Uji Skoring
Uji Skoring
ACARA VI
UJI SKORING
Penanggung jawab:
Muthmainnah (A1M012025)
A. Latar Belakang
Dewasa ini, penggunaan kemampuan indera manusia dalam dunia
industri dan usaha telah meluas. Masyarakat luas baik sebagai konsumen
ataupun sebagai manusia sosial juga sudah biasa menggunakan kemampuan
indera manusia untuk menilai benda-benda kebutuhan sehari-hari atau untuk
apresiasi lingkungan. Dalam dunia industri dan ilmu pengetahuan,
kemampuan indera manusia untuk menilai atau apresiasi disebut penilaian
organoleptik.
Evaluasi sensori atau penilaian organoleptik adalah ilmu pengetahuan
yang menggunakan indera manusia untuk mengukur tekstur, penampakan,
aroma dan flavor produk pangan. Penerimaan konsumen terhadap suatu
produk diawali dengan penilaiannya terhadap penampakan, flavor dan tekstur.
Oleh karena pada akhirnya yang dituju adalah penerimaan konsumen, maka
uji organoleptik yang menggunakan panelis (pencicip yang telah terlatih)
dianggap yang paling peka dan karenanya sering digunakan dalam menilai
mutu berbagai jenis makanan untuk mengukur daya simpannya atau dengan
kata lain untuk menentukan tanggal kadaluwarsa makanan. Pendekatan
dengan penilaian organoleptik dianggap paling praktis lebih murah biayanya.
Penilaian dengan indera banyak digunakan untuk menilai mutu
komoditi hasil pertanian atau makanan. Beberapa perusahaan yang
menghasilkan komoditas langka atau sangat spesial, misalnya minuman
anggur, keju istimewa, teh, kopi dan bir masih menggantungkan penilaian
mutunya pada penilaian dengan indera. Penilaian organoleptik mempunyai
macam-macam cara dan penerapannya. Untuk industri pangan, perbaikan dan
pengawasan mutu serta pemilihan formula produk yang terbaik dapat
menunjang aspek pemasaran suatu industri sehingga seringkali dilakukan
pengujian skoring. Uji ini biasanya memberikan nilai secara kuantitatif dengan
skoring (angka) yang sudah disepakati sebelumnya. Selain bertujuan untuk
quality control, pengujian ini juga dilakukan kepada konsumen secara
langsung agar pihak industri mengetahui produk mana yang lebih disukai dan
diterima oleh konsumen.
Dalam praktikum kali ini penilaian organoleptik dilakukan dengan
metode skoring. Pengujian ini dilakukan pada tiga merk biskuit yang beredar
di pasaran dengan mempertimbangkan atribut mutu seperti tekstur dan rasa.
B. Tujuan
Tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah untuk memberikan skor
terhadap atribut mutu produk pangan (tekstur dan rasa).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Uji skoring termasuk dalam jenis uji skalar dalam evaluasi sensori. Pada
uji skalar penelis diminta menyatakan besaran kesan yang diperolehnya. Besaran
ini dapat dinyatakan dalam bentuk besaran skalar atau dalam bentuk skala
numerik. Besaran skalar digambarkan dalam: pertama, bentuk garis lurus berarah
dengan pembagian skala dengan jarak yang sama. Kedua, pita skalar yaitu dengan
degradasi yang mengarah (seperti contoh degradasi warna dari sangat putih
sampai hitam). Sedangkan dalam skala numerik dinyatakan dengan angka yang
menunjukkan skor dari atribut mutu yang diuji. Dengan demikian uji skoring
merupakan jenis pengujian skalar yang dinyatakan dalam skala numerik (Susiwi,
2009). Menurut Stone dan Joel (2004), uji skoring juga dapat digunakan untuk
mengetahui besarnya perbedaan kualitas diantara beberapa produk sejenis dengan
memberikan penilaian atau skor terhadap sifat tertentu dari suatu produk.
