Anda di halaman 1dari 29

Skizofrenia Paranoid

Lili Susanti

102011091

Fakultas KedokteranUniversitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

Email: lili_hapz@yahoo.com

Abstrak

Dewasa ini dengan meningkatnya tuntutan kehidupan meningkat pula angka gangguan psikotik
pada masyarakat. Dalam makalah ini saya akan membahas lebih jauh mengenai skizofrenia
paranoid yang sering terjadi dengan harapan masyarakat mengerti dan tahu bagaimana
menanganinya. Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan distorsi proses pikir,
persepsi, emosi dan perilaku.

Kata kunci: skizofrenia, skizofrenia paranoid, waham, psikotik, stress

Abstract

Nowadays with the increasing demands of life also increased the numbers of psychotic disorders
in the community. In this paper I will delve further into paranoid schizophrenia is often the case
in the hope people understand and know how to handle it. Schizophrenia is a psychotic disorder
characterized by distortion of thought processes, perceptions, emotions and behavior.

Keywords: schizophrenia, paranoid schizophrenia, delusional, psychotic, stress

1
Pendahuluan

Dewasa ini dengan tuntutan kehidupan yang semakin hari semakin meningkat
mengakibatkan tingkat gangguan psikotik pada manusia di seluruh dunia juga meningkat. Hal ini
bisa terjadi karena mereka tidak mampu mencari pemecahan dari masalah tersebut ataupun
masalah demi masalah yang bertubi-tubi menimpa mereka memberikan suatu stress ataupun
depresi berat. Dalam menyembuhkan penderita seperti ini dibutuhkan keterlibatan semua pihak.
Tidak hanya dibutuhkan dokter ataupun psikiater tapi dibutuhkan juga keterlibatan keluarga,
kerabat, ataupun temen-temen dekat. Yang menjadi masalah disini adalah banyaknya
penyalahtafsiran akan gangguan ini sehingga banyak juga terjadi diskriminasi terhadap orang-
orang yang mengalami gangguan kejiwaan baik dari masyarakat maupun keluarga pasien sendiri.
Salah satu gangguan psikotik yang sering adalah skizofrenia paranoid. Di sini kita akan
membahas lebih jauh mengenai gangguan ini dengan harapan masyarakat bisa lebih mengerti apa
arti dari gangguan ini, apa penyebab serta bagaimana cara mengatasinya.

Definisi Skizofrenia

Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang bersifat kronis atau kambuh ditandai dengan
terdapatnva perpecahan (schism) antara pikiran, emosi dan perilaku pasien yang terkena.
Perpecahan pada pasien digambarkan dengan adanya gejala fundamental (atau primer) spesifk,
yaitu gangguan pikiran yang ditandai dengan gangguan asosiasi, khususnya kelonggaran
asosiasi. Gejala fundamental lainnya adalah gangguan afektif autisme, dan ambivalensi,
Sedangkan gejala sekundernya adalah waham dan halusinasi. Berdasarkan DSM-IV, skizofrenia
merupakan gangguan yang terjadi dalam durasi paling sedikit selarna 6 bulan, dengan I bulan
fase aktif gejala (atau lebih) yang diikuti munculnya delusi, halusinasi, pembicaraan yang tidak
terorganisir, dan adanva perilaku yang katatonik serta adanya gejala negatif.1

Epidemiologi

Di New York State Psychiatric Insitute, sekitar 20% pasien didiagnosis sebagai
skizofrenik pada tahun 1930-an. Angka tersebut meningkat di sepanjang tahun 1940-an dan pada
tahun 1952 memuncak hingga mencapai angka 80 persen. Secara kontras, konsep skizofrenia

2
yang umum di Eropa tetap lebih sempit. Persentase pasien yang didiagnosis sebagai skizofrenik
di Rumah Sakit Maudsley di London, relatif konstan, yaitu 20 %, dalam kurun waktu 40 tahun.1

Penyebab meningkatnya frekuensi diagnosis skizofrenia di Amerika Serikat dapat


diketahui dengan mudah. Beberapa figur penting di dunia psikiatri AS lebih memperluas konsep
skizofrenia Bleuler yang pada dasarnya sudah luas. Contohnya, pada tahun 1933, Kasanin
menggambarkan sembilan pasien yang didiagnosis men-derita dementia precock. Pada mereka
gangguan tersebut timbul secara mendadak dan penyembuhannya relatif cepat. Mengamati
bahwa gangguan yang mereka alami dapat dikatakan sebagai kombinasi skizofrenik dan simtom-
simtom afektif, Kasanin mengajukan istilah psikosis skizoafektif untuk menggambarkan
berbagai gangguan yang dialami para pasien tersebut. Diagnosis tersebut kemudian menjadi
bagian konsep skizofrenia di AS dan dicantumkan dalam DSM-I (1952) dan DSM-II (1968).2

Etiologi

Teori tentang penyebab skizofrenia, yaitu:1

1. Diatesis-Stres Model

Teori ini menggabungkan antara faktor biologis, psikososial, dan lingkungan yang secara
khusus mempengaruhi din seseorang sehingga dapat menyebabkan berkembangnya gejata
skizofrenia. Dimana ketiga faktor tersebut saling berpengaruh secara dinamis.1

2. Faktor Biologis

Dan faktor biologis dikenal suatu hipotesis dopamin yang menyatakan bahwa skizofrenia
disebabkan oleh aktivitas dopaminergik yang berlebihan di bagian kortikal otak, dan berkaitan
dengan gejala positif dan skizofrenia. Penelitian terbaru juga menunjukkan pentingnya
neurotransmiter lain termasuk serotonin, norepinefrin, glutamat dan GABA. Selain perubahan
yang sifatnya neurokimiawi, penelitian menggunakan CT Scan ternyata ditemukan perubahan
anatorni otak seperti pelebaran lateral rentrikel, atropi koteks atau atropi otak kecil (cerebellum),
terutama pada penderita kronis skizofrenia.1

3
3. Genetika

Faktor genetika telah dibuktikan secara rneyakinkan. Resiko masyarakat umum 1%. pada
orang tua resiko 5%, pada saudara kandung 8% dan pada anak 12% apabila salah satu orang tua
menderita skizofrenia, walaupun anak telah dipisahkan dan orang tua sejak lahir, anak dan kedua
orang tua skizofrenia 40%. Pada kembar monozigot 47%, sedangkan untuk kembar dizigot
sebesar 12%.1

4. Faktor Psikososial
Teori perkembangan
Ahli teori Sullivan dan Erikson mengemukakan bahwa kurangnya perhatian yang
hangat dan penuh kasih sayang di tahun-tahun awal kehidupan berperan dalam
menyebabkan kurangnya identitas diri, salah interpretasi terhadap realitas dan
menarik diri dan hubungan sosial pada penderita skizofrenia.2
Teori belajar
Menurut ahli teori belajar (learning theory), anak-anak yang menderita skizofrenia
mempelajari reaksi dan cara berfikir irasional orang tua yang mungkin memiliki
rnasalah emosional yang bermakna. Ilubungan interpersonal yang buruk dan
penderita skizofrenia akan berkembang karena mempelajari model yang buruk
selama anak-anak.2
Teori keluarga
Tidak ada teori yang terkait dengan peran keluarga dalam menimbulkan skizofrenia.
Namun beberapa penderita skizofrenia berasal dan keluarga yang disfungsional.2

Tipe-tipe Skizofrenia

Berdasarkan definisi dan kriteria diagnostic tersebut, skizofrenia di dalam DSM-IV dapat
dikelompokkan menjadi beberapa subtype, yaitu:1-3

1) Skizofrenia Paranoid
Tipe skizofrenia yang mernenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Preokupasi dengan satu atau lebih delusi atau halusinasi dengar yang menonjol secara
berulang-ulang.

