih spesifik lagi, gangguan skizoafektif dapat
dibedakan dari gangguan bipolar/depresif dengan fitur psikotik melalui kehadiran
delusi/halusinasi prominen untuk setidaknya 2 minggu saat tidak ada episode suasana hati
mayor. Sebaliknya, pada gangguan depresif/bipolar dengan fitur psikotik, fitur psikotik
secara primer terjadi saat episode suasana hati. Karena proporsi relatif suasana hati pada
gejala psikotik dapat berubah seiring dengan berjalannya waktu, diagnosis yang diperlukan
dapat berubah dari dan ke gangguan skizoafektif (misalnya, diagnosis skizoafektif untuk
episode depresif yang parah dan prominen bertahan 3 bulan selama 6 bulan pertama dari
penyakit psikotik persisten akan berubah ke skizofrenia jika gejala residual prominen atau
aktif psikotik bertahan selama beberapa tahun tanpa kembalinya episode suasana hati yang
lain).
Gangguan psikotik yang disebabkan kondisi medis lainnya. Kondisi medis lainnya dan
obat-obatan yang digunakan dapat bermanifestasi dengan kombinasi gejala suasana hati
dan psikotik, dan gangguan psikotik yang disebabkan kondisi medis lainnya harus
dieksklusi.
Skizofrenia, bipolar, dan gangguan depresif. Membedakan gangguan skizoafektif dari
skizofrenia dan gangguan depresif/bipolar dengan fitur psikotik sulit untuk dilakukan.
Kriterion C dirancang untuk memisahkan gangguan skizoafektif dari skizofrenia, dan
kriterion B dirancang untuk membedakan gangguan skizoafektif dari gangguan
depresif/bipolar dengan fitur psikotik. Lebih spesifik lagi, gangguan skizoafektif dapat
dibedakan dari gangguan bipolar/depresif dengan fitur psikotik melalui kehadiran
delusi/halusinasi prominen untuk setidaknya 2 minggu saat tidak ada episode suasana hati
mayor. Sebaliknya, pada gangguan depresif/bipolar dengan fitur psikotik, fitur psikotik
secara primer terjadi saat episode suasana hati. Karena proporsi relatif suasana hati pada
gejala psikotik dapat berubah seiring dengan berjalannya waktu, diagnosis yang diperlukan
dapat berubah dari dan ke gangguan skizoafektif (misalnya, diagnosis skizoafektif untuk
episode depresif yang parah dan prominen bertahan 3 bulan selama 6 bulan pertama dari
penyakit psikotik persisten akan berubah ke skizofrenia jika gejala residual prominen atau
aktif psikotik bertahan selama beberapa tahun tanpa kembalinya episode suasana hati yang
lain).

Komorbiditas
Banyak individu yang didiagnosis gangguan skizoafektif juga didiagnosis dengan gangguan
mental yang lain, terutama gangguan penggunaan obat-obatan dan gangguan kecemasan.
Sama seperti di atas, kejadian kondisi medis meningkat di atas angka dasar untuk populasi
umum dan mengarah ke harapan hidup yang menurun.

Anda mungkin juga menyukai