Tiap skor yang diberikan oleh panelis dalam pengujian skoring
melambangkan tingkat nilai. Nilai dalam uji skoring mempunyai analogi dengan
nilai ujian, tiap angka melambangkan atau menyatakan tingkat mutu. Menurut
Aini, dkk (2012), respon uji skoring berupa angka yang langsung merupakan data
kuantitatif. Data tersebut kemudian ditabulasi dalam bentuk matriks respon. Data
respon ini dapat dianalisa sidik ragam dengan contoh sebagai perlakuan dan
panelis sebagai blok.
Menurut Kartika, dkk (1988), pembuatan skala sistem skoring perlu
memperhatikan beberapa hal antara lain:
1. Bila yang dinilai beberapa hal yang lebih dari satu sifat, urutan sifat
yang dinilai kenampakannya, bau setelah itu baru rasa atau yang
dicicipi.
2. Skala tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, diperkirakan dapat
memberi gambaran sifat yang dinilai dan reproducible.
3. Ada kesamaan pengertian antar panelis atau perbedaan antar panelis
sesedikit mungkin, misalnya dengan membandingkan dengan standar
atau suatu kesepakatan.
4. Untuk keperluan pengendalian, dapat dipergunakan istilah baik atau
tidak baik. Bila digunakan standar, bisa dipergunakan istilah lebih dari
standar atau kurang dari standar.
5. Skala nilai dapat dibuat terstruktur atau tidak terstruktur.
6. Bentuk skala yang umum digunakan sama dengan skala hedonic, yakni
skala grafik, skala verbal, skala numeric dan skala standar.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Hasil
1. Data Pengamatan
Tekstur (kerenyahan)
Tekstur (Kerenyahan)
No. Panelis Jumlah
441 151 171
1. Riri 3 4 2 9
2. Fika 5 4 3 12
3. Gilang 4 4 5 13
4. Aulia 4 3 2 9
5. Choi 4 5 3 12
6. Nae 2 5 3 10
7. Ikhwan 4 5 3 12
8. Ojan 4 5 4 13
9. Fitri 4 4 3 11
10. Prima 4 4 3 11
11. Fadila 5 5 3 13
12. Viara 4 5 3 12
13. Riris 4 4 4 12
14. Mia 4 4 2 10
15. Hafidz 4 4 3 11
16. Bian 4 3 2 9
17. Dina 5 5 3 13
18. Arriddha 4 5 4 13
19. Tiffany 4 4 3 11
20. Ida 3 2 4 9
Total 79 84 62 225
Rata-rata 3,95 4,2 3,1 11,25
Tabel 1. Uji hasil skoring mengenai tekstur (kerenyahan)
Keterangan :
441 = Biskuit merk Khong Guan
151 = Biskuit merk Milk Marie
171 = Biskuit Roma
Parameter 1 = tidak renyah
2 = agak renyah
3 = sedikit renyah
4 = renyah
5 = sangat renyah
Rasa
Rasa
No. Panelis Jumlah
441 151 171
1. Riri 2 5 4 11
2. Fika 4 4 4 12
3. Gilang 5 5 4 14
4. Aulia 3 3 2 8
5. Choi 4 4 3 11
6. Nae 4 3 2 9
7. Ikhwan 4 5 3 12
8. Ojan 5 5 5 15
9. Fitri 4 4 3 11
10. Prima 4 4 2 10
11. Fadila 5 2 5 12
12. Viara 2 4 4 10
13. Riris 4 4 3 11
14. Mia 4 4 2 10
15. Hafidz 5 4 5 14
16. Bian 2 3 4 9
17. Dina 4 3 1 8
18. Arriddha 4 5 4 13
19. Tiffany 5 5 3 13
20. Ida 3 2 3 8
Total 77 78 66 221
Rata-rata 3,85 3,9 3,3 11,05
Tabel 2. Uji hasil skoring mengenai rasa
Keterangan :
441 = Biskuit merk Khong Guan