4
b. Tidak ada yang menonjol dan berbagai keadaan berikut ini: Pembicaraan yang tidak
terorganisasi, perilaku yang tidak terorganisasi atau katatonil atau afek yang datar
atau tidak sesuai.3
2) Skizofrenia Terdisorganisasi
Tipe skizofrenia yang mernenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Di bawah ini semuanva menonjol:
Pembicaraan yang tidak terorganisasi.
Perilaku yang tidak terorganisasi.
Afek yang datar atau tidak sesuai.
b. Tidak memenuhi kriteria untuk tipe katatonik
3) Skizofrcnia Katatonik
Tipe skizofrenia dengan gambaran klinis yang didominasi oleh sekurang-kurangnya dua
hal berikut ini:3
a. Irnobilitas motorik. seperti ditunjukkan adanva katalepsi (termasuk fleksibilitas lilin)
atau stupor.
b. Aktivitas motorik yang berlebihan (tidak bertujuan dan tidak dipengaruhi oleh
stimulus eksternal).
c. Negativisme yang berlebihan (sebuah resistensi yang tampak tidak adanya motivasi
terhadap semua bentuk perintah atau mempertahankan postur yang kaku dan
menentang semua usaha untuk rnenggerakkannya) atau niutisn.
d. Gerakan-gerakan sadar yang aneh, seperti yang ditunjukkan oleh posturing
(mengambil postur yang tidak lazim atau aneh secara disengaja), gerakan stereotipik
yang berulang-ulang, mannerism yang menonjol, atau bermuka menyeringai secara
menonjol.
e. Ekolalia atau ekopraksia (pembicaraan yang tidak bermakna).
4) Skizofrenia Tidak Tergolongkan
Tipe skizofrenia yang memenuhi kriteria A, tetapi tidak memenuhi kriteria untuk tipe
paranoid, terdisorganisasi, dan katatonik.3
5) Skizofrenia Residual1-3
Tipe skizofrenia yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

5
a. Tidak adanva delusi, halusinasi, pembicaraan yang tidak terorganisasi, dan perilaku
yang tidak terorganisasi atau katatonik yang menonjol.
b. Terdapat terus tanda-tanda gangguan, seperti adanya gejala negatif atau dua atau
lebih gejala yang terdapat dalam kriteria A, walaupun ditemukan dalam bentuk yang
lemah (misalnya,keyakinan yang aneh, pengelarnan persepsi yang tidak lazim).

Manifestasi Klinis Skizofrenia

Berdasarkan DSM-IV, ciri yang terpenting dan skizofrenia adalah adanya campuran dan
dua karakteristik (baik gejala positif maupun gejala negatif). Secara urnum, karakteristik gejala
skizofrenia (kritenia A), dapat digolongkan dalarn tiga kelompok:1,4

a. gejala positif
b. gejala negatif
c. gejala lainnya

Gejala positif adalah tanda yang biasanya pada orang kebanyakan tidak ada. namun pada
pasien Skizofrenia justru muncul. Gejala positif adalah gejala yang bersifat aneh, antara lain
berupa delusi, halusinasi, ketidakteraturan pembicaraan, dan perubahan perilaku.1

Gejala negatif adalah menurunnya atau tidak adanya perilaku tertentu. seperti perasaan
yang datar, tidak adanva perasaan yang bahagia dan gembira, menarik diri, ketiadaan
pembicaraan yang berisi, mengalami gangguan sosil serta kurangnya motivasi untuk
beraktivitas.1

Kategori gejala yang ketiga adalah disorganisasi. antara lain perilaku yang aneh
(misalnya katatonia, dimana pasien menampilkan perilaku tertentu berulang-ulang, menampilkan
pose tubuh yang aneh; atau waxy flexibility, yaitu orang lain dapat memutar atau membentuk
posisi tertentu dan anggota badan pasien, yang akan dipertahankan dalam waktu yang lama) dan
disorganisasi pembicaraan. Adapun disorganisasi pembicaraan adalah masalah dalam
mengorganisasikan ide dan E pembicaraan, sehingga orang lain mengerti (dikenal dengan
gangguan berpikir formal). Misalnya asosiasi longgar, inkoherensi. dan sebagainya.4

6
Penegakan Diagnosis

Anamnesis

A. Identitas Pasien1
Identitas yang perlu kita gali adalah : nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat,
pendidikan, pekerjaan dan status pernikahan. Bila mendapatkan informasinya dari
keluarganya atau tetangganya harus orang yang benar-benar dekat dan mengerti akan
kehidupan pasien tersebut.
B. Keluhan Utama
Bisa berupa sebab datang ke rumah sakit, dan dari gangguan jiwa ringan dan gangguan
jiwa berat. Pada gangguan jiwa ringan pasien mengerti kondisinya baik (tilikan dirinya
baik) sehingga biasanya ia akan datang sendiri ke dokter dan menceritakan keluhannya ,
tetapi bila penderita dengan gangguan jiwa yang berat (tilikan dirinya jelek) ia merasa
bahwa dirinya sakit sehingga keluarganya atau pihak lain yang membawanya ke dokter.
C. Riwayat Perjalanan Penyakit
Dalam riwayat perjalanan penyakit, harus digali juga onset penyakitnya, apakah termasuk
akut ( - 1bulan ), subakut ( antara 1-6 bulan ), atau kronis ( lebih dari 6 bulan).
D. Riwayat Penyakit dahulu
Riwayat ini terdiri dari riwayat penyakit gangguan jiwa sebelumnya. atau riwayat
penyakit medis umum yang pernah diderita sebelumnya, harus kita gali sedalam mungkin
mengenai informasinya .
E. Riwayat Keluarga1
Harus kita gali tentang riwayat penyakit yang ada di dalam keluarga terutama tentang
adanya riwayat gangguan jiwa pada keluarganya yang harus kita gali adalah :
apakah keluarga memberikan dukungan social bagi pasien atau tidak.
hubungan dengan keluarganya ( antara pasien dengan orang tuanya , saudaranya dan
anggota keluarga lainnya.
dengan siapa pasien mempunyai hubungan jiwa yang paling dekat dalam keluarganya .
pola asuh keluarganya (orang tua).
tingkat sosial ekonomi keluarga.

7
F. Riwayat Pribadi
Riwayat pribadi pasien bisa kita pakai untuk memahami perjalanan hidup pasien sejak
dalam kandungan hingga sekarang.
riwayat pranatal dan perinatal (saat kehamilan)
riwayat usia 0-3 tahun (masa kanak- kanak awal)
riwayat usia 3-11 tahun (masa kanak petengahan)
riwayat kanak akhir (pubertas)
riwayat saat dewasa: disini terbagi lagi menjadi :
a. riwayat pekerjaan
b. riwayat pernikahan
c. riwayat riwayat militer
d. riwayat pendidikan
G. aktivitas keagamaan
Perlu kita cari informasi tentang altivitas keagamaan dalam keluarga, latar belakang
keagamaan orang tuanya, apakah orang tuanya termasuk keras atau permisif terhadap
aktifitas keagamaan anaknya.
H. Aktifitas sosial
Bagaimana pasien selama ini berhubungan dengan lingkungan sosialnya, bagaimana
sikap pasien dengan teman-temannya, teman sesamajenis dan lawan jenisnya, apakah
orang yang suka mengisolasi diri atau antisosial. Jika ada harus kita cari tahu mengapa,
apakah ada rasa kecemasan, takut atau tertekan kejiwaannya.2
I. Situasi kehidupan sosial pasien sekarang
Apakah tinggal dengan orang tuanya atau bersama orang lain, apakah hidup di panti
rehabilitasi atau asrama, atau rumah keluarga sendiri .
J. Riwayat hukum
Apakah pasien pernah berurusan dengan hal hukum, jika ada apa sebabnya?
K. Riwayat perkembangan Seksual
Perlu juga kita tanyakan darimana pasien mendapatkan informasi tentang masalah
seksualnya dan bagai mana sikapnya terhadap perkembangan seksualnya. apakah ada

