Anda di halaman 1dari 7

PENGERTIAN

Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada kulit, atau

dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan cedera dari tubuh

dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik

kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang mengganggu kesehatan

bahkan dapat menimbulkan kematian. Sekitar 7% dari semua pengunjung departemen

kedaruratan datang karena masalah toksik (Sartono, 2012).

Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh obat,

serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain. Keracunan dapat diakibatkan

oleh kecelakaan atau tindakan tidak disengaja, tindakan yang disengaja seperti usaha bunuh

diri atau dengan maksud tertentu yang merupakan tindakan kriminal. Keracunan yang tidak

disengaja dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, baik lingkungan rumah tangga maupun

lingkungan kerja (Brunner and Suddarth, 2010).

B. ETIOLOGI

Keracunan dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang mengandung bahan

berbahaya dan potensial dapat menjadi racun. Penyebab-penyebab tersebut antara lain:

a. Makanan

Bahan makanan pada umumnya merupakan media yang sesuai untuk pertumbuhan dan

perkembangbiakan mikroorganisme. Proses pembusukan merupakan proses awal dari akibat

aktivitas mikroorganisme yang mempengaruhi langsung kepada nilai bahan makanan tersebut

untuk kepentingan manusia. Selain itu, keracunan bahan makanan dapat juga disebabkan oleh

bahan makanannya sendiri yang beracun, terkontaminasi oleh protozoa, parasit, bakteri yang

patogen dan juga bahan kimia yang bersifat racun.


Di Indonesia ada beberapa jenis makanan yang sering mengakibatkan keracunan, antara

lain:

1) Keracunan botolinum

Clostridium botolinum adalah kuman yang hidup secara anaerobik, yaitu di tempat-tempat

yang tidak ada udaranya. Kuman ini mampu melindungi dirinya dari suhu yang agak tinggi

dengan jalan membentuk spora. Karena cara hidupnya yang demikian itu, kuman ini banyak

dijumpai pada makanan kaleng yang diolah secara kurang sempurna.

Gejala keracunan botolinum muncul secara mendadak, 18-36 jam sesudah memakan

makanan yang tercemar. Gejala itu berupa lemah badan yang kemudian disusul dengan

penglihatan yang kabur dan ganda. Kelumpuhan saraf mata itu diikuti oleh kelumpuhan

saraf-saraf otak lainnya, sehingga penderita mengalami kesulitan berbicara dan susah

menelan.Pengobatan hanya dapat diberikan di rumah sakit dengan penyuntikan serum

antitoksin yang khas untuk botulinum. Oleh karena itu dalam hal ini yang penting ialah

pencegahan.

Pencegahan: sebelum dihidangkan, makanan kaleng dibuka dan kemudian direbus

bersama kalengnya di dalam air sampai mendidih.

2) Keracunan jamur

Gejala muncul dalam jarak bebarapa menit sampai 2 jam sesudah makan jamur yang

beracun (Amanita spp). Gejala tersebut berupa sakit perut yang hebat, muntah, mencret, haus,

berkeringat banyak, kekacauan mental, pingsan.

Tindakan pertolongan: apabila tidak ada muntah-muntah, penderita dirangsang agar

muntah. Kemudian lambungnya dibilas dengan larutan encer kalium permanganat (1 gram

dalam 2 liter air), atau dengan putih telur campur susu. Bila perlu, berikan napas buatan dan

kirim penderita ke rumah sakit.

3) Keracunan jengkol
Keracunan jengkol terjadi karena terbentuknya kristal asam jengkol dalam saluran

kencing. Ada beberapa hal yang diduga mempengaruhi timbulnya keracunan, yaitu: jumlah

yang dimakan, cara penghidangan dan makanan penyerta lainnya.

Gejala klinisnya seperti: sakit pinggang yang disertai dengan sakit perut, nyeri sewaktu

kencing, dan kristal-kristal asam jengkol yang berwarna putih nampak keluar bersama air

kencing, kadang-kadang disertai darah.