151 = Biskuit merk Milk Marie
171 = Biskuit Roma
Parameter 1 = tidak enak
2 = agak enak
3 = sedikit enak
4 = enak
5 = sangat enak
2. Perhitungan
Analisis data skoring tekstur (kerenyahan)
(total)2
a. FK = panelis x sampel
2252
= 20 x 3
50625
= 60
= 843,75
1 2 + 2 2 + 3 2
b. JK sampel = FK
panelis
= 857,05 843,75
= 13,3
1 2 + 2 2 + 3 2 ++ 20 2
c. JK panelis = FK
sampel
92 + 122 +132 ++ 92
= 843,75
3
2573
= 843,75
3
= 857,67 843,75
= 13,92
d. JK total = (1 2 + 2 2 + 3 2 + + 60 2 ) FK
= (32 + 52 + 42 + + 42 ) 843,75
= 891 843,75
= 47,25
e. JK galat = JK total JK sampel JK panelis
= 47,25 13,3 13,92
= 20,03
f. Tabel ANOVA
Sumber F
db JK KT Fhitung
Keragaman 5% 1%
Sampel 2 13,3 6,65 12,62 3,25 5,21
Panelis 19 13,92 0,73 1,385
Galat 38 20,03 0,527
Total 59 47,25
2 0,527
= 1,960 x 20
= 0,449
Dimisalkan A = kode 441 (Biskuit merk Khong Guan)
B = kode 151 (Biskuit merk Milk Marie)
C = kode 171 (Biskuit Roma)
Dari data praktikum didapatkan nilai rata-rata skor tekstur untuk
masing-masing sampel berturut-turut yaitu A = 3,95, B = 4,2 dan C =
3,1 sehingga B > A > C. Kemudian ketiga sampel dibandingkan
dengan nilai LSD.
B A = 0,25 maka nilai (B A) < nilai kritis LSD sehingga
tidak ada perbedaan yang signifikan/nyata dari atribut tekstur
kode B (Biskuit merk Milk Marie) dan kode A (Biskuit
merk Khong Guan)
B C = 1,1 maka nilai (B C) > nilai kritis LSD sehingga ada
perbedaan yang signifikan/nyata dari atribut rasa kode B
(Biskuit merk Milk Marie) dan kode C (Biskuit merk
Roma)
A C = 0,85 maka nilai (A C) > nilai kritis LSD sehingga
tidak ada perbedaan yang signifikan/nyata dari atribut rasa
kode A (Biskuit merk Khong Guan) dan kode C (Biskuit
merk Roma).
2212
= 20 x 3
8841
= 60
= 814,0167
1 2 + 2 2 + 3 2
b. JK sampel = FK
panelis
= 841,67 814,0167
= 27,649
d. JK total = (1 2 + 2 2 + 3 2 + + 60 2 ) FK
= (32 + 52 + 42 + + 42 ) 814,0167
= 879 814,0167
= 64,9833
e. JK galat = JK total JK sampel JK panelis
= 64,9833 4,433 27,649
= 32,9013
f. Tabel ANOVA
Sumber F
Db JK KT Fhitung
Keragaman 5% 1%
Sampel 2 4,433 2,2165 2,56 3,25 5,21
Panelis 19 27,649 1,455 1,6805
Galat 38 32,9013 0,8658
Total 59 64,9833
b. Rasa Biskuit
Bahan pangan umumnya merupakan gabungan dari berbagai
macam rasa secara terpadu sehinga menimbulkan cita rasa yang utuh. Sel
penerima rasa terletak pada papila fungiform dan berada di bagian ujung
dan tengah belakang lidah. Pada seluruh papila tersebut terdapat kuncup
rasa dimana bila terangsang akan meneruskan rangsangan tersebut ke otak.
Kepekaan indera seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya
pencicipan paling peka pada pagi hari (pukul 9 10). Padahal pengujian
dilaksanakan pada siang hari sehingga hal ini akan mempengaruhi
kepekaan indera panelis.