8
masalah-masalah yang muncul terhadap perkembangan seksualnya, apakah ada
kekerasan seksual yang pernah dialami atau hal yang lain.2
L. Fantasi , Impian dan Nilai-nilai
Kita tanyakan menganai fantasi , impian , dan nilai-nilai yang dianut pasien , data- data
ini juga bermanfaat untuk membantu kita memahami pasien dan memudahkan dalam
penegakkan diagnosis serta penatalaksanaannya.1-3

Status Mental

A. Deskripsi Umum
Kita dapat memperhatikan penampilan, kesadaran, perilaku dan aktivitas psikomotor,
pembicaraan, sikap terhadap pemeriksa.1
B. Mood dan Afek
Kita dapat menilai afek, keserasian dan empati.
C. Fungsi Intelektual (Kognitif)
Di sini kita menilai taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasannya, daya
konsentrasi, orientasi waktu, tempat dan orang, daya ingat berupa jangka panjang, jangka
pendek, dan segera, serta pikiran abstrak
D. Gangguan Persepsi
Di sini kita menilai halusinasi, ilusi, depersonalisasi, dan derelisasi.
E. Proses Berpikir
Kita dapat menilai arus pikiran pasien bagaimana produktivitas, kontimuitas, dan
hendaya bahasa. Kemudian isi pikiran berupa preokupasi dan gangguan pikiran
F. Pengendalian Impuls
G. Daya Nilai
Berupa norma sosial, uji daya nilai, dan daya nilai realita.
H. Tilikan (Insight)
I. Taraf dapat dipercaya

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang kita lakukan bertujuan untuk mengetahui penyebab dari gangguan
psikiatri tersebut serta untuk menyingkirkan differential diagnosis.1,2

9
1. General: Mood, tingkat perkembangan, ras dan jenis kelamin. Tulis jika kondisi pasien
distres atau dalam posisi yang tidak biasa misal duduk dengan bersandar ke depan (posisi
yang umum terlihat pada pasien PPOK eksaserbasi akut atau pericarditis). Catat jika
pasien tampak lebih tua atau muda dari umur sebenarnya.
2. Tanda Vital: Suhu (oral, rektal, axila atau telinga), nadi, respirasi, tekanan darah
(mencakup lengan kanan, lengan kiri, berbaring, duduk, berdiri), berat badan, tinggi
badan dan BMI. Selalu mencakup tekanan darah dan denyut jantung posisi supine dan
setelah pasien berdiri selama 1 menit jika terjadi penurunan volume darah (perdarahan
gastrointestinal, pankreatitis, diare atau muntah) atau jika dicurigai insufisiensi
autonomik terutama pada pasien yang dilaporkan pusing atau sinkop.
3. Kulit: Ruam, erupsi, skar, tato, tahi lalat, pola rambut.
4. Nodi lymphatika: Lokasi (kepala dan leher, supraclavicula, epitrochlear, axilla, inguinal,
ukuran, nyeri tekan, motilitas, konsistensi.
5. Kepala: bentuk dan ukuran, nyeri tekan, trauma, bruit. Pasien pediatrik: ubun-ubun,
sutura.
6. Mata: Konjungtiva, sklera, kelopak, posisi mata pada orbit, ukuran, bentuk, reaksi pupil,
gerakah otot extraocular mata, visus, medan penglihatan, fundus (warna, ukuran, margin,
cuppong, pulsasi vena mata, perdarahan, eksudat, rasio A V, takik).2
7. Telinga: Tes pendengaran, nyeri tekan, discharge, kanal eksternal, membran timpani
(intak, tumpul atau berkilau, bulging, motilitas, cairan atau darah, injeksi).
8. Hidung: Simetris, palpasi diatas sinus frontalis, maxilla dan ethmoid, inspeksi sumbatan,
lesi, eksudat, inflamasi. Pasien pediatrik: bunyi sengau (nasal flaring), mendengkur
(grunting)
9. Tenggorokan: Bibir, gigi, gusi, lidah, pharing (lesi, eritema, eksudat, ukuran tonsil,
kripta).
10. Leher: Gerakan (Range of Motion), nyeri tekan, tekanan vena jugularis, nodi limfatika,
pemeriksaan thyroid, lokasi laring, bruit carotid, HJR. Catat tekanan vena jugulasi dalam
centimeter diatas atau di bawah sudut sternum, misal 1 cm di atas sudut sternum dari
pada tidak ada peningkatan tekanan vena jugularis.1
11. Thorax: Simetri gerakan respirasi, retraksi intercostal, palpasi nyeri tekan, fremitus dan
pelebaran dinding dada, perkusi (mencakup pergerakan diafragma diantara pernapasan

10
inspitasi tidal dan penuh, suara nafas, suara nafas tambahan (rale, ronki, whezing,
krepitasi). Jika indikasi: vokal fremitus, whispered pectoriloquy, egophony (ditemukan
dengan konsolidasi).
12. Jantung: detak, inspeksi dan palpasi precordium pada titik dengan impulse maksimal,
impulse apical dan thrill, auskultasi apex, LLSB dan pada kanan dan kiri SIC 2 dengan
diafragma dan apex dan LLSB dengan bell. Juga pada apex dengan bell pada pasien
dengan posisi decubitis lateral kiri dan pada SIC ketiga dan keempat dengan diafragma
pada posisi pasien duduk, disandarkan kedepan dan ekhalasi penuh.2,3
13. Payudara: Inspeksi discharge pada putting,inversi, eksoriasi dan fissura dan skin dimpling
atau pendataran kontur, palpasi massa, nyeri tekan, ginekomastia pada laki-laki.
14. Abdomen: Bentuk (scaphoid, flat, distensi, obesitas), pemeriksaan skar, auskultasi suara
usus dan bruit,perkusi timpani dan massa, ukuran hepar (dari garis midclavikular), nyeri
tekan sudut costo vertebral, palpasi nyeri tekan (jika ada, check rebound tenderness),
ascites, hepatomegali, splenomegal, guarding, adenopathy inguinal.3
15. Genitalia pria: inspeksi lesi penis, pembengkakan scrotum, testis (ukuran, nyeri tekan,
massa, varicocel) dan hernia, transluminasi massa testikular.
16. Rektum: Inspeksi dan palpasi hemoroid, fissura, skin tags, tonus sphinter, massa,
terdapatnya feses atau tidak, pemeriksaan feses untuk perdarahan tersembunya. Pada pria
ukuran prostat dari ukuran kecil (1+) dan sangat besar (4+), nodul, nyeri tekan.
17. Muskuloskeletal: Amputasi, deformitas, pembengkakan sendi dan range of motion,
palpasi pembengkakan sendi, nyeri tekan dan kehangatan.1
18. Pembuluh darah vaskular: Pola rambut, perubahan warna pada kulit, varicositis, sianonis,
clubbing, palpasi pada pulsasi pada radial, ulnar, brachial, femoral, poplitea, posterior
tibia, dorsalis pedis, pulsasi simultan radial, calf tenderness, Homans sign, edema,
auskultasi bruit femoral.
19. Neurologis: Terdapat 12 nervus kranial, fungsinya sebagai berikut:1
1 Olfactorius pencium
2 Optikus Visus, medan penglihatan dan fundus, respon pupil afferen
3,4,6 Oculamotorius, trochlear, abducen respon pupil efferent, ptosis,
pergerakan mata volitional, pergerakan mata pursuit.

