Anda di halaman 1dari 43

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gastroenteritis biasa disebut diare adalah salah satu penyakit yang banyak terjadi

di Indonesia. Gastroenteritis dapat menyerang pada semua kelompok usia. Tidak

jarang penyakit ini menyebabkan kematian pada si penderita. Hal ini dikarenakan oleh

ketidakmampan si penderita menoleransi kehilangan elektrolit dan cairan dari

tubuhnya.

Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang

memberikan gejala diare dengan atau tanpa dehidrasi disertai muntah. Gastroenteritis

diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer

dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasa (Sowdent, 2005).

Angka kejadian diare, di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih

tinggi. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 angka kematian

akibat diare 23 per 100 ribu penduduk. Selama tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten di

16 provinsi melaporkan KLB diare di wilayahnya. Jumlah kasus diare yang

dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian. Hal

tersebut, utamanya disebabkan rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan

perilaku hidup tidak sehat (Tadda, asri. 2010).

Sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya diare,

seperti masyarakat harus menyadari bahwa kesehatan itu lebih dari segalanya.

Berdasarkan hal di atas penulis menyusun makalah dengan judul Asuhan

Keperawatan pada Pasien dengan Gastroenteritis

1
2

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana landasan teoritis penyakit gastroenteritis?

2. Bagaimana landasan teoritis KDM Nutrisi?

3. Bagaimana landasan teoritis asuhan keperawatan pada pasien gastroenteritis?

1.3 Tujuan

1.3.1 Umum

Menetapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah kedalam proses asuhan

Keperawatan nyata serta mendapatkan pengalaman dalam memecahkan masalah pada

By. A dengan GEA atau diare

1.3.2 Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran tentang kasus GEA yang dialami oleh pasien

By.A

2. Untuk mengetahui alternatif pengobatan pasien dengan GEA


3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit

2.1.1 Definisi

GEA (Diare/Mencret ) merupakan suatu keadaan di mana frekuensi buang air besar yang

lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak yang di tandai dengan konsistensi

feses encer, dapat berwarna hijau, atau dapat pula bercampur lender dan darah atau hanya

lender saja ( Ngastiyah, 2005 ).

Gastroenteritis atau diare (GEA) merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang

tidak normal atau tidak seperti biasanya (dimulai dengan peningkatan volume) keenceran

serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau

tanpa lendir dan darah (Hidayat AAA, 2006).

Gastroenteritis Akut (GEA) adalah keracunan makanan disertai inflamasi mukosa

lambung dan usus halus, biasanya disebabkan oleh organisme, tetapi bisa juga disebabkan

oleh zat kimia, jamur beracun, (Broker, 2009. Hal 571).

Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare,

dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai peningkatan suhu tubuh. Diare

yang dimaksudkan adalah buang air besar berkali-kali (dengan jumlah yang melebihi 4 kali,

dan bentuk feses yang cair, dapat disertai dengan darah atau lendir (Suratun, 2010. Hal 136)

2.1.2 Etiologi

a. Faktor Infeksi

Enteral

- Infeksi Bakteri ( E.Coli , Salmonella dll )

- Infeksi Virus ( Protozoa , Enterovirus, Jamur ( Candida Albicans ) dll )

3
4

Parenteral

merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis

media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.

b. Faktor Malabsorbsi

Mal absrobsi karbohidrat

Mal absorbsi lemak

Mal absorbsi protein

c. Faktor Nutrisi/Makanan

Makanan Basi, Beracun, Alergi terhadap makanan.

d. Faktor Psikologis

Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).

2.1.3 Patofisiologi

Gastroenteritis ditandai dengan diare dan pada beberapa kasus, muntah muntah, yang

berakibat kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan

keseimbangan elektrolit. Penyebab utama gastroenteritis akut adalah virus (rotavirus,

adenovirus enteric, virus Norwalk, dan lain lain), bakteri atau toksinnya (Campylobacter,

Salmonella, Shigella, Escherichia coli, Yersinia dan lain lain), serta parasit (Giardia lamblia,

Cryptosporidium). Pathogen pathogen ini menimbulkan penyakit dengan menginfeksi sel-sel,

menghasilkan enterotoksin atau sitotoksin yang merusak sel. Atau melekat pada dinding usus.

Pada gastroenteritis akut, usus halus adalah alat pencernaan pencernaan yang paling sering

terkena.

Gastroenteritis akut ditularkan melalui rute fekal-oral dari orang ke orang atau melalui

air dan makanan yang terkontaminasi. Tinggal difasilitas day care juga meningkatkan resiko

gastroenteritis, salain berpergian ke negara berkembang. Sebagian besar gastroenteritis dapat

sembuh sendiri dan prognosisnya baik dengan pengobatan. anak-anak malnutrisi dapat
5

menderita infeksi yang lebih berat dan lebih membutuhkan waktu yang lebih lama untuk

sembuh (Betz, 2009. Hal 185).

Pathway
6

2.1.4 Manifestasi Klinik

a. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer

b. Terdapat tanda dan gejala dehidaasi, turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun), ubun-

ubun dan mata cekung membaran mukosa kering

c. Kram abdominal

d. Demam

e. Mual dan muntah

f. Anoreksia

g. Lemah

h. Pucat

i. Perubahan tanda-tanda vital nadi adan pernapasan cepat

j. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine

(Suryadi Dan Yulani, R, 2001 : 86)

2.1.5 Komplikasi

a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotoni, isotonik atau hipertonik

b. Hipokalemia

c. Hipoglkemia

d. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik

e. Mal nutrisi energi protein akibat muntah dan diare jika lama atau kronik

(Ngastiyah, 1997 : 145)

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang

a. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan

b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah.

c. Kultur tinja
7

d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium , kalium, dan kalsium.

e. Pemeriksaan tinja : PH, leukosait, glukosa dan adanya darah

2.1.7 Penatalaksanaan

a. Terapi Rehidrasi

Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat

kemudian mengganti cairan yang hilang sampai diarenya berhenti dengan cara

memberikan oralit, cairan infus yaitu Ringer Laktat, Dekstrose 5%. Dekstrosa dalam salin.

b. Terapi Nutrisi

Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk menghindarkan efek

buruk pada status gizi.

c. Terapi Edukasi

Memberikan penyuluhan pada keluarga dan nasehat kepada Orang tua / Pengasuh.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Penyakit

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dalam proses keperawatan secara

keseluruhan. Pada tahap ini semua data/informasi tentang pasien yang dibutuhkan,

dikumpulkan dan dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan.