Tindakan pertolongan: pada keracunan yang ringan, penderita diberi minum air soda

sebanyak-banyaknya. Obat-obat penghilang rasa sakit dapat diberikan untuk mengurangi

sakitnya. Pada keracunan yang lebih berat, penderita harus dirawat di rumah sakit.

4) Keracunan ikan laut

Beberapa jenis ikan laut dapat menyebabkan keracunan. Diduga racun tersebut terbawa

dari ganggang yang dimakan oleh ikan itu. Gejala-gejala keracunan berbagai binatang laut

tersebut muncul kira-kira 20 menit sesudah memakannya.Gejala itu berupa: mual, muntah,

kesemutan di sekitar mulut, lemah badan dan susah bernafas.

Tindakan pertolongan: usahakan agar dimuntahkan kembali makanan yang sudah tertelan

itu. Kalau mungkin lakukan pula pembilasan lambung dan pernafasan buatan. Obat yang khas

untuk keracunan binatang-binatang laut itu tidak ada.

5) Keracunan singkong

Racun singkong ialah senyawa asam biru (cyanida). Singkong beracun biasanya ditanam

hanya untuk pembatas kebun, dan binatangpun tidak mau memakan daunnya. Racun asam

biru tersebut bekerja sangat cepat. Dalam beberapa menit setelah termakan racun singkong,

gejala-gejala mulai timbul. Dalam dosis besar, racun itu cepat mematikan.

b. Minyak Tanah

Penyebabnya karena meminum minyak tanah. Insiden Intoksikasi minyak tanah:

1) Terutama pada anak-anak < 6 tahun. Khususnya pada negara-negara berkembang.


2) Daerah perkotaan > daerah pedesaan

3) Pria > wanita

4) Umumnya terjadi karena kelalaian orang tua

Gejala dan Tanda

Gejala dan tanda klinis utamanya berhubungan dengan saluran napas, pencernaan, dan

CNS. Awalnya penderita akan segera batuk, tersedak, dan mungkin muntah, meskipun

jumlah yang tertelan hanya sedikit. Sianosis, distress pernapasan, panas badan, dan batuk

persisten dapat terjadi kemudian. Pada anak yang lebih besar mungkin mengeluh rasa panas

pada lambung dan muntah secara spontan. Gejala CNS termasuk lethargi, koma, dan

konvulsi. Pada kasus yang gawat, pembesaran jantung, atrial fibrilasi, dan fatal ventrikular

fibrilasi dapat terjadi. Kerusakan ginjal dan sumsum tulang juga pernah dilaporkan. Gejala

lain seperti bronchopneumonia, efusi pleura, pneumatocele, pneumomediastinum,

pneumothorax, dan subcutaneus emphysema. Tanda lain seperti rash pada kulit dan

dermatitis bila terjadi paparan pada kulit. Sedangkan pada mata akan terjadi tanda-tanda

iritasi pada mata hingga kerusakan permanen mata.

c. Baygon

Baygon adalah insektisida kelas karbamat, yaitu insektisida yang berada dalam golongan

propuxur. Penanganan keracunan Baygon dan golongan propuxur lainnya adalah sama.

Contoh golongan karbamat lain adalah carbaryl (sevin), pirimicarb (rapid, aphox),

timethacarb (landrin) dan lainnya.

Gejala keracunan sangat mudah dikenali yaitu diare, inkontinensia urin, miosis,

fasikulasi otot, cemas dan kejang. Miosis, salvias, lakrimasi, bronkospasme, keram otot perut,

muntah, hiperperistaltik dan letargi biasanya terlihat sejak awal. Kematian biasanya karena

depresi pernafasan.

1) Efek muskarinik (parasimpatik) berupa: miosis (pinpoint), Hipersalivasi, lakrimasi,


Hipersekresi bronchial, Bronkospasme, Hiperperistaltik : mual, muntah, diare, kram perut.,

Inkontinensia urin, Pandangan kabur, Bradikardi

2) Efek nikotinik berupa: fasikulasi otot, kejang, kelumahan otot, paralysis, ataksia, takikardi

(hipertensi).