11
5 Trigeminal refleks kornea (afferent), sensasi facial, tes otot masseter dan
temporalis dengan cara pasien menggigit.
7 Fasialis - menaikan alir, menutup mata, menunjukan gigi, senyum atau bersiul,
refleks kornea (efferent)
8 Akustikus - mendengar, diperiksa dengan cara detak jam, gosokan jari, tes
Weber Rinne. Jika terdapat gangguan pendengaran tulis pada riwayat atau pada
pemeriksaan.
9, 10 glosopharingeal dan vagus refleks gag, berbicara. Palatum bergerak keatas
pada garis tengah.
11 Accesorius spinal, mengangkat bahu, dorong kepala melawan tekanan.
12 Hypoglosus gerakan lidah. Tes kekuatannya dengan menekan lidah pasien
dengan mukosa bucal pada tiap sisi saat anda menekankan jari pada pipi pasien.
Observasi jika ada fasikulasi.
20. Motorik: Periksa kekuatan pada ekstremitas atas dan bawah, bagian proksimal dan distal
(Derajat kekuatan: 5: gerakan aktif kuat dalam melawan tahanan yang kuat, 4, gerakan
aktif dalam melawan tahanan, 3 gerakan aktif melawan gravitasi, 2 gerakan aktif tanpa
melawan gravitasi, sedikit gerakan, 0 tidak ada gerakan sama sekali).1,2
21. Cerebellum: Tes Romberg, tes tunjuk hidung.
22. Sensorik: Nyeri (tajam) atau suhu ekstremitas atas dan bawah distal dan proksimal,
getaran menggunakan garputala frekuensi 128 atah 256 Hz atau sensasi posisi pada
ekstremitas atas dan bawah bagian distal dan streognosis atau graphesthesia. Identifikasi
menggunakan dermatol dan diagram inervasi kutaneus.3
23. Reflek: Brachioradialis dan biceps C5-6, triseps C7-8, abdominal (atas T8-10, bawah
T10-12), quadricep (lutut) L3-5, ankle S1-2 (4+ hiperaktif dengan klonus, 3+ aktif
dibanding yang umum, 2+ normal, 1+ terjadi penurunan atau kurang dari normal, 0 tidak
ada). Periksa juga refleks patologis seperti Babinsku, Hofman, snout dan yang lainnya.
Pasien pediatrik: refleks moro, refleks menghisap.3

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium, rontgen dan pemeriksaan lainnya.3

12
Kriteria Diagnostik Skizofrenia

Menurut Kaplan & Sadock, terdapat beberapa kriteria diagnostik skizofrenia di dalam
DSM-IV antara lain:1

a. Karakteristik gejala1
Terdapat dua (atau lebih) dan kriteria di bawah ini, masing-masing ditemukan
secara signitkan selama periode satu bulan (atau kurang bila berhasil ditangani):1
1) Delusi (waham)
2) Halusinasi
3) Pernbicaraan yang tidak terorganisasi (misalnya, topiknya sering menyimpang atau tidak
berhubungan).
4) Perilaku yang tidak terorganisasi secara luas atau munculnya perilaku katatonik yang
jelas.
5) Gejala negatif yaitu adanya afek yang datar, alogia atau avolisi (tidak adanva kemauan).
Catatan: Hanya diperlukan satu gejala dan kriteria A, jika delusi yang muncul bersifat
kacau (bizzare) atau halusinasi terdiri dan beberapa suara yang terus menerus
mengornentari perilaku atau pikiran pasien, atau dua atau lebih suara yang saling
berbincang antara satu dengan yang Iainnya.1,2
b. Disfungsi sosial atau pekerjaan
Untuk kurun waktu yang signifikan sejak rnunculnya onset gangguan,
ketidakberfungsian ini meliputi satu atau lebih fungsi utama; seperti pekerjaan, hubungan
interpersonal, atau perawatan dini, yang jelas di bawah tingkat yang dicapai sebelum
onset (atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja, adanya kegagalan untuk
mencapai beberapa tingkatan hubungan interpersonal, prestasi akademik, atau pekerjaan
yang diharapkan).1
c. Durasi
Adanya tanda-tanda gangguan yang terus-menerus menetap selama sekurangnya
enam bulan. Pada periode enam bulan ini, harus termasuk sekurangnya satu bulan gejala
(atau kurang, bila berhasil ditangani) yang memenuhi kriteria A (yaitu fase aktif gejala)
dan mungkin termasuk pula periode gejala prodromal atau residual. Selama periode
prodrornal atau residual ini, tanda-tanda dan gangguan mungkin hanya dimanifestasikan

13
oleh gejala negatif atau dua atau Iebih gejala yang dituliskan dalam kriteria A dalam
bentuk yang lemah.1,3
d. Di luar gangguan Skizoafektifdan gangguan Mood1

Gangguan-gangguan lain dengan ciri psikotik tidak dimasukkan, karena:

1) Tidak ada episode depresif mayor, manik atau episode campuran yang terjadi secara
bersamaan yang terjadi bersama dengan gejala fase aktif.
2) Jika episode mood terjadi selarna gejala fase aktif maka durasi totalnya akan relatif
lebih singkat bila dibandingkan dengan durasi periode aktif atau residualnya.
e. Di luar kondisi di bawah pengaruh zat atau kondisi medis umurn
Gangguan tidak disebabkan oleh efek fsiologis langsung dan suatu zat
(penyalahgunaan obat, pengaruh medikasi) atau kondisi medis urnum.
f. Hubungan dengan perkembangan pervasive1
Jika ada riwayat gangguan autistik atau gangguan perkembangan pervasive
lainnya, diagnosis tambahan skizofrenia dibuat hanya jika muncul delusi atau halusinasi
secara menonjol untuk sekurang kurangnya selama satu bulan (atau kurangjika berhasil
ditangani).

Klasifikasi perjalanan gangguan jangka panjang (klasiflkasi ini hanya dapat diterapkan
setelah sekurang-kurangnya satu tahun atau lebih, sejak onset awal dan munculnya gejala fase
aktif):1

a) Episodik dengan gejala residual interepisode (episode ini dinyatakan dengan munculnya
kembali gejala psikotik yang menonjol); khususnva dengan gejala negatif yang menonjol.
b) Episodik tanpa gejala residual interepisodik.
c) Kontinum (ditemukan adanya gejala psikotik yang menonjol di seluruh periode
observasi): dengan gejala negatif yang menonjol.
d) Episode tunggal dalam remisi parsial; khususnya: dengan gejala negatif yang menonjol.
e) Episode tunggal dalarn remisi penuh.
f) Pola lain yang tidak ditemukan (tidak spesifik).

14
Skizofrenia Paranoid

Perjalanan penyakit pada skizofrenia tipe paranoid agak konstan. Jarang terjadi hendaya
dalam kemampuan fungsi sehari-hari apabila isi waham tidak disentuh. Biasanya fungsi
intelektual dan pekerjaan dapat dipertahankan walaupun gangguan tersebut bersifat kronik.
Fungsi sosial dan kehidupan perkawinannya pada umumnya cukup terganggu.4

Pada skizofrenia paranoid gambaran utama yang menonjol adalah:1

Waham kejar atau waham kebesaran, misalnya kelahiran luar biasa (excited birth), urusan
penyelamat bangsa, dunia dan agama, seperti misalnya kenabian atau mesias, perubahan
tubuh atau halusinasi yang mengandung isi kerajaan/kebesaran.
Sebagai tambahan, waham cemburu dapat pula ditemukan.

Gambaran penyertanya meliputi:1-4

Kecemasan tak berfokus.


Kemarahan.
Suka bertengkar/berdebat.
Melakukan kekerasan.
Kadang ditemukan kebingungan tentang identitas jenis atau ketakutan bahwa dirinya
diduga oleh orang lain sebagai orang-orang homoseksual.

Onset tipe ini cenderung timbul dalam usia yang lebih lanjut dibandingkan dengan tipe
lainnya, dan ciri-cirinya lebih stabil dalam jangka panjang. Apabila seseorang penderita
skizofrenia tipe paranoid mempunyai keluarga yang menderita skizofrenia biasanya anggota
keluarganya menderita skizofrenia tipe paranoid.