1) Biodata

Terdiri dari Nama, Tempat tanggal lahir, Umur, Jenis kelamin, Tanggal Mrs, Tanggal dikaji,

No. Cm, No. Reg., penanggung jawab.

2) Riwayat Kesehatan

(a) Keluhan utama

Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari BAB <4 kali dan cair (diare tanpa dehidrasi),

BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/sedang), atau BAB >10 kali (dehidrasi berat).
8

Apabila diare berlangung <14 hari maka diare tersebut adalah diare akut, sementara apabila

berlangsung selama 14 hari atau lebih adalah diare persisten.

(b) Riwayat kesehatan sekarang

Suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, dan diare.

Feses cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah.

Anus dan sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi.

Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare.

Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai

tampak.

Diuresis terjadi oliguria.

(c) Riwayat kesehatan masa lalu

Riwayat imunisasi ( BCG, Polio 1,2,3,4 , DPT1,2,3, Campak , Hepatitis )

Riwayat alergi terhadap makanan atau obat obatan

Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya.

(d) Riwayat nutrisi

Asupan makanan

Keluhan nyeri abdomen.

Distensi abdomen, mual, muntah.

Berat badan biasanya turun.

(e) Pola eliminasi

Frekuensi defekasi sering.3 kali sehari

Feses cair, mengandung lendir dan darah.

(f) Pemeriksaan fisik

Keadaan umum: baik, sadar (tanpa dehidrasi). Gelisah, (dehidrasi ringan dan sedang).

Lesu, lungkai atau tidak sadar, tidak ada urine (dehidrasi berat).
9

Berat badan:

pasien diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan berat badan: dehidrasi

ringan: bila terjadi penurunan berat badan 5%. Dehidrasi sedang bila terjadi penurunan

berat badan 5-10%. Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 10-15%.

Kulit

Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan turgor kulit, inspeksi

kulit perianal apakah terjadi iritasi.

Mulut/lidah

Mulut dan lidah biasanya tanpa dehidrasi. Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan sampai

sedang). Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat).

Abdomen kemungkinan mengalami distensi, kram, nyeri dan bising usus yang meningkat.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat pada pasien gastroenteritis adalah (Wong

D.L 2003):

1. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan kehilangan output yang berlebihan melalui

feses atau emesis

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat

3. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan mikroroganisme yang menembus saluran

gastrointestinal

2.2.3 Intervensi

Diagnosa I : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan output yang

berlebihan melalui feses atau emesis

Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi.

Kriteria hasil : Hasil yang diharapkan Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan

dan elektrolit
10

Intervensi :

1. Kaji tanda tanda vital, turgor kulit, membran mukosa dan status mental

Rasional : untuk mengkaji rehidrasi yang terjadi pada pasien

2. Beri larutan oral

Rasional : untuk rehidrasi dan pergantian kehilangan cairan melalui feces

3. Berikan dan pantau cairan IVFD sesuai ketentuan.

Rasional : untuk mengobati dehidrasi dan muntahs.

4. Berikan posisi semi fowler.

Rasional : posisi semi fowler dapat membantu memaksimalkan ekspansi paru

dan menurunkan upaya pernafasan

5. Timbang berat badan anak

Rasional : untuk mengkaji rehidrasi

6. Instruksikan keluarga dalam memberikan terapi yang tepat, pemantauan masukan dan

keluaran serta mengkaji tanda tanda rehidrasi

Rasional : untuk menjamin hasil optimum dan memperbaiki kepatuhan terhadap aturan

reapeutik

Diagnosa II : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil : Hasil yang diharapkan Pasien mengkonsumsi nutrisi yang adekuat untuk

mempertahankan berat badan yang tepat.

Intervensi

1. Observasi dan catat respon terhadap pemberian makanan

Rasional : untuk mengkaji toleransi pemberian makanan .

2. Instruksi kan keluarga dalam memberikan diit yang tepat


11

Rasional : untuk meningkatkan kepatuhan terhadap program terapeutik

3. Dorong dan berikan periode istirahat sering.

Rasional :membantu menghemat energi khususnya bila kebutuhan metabolik meningkat saat

demam

4. Dorong makan sedikit tapi sering dengan makanan TKTP.

Rasional : memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tidak perlu/kebutuhan

energi dari makanan banyak dan menurunkan iritasi lambung

5. Kolaborasi dengan Ahli gizi

Rasional : mempermudah intervensi selajutnya

Diagnosa III : Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit,

anoreksia fisura perirektal.

Tujuan : Nyeri berkurang

Kriteria hasil : Melaporkan nyeri hilang / terkontrol

Intervensi :

1. Kaji laporan kram abdomen atau nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10)

selidiki dan laporkan perubahan karakteristik nyeri.

Rasional : Perubahan pada karakteristik nyeri dapat menunjukkan penyebaran penyakit/

terjadinya komplikasi, misalnya ;vistula kemih, perforasi, toksik megakolon.

2. Ijinkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman, misalnya ; lutut fleksi.

Rasional : untuk menurunkan tegangan abdomen dan meningkatkan rasa control

3. Berikan obat sesuai indikasi dokter.

Rasional : Nyeri bervariasi dari ringan sampai berat dan perlu penanganan untuk

memudahkan istirahat adekuat dan penyembuhan.


12

2.3 Konsep Dasar KDM Nutrisi

2.3.1 Definisi

Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan

penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau

bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk

aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan zat sisa.

Nutrisi berfungsi untuk membentuk dan memelihara jaringan tubuh, mengatur proses-

proses dalam tubuh, sebagai sumber tenaga, serta untuk melindungi tubuh dari serangan

penyakit. Dengan demikian, fungsi utama nutrisi (suitor & hunter, 1980) adalah untuk

memberikan energy bagi aktivitas tubuh, membentuk struktur kerangkadan jaringan tubuh,

serta mengatur berbagai proses kimia dalam tubuh.

Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh serta

faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umum faktor yang mempengaruhi kebutuhan

nutrisi adalah faktor fisiologis untuk kebutuhan metabolisme basal, faktor patofisiologi

seperti adanya enyakit tertentu yang mengganggu pencernaan atau meningkatkan kebutuhan

nutrisi, faktor sosio-ekonomi seperti adanya kemampuan individu dalam memenuhi

kebutuhan nutrisi.

Nutrien adalah suatu unsur yang dibutuhkan untuk proses dan fungsi tubuh.

Gizi adalah substansi organic dan non organic yang ditemukan dalam makanan dan

dibutuhkan oleh tubuh agar dapat berfungsi dengan baik (kozier,2004).

2.3.2 Anatomi Fisiologi

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan, kerongkongan, lambung, usus

halus, usus besar, rectum dan anus.


13

a. Mulut

Gigi berfungsi untuk menghancurkan makanan pada awal proses pencernaan. Mengunyah

dengan baik dapat mencegah terjadinya luka parut pada permukaan saluran pencernaan.

Setelah dikunyah lidah mendorong gumpalan makanan ke dalam faring, dimana makanan

bergerak ke esophagus bagian atas dan kemudian ke bawah ke dalam lambung.

b. Esofagus

Esofagus adalah sebuah tube yang panjang. Sepertiga bagian atas adalah terdiri dari otot

yang bertulang dan sisanya adalah otot yang licin. Permukaannya diliputi selaput mukosa

yang mengeluarkan secret mukoid yang berguna untuk perlindungan.

c. Lambung

Gumpalan makanan memasuki lambung, dengan bagian porsi terbesar dari saluran

pencernaan. Pergerakan makanan melalui lambung dan usus dimungkinkan dengan adanya

peristaltic, yaitu gerakan konstraksi dan relaksasi secara bergantian dari otot yang mendorong

substansi makanan dalam gerakan menyerupai gelombang. Pada saat makanan bergerak ke

arah spingter pylorus pada ujung distal lambung, gelombang peristaltik meningkat. Kini

gumpalan lembek makanan telah menjadi substansi yang disebut chyme. Chyme ini dipompa

melalui spingter pylorus kedalam duodenum. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk

mengosongkan kembali lambung setelah makan adalah 2sampai 6 jam.

d. Usus halus

Usus halus yang terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum yang panjangnya kira-kira 6

meter dengan diameter 2,5 cm. Usus besar terdiri dari rectum, colon dan rectum yang

kemudian bermuara pada anus. Panjang usus besar sekitar 1,5 meter dengan diameter kira-

kira 6 cm. Usus menerima makanan yang sudah berbentuk chime (setengah padat) dari

lambung untuk mengabsorbsi air, nutrient, potassium, bikarbonat dan enzim.


14

Chyme bergerak karena adanya peristaltik usus dan akan berkumpul menjadi feses di usus

besar. Dari makan sampai mencapai rectum normalnya diperlukan waktu 12 jam. Gerakan

colon dibagi menjadi 3 bagian yaitu, pertama houstral shuffing adalah gerakan mencampur

chyme untuk membantu mengabsorbsi air, kedua kontraksi haustrl yaitu gerakan untuk

mendorong materi air dan semi padat sepanjang colon, ketiga gerakan peristaltic yaitu

gerakan maju ke anus yang berupa gelombang. Makanan yang sudah melewati usus halus :

Chyme, akan tiba di rectum 4 hari setelah ditelan, jumlah chime yang direabsorbsi kurang

lebih 350 ml

e. Usus besar (kolon)

Kolon orang dewasa, panjangnya kurang lebih 125-150 cm atau 50-60 inch, terdiri dari

Sekum, yang berhubungan langsung dengan usus halus. Kolon terdiri dari kolon asenden,

transversum, desenden dan sigmoid. Rektum, 10-15 cm/ 4-6 inch.

Fungsi utama usus besar (kolon) adalah:

1) Absorbsi air dan nutrient

2) Proteksi/ perlindungan dengan mensekresikan mucus yang akan melindungi dinding usus

trauma oleh feses dan aktivitas bakteri.

3) Menghantarkan sisa makanan sampai ke anus dengan cara berkontraksi.

4) Anus/ anal/ orifisium eksternal

Panjangnya kurang lebih 2,5-5 cm atau 1-2 inch, mempunyai 2 spingter yaitu internal

(involunter) dan eksternal (volunter). Panjang rectum bervariasi, sesuai dengan usia:

Bayi : 2,5-3,8 cm

Toddler : 4 cm

Pra sekolah : 7,6 cm

Sekolah : 10 cm

Dewasa : 10-15 cm
15

2.3.3 Etiologi

a. Gaya hidup

b. Kesukaran/ pilihan terhadap makanan

c. Kesehatan

d. Mal nutrisi

e. Virus dengan serotipe 1,2,3 dan 4 yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes Aegypti,

infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap

serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe lain.

2.3.4 Patofisiologi

Abnormalitas saluran gastrointestinal bermacam-macam dan menunjukkan banyak

patologi yang dapat mempengaruhi system organ lain : perdarahan, perforasi, obstruksi,

inflamasi dan kanker. Lesi congenital, inflamasi, infeksi, traumatic dan neoplastik telah

ditemukan pada setiap bagian dan pada setiap sisi sepanjang saluran gastrointestinal.

Bagian dari penyakit organic di mana saluran gastrointestinal dicurigai, terdapat banyak

factor ekstrinsik yang menimbulkan gejala. Stress dan ansietas sering menjadi keluhan utama

berupa indigesti, anoreksia/ gangguan motorik usus, kadang-kadang menimbulkan konstipasi/

diare.

Selain itu status kesehatan mental, factor fisik: seperti kelelahan dan ketidakseimbangan/

perubahan masukan diet yang tiba-tiba dapat mempengaruhi saluran gastrointestinal sehingga

menyebabkan perubahan nutrisi ( Smeltzer, 2002).

2.3.5 Klasifikasi

a. Kwarsior adalah gangguan yang disebabkan oleh kekurangan protein atau desinfektan

protein yang disertai defisiensi nutrient lainnya yang biasa di jumpai pada bayi yang

masa di sapih dan anak prasekolah (balita).