3) Efek SSP berupa: sakit kepala, bicara ngawur, bingung, kejang, koma, dan depresi

pernafasan.

4) Efek pada kardiovaskular bergantung pada reseptor mana yang lebih dominan.

d. Bahan kimia umum ( Chemical toxicants ) yang terdiri dari berbagai golongan seperti

pestisida ( organoklorin, organofosfat, karbamat ), golongan gas (nitrogen metana, karbon

monoksida, klor ), golongan logam (timbal, posfor, air raksa,arsen) ,golongan bahan organik

( akrilamida, anilin, benzena toluene, vinil klorida fenol ).

e. Racun yang dihasilkan oleh makluk hidup ( Biological toxicants ) mis : sengatan serangga,

gigitan ular berbisa , anjing dll (Djoko Widodo, 2013).

C. PATOFISIOLOGI

Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan akibat penurunan

tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi kardiovaskuler mungkin juga

terganggu,sebagian karena efek toksik langsung pada miokard dan pembuluh darah

perifer,dan sebagian lagi karena depresi pusat kardiovaskular diotak.Hipotensi yang terjadi

mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal,hipotermia

terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas syok mungkin

tidak tampak karena

adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia, Hipotermia yang terjadi akan

memperberat syok,asidemia,dan hipoksia (Brunner and Suddarth, 2010).

D. MANIFESTASI KLINIK
1. Rasa terbakar di tenggorokan dan lambung.

2. Pernafasan yang cepat dan dalam, hilang selera makan, anak terlihat lemah.

3. Mual, muntah, haus, buang air besar cair.

4. Sakit kepala, telinga berdenging, sukar mendengar, dan pandangan kabur.

5. Bingung.

6. Koma yang dalam dan kematian karena kegagalan pernafasan

7. Reaksi lain yang kadang bisa terjadi : demam tinggi, haus, banyak berkeringat

bintik merah kecil di kulit dan membran mukosa (Noer Syaifoellah,2006).

E. KOMPLIKASI

a. Kejang

b. Koma

c. Henti jantung

d. Henti napas

e. Syok (Brunner and Suddarth, 2010).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium toksikologi

2. uji darah, urin, isi lambung, atau muntah.

3. foto sinar X abdomen (Noer Syaifoellah,2006).

G. PENATALAKSANAAN

1. Tindakan Emergenci

Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu lakukan intubasi.

Breathing : Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak bernafas spontan atau pernapasan
tidak adekuat.

Circulation : Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan perbaiki perfusi jaringan.

2. Identifikasi Penyebab Keracunan

Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha mencari

penyebab keracunan ini tidak sampai menunda usaha-usaha penyelamatan penderita yang

harus segera dilakukan.

3. Eliminasi

Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau dengan

pemberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah 20 menit bila tidak berhasil.

Katarsis, ( intestinal lavage ), dengan pemberian laksan bila diduga racun telah sampai diusus

halus dan besar. Kumbah lambung atau gastric lavage, pada penderita yang kesadarannya

menurun,atau pada penderita yang tidak kooperatif. Hasil paling efektif bila kumbah lambung

dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan.

Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan sabun. Emesis,katarsis dan

kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan terjadi kurang dari 4 6 jam.

Pada koma derajat sedang hingga berat tindakankumbah lambung sebaiknya dukerjakan

dengan bantuan pemasangan pipa endotrakeal berbalon untuk mencegah aspirasi pnemonia.

4. Anti dotum (Penawar Racun)

Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akh pada tempat

penumpukan.

a. Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg

b. Dilanjutkan dengan 0,5 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menitsamapi timbulk gejala

gejala atropinisasi ( muka merah,mulut kering,takikardi,midriasis,febris dan

psikosis).

Anda mungkin juga menyukai