Kriteria Diagnostik Skizofrenia Paranoid

a. Waham kejar.
b. Waham besar.
c. Waham cemburu.
d. Halusinasi yang berisi kejaran atau kebesaran.

15
Diagnosis skizofrenia paranoid diberikan kepada sejumlah besar pasien yang akhir-akhir
ini dirawat di rumah sakit jiwa. Kunci diagnosis ini adalah adanya waham. Waham kejaran
adalah yang paling umum, namun pasien dapat mengalami waham kebesaran, di mana mereka
memiliki rasa yang berlebihan mengenai pentingnya, kekuasaan, pengetahuan, atau identitas diri
mereka. Beberapa pasien terjangkit waham cemburu, suatu keyakinan yang tidak herdasar bahwa
pasangan seksual mereka tidak setia. Waham lain yang disebutkan terdahulu, seperti merasa
dikejar atau dimata-matai, juga dapat terlihat jelas.5

Halusinasi pendengaran yang jelas dan nyata dapat rnenyertai waham. Para pasien yang
menderita skizofrenia paranoid sering kali mengalami ideas of reference; mereka memasukkan
berbagai peristiwa yang tidak penting ke dalam kerangka waham dan mengalihkan kepentingan
pribadi mereka ke dalam aktivitas tidak berarti yang dilakukan orang lain. Contohnya, mereka
mengira bahwa potongan percakapan yang tidak sengaja mereka dengar adalah percakapan
tentang diri mereka, bahwa sering munculnya orang yang sama di suatu jalan yang biasa mereka
lalui berarti mereka sedang diawasi, dan bahwa apa yang mereka lihat di televisi atau baca di
majalah dengan satu atau lain cara merujuk pada mereka. Para individu yang mengalami
skizofrenia paranoid selalu cemas.argumentatif, marah, dan kadang kasar. Secara emosional
mereka responsive, meskipun mereka kaku, formal, dan intens kepada oranglain. Mereka juga
lebih sadar dan verbal disbanding para pasien skizofrenia tipe lain. Bahasa yang mereka gunakan
meskipun penuh rujukan pada delusi, tidak mengalamai disorganisasi. Bila ada pasien
skizofrenia yang mengalami masalah hukum, biasanya mereka dari kelompok yang menderita
subtipe paranoid.5

Penanganan Biologis

1. Terapi Kejut dan Psychosurgery.5,6

Pertemuan umum para pasien di rumah rumah sakii jiwa di awal abad ke-20, ditambah
minimnya staf profesional, menciptakan sualu iklim yang memungkinkan, atau mungkin bahkan
didorong secara halus, eksperimentasi berbagai intervensi biologis yang radikal. Di awal tahun
1930-an praktik menimbulkan koma dengan memberikan insulin dalam dosis tinggi
diperkenalkan. oleh Sakel (1938), yang mengklaim bahwa 3/4 clari para pasien skizofrenia yang
ditanganinya menunjukkan perbaikan signifikan. Berbagai temuan terkemudian oleh para

16
peneliti lain kurang mendukung hal itu, dan terapi koma-insulinyang berisiko serius terhadap
kesehatan, termasuk koma yang ticlak dapat disadarkan dan kematiansecara bertahap
ditinggalkan.5,6

2. Perawatan di rumah sakit

Pada umumnya pasien dengan gangguan delusional dapat diobati dengan rawat jalan,
tetapi ada alasan tertentu dimana diperlukan perawatan di rumah sakit , yaitu : Pertama
diperlukan pemeriksaan medis dan neurologis yang lengkap menunjukkan kondisi medis
nonpsikiatris yang menyebabkan gangguan delusional. Kedua jika pasien tidak mampu
mengendalikan impulsnya, sehingga dapat melakukan tindakan-tindakan kekerasan. Ketiga jika
perilaku pasien tentang waham telah mempengaruhi fungsi kehidupannya, sehingga
kemampuannya untuk dapat berfungsi dalam keluarga dan masyarakat berkurang. Dengan
demikian memerlukan intervensi profesional untuk menstabilkan hubungan sosial atau
pekerjaan.5

Jika dokter yakin bahwa pasien akan baik jika diobati di rumah sakit, harus diusahakan
untuk membujuk pasien supaya menerima perawatan di rumah sakit; jika hal tersebut gagal,
komitmen hukum mungkin diindikasikan. Seringkali, jika dokter meyakinkan pasien bahwa
perawatan di rumah sakit adalah diperlukan, pasien secara sukarela masuk ke rumah sakit untuk
rnenghindari komitmen hukum.6

3. Farmakoterapi

Dalam keadaan gawat darurat, pasien yang teragitasi parah harus diberikan suatu obat
antipsikotik secara intramuskular. Walaupun percobaan klinik yang dilakukan secara adekuat
dengan sejumlah pasien belum ada, sebagian besar klinisi berpendapat bahwa obat antipsikotik
adalah obat terpilih untuk gangguan delusional. Pasien gangguan delusional kemungkinan
menolak medikasi karena mereka dapat secara mudah menyatukan pemberian obat ke dalam
sistem wahamnya. Dokter tidak boleh memaksakan medikasi segera setelah perawatan di rumah
sakit, malahan harus menggunakan beberapa hari untuk dapat membina hubungan yang baik
dengan pasien. Dokter harus menjelaskan efek samping potensial kepada pasien, sehingga pasien
kemudian tidak menganggap bahwa dokter berbohong.6

17
Riwayat pasien tentang respon medikasi adalah pedoman terbaik dalam memilih suatu
obat. Biasanya obat diberikan dalam dosis rendah dan ditingkatkan secara perlahan-lahan. Jika
respon gagal dalam masa percobaan selama 6 minggu, dapat dicoba antipsikotik dari golongan
lain. Adakalanya pasien dengan gangguan psikotik menolak pemberian medikasi ini, karena
mereka memasukkan hal ini ke dalam sistem wahamnya, misalnya pasien curiga ada racun di
dalam obat yang diberikan. Dalam hal ini perlu kebijaksanaan dokter untuk menjelaskan kepada
pasien secara perlahan-lahan, bahwa sama sekali tidak ada niat untuk berbuat jahat pada dirinya.6

Beberapa dokter menyatakan bahwa pimozide (oral) atau serotonin-dopamin antagonis


mungkin efektif dalam mengatasi gangguan delusional terutama pada pasien dengan waham
somatik. Penyebab kegagalan tersering adalah ketidakpatuhan. Jika pasien tidak merespon
terhadap pengobatan antipsikotik, obat harus dihentikan. Dapat digunakan anti depresan atau anti
konvulsan. Percobaan dengan obat-obat tersebut dipertimbangkan jika pasien memiliki ciri suatu
gangguan afektif.6

Hasil dari pengobatan dengan serotonin-dopamin antagonis (contoh : clozapin [Clozaril],


olanzapine [Zyprexa], dan risperidone) berhubungan dengan pengobatan sebelumnya. Pada
beberapa kasus berespon baik terhadap SSRIs (selective serotonin reuptake inhibitors), terutama
pada kasus-kasus gangguan morfologi tubuh.6

Penanganan Psikologis

1. Psikoterapi

Elemen terpenting dari suatu psikoterapi adalah menjalin hubungan yang baik antar
pasien dengan ahli terapinya. Terapi individual tampaknya lebih efektif daripada terapi
kelompok. Terapi suportif berorientasi tilikan, kognitif dan perilaku seringkali efektif. Ahli terapi
tidak boleh setuju atau menantang waham pasien, walaupun ahli terapi harus menanyakan
waham untuk menegakkan diagnosis. Dokter dapat menstimulasi motivasi untuk mendapatkan
bantuan dengan menekankan kemauannya untuk membantu pasien mengatasi kecemasan dan
iritabilitasnya, tanpa menyatakan bahwa waham yang diobati. Ahli terapi tidak boleh secara aktif
mendukung gagasan bahwa waham adalah kenyataan.4,5