Penelis mempunyai tingkat sensitivitas yang berbeda maka
rangsangan rasa belum tentu dapat diukur sacara seragam oleh semua
panelis. Adanya perlakuan berkumur dengan air putih dapat menurunkan
respon terhadap rasa. Walaupun begitu berkumur diperlukan agar rasa dari
sampel yang satu tidak terjadi bias atau dipengaruhi oleh rasa dari sampel
yang lain. Status metabolisme badan juga mempengaruhi kepekaan dan
keinginan terhadap suatu makanan, padahal dalam praktikum ini tidak
diketahui catatan kesehatan panelis.
Setalah dilakukannya pengujian, 20 panelis memberikan skor
untuk masing-masing merk biskuit kemudian direkap datanya dan
dianalisis menggunakan tabel anova. Dalam praktikum kali ini dihasilkan
F hitung atribut rasa sebesar 2,56. Jika dibandingkan dengan F tabel 5%
dan 1% yang berturut-turut bernilai 3,25 dan 5,21 maka didapatkan hasil
bahwa rasa dari ketiga merk biskuit yang diujikan tidak terdapat perbedaan
skor yang nyata/signifikan. Walaupun masing-masing skor rata-rata
panelis memberikan angka yang berbeda berturut turut 3,85; 3,9; dan 3,3
untuk biskuit merk Khong Guan, Milk Marie dan Roma. Namun setelah
dianalisis sidik ragam, ketiga merk biskuit tidak memiliki rasa yang jauh
berbeda satu sama lainnya.
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini pengujian organoleptik yang dilakukan
adalah pengujian skoring. Uji skoring biasa digunakan oleh para pelaku
industri pangan untuk mengetahui pemilihan produk terbaik yang menjadi
salah satu alternatif penunjang pemasaran industri tersebut. Sebagai
konsumen, uji skoring juga dapat dilakukan untuk mendapatkan produk
sejenis terbaik yang beredar di pasaran karena naluri seorang konsumen
yang selalu ingin memilih produk terbaik untuk dirinya sendiri maupun
orang di sekitarnya.
Pada praktikum kali ini sampel yang digunakan adalah biskuit
kelapa dengan 3 merk yang berbeda dan biasa beredar di pasaran yaitu
Khong Guan, Milk Marie dan Roma. Atribut sensori yang diujikan adalah
tekstur dan kesukaan. Setelah dilakukan analisis atribut tekstur
menggunakan uji sidik ragam/tabel anova dihasilkan bahwa nilai F hitung
> dari F tabel 5% dan 1% sehingga didapatkan kesimpulan bahwa ketiga
merk biskuit tersebut mempunyai perbedaan tekstur yang nyata maka
perlu dilakukan uji LSD. Uji lanjutan berupa LSD ini bertujuan untuk
menghasilkan biskuit mana yang terbaik dengan membandingkan selisih
antara masing-masing pasangan sampel dengan nilai kritis LSD yang
dihasilkan. Terlihat bahwa biskuit Khong Guan dan Milk Marie
mempunyai skor yang hampir sama namun ju=ika dilihat dari rata-rata
skor tekstur secara numerik Milk Marie lebih renyah dari Khong Guan.
Sedangkan untuk biskuit Roma menghasilkan nilai tekstur pada uji LSD
yang terendah.
Untuk parameter rasa setelah dilakukan perhitungan menggunakan
analisis sidik ragam didapatkan hasil bahwa F hitung < dari F tabel 5%
dan 1% sehingga dapat dikatakan bahwa ketiga biskuit dengan merk
Khong Guan, Milk Marie dan Roma tidak mempunyai perbedaan atribut
rasa yang nyata pada pengujian
B. Saran
Agar praktikum selanjutnya dapat berjalan dengan lebih baik maka
panelis harus lebih mendengarkan lagi instruksi penyaji dan penyaji pun
harus lebih memperhatikan panelis saat melakukan pengujian. Selain itu
selama pengujian baik dengan penguji maupun antar panelis masih terjadi
percakapan yang dapat mempengaruhi hasil pengujian. Laboratorium
pengujian dapat lebih dilengkapi lagi dengan fasilitas yang memadai baik
tata letak, lokasi, pengendalian bau, pencahayaan maupun
kenyamanannya.
DAFTAR PUSTAKA