Yayasan
Yayasan adalah suatu badan hukum yang mempunyai maksud dan tujuan bersifat sosial,
Pendirian yayasan dilakukan dengan akta notaris dan mempunyai status badan hukum
setelah akta pendirian memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi
Manusia atau pejabat yang ditunjuk. Permohonan pendirian yayasan dapat diajukan
kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia yang
wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan yayasan. Yayasan yang telah memperoleh
Yayasan mempunyai organ yang terdiri atas Pembina, Pengurus, dan Pengawas.
Pengurus.
Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan
tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan ikut serta dalam suatu badan usaha
anggota direksi atau pengurus dan anggota dewan komisari atau pengawas dari
badan usaha
Yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan usaha kepada pembina, pengurus dan
pengawas
Kekayaan yayasan baik berupa uang, barang maupun kekayaan lain yang diperoleh
yayasan berdasarkan undang undang, dilarang dialihkan atau dibagikan secara langsung
atau tidak langsung, baik dalam bentuk gaji, upah maupun honorarium atau bentuk lain
yang dapat dinilai dengan uang kepada pembina, pengurus dan pengawas kecuali:
1) Bukan pendiri yayasan dan tidak terafiliasi dengan pendiri, pembina dan pengawas
Kekayaan yayasan berasal dari sejumlah kekayaan yang dipisahkan dalam bentuk uang
atau barang. Selain itu kekayaan yayasan dapat diperoleh dari hal hal berikut ini:
2) Wakaf
3) Hibah
4) Hibah Wasiat
5) Perolehan lain yang tidak bertentangan dengan anggaran dasar yayasan dan atau
Kekayaan yayasan baik berupa uang, baranng maupun kekayaan lain yang diperoleh
yayasan berdasarkan undang undang dilarang dialihkan atau dibagikan secara langsung
atau tidak langsung baik dalam bentuk gaji, upah maupun honorarium atau bentuk lain
yang dapat dinilai dengan uang kepada pembina, pengurus dan pengawas
1) Pernyataan bahwa:
Sisa lebih akan digunakan untuk pembangunan gedung dan prasarana pendidikan
Sisa lebih yang tidak digunakan pada tahun diperolehnya tersebut akan digunakan
pengembangan paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut.
Yang merupakan lampiran dalam SPT tahunan PPh untuk tahun pajak diperolehnya sisa
lebih
2) Pencatatan tersendiri atas sisa lebih yang diterima dan yang digunakan setiap tahun
Laporan mengenai penyediaan dan pengguanaan sisa lebih dan menyampaikannya kepada
Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar dala lampiran SPT tahunan
pajak penghasilan.
3) Pernyataan bahwa:
Sisa lebih akan digunakan untuk pembangunan gedung dan prasarana pendidikan
Sisa lebih yang tidak digunakan pada tahun diperolehnya tersebut akan digunakan
pengembangan paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut.
Yang merupakan lampiran dalam SPT tahunan PPh untuk tahun pajak diperolehnya sisa
lebih
4) Pencatatan tersendiri atas sisa lebih yang diterima dan yang digunakan setiap tahun
Laporan mengenai penyediaan dan pengguanaan sisa lebih dan menyampaikannya kepada
Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar dala lampiran SPT tahunan
pajak penghasilan.
termasuk dalam subjek pajak. Yayasan sendiri termasuk dalam definisi badan sehingga
merupakan subjek pajak penghasilan. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang
merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha yang
meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik
Negara atau Daerah dengan nama dan dalem bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana
pensiun, persekutuan, perkumpulan yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya termasuk
reksadana.
Yayasan menjadi wajib pajak jika menerima atau memperoleh penghasilan yang merupakan
objek pajak. Namun meskipun tidak menerima atau memperoleh penghasilan yang
merupakan objek pajak, yayasan tetap menjadi wajib pajak jika memenuhi kriteria sebagai
pemotong pajak. Sebagai contoh, yayasan bertindak sebagai pemotong PPh pasal 21 atas
Secara umum pelaksanaan hak dan kewajiban yayasan sama dengan bentuk usaha lain,
kecuali hal hal khusus yang diatur sendiri. Hal umum yang perlu diperhatikan yayasan dan
utama, karakteristik yayasan. Hal ini untuk memastikan jenis pajak yang menjadi
kewajiban kita.
2) Melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak. Ketentuan ini
dijalankan apabila usaha pokoknya melakukan penyerahan barang kena pajak dan
berhubungan langsung dengan usaha (perhatikan pasal 6 ayat 1 dan pasal 9 ayat 1 UU
4) Yayasan atau organisasi nirlaba tidak serta merta dapat menikmati berbagai fasilitas
tentu saja berdampak bahwa Yayasan menjadi sekadar nama bukan sebagai bentuk
PBB tidak dikenakan terhadap objek pajak yang digunakan untuk melayani kepentingan
umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan nasional, serta
1. Sisa lebih yang diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang ditanamkan kembali
dalam bentuk pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan
dalam jangka waktu paling lama empat (4) tahun sejak diperolehnya sisa lebih
2. Badan atau lembaga nirlaba sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan atau
penelitian dan pengembangan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat wajib
penyampaian SPT tahunan tahun pajak diperolehnya sisa lebih tersebut atau paling
lama sebelum pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan
atau penelitian dan pengembangan dimulai, dalam jangka waktu empat (4) tahun sejak
4. Apabila nyata-nyata nirlaba, atas harta hibah, bantuan, atau sumbangan yang diterima
bukan merupakan objek PPh, sepanjang tidak ada hubungannya dengan usaha,
1. Pemeliharaan kesehatan.
3. Pemeliharaan anak yatim piatu, anak atau orang terlantar, dan anak atau orang cacat.
4. Santunan dan atau pertolongan kepada korban bencana alam, kecelakaan, dan
sejenisnya.
5. Pemberian beasiswa.
Atas harta hibah, bantuan, atau sumbangan yang diterima bukan merupakan objek PPh,
sepanjang tidak ada hubungannya dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan
Penerimaan yayasan dapat dibedakan menjadi penerimaan yang bukan objek pajak dan
Di dalam UU no 36 tahun 2008 tentang PPh pasal 4 ayat (3), penghasilan yang bukan objek
Harta hibahan yang diterima yayasan sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,
Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam
bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan yang telah tedaftar
pada instansi yang membidanginya yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan
Sedangkan berdasarkan pasal 4 ayat (1), penghasilan yayasan yang merupakan objek pajak
adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan
1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari usaha, pekerjaan kegiatan atau jasa
Didalam aspek perpajakan pada yayasan juga dapat dikenakan pengurang penghasilan bruto,
yaitu:
pemberian jasa untuk mendapatkan menagih dan memelihara penghasilan atau biaya
yang sejenis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan dengan memperhatikan
Penyusutan atau amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta yang mempunyai
masa manfaat lebih dari satu tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A
UU PPh.
28 UU KUP beserta aturan pelaksanaannya serta wajib menyampaikan SPT tahunan dan
Perlakuan PPh Badan atas Yayasan Yang Bergerak Dalam Bidang Pendidikan
Wajib Pajak Yayasan yang bergerak dibidang pendidikan (sekolah) secara umum mempunyai
Wajib Pajak mempunyai kewajiban menyetor dan melaporkan PPN atas Kegiatan
Wajib Pajak mempunyai kewajiban memotong dan menyetor serta melaporkan PPh
Pasal 4 (2) atas kegiatan pembangunan gedung yang dilakukan oleh kontraktor atau
Wajib Pajak mempunyai kewajiban memotong dan menyetor serta melaporkan PPh
Pasal 21 atas kegiatan yang merupakan objek PPh Pasal 21 termasuk gaji guru dan
karyawan lain serta PPh Pasal 21 atas Jasa Arsitek pembanguan gedung tersebut.
Wajib Pajak mempunyai kewajiban memotong dan menyetor serta melaporkan PPh
Pasal 23 atas kegiatan yang merupakan objek PPh Pasal 23 antara lain atas sewa
kendaraan, jasa katering, dan jasa lain objek PPh Pasal 23.
Wajib Pajak mempunyai kewajiban menyetor serta melaporkan PPh Pasal 25 bulanan
apabila ada PPh Pasal 25 yang harus disetor, kalau tidak ada hanya wajib melaporkan
tiap bulan. Batas Waktu penyetoran Tanggal 15 dan Pelaporan Tanggal 20 bulan
berikut.
Wajib Pajak mempunyai kewajiban menyetor serta melaporkan SPT Tahun PPh
Badan terhadap sisa lebih laba yayasan yang berasal dari objek pajak setelah dalam
jangka waktu empat tahun tidak digunakan untuk pembangunan gedung dan sarana
prasarana.