18
Kejujuran ahli terapi sangat penting. Ahli terapi harus tepat waktu dan terjadwal,
tujuannya adalah agar tercipta suatu hubungan yang kuat dengan pasien dan pasien dapat percaya
sepenuhnya pada ahli terapinya. Kepuasan yang berlebihan malahan dapat meningkatkan
permusuhan dan kecurigaan pasien karena disadari bahwa tidak semua kebutuhan dapat
dipenuhi. Ahli terapi dapat menghindari kepuasan yang berlebihan dengan tidak memperpanjang
periode perjanjian yang telah ditentukan, dengan tidak memberikan perjanjian ekstra kecuali
mutlak diperlukan, dan tidak toleran terhadap bayaran.5

Ahli terapi tidak boleh membuat tanda-tanda yang meremehkan waham atau gagasan
pasien, tetapi dapat secara simpatik menyatakan pada pasien bahwa keasyikan mereka dengan
wahamnya akan menegangkan diri mereka sendiri dan mengganggu kehidupannya yang
konstruktif. Jika pasien mulai ragu-ragu dengan wahamnya, ahli terapi dapat meningkatkan tes
realitas dengan meminta pasien memperjelas masalah mereka.4

2. Terapi keluarga

Jika anggota keluarga hadir, klinisi dapat memutuskan untuk melibatkan mereka di dalam
rencana pengobatan. Tanpa menjadi terlihat berpihak pada musuh, klinisi harus berusaha
mendapatkan keluarga sebagai sekutu di dalam proses pengobatan. Sebagai akibatnya, baik
pasien dan anggota keluarganya perlu mengerti bahwa konfidensialitas dokter-pasien akan dijaga
oleh ahli terapi dan dengan demikian membantu pasien.5

Hasil terapi yang baik tergantung pada kemampuan dokter psikiatrik untuk berespon
terhadap ketidakpercayaan pasien terhadap orang lain dan konflik interpersonal, frustasi, dan
kegagalan yang dihasilkannya. Tanda terapi yang berhasil mungkin adalah suatu kepuasan
penyesuaian sosial, bukannya menghilangkan waham pasien.5

3. Pelatihan Keterampilan Sosial

Pelatihan keterampilan sosial dirancang untuk mengajari para penderita skizofrenia


bagaimana dapat berhasil dalam berbagai situasi inlerpersonal yang sangat beragamantara lain
membahas pengobatan mereka dengan psikiater, memesan makanan di restoran, mengisi
formulir lamaran kerja dan belajar melakukan wawancara kerja (kadang disebut rehabilitasi
pekerjaan), mengatakan tidak terhadap tawaran membeli obat di pinggir jalan, belajar tentang

19
seks yang aman, membaca jadwal perjalanan bisberbagai perilaku yang bagi sebagian besar di
antara kita dilakukan begitu saja dan hampir tidak pernah kita pikir-kan dalam kehidupan sehari-
hari. Bagi para penderita skizofrenia, keterampilan kehidupan tersebut bukan hal yang dapat
dilakukan begitu saja; para individu semacam itu harus berusaha keras untuk menguasainya atau
kembali menguasainya. Dengan melakukan hal-hal tersebut memungkinkan orang yang
bersangkutan mengambil bagian lebih besar dalam hal-hal positif yang terdapat di luar tembok-
tembok institusi mental sehingga meningkatkan kualitas hidup mereka.6

4. Terapi Kognitif-Behavioral.

Kita beralih ke beberapa pendekatan kognitif-behavioral dalam penanganan skizofrenia.


Sebelumnya diasumsikan bahwa tidak ada gunanya mencoba mengubah berbagai distorsi
kognitif, termasuk delusi, pada para pasien skizofrenik. Meskipun demikian, suatu literatur klinis
dan eksperimental yang sedang berkembang dewasa ini menunjukkan bahwa berbagai keyakinan
maladaptif pada beberapa pasien kenyataannya dapat diubah dengan berbagai intervensi kognitif-
be-havioral.2

5. Terapi personal (Personal Therapy).

Terapi personal adalah suatu pendekatan kognitif behavioral berspektrum luas terhadap
multiplisitas masalah yang dialami pia pasien skizofrenia yang telah keluar dari rumah sakit.
Terapi individualistik ini dilakukan secara satu per satu maupun dalam kelompok kecil
(lokakarya). Satu elemen utama dalam pendekatan ini, berdasarkan temuan dalam penelitian EE
bahwa penurunan jumlah reaksi emosi para anggota keluarga menurunkan tingkat kekambuhan
setelah keluar dari rumah adalah mengajari pasien bagaimana mengenali afek yang tidak sesuai.
jika diabaikan, afek yang tidak sesuai dapat semakin berkembang dan menyebabkan berbagai
distorsi kognitif dan perilaku social yang tidak sesuai.5,6

Para pasien juga diajari untuk memerhatikan tanda-tanda kekambuhan meskipun kecil,
seperti penarikan diri dari kehidupan sosial atau intimidasi yang tidak pantas kepada orang lain,
dan mereka mempelajari berbagai keterampilan untuk mengurangi masalah-masalah tersebut.
Perilaku semacam itu, jika tidak terdeteksi, sangat mungkin akan menghambat upaya pasien
untuk hidup sesuai aturan sosial konvensional, termasuk bekerja dan membangun serta
mempertahankan hubungan sosial. Terapi tersebut juga mencakup terapi perilaku rasional emotif

20
untuk membantu pasien mencegah berbagai frustrasi dan tantangan yang tidak terhindarkan
dalam kehidupan menjadi suatu bencana dan dengan demikian membantu mereka menurunkan
kadar stres.4

Selain itu, pasien juga sering diajari teknik-teknik relaksasi otot sebagai suatu alat bantu
untuk belajar mendeteksi kecemasan atau kemarahan yang berkembang secara perlahan
kemudian menerapkan keterampilan relaksasi untuk mengendalikan berbagai emosi tersebut
secara lebih baik. Asumsi yang berlaku adalah ketidakteraturan emosional merupakan bagian
dari berbagai diathesis biologis dalam skizofrenia dan suatu faktor yang harus diterima dan
dihadapi pasien dalam hidupnya dan bukan dihilangkan (atau disembuhkan) seluruhnya. Namun,
juga terdapat fokus kuat untuk mengajarkan keterampilan sosial spesifik serta mendorong pasien
untuk tetap meneruskan pengobatan mereka dalam roda pemeliharaan, yaitu, dengan dosis yang
umumnya lebih rendah dari dosis yang diperlukan dalam fase penyakit yang akut dan paling
parah.5

Terapi individual Hogarty juga mencakup berbagai elemen non behavioral, ter-utama
penerimaan yang hangat dan empatik atas gangguan emosional dan kognitif pasien bersama
dengan ekspektasi yang realistik, namun optimistik bahwa hidup dapat menjadi lebih baik.
Secara umum, para pasien diajari bahwa mereka memiliki kerentanan emosional terhadap stres,
bahwa pikiran mereka tidak selalu sejernih yang seharusnya, bahwa mereka harus tetap
meneruskan pengobatan, dan bahwa mereka dapat mempelajari berbagai macam keterampilan
agar dapat menjalani hidup secara maksimal. Ini bukan penanganan jangka pendek; penanganan
ini dapat berlangsung selama 3 tahun dengan sesi terapi setiap satu atau dua minggu sekali.6

Perlu dicatat bahwa fokus terapi ini sebagian besar terletak pada pasien, tidak pada
keluarga. Sementara itu, fokus dalam berbagai studi keluarga adalah mengurangi tingginya EE
dalam keluarga pasienyang merupakan suatu perubahan lingkungan dari sudut pandang
pasientujuan terapi pribadi adalah mengajarkan keterampilan coping internal kepada pasien,
berbagai cara baru dalam berpikir tentang dan me-ngendalikan berbagai reaksi afektif terhadap
tantangan apa pun yang terdapat di lingkungannya.6