16

d. Maramus adalah salah satu bentuk kekurangan gizi yang buruk paling sering ditemui

balita penyebabnya antara lain karena masuknya makanan yang sangat kurang infeksi.

Pembawaan lahir, prematunitas, penyakit pada masa neonatus serta kesehatan

lingkungan.

e. Obesitas adalah kelebihan lemak tubuh yang terakumulasi sedemikian rupa sehingga

menimbulkan dampak merugikanbagi kesehatan dan meningkatkan masalah kesehatan.

f. Underweight adalah masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi pada tingkat

seluler atau dapat di katakan sebagai masalah asupan gizi yang tidak sesuai dengan

kebutuhan tubuh.

2.3.6 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis atau tanda dan gejala nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh menurut

buku saku diagnosa keperawatan NIC-NOC antara lain :

1. Subjektif

a. Kram abdomen

b. Nyeri abdomen dengan atau tanpa penyakit.

c. Merasakan ketidakmampuan untuk mengingesti makanan.

d. Melaporkan perubahan sensasi rasa.

e. Melaporkan kurangnya makanan.

f. Merasa kenyang segrav setelah mengingesti makanan.

2. Objektif

a. Tidak tertarik untuk makan.

b. Diare.

c. Adanya bukti kekurangan makanan.

d. Kehilangan rambut yang berlebiahan.

e. Busing usus hiperaktif.


17

f. Kurangnya minat pada makanan.

g. Luka,rongga mulut inflamasi.

2.3.7 Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium / test laboratorium

1. Albumin

2. Transferin

3. Hb (hemoglobin)

4. BUN

5. Ekskresi kreatinin

2.3.8 Penatalaksanaan

1. Memberikan makanan yang bergizi

2. Mengatur diet pasien

3. Menambahkan suplemen atau vitamin

4. Mengajarkan pola makan yang sehat

5. Menawarkan makanan dalam jumlah sedikit tapi sering

6. Berkolaborasi dengan dengan ahli gizi

2.4 Asuhan Keperawatan

2.4.1 Pengkajian

Pengkajian keperawatan terhadap masalah kebutuhan nutrisi dapat meliputi

pengkajian khusus masalah nutrisi dan pengkajian fisik secara umum yang

berhubungan dengan kebutuhan nutrisi

1. Riwayat keparawatan

Riwayat makanan meliputi informasi atau keterangan tentang pola makan, tipe

makanan yang dihindari ataupun diabaikan, makanan yang lebih disukai, yang
18

dapat digunakan untuk membantu merencanakan jenis makanan untuk masa

selanjutnya.

2. Kemampuan makan

Beberapa hal yang perlu dikaji dalam hal kemampuan makan, antara lain

kemampuan mengunyah,menelan dan makan sendiri tanpa bantuan orang lain.

3. Pengetahuan tentang nutrisi

aspek lain yang sangat penting dalam pengkajian nutrisi adalah penentuan

tingkat pengetahuan pasien mengenai kebutuhan nutrisi

4. Nafsu makan,jumlah asupan

5. Tingkat aktivitas

6. Pengonsumsian obat

7. Penampilan fisik

8. Pengukuran antropometrik, data biomedis (biomedical data), tanda-tanda klinis

status nutrisi (clinical sign), diet (dietary)

2.4.2 Diagnosa

1. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient atau intake nutrisi yang tidak adekuat.

2. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya

informasi

3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan

absorbsi nutrient, anoreksia, ditandai dengan lidah kotor, mual, muntah.

2.4.3 Intervensi

Dx1 :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 4 jam diharapkan nutrisi kebutuhan

tubuh terpenuhi sesuai dengan kriteria hasil.


19

1) Nutrisi pasien dapat terpenuhi

2) pasien mempunyai kepercayaan diri di dalam diri dalam mememenuhi kebutuhan

nutrisinya.

Intervensi

1) Kaji pola nutrisi

Rasional : mengetahui pola makan, kebiasaan makan, keteraturan waktu makan.

2) Kaji makan yang disukai dan tidak disukai pasien

Rasional : meningkatkan status makanan yang disukai dan menghindari pemberian

makanan yang tidak disukai.

3) Anjurkan tilah baring / pembatasan aktivitas selama fase akut.

Rasional :

4) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet

Rasional : mengetahui makanan apa saja yang dianjurkan dan tidak dianjurkan.

5) Timbang berat badan tiap hari

Rasional : mengetahui adanya kenaikan atau penurunan berat badan

DX2 :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 4 jam diharapkan pengetahuan

keluarga meningkat sesuai dengan kriteria hasil.

1) Pasien dapat memahami dengan baik dan dapat mengerti secara singkat tentang

penyakit yang diderita oleh pasien sehingga dapat menambah pengetahuan pasien.

Intervensi

1) Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya.

Rasional : mengetahui apa yang diketahui pasien tentang penyakitnya.

2) Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan pasien.


20

Rasional : supaya pasien tahu tata laksana penyakit, perawatan dan pencegahan

penyakit.

3) Beri kesempatan pasien dan keluarga untuk bertanya bila ada yang belum

dimengerti.

Rasional : mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien dan keluarga setelah di beri

penjelasan tentang penyakitnya.

4) Beri reinforcement positif jika pasien menjawab dengan tepat.

Rasional : memeberikan rasa percaya diri pasien dalam kesembuhan penyakitnya.

Dx3:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 4 jam diharapkan pasien lebih

nyaman kembali dengan kriteria hasil:

1) kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi

2) pasien mampu menghabiskan porsi makanan yang telah disediakan,

3) adanya keseimbangan intake dan output

intervensi

1) Lakukan pendekatan pasien dengan keluarga pasien

Rasional : pasien dan keluarga koperatif dalam tindakan keperawatan.

2) Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang manfaat cairan dan nutrisi

bagi tubuh.

Rasional : penelasan tersebut bisa membuat pasien mengerti dan memahami

sehingga kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.

3) Pemberian nutrisi yang sesuai dengan keadaan pasien

Rasional : pemberian bubur halus sangat penting untuk pemenuhan kebutuhan.

