Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sukun merupakan salah satu bahan pangan yang populer dikalangan

masyarakat Indonesia. Terlepas dari populernya tanaman ini, hanya sebagian

orang yang mengetahui bahwa selain buah yang dapat dikonsumsi, bagian lain

dari tanaman ini juga memiliki manfaat untuk kesehatan seperti pada bagian daun.

Di dalam daun sukun menurut hasil skrining fitokimia, menunjukkan adanya

senyawa aktif seperti saponin, polifenol, asam hidrosianat, asetilkolin, tanin,

riboflavin, dan flavonoid. Kadar flavonoid yang dimiliki oleh daun sukun lebih

tinggi yaitu 100,68 mg/g dibandingkan daun sejenis yaitu daun Artocarpus

heterophyllus (daun nangka), yaitu sebesar 86,75 mg/g. Berdasarkan hasil skrining

tersebut, daun sukun dapat dimanfaatkan sebagai pengobatan penyakit jantung,

(1,2,3,4)
ginjal, antikanker, antiperadangan, dan pengobatan infeksi kulit.

Infeksi kulit merupakan penyakit yang berkaitan erat dengan pola hidup

bersih dan sehat. Salah satu agen penyebab infeksi kulit adalah bakteri

Staphylococcus aureus. Staphylococcus aureus merupakan bakteri flora normal

pada bagian kulit, hidung, nasofaring, mulut, orofaring, dan anus. Infeksi kulit

yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus dapat memberikan tanda khas

seperti: peradangan, nekrosis, dan pembentukan abses. Bakteri ini juga membuat

tiga macam metabolit yaitu berupa nontoksin, enterotoksin, dan eksotoksin.

1
2

Enterotoksin yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus dapat menyebabkan


(5,6)
keracunan melalui makanan yang menimbulkan muntah dan diare.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Dewi Suryana pada tahun

2012 dan Fani Findiawati tahun 2014, membuktikan bahwa ekstrak daun sukun

mampu menghambat pertumbuhan jamur dan bakteri seperti Escherchia coli dan

Candida albicans. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Dewi Suryana

terhadap Escherchia coli terjadi zona hambat sebesar 22,33 mm pada konsentrasi

60%. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fani Findiawati ekstrak etanol daun

sukun (Artocarpus altilis) pada konsentrasi 20% menunjukkan pengaruh terhadap

(7,8)
penghambatan pertumbuhan jamur Candida albicans.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian

mengenai Daya Hambat Estrak Etanol Daun Sukun (Artocarpus altilis) Terhadap

Pertumbuhan Staphylococcus aureus.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis) dapat menghambat

pertumbuhan Staphylococcus aureus?

2. Berapa konsentrasi hambat minimum ekstrak etanol daun sukun (Artocarpus

altilis) terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus?


3

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui daya hambat ekstrak etanol daun sukun (Artocarpus

altilis) terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus.

2. Tujuan Khusus

Mengetahui konsentrasi hambat minimum ekstrak etanol daun sukun

(Artocarpus altilis ) terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus.

1.4 Manfaat Penelitian

Kegunaan penelitian ini, adalah:

1. Untuk Peneliti

Menambah pengetahuan tentang manfaat ekstrak etanol daun sukun

(Artocarpus altilis) dalam menghambat bakteri Staphylococcus aureus

2. Untuk Institusi

Memberikan informasi kepada mahasiswa Politeknik Kesehatan Bandung

khususnya Jurusan Analis Kesehatan mengenai pengaruh ekstrak etanol

daun sukun (Artocarpus altilis) terhadap pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya

3. Untuk Masyarakat

Memberikan informasi tentang daun sukun (Artocarpus altilis) yang dapat

digunakan untuk penyembuhan infeksi kulit kepada masyarakat, sehingga

dapat dijadikan obat alternatif dalam mencegah dan mengobati penyakit

yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus.

Anda mungkin juga menyukai