Terakhir, hal penting dalam terapi ini adalah apa yang disebut Hogarty dkk. sebagai
"manajemen kritisisme dan penyelesaian konflik". Istilah tersebut merujuk pada cara

21
menghadapi umpan balik negatif dan orang lain dan cara menyelesaikan berbagai konflik
interpersonal yang merupakan bagian tak terhindarkan dalam berhubungan dengan orang lain.
Mengajari pasien keterampilan penyelesaian masalah sosialcara mengatasi berbagai lantangan
yang tidak terhindarkan yang dihadapi oleh setiap orang dalam berhubungan dengan orang
lainmerupakan, bagian dari elemen terapi ini (D'Zurilla & Goldfried, 1971). Berbagai
menunjukkan bahwa bentuk intervensi ini dapat membantu banyak pasien skizofrenik tetap
hidup di luar rumah sakit dan berfungsi dengan lehih baik, dengan hasil yang paling positif
dicapai oleh mereka yang dapat hidup bersama keluarga mereka sendiri.5,6

6. Terapi Reatribusi (Reatribution Therapy).

Melalui diskusi kolaboratif (dan dalam konteks berbagai moda inter-vensi lain, termasuk
pemberian obat-obatan antipsikotik), beberapa pasien dibantu untuk memberikan suatu makna
nonpsikotik terhadap berbagai simtom paranoid sehingga mengurangi intensitas dan
karakteristiknya yang berbahaya, sama dengan yang dilakukan dalam terapi kognitif Beck untuk
depresi dan pendekatan Barlow terhadap gangguan panik. Dengan peringatan bahwa pendekatan
yang cukup intelektual ini mungkin hanya tepat bagi minoritas pasien skizofrenia,-berikut ini
adalah contoh awal pende-katan tersebut yang diambil dari salah satu kasus kami sendiri.4-6

Namun, penting juga meminta si pasien mempertanyakan sistem delusionalnya. Maka,


dalam sesi pertama terapis meminta pasien untuk mengulurkan tangan kanannya, mengepalkan
lengan dengan kuat, dan melengkungkan pergelangan tangannya ke bawah sehingga kepalan
tangannya menekuk ke arah dalam lengannya. Tujuannya adalah menimbulkan rasa legang di
bagian depan lengannya; hal itulah yang terjadi, dan si pasien mengamati bahwa perasaan
tersebut mirip dengan titik-titik tekanan yang dirasakannya.5

Pelatihan relaksasi ekstensif membuat klien mulai dapat mengendalikan kecemasannya


dalam berbagai situasi di rumah sakit dan pada saat yang sama mengurangi intensitas titik-titik
tekanan. Seiring ia mampu mengendalikan perasaannya, secara bertahap ia mampu menganggap
titik-tilik tekanan tersebut sebagai suatu "sensasi," dan secara umum pembicaraannya mulai
terlepas dari nada paranoid yang terdahulu.5

Pelatihan relaksasi tampaknya memungkinkan pasien menguji hipotesis non-paranoid


tentang titik-titik tekanan yang dirasakannya dan menemukan kebenaran hipotesis tersebut

22
sehingga menghapuskan keyakinan terhadap sensasi-sensasi tersebut yang telah berperan dalam
paranoid yang dideritanya.5

Perjalanan Gangguan dan Prognosis Skizofrenia

Perjalanan berkembangnya skizofrenia sangatlah beragam pada setiap kasus. Namun,


secara urnum melewati tiga fase utama, yaitu:4-6

a. Fase prodromal
Fase prodromal ditandai dengan deteriorasi yang jelas dalam fungsi kehidupan.
sebelurn fase aktif gejala gangguan dan tidak disebabkan oleh gangguan afek atau akibat
gangguan penggunaan zat, serta mencakup paling sedikit dua gejala dan kriteria A pada
kriteria diagnosis skizofrenia. Awal munculnya skizofrenia dapat terjadi setelah melewati
suatu periode yang sangat panjang, yaitu ketika seorang individu mulai menarik diri
secara sosial dan lingkungannya (Prabowo, 2007). Individu yang mengalami fase
prodromal dapat berlangsung selama beberapa rninggu hingga bertahun-tahun, sebelum
gejala lain yang memenuhi kriteria untuk menegakkan diagnosis skizorenia muncul,
Individu dengan fase prodromal singkat, perkembangan gejala gangguannya Iebih jelas
terlihat daripada individu yang rnengalarni fase prodromal panjang.5
b. Fase Aktif Gejala
Fase aktif gejala ditandai dengan munculnya gejala-gejala skizofrenia secara jelas.
Sebagian besar penderita gangguan skizofrenia memiliki kelainan pada kemampuannya
untuk melihat realitas dan kesulitan dalam mencapai insight. Sebagai akibatnya episode
psikosis dapat ditandai oleh adanya kesenjangan yang semakin besar antara individu
dengan Iingkungan sosialnya.5
c. Fase Residual
Fase residual terjadi setelah fase aktif gejala paling sedikit terdapat dua gejala dan
kritenia A pada kriteria diagnosis skizofrenia yang bersifat mentap dan tidak disebabkan
oleh gangguan afek atau gangguan penggunaan zat. Dalam perjalanan gangguannva.
Beberapa pasien skizofrenia mengalami kekambuhan hingga lebih dan lima kali. Oleh
karena itu, tantangan terapi saat ini adalah untuk mengurangi dan mencegah terjadinya
kekambuhan. Penegakan prognosis dapat menghasilkan dua kemungkinan, yaitu
prognosis positif apabila didukung oleh beberapa aspek berikut, seperti: onset terjadi
23
pada usia yang lebih lanjut, faktor pencetusnya jelas, adanya kehidupan yang relatif haik
sebelum terjadinya gangguan dalam bidang sosial, pekerjaan, dan seksual, fase prodromal
terjadi secara singkat, munculnya gejala gangguan mood1 adanya gejala positit sudah
menikah, dan adanva sistem pendukung yang baik.1
Sedangkan prognosis negatif, dapat ditegakkan apabila muncul beberapa keadaan
seperti berikut: onset gangguan Iebih awal, faktor pencetus tidak jelas, riwavat kehidupan
sebelum terjadinva gangguan kurang baik fase prodromal terjadi cukup lama. adanya
perilaku yang autistik, melakukan penarikan din, statusnya lajang, bercerai, atau
pasangannya telah men inggal, adanya riwayat keluarga yang mengidap skizofrenia,
munculnya gejala negatif. sering kambuh secara berulang, dan tidak adanya sistern
pendukung yang baik. Menurut Sirait, skizofrenia merupakan gangguan yang bersifat
kronis, berangsur-angsur menjadi sernakin menarik diri dan tidak berfungsi selarna
bertahun-tahun. Beberapa penelitian menemukan lebih dan periode waktu 5 sampai 10
tahun setelah perawatan pertama kali dirurnah sakit, hanya 10 sampai 20/s memiliki
hasil yang baik. Lebih dari 50% memiliki hasil buruk. Seorang caregiver maupun anggota
keluarga lainnya berperan penting selama pasien berada pada fase aktif maupun fase
residual. Hal ini disebabkan karena setelah pasien selesai dengan perawatan di rurnah
sakit, terapi akan tetap dilanjutkan di lingkungan rurnah, oleh karena ini, kesuksesan
pengobatan senta kekambuhan pasien akan ditentukan oleh caregiver selain faktor-faktor
lain yang turut mempengaruhi kesuksesan pengobatan tersebut.4

Diagnosis Banding

Gangguan Waham

Waham adalah keyakinan seseorang yang tidak sesuai dengan kenyataan yang tetap
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari
pemikiran orang tersebut yang sudah kehilangan kontrol.5

Faktor yang mempengaruhi terjadinya waham adalah:5

1. Gagal melalui tahapan perkembangan dengan sehat


2. Disingkirkan oleh orang lain dan merasa kesepian

24
3. Hubungan yang tidak harmonis dengan orang lain
4. Perpisahan dengan orang yang dicintainya
5. Kegagalan yang sering dialami
6. Keturunan, paling sering pada kembar satu telur
7. Sering menggunakan penyelesaian masalah yang tidak sehat, misalnya menyalahkan orang
lain.