Wajib Pajak tidak mempunyai kewajiban penyetoran PPh Pasal 29 SPT Tahunan PPh
Badan apabila dalam jangka empat tahun sisa laba yayasan digunakan untuk
Yayasan yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan
sisa sisa lebih yang diterima atau diperoleh (laba neto kena pajak) sepanjang sisa lebih
kepada pihak manapun dan telah mendapatkan pengesahan dari instansi yang
membidanginya dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa
lebih tersebut. Hal ini sesuai dengan PER-44/PJ/2009 tentang Pelaksanaan Pengakuan Sisa
Lebih Yang Diterima Atau Diperoleh Badan Atau Lembaga Nirlaba Yang Bergerak Dalam
Sisa lebih yang dimaksud adalah selisih dari seluruh penerimaan yang merupakan objek
dikurangi dengan pengeluaran untuk biaya operasional sehari-hari badan atau lembaga
nirlaba. Biaya operasional sehari hari yang dimaksud adalah biaya yang mempunyai
hubungan langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan usaha aau kegiatan untuk
Penanaman kembali dalam bentuk pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana
Pembelian atau pembangunan asrama mahasiswa, rumah dinas, guru, dosen atau
karyawan dan sarana prasarana olahraga, sepanjang berada dilingkungan atau lokasi
Atas yayasan yang menggunakan sisal lebih untuk pembangunan dan pengadaan sarana dan
5) Pernyataan bahwa:
Sisa lebih akan digunakan untuk pembangunan gedung dan prasarana pendidikan
Sisa lebih yang tidak digunakan pada tahun diperolehnya tersebut akan digunakan
pengembangan paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut.
Yang merupakan lampiran dalam SPT tahunan PPh untuk tahun pajak diperolehnya sisa
lebih
6) Pencatatan tersendiri atas sisa lebih yang diterima dan yang digunakan setiap tahun
kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar dala lampiran SPT
Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau
Berdasarkan PP 46 Tahun 2013 tersebut, yayasan yang dikenakan tarif pajak sebagaimana
dimaksud dalam PP tersebut adalah yayasan dengan peredaran bruto kurang dari
Rp.4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah), maka atas peredaran
usahanya, yayasan dikenakan PPh final dengan tarif pajak sebesar 1% x Peredaran Bruto.
Contoh:
Yayasan Maju Bersama merupakan yayasan yang bergerak dalam bidang kesehatan
Maka atas peredaran usaha tersebut, Yayasan Moro Makmur dikenakan pajak PPh final
Jika suatu yayasan mempunyai peredaran usaha diatas Rp.4.800.000.000,00 dalam setahun
maka yayasan dapat dikenakan PPh Pasal 25/29 Badan dengan tarif sebesar 25% x
Berikut ini adalah contoh dari pengenaan pajak yayasan dengan perlakuan berbeda:
1) Yayasan Maju Mundur adalah lembaga nirlaba yang bergerak dibidang pendidikan
(mempunyai Perguruan Tinggi). Misalkan Laba neto Yayasan Moncong Ireng Tahun
selama empat tahun atas laba neto tersebut tidak akan terkena PPh Pasal 25/29 Badan
2) Apabila pada tahun 2014 ternyata sebagian laba neto tersebut misalnya sebesar
kepada pihak manapun. Maka atas laba neto sebesar Rp300.000.000,- dikenakan PPh
Badan (Pasal 25/29) untuk tahun pajak diperolehnya laba neto tersebut yaitu tahun 2013,
sehingga untuk SPT Tahunan PPh Badan Tahun 2013 harus dilakukan pembetulan dan
3) Contoh ketiga apabila ternyata setelah lewat empat tahun sejak laba neto diperoleh
ternyata Yayasan Mocong Ireng tidak menggunakan laba neto sebesar Rp400.000.000,-
pengembangan yang diselenggarakan bersifat terbuka kepada pihak manapun, maka atas
laba neto sebesar Rp400.000.000,- dikenakan PPh Badan (Pasal 25/29) pada tahun pajak
http://www.wibowopajak.com/2012/02/pajak-untuk-yayasan-sekolah-pendidikan.html
http://fulcra.asia/pajak-bagi-yayasan-dan-organisasi-nirlaba-lainnya/
https://www.academia.edu/12027104/Aspek_Perpajakan_Yayasan
uk.staff.ugm.ac.id/atur/UU28-2004Yayasan.pdf