4) Observasi intake dan output cairan dan nutrisi pasien


21

Rasional : untuk mengetahui perkembangan keseimbangan cairan dan nutrisi dalam

tubuh.

5) Memberikan makanan sedikit demi sedikit tapi sering

Rasional : untuk menghindari mual dan muntah pada pasien.

2.4.4 Implementasi

Implementasi komponen dan proses keperawatan adalah kategori perilaku

keperawatan dimana tindakan yang dihadapi untuk mencapai tujuan, dari hasil yang

diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan ( pottter dan perry, 2005 ;

903 )

2.4.5 Evaluasi

Tahap evaluasi merupakan tahap perbandingan yang sistematik dan terencana tentang

kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan, perkembangan dengan

melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan merupakan

kegiatan dalam menilai secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
22

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Pada saat pengkajian yang dilakukan pada hari Rabu, 08 November 2017, di dapatkan

hasil sebagai berikut:

3.1.1 Identitas Pasien

NamaPasien : By. A

TTL : Palangkaraya, 07-12-2016(11Bulan)

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku : Banjar/Indonesia

Pendidikan :-

Alamat : Jln. Sulawesi gg. Nusantara

DiagnosaMedis : GEA

3.1.2 Identitas Penanggung Jawab

Namapasien : Tn. A

TTL : Banjar Masin, 18-08-1975

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Suku : Banjar/Indonesia

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jln. Sulawesi gg. Nusantara

HubunganKeluarga : Ayah Kandung By. A

22
23

3.1.3 Keluhan Utama

Pasien mengalami BAB sebanyak 3x saat dilakukannya pengkajian

3.1.4 Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Penyakit Sekarang

Pada tanggal 03 November, pasien mengalami BAB 6x/hari dan dibawa ke

RSUD dr. Doris Sylvanus dan tiba pukul 13.10 WIB di IGD sebelum dipindahkan ke

ruang Flamboyan untuk melanjutkan terapi dan menjalani rawat inap

b. Riwayat Kesehatan Lalu

1) Riwayat prenatal : Saat masa kandungan, ibu pasien tidak pernah sakit

2) Riwayat natal : Pasien lahir dengan cara persalinan normal

3) Riwayat postnatal : Setelah lahir, pasien langsung menangis

4) Penyakit sebelumnya : Pasien pernah menderita penyakit GEA pada usia 4

bulan

5) Imunisasi

Jenis BCG DPT Polio Campak Hepatitis TT


Usia 1 bulan 2bulan - - 0 bulan -

3.1.5 Riwayat Kesehatan Keluarga

Ayah pasien mengatakan tidak ada penyakit menurun seperti hipertensi dan DM

3.1.6 Susunan Genogram (3 generasi)

Keterangan:

:Laki-laki

:Perempuan

:Keluarga

:Serumah
24

3.2 Pemeriksaan Fisik

3.2.1 Keadaan Umum

Pasien tampak sakit ringan dan kesadaran compos menthis

3.2.2 Tanda-tanda Vital

Nadi 120x/menit, suhu 36.7oC, respirasi 34x/menit

3.2.3 Kepala dan Wajah

1) Ubun-ubun

Ubun-ubun menutup dan tidak ada kelainan seperti hidrocefalus.

2) Rambut

Warna rambut hitam, tidak rontok, tidak mudah dicabut, tidak kusam, dan tidak

ada kelainan.

3) Kepala

Keadaan kulit kepala bersih, tidak ada benjolan atau peradangan, dan tidak ada

kelainan.

4) Mata

Bentuk mata simetris, conjuctiva merah muda, sklera putih, reflek pupil bereaksi

saat dirangsang cahaya, tidak ada oedem palpebra, dan tidak ada kelainan.

5) Telinga

Bentuk telinga simetris, tidak ada serumen/sekret, tidak ada peradangan, dapat

mendengar dengan baik, tidak ada kelainan.

6) Hidung

Bentuk hidung simetris, tidak ada serumen/sekret, tidak terpasang oksogen, fungsi

penciuman baik, dan tidak ada kelainan.


25

7) Mulut

Bibir tidak intak, tidak sianosis, keadaan lembab, palatum lunak, dan tidak ada

kelainan.

8) Gigi

Tidak ada karies gigi, gigi belum punya, dan tidak ada kelainan

3.2.4 Leher dan Tenggorokan

Berbentuk simetris, reflek menelan baik, tidak ada pembesaran tonsil, vena jugularis,

benjolan dan peradangan.

3.2.5 Dada

Berbentuk simetris, tidak ada retraksi dada, bunyi nafas vesikuler, tipe pernafasan

dada dan perut, bunyi jantung lup-dup, iktus kordis tidak ada, bunyi tambahan tidak

ada, nyeri dada tidak ada.

3.2.6 Punggung

Berbentuk simetris, tidak ada peradangan maupun benjolan

3.2.7 Abdomen

Berbentuk simetris, bising usus 21x, asites tidak ada, massa tidak ada, hepatomegali

tidak ada, hepatomegali tidak ada, spenomegali tidak ada, nyeri tekan tidak ada

3.2.8 Ekstremitas

Pergerakan bebas, tidak ada oedem, tidak ada sianosis, tidak ada clubbing finger,

keadaan kulit baik halus, turgor kulit baik <2 detik (dicubit di perut) dan akral hangat

3.2.9 Genitalia

1) Perempuan

Kebersihan bersih, keadaan labia lengkap, tidak ada peradangan atau benjolan.
26

3.3 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

1) Gizi : BB=7.2kg (BBI=11/2+4=9.5kg)

2) Kemandirian dalam bergaul : Pasien dapat bergaul dengan orang tuanya

3) Motorik halus : Dapat memegang dengan ibu jari dan jari

4) Motorik kasar : Dapat berdiri selama 2 detik

5) Kognitif dan bahasa : Dapat menyebutkan 1 kata (Mama/Papa)

6) Psikososial : Melambaikan Tangan

3.4 Pola Aktivitas Sehari-hari

No Polakebiasaan Sebelum sakit Saat sakit


1 Nutrisi
a. Frekuensi 3 x sehari 3x sehari
b. Nafsu makan/selera Baik, 1 Porsi Kurang, Porsi
c. Jenis makanan Bubur Lunak Bubur Lunak

2 Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 2 x sehari 8x sehari
Konsistensi Lembek Cair
b. BAK
Frekuensi 4-5 x sehari 8-9 x
Konsistensi Cair, bening Cair, bening
3 Istirahat/tidur
a. Siang/ jam 3 jam 2jam
b. Malam/ jam 6jam 6 jam
4 Personal hygiene
a. Mandi 2x sehari Tidak dilakukan
b. Oral hygiene 2x sehari 2x sehari
c. Kebersihan kuku 1x sehari Tidak dilakukan
(tampak kurang
bersih bersih)
27

MK: Defisit Nutrisi, Risiko Defisit Cairan, dan Defisit Kebersihan Diri.