Terdapat beberapa jenis waham antara lain:5

1. Waham Agama yaitu keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan.
2. Waham Kebesaran yaitu keyakinan klien yang berlebihan tentang kebesaran dirinya atau
kekuasaan.
3. Waham Somatik yaitu klien yakin bahwa bagian tubuhnya tergannggu, terserang
penyakit atau didalam tubuhnya terdapat binatang.
4. Waham Curiga yitu klien yakin bahwa ada orang atau kelompok orang yang sedang
mengancam dirinya.
5. Waham Nihilistik yaitu klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada lagi di dunia atau
sudah meninggal dunia.
6. Waham Sisip pikir yaitu klien yakin bahwa ada pikiran orang lain yang
disisipkan/dimasukan kedalam pikirannya.
7. Waham Siar pikir yaitu klien yakin bahwa orang lain megetahui isi pikiranya, padahal dia
tidak pernah menyatakan pikiranya kepada orang tersebut.
8. Waham Kontrol pikir yaitu klien yakin bahwa pikiranya dikontrol oleh kekuatan dari
luar.

Gejala Klinis

1. Kognitif
Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
Individu sangat percaya pada keyakinannya
Sulit berfikir realita
Tidak mampu mengambil keputusan

25
2. Afektif
Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
Afek tumpul
3. Prilaku dan Hubungan Sosial
Hipersensitif
Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
Depresif
Ragu-ragu
Mengancam secara verbal
Aktifitas tidak tepat
Streotif
Impulsive
Curiga
4. Fisik
Higiene kurang
Muka pucat
Sering menguap
BB menurun
Nafsu makan berkurang dan sulit tidur

Psikotik Akut

Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu menilai
kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau/aneh.
Gangguan psikotik singkat/akut didefinisikan sebagai suatu gangguan kejiwaan yang terjadi
selama 1 hari sampai kurang dari 1 bulan, dengan gejala psikosis, dan dapat kembali ke tingkat
fungsional premorbid.6

Manifestasi Klinis

Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu:6

1. Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya


2. Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal
26
3. Kebingungan atau disorientasi
4. Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri, kecurigaan
berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan, bicara dan tertawa serta
marah-marah atau memukul tanpa alasan.

Gejala gangguan psikotik singkat selalu termasuk sekurang kurangnya satu gejala
psikosis utama, biasanya dengan onset yang tiba-tiba, tetapi tidak selalu memasukkan
keseluruhan pola gejala yang ditemukan pada skizofrenia. Beberapa klinisi telah mengamati
bahwa gejala afektif, konfusi dan gangguan pemusatan perhatian mungkin lebih sering
ditemukan pada gangguan psikotik singkat daripada gangguan psikotik kronis. Gejala
karakteristik untuk gangguan psikotik singkat adalah perubahan emosional, pakaian atau perilaku
yang aneh, berteriak teriak atau diam membisu dan gangguan daya ingat untuk peristiwa yang
belum lama terjadi. Beberapa gejala tersebut ditemukan pada gangguan yang mengarahkan
diagnosis delirium dan jelas memerlukan pemeriksaan organik yang lengkap, walaupun hasilnya
mungkin negatif.6

Pemeriksaan status mental biasanya hadir dengan agitasi psikotik parah yang mungkin
terkait dengan perilaku aneh, tidak kooperatif, agresif fisik atau verbal, tidak teratur berbicara,
berteriak atau kebisuan, suasana hati labil atau depresi, bunuh diri, membunuh pikiran atau
perilaku, kegelisahan, halusinasi, delusi, disorientasi, perhatian terganggu, konsentrasi
terganggu, gangguan memori, dan wawasan miskin.6

Seperti pada pasien psikiatrik akut, riwayat yang diperlukan untuk membuat diagnosis
mungkin tidak dapat diperoleh hanya dari pasien. Walaupun adanya gejala psikotik mungkin
jelas, informasi mengenai gejala prodromal, episode suatu gangguan mood sebelumnya, dan
riwayat ingesti zat psikotomimetik yang belum lama mungkin tidak dapat diperoleh dari
wawancara klinis saja. Disamping itu, klinis mungkin tidak mampu memperoleh informasi yang
akurat tentang ada atau tidaknya stressor pencetus.6

Contoh yang paling jelas dari stresos pencetus adalah peristiwa kehidupan yang besar
yang dapat menyebabkan kemarahan emosional yang bermakna pada tiap orang. Peristiwa
tersebut adalah kematian anggota keluarga dekat dan kecelakaan kendaraan yang berat. Beberapa
klinis berpendapat bahwa keparahan peristiwa harus dipertimbangkan didalam hubungan dengan

27
kehidupan pasien. Walaupun pandangan tersebut memiliki alasan, tetapi mungkin memperluas
definisi stressor pencetus dengan memasukkan peristiwa yang tidak berhubungan dengan episode
psikotik. Klinisi lain berpendapat bahwa stressor mungkin merupakan urutan peristiwa yang
menimbulkan stress sedang, bukannya peristiwa tunggal yang menimbulakan stress dengan jelas.
Tetapi penjumlahan derajat stress yang disebabkan oleh urutan peristiwa memerlukan suatu
derajat pertimbangan klinis yang hampir tidak mungkin.6

Kesimpulan

Skizofrenia adalah suatu gangguan psikotik yang ditandai dengan distorsi proses pikir,
persepsi, emosi dan perilaku. Gangguan ini mempunyai 2 gejala khas yaitu gejala positif dan
gejala negatif. Gejala positif berupa peningkatan atau distorsi dari fungsi yang normal sedangkan
gejala negatif berupa pengurangan atau kehilangan dari fungsi normal. Kita dapat melakukan 2
penanganan dalam skizofrenia yaitu penanganan biologis dan penanganan psikologis atau
psikososial. Penanganan biologis antara lain terapi kejut dan psychosurgery, perawatan di rumah
sakit, dan farmakoterapi. Sedangkan penanganan psikologis berupa psikoterapi, terapi keluarga,
pelatihan keterampilan sosial, terapi kognitif-behavioral, terapi personal, serta terapi reatribusi.
Dalam proses penyembuhannya diperlukan keterlibatan semua pihak tidak hanya pihak dokter,
suster ataupun psikiater tapi dibutuhkan juga keterlibatan anggota keluarga, kerabat ataupun
temen dekat pasien.

Daftar Pustaka

1. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & sadock buku ajar psikiatri klinis. Edisi ke-2. Jakarta:
EGC.2010.h.1-37.
2. Kaplan HI, Sadock BJ. Ilmu kedokteran jiwa darurat. Jakarta: Widya Medika.
2003.h.407-13.
3. Davidson, Gerald C. Psikologi abnormal. Edisi ke-9. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
2006.h.134-47.
4. Nolen, Susan, Hoeksoma. Abnormal Psychology. Ed.4th. Philadelphia: McGraw-Hill
Higher Education. 2006.p.1019-1087.
5. Semiun Y. Kesehatan mental. Edisi ke-3. Yogyakarta: Kanisius. 2006. h. 20-87.
6. Tomb DA. Buku saku psikiatri. Edisi ke-6. Jakarta: EGC. 2003.h. 22-45.

28
29

Anda mungkin juga menyukai