Palangkaraya, 08 November 2017

(Prayogae P. Putra)
28

3.5 Analisis Data

DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH


DATA OBYEKTIF PENYEBAB
1. DS: Output cairan berlebih Risiko Defisit Cairan
- Ibu pasien mengatakan
anaknya sudah BAB
8x/ hari
DO:
- TTV:
N : 120 x/menit
S : 36,70C
RR: 34x/menit
- Bibir lembab
- Bising usus 21x
- Anus pasien tedapat iritasi
berupa terjadinya
kemerahan

2. DS: Nafsu makan menurun Defisit nutrisi


Ibu pasien mengatakan
nafsu makann anaknya
berkurang
DO:
- Pasien tampak kurus
- Pasien tampak tidak
ingin makan
- BB: 7.2 kg
3. DS: Kurangnya Informasi Defisit perawatan
- Ibu pasien mengatakan diri
Anak saya belum mandi
mandi dan potong kuku
selama dirawat di RS.
29

DO:
- Paisen tampak kurang
bersih
- Tempat tidur pasien
tidak bersih
- Kuku pasien terlihat
panjang
- Badan pasien berbau
kurang sedap.

3.6 Prioritas Masalah

1) Defisit Nutrisi berhubungan dengan nafsu makan menurun yang ditandai dengan

pasien tampak kurus, tampak tidak ingin makan, dan BB=7.2kg (BBI bayi 11

bulan=9.5kg)

2) Risiko defisit cairan berhubungan dengan output cairan berlebih tanda-tanda vital (N:

120 x/menit, S: 36,70C, RR: 34x/menit), bibir lembab, bising usus 21x, anus pasien

tedapat iritasi berupa terjadinya kemerahan

3) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya pengetahuan yang ditandai

dengan paisen tampak kurang bersih, tempat tidur pasien tidak bersih, kuku pasien

terlihat panjang, badan pasien berbau kurang sedap.


30

3.7 Intervensi

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


1. Defisit nutrisi Tujuan: 1. Kaji pola makan pasien 1. Untuk mengetahui pola makan pasien
berhubungan dengan Setelah dilakukan 2. Anjurkan pemberian makan sedikit 2. Untuk menjaga asupan nutrisi terpenuhi
nafsu makan menurun tindakan keperawatan namun sering
1x24jam, diharapkan 3. Jelaskan manfaat nutrisi bagi anak 3. Untuk menambah pengetahuan orang tua
defisit nutrisi membaik. kepada orang tua pasien pasien tentang manfaat nutrisi
Kriteria hasil : 4. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam 4. Untuk menentukan jenis makanan apa yang
1. Nafsu makan baik pemberian nutrisi pasien akan diberikan kepada pasien
2. BB naik (BBI=9.5kg)
31

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


2. Risiko defisit cairan Tujuan: 1. Kaji intake output pasien 1. Untuk mengetahui keseimbangan cairan
berhubungan dengan Setelah dilakukan pasien
output cairan berlebih tindakan keperawatan 2. Anjurkan untuk terus memberikan 2. Untuk menjaga keseimbangan cairan pasien
1x24jam, diharapkan susu
risiko defisit cairan tidak 3. Jelaskan mengapa dapat terjadi 3. Untuk menambah pengetahuan orang tua
terjadi. risiko defisit cairan kepada orang tua pasien
Kriteria hasil : pasien
1. BAB kembali normal 4. Kolaborasi dalam pemberian oralit 4. Untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien
(1-2x/hari)
2. Tinja pasien lembek
32

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


3. Defisit keperawatan diri Tujuan: 1. Kaji kebersihan pasien dan 1. Untuk mengetahui kebersihan diri dan
berhubungan dengan Setelah dilakukan lingkungan sekitarnya lingkungan pasiem
kurangnya pengetahuan tindakan keperawatan 2. Lakukan pemotongan kuku 2. Untuk menjaga kuku tetap bersih
1x24jam, diharapkan 3. Mandikan pasien 3. Untuk membersihkan tubuh pasien
defisit keperawatan diri 4. Mengganti laken pasien 4. Untuk menjaga kebersihan lingkungan
pasien dapat teratasi. pasiesn
Kriteria hasil : 5. Jelaskan pentingnya kebersihan diri 5. Untuk menambah pengetahuan orang tua
1. Pasien tampak bersih dan lingkungan kepada keluarga pasien tentang kebersihan diri dan
2. Pasien tampak lebih pasien lingkungan
nyaman 6. Kolaborasi dengan keluarga pasien 6. Untuk menjaga kebersihan diri dan
3. Lingkungan pasien untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan pasien
bersih lingkungan pasien.
33

3.8 Implementasi

Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Tandatangandan


Jam NamaPerawat
Senin,08 November 2017 Diagnosa Keperawatan 1 Pukul 10.10 WIB
10.00 WIB 1. Mengkaji pola makan pasien
10.03WIB 2. Menganjurkan pemberian makan sedikit S:Ibu pasien mengatakan anaknya masih
namun sering
10.05WIB 3. Menjelaskan pentingnya nutrisi bagi anak tidak nafsu makan.
kepada orang tua pasien
O:
-pasien tidak ingin makan
-pasien tampak kurus Prayogae P. Putra
-orang tua pasien mengerti manfaat nutrisi
A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan Intervensi
34

Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Tandatangandan


Jam NamaPerawat
Senin,08 November 2017 Diagnosa Keperawatan 2 Pukul 10.23 WIB
10.11 WIB 1. Mengkaji intake output pasien
10.16WIB 2. Menganjurkan untuk terus memberikan S:Ibu pasien mengatakan anaknya masih
susu mengalami BAB berlebih .
10.19WIB 3. Menjelaskan mengapa dapat terjadi risiko
O:
defisit cairan
- tinja pasien cair
- intake 1400cc (800cc infus,600cc
susu dan minuman), output 1500cc
(800cc urine, 600cc feses, 100cc
keringat)
- orang tua pasien mengerti penyebab
risiko defisit cairan pada pasien

A: Masalah belum teratasi Prayogae P. Putra

P: Lanjutkan Intervensi
35

Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Tandatangandan


Jam
NamaPerawat

Senin,08 November 2017 Diagnosa Keperawatan 3 Pukul 11.00 WIB


10.25 WIB 1. Mengkaji kebersihan pasien dan S:Ibu pasien mengatakan anaknya masih
lingkungan sekitarnya lebih bersih dan wangi .
10.28WIB 2. Melakukan pemotongan kuku O:
10.34WIB 3. Memandikan pasien - Pasien tampak lebih bersih dan wangi
10.45WIB 4. Mengganti laken pasien - Kuku pasien rapi
10.50WIB 5. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri - Lingkungan pasien bersih
dan lingkungan kepada keluarga pasien - Keluarga pasien mengerti pentingnya
10.55WIB 6. Berkolaborasi dengan keluarga pasien menjaga kebersihan diri dan
untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan Prayogae P. Putra
lingkungan pasien. A: Masalah teratasi
P: Hentikan Intervensi
36

BAB IV

PEMBAHASAN

Proses perawatan ini merupakan rangkaian pengelolaan masalah dengan cermat untuk

diidentifikasi bagaimana pemecahan dari masalah masalah yang ditemukan dalam rangka

memenuhi kebutuhan kesehatan serta keperawatan pasien, dalam pembahasan ini di uraikan

kesenjangan antara konsep atau teori mengenai asuhan keperawatan pada By. A di ruang F

RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya yang akan dibahas berdasarkan tahap proses

kesehatan yaitu:

4.1 Pengkajian

Menurut Ngastiah, GEA (Diare/Mencret ) merupakan suatu keadaan di mana frekuensi

buang air besar yang lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak yang di tandai

dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau, atau dapat pula bercampur lendir dan

darah atau hanya lender saja. Data temuan pada pasien mengarah pada kondisi tersebut

dimana hasil pengkajian terhadap kondisi By. A adalah pasien mengalami BAB lebih dari

empat kali atau sebanyak 8 kali dalam sehari dengan konsistensi cair atau encer.

Berdasarkan analisa penulis terhadap teoritis dan membandingkannya dengan temuan

masalah yang di alami By. A maka penulis mengambil kesimpulan bahwa tidak ada

kesenjangan antara data temuan pada pasien dengan teoritis yang diuraikan para ahli.

4.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa merupakan penilaian klinik tentang respon respon individu terhadap masalah

kesehatan yang aktual, resiko, potensial dari individu selama perawatan. Perawatan secara

legal untuk mengidentifikasi merencanakan tindakan tertentu untuk mempertahankan dan

mencegah gangguan ( Carpenito, 2000)

36
37

Menurut Wong D.L., 2003 beberapa diagnosa yaitu: Kurangnya volume cairan

berhubungan dengan kehilangan output yang berlebihan melalui feses atau emesi, nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat, risiko tinggi infeksi

berhubungan dengan mikroroganisme yang menembus saluran gastrointestinal.

Penulis membuat diagnosa keperawatan berdasarkan data temuan yang dikumpulkan dari

pasien dan keluarganya: defisit nutrisi berhubungan dengan nafsu makan menurun, risiko

defisit cairan berhubungan dengan output cairan berlebih, defisit perawatan diri berhubungan

dengan kurangnya pengetahuan.

Membandingkan kasus pada By. A dengan teori yang dipaparkan secara teoritis

terdapat beberapa diagnosa yang tidak diangkat mengingat tidak ada data pendukung yang

mengarah kepada hal tersebut.

Faktor penunjang dalam penegakkan diagnosa ini adalah petunjuk petunjuk yang

diberikan selama pendidikan yang mengingatkan bahwa dalam menegakkan suatu masalah

tidak perlu terpaku pada teoritis. Yang terpenting adalah bagaimana kita mampu

mengembangkan teori yang ada berdasarkan masalah yang ditemukan terlebih adanya

dukungan yang sangat kooperatif dari pasien dan keluarganya.

4.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan yang dirancang dalam pelaksanaan asuhan keperawatan ini

disesuaikan dengan masalah dan etiologi yang telah penulis analisa. Adapun perencanaan

tersebut meliputi:

Pada diagnosa yang diangkat sesuai dengan data temuan yaitu: Defisit nutrisi

berhubungan dengan nafsu makan menurun, dilakukan rencana keperawatan meliputi: kaji

pola makan pasien, anjurkan pemberian makan sedikit namun sering, jelaskan manfaat nutrisi

bagi anak kepada orang tua pasien, kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi

pasien.
38

Diagnosa kedua. Risiko defisit cairan berhubungan dengan output cairan berlebih,

dilakukan rencana keperawatan meliputi: kaji intake output pasien, anjurkan untuk terus

memberikan susu, jelaskan mengapa dapat terjadi risiko defisit cairan kepada orang tua

pasien, dan kolaborasi dalam pemberian oralit.

Diagnosa ketiga. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

dilakukan rencana keperawatan meliputi: kaji kebersihan pasien dan lingkungan sekitarnya,

lakukan pemotongan kuku, mandikan pasien, mengganti laken pasien, jelaskan pentingnya

kebersihan diri dan lingkungan kepada keluarga pasien, dan kolaborasi dengan keluarga

pasien untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan pasien.

4.4 Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan berdasarkan intervensi yang telah dibuat,

dalam melakukan intervensi penulis di bantu oleh keluarga pasien serta bekerja sama dengan

perawat lainnya.

Pada diagnosa 1, pada tanggal 08 November 2017 dilakukan tindakan: mengkaji pola

makan pasien. Penulis juga menganjurkan pemberian makan sedikit namun sering untuk tetap

memenuhi kebutuhan nutrisi pasien, kemudian penulis menjelaskan pentingnya nutrisi bagi

anak kepada orang tua pasien.

Pada diagnosa 2, pada tanggal 08 November 2017, mengkaji intake output pasien, guna

mengetahui keseimbangan cairan pasien, kemudian menganjurkan untuk terus memberikan

susu agar kebutuhan cairan terpenuhi dan menjelaskan mengapa dapat terjadi risiko defisit

cairan untuk meningkatkan tingkat pengetahuan orang tua pasien.

Pada diagnosa 3, pada tanggal 08 November 2017, mengkaji kebersihan pasien dan

lingkungan sekitarnya, melakukan pemotongan kuku, memandikan pasien, mengganti laken

pasien dengan tujuan memberikan rasa nyaman pada pasien dan menjelaskan pentingnya
39

kebersihan diri dan lingkungan kepada keluarga pasien serta berkolaborasi dengan keluarga

pasien untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan pasien.

Dari penatalaksanaan yang telah dilakukan penulis menyimpulkan bahwa, pelaksanaan

sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah direncanakan, adapun rencana keperawatan

yang tidak dilakukan mengingat waktu pada saat dinas hanya 7 jam.

4.5 Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan

terhadap pasien mengacu pada skala penilaian berupa tujuan dan kriteria hasil yang

ditetapkan dalam perencanaan keperawatan sebelumnya.

Evaluasi keperawatan pada diagnosa pertama didapat pasien tidak ingin makan, pasien

tampak kurus, orang tua pasien mengerti manfaat nutrisi. Masalah ini belum teratasi karena

nafsu makan pasien belum membaik dan nutrisi pasien belum terpenuhi.

Evaluasi keperawatan pada diagnosa kedua didapat tinja pasien cair, intake 1400cc

(800cc infus, 600cc susu dan minuman), output 1500cc (800cc urine, 600cc feses, 100cc

keringat), orang tua pasien mengerti penyebab risiko defisit cairan pada pasien. Masalah ini

belum teratasi karena frekuensi BAB pasien masih tinggi ( 7-8x/hari ).

Evaluasi keperawatan pada diagnosa ketiga didapat pasien tampak lebih bersih dan

wangi, kuku pasien rapi, lingkungan pasien bersih dan rapi, dan keluarga pasien mengerti

pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Masalah ini teratasi karena pemenuhan

kebutuhan perawatan diri pasien telah terpenuhi.


40

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Dari pembahasan yag diuraikan dalam bab 4 maka di tarik beberapa

kesimpulan yaitu:

5.1.1 Proses Keperawatan


1) Pada pengkajian data yang dilakukan pada kasus By.A terdapat tanda dan gejala

yang mengarah kepada GEA berupa BAB lebih dari 4x sehari ( 7-8x/hari ) dan

konsistensi tinja cair.

2) Diagnosa keperawatan yang timbul pada kasus By. A semuanya berjumlah 3

( tiga ) diagnosa yaitu: Defisit Nutrisi berhubungan dengan nafsu makan

menurun; Risiko defisit cairan berhubungan dengan output cairan berlebih;

Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.

3) Perencanaan Keperawatan dirancang berdasarkan kebutuhan aktual dengan

rasional tindakan yang mendasarinya, semua disusun bedasarkan perbandingan

teori dengan kondisi yang di alami klien dengan masalah GEA. Fokus utama

dalam kasus ini adalah penanganan defisit nutrisi, dan diagnosa yang lainnya di

urutkan berdasarkan prioritas.

4) Tindakan keperawatan pada By. A mengikuti perencanaan yang telah disusun

sebelumnya. Di laksanakan dengan dukungan peralatan dari pendidikan.

5) Evaluasi menunjukkan efektifitas sebagian tindakan yang dilakukan pada By. A

terlihat adanya perbaikan yang positif selama perawatan yang dilaksanakan.

40
41

5.1.2 Faktor Pendukung dan Penghambat

Dalam pelaksanaan asuhan keperawtan pada By. A terdapat faktor

pendukung berupa: alat alat keperawatan dari pihak rumah sakit yang sangat

membantu dalam pelaksanaan studi kasus dan adanya kerjasama serta respon yang

baik yang ditunjukkan oleh keluarga terhadap tindakan yang teah dilakukan,

literatur yang cukup memadai di Perpustakaan Stikes Eka Harap Palangka Raya,

kerjasama yang baik dalam penatalaksanaan keperawatan pada klien, baik keluarga

sendiri maupun dengan petugas kesehatan lainnya dan bimbingan akademik.

Faktor penghambat yang ada ialah : pasien yang kurang dapat bekerja sama,

rentang proses pembuatan laporan studi kasus yang dalam rentang waktu yang

sangat singkat, kurangnya pengetahuan tentang cara penulisan studi kasus yang

baik dan benar.

5.2 Saran

Saran yang dapat disampaikan adalah :

1) Bagi tenaga keperawatan :

Menumbuhkan kesadaran diri akan pentingnya mengembangkan pengetahuan

secara individu oleh perawat.

2) Bagi institusi Rumah Sakit

Pengembangan sarana dan pra sarana kesehatan dan standart acuan dalam

pelaksanaan asuhan keperawatan GEA.

3) Bagi institusi Pendidikan

Lebih memaksimalkan metode pembelajarn yang membina respon kritis

mahasiswa dalam menetapkan masalah keperawatan yang sering ditemui

dilahan praktek, sehingga kemampuan analisa mahasiswa lebih baik.


42

4) Bagi perkembangan IPTEK

Studi kasus ini dapat mendorong adanya pengembangan pengembangan

lebih lanjut terutama penelitian yang berhubungan dengan asuhan keperawatan

dengan masalah sistem pencernaan.


43

DAFTAR PUSTAKA

Betz, C.L., Sowden, L.A. 2000. Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. EGC. Jakarta

Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta

Kliegman, R. 2000. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. EGC. Jakarta

Wong, L. D. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai