Anda di halaman 1dari 3

LGBT dalam Perspektif Hukum (Islam)

Rabu 23 Rabiulakhir 1437 / 3 Februari 2016 10:35

Laporkan iklan ?

Oleh:Intan Mahabah Nabila


Mahasiswa Fakultas Hukum UI
Relawan pada Pusat Advokasi Hukum dan Hak Asasi Manusia (PAHAM) Indonesia Cabang
DKI Jakarta
LESBIAN, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) kini semakin marak diperbincangkan,
baik itu di Indonesia pada khususnya maupun dunia pada umumnya. Satu hal yang menjadi
pertanyaan ialah Bagaimana perspektif hukum khususnya Islam sebagai agama mayoritas di
negara Indonesia dalam menyikapi kaum dengan ciri khas bendera pelangi tersebut?
Dibenarkan kah jika LGBT dilegalkan di Indonesia khususnya pada lingkungan Universitas?
Muncul berbagai pro dan kontra mengenai golongan LGBT. Tak jarang, mereka yang
menginginkan agar LGBT dilegalkan di Indonesia menjadikan Hak Asasi Manusia (HAM)
sebagai tameng utama. Kemerdekaan berekspresi merupakan salah satu hak fundamental
yang diakui dalam sebuah negara hukum yang demokratis dan menjunjung tinggi HAM.
Indonesia sebagai salah satu negara hukum, jaminan mengenai kebebasan berekspresi diatur
dalam UUD 1945 Amandemen II yaitu dalam Pasal 28 E ayat (2) yang menyatakan
bahwa Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan
sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
Selanjutnya dalam ayat (3) diyatakan Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat,
berkumpul dan mengeluarkan pendapat. Selain itu UU RI No. 39 tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia secara lebih dalam mengatur mengenai kebebasan berekpresi tersebut, dalam
Pasal 22 ayat (3) UU tersebut menyebutkan bahwa Setiap orang bebas mempunyai,
mengeluarkan dan menyebar luaskan pendapat sesuai hati nuraninya, secara lisan atau
tulisan melalui media cetak maupun media cetak elektronikdengan memperhatikan nilai-nilai
agama, kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum, dan keutuhan bangsa.
Memang benar bahwa setiap manusia mempunyai kebebasannya masing masing, namun
jika ditelaah lebih dalam sudah jelas dikatakan bahwa kebebasan yang dimiliki berbanding
lurus dengan batasan batasan yang harus dipenuhi pula seperti; apakah melanggar agama,
kesusilaan, kepentingan umum, hingga keutuhan bangsa?
Pada kenyataanya, dengan banyaknya desas desus yang memperbincangkan mengenai
status kaum bendera pelangi ini mengarahkan pada satu kesimpulan bahwasanya masyarakat
Indonesia merasa keamanan dan ketertiban mereka terancam. Bahkan, dengan hanya satu
kata: LGBT dapat menimbulkan benih benih keretakan keutuhan bangsa ini.
Sebagaimana menurut UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 pada amandemen yang II
sudah secara tegas memasukkan hak atas rasa aman ini di dalam pasal 28A-28I. Juga diatur
dalam Pasal 30 UURI No. 39 Tahun 2009 tentang HAM yang berbunyi: Setiap orang
berhak atas rasa aman dan tentram serta perlindungan terhadap ancaman ketakutan untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuatu. dan Pasal 35 bahwa Setiap orang berhak hidup di
dalam tatanan masyarakat dan kenegaraan yang damai, aman dan tentram yang
menghormati, melindungi dan melaksakan sepenuhnya hak asasi manusia dan kewajiban
dasar manusia sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
Para pihak yang kontra merasa bahwa dengan adanya kaum LGBT yang tak lazim tumbuh di
tengah masyarakat Indonesia dengan adat dan agamanya yang kental, sehingga kenyamanan
mereka untuk bersosialisasi dengan bebas pun terenggut. Masyarakat satu sama lain bersikap
lebih waspada dan mencurigai terhadap kehadiran kaum LGBT. Seolah-olah masyarakat
suatu negara terbagi menjadi 2 golongan, kaum LGBT dan non-LGBT.
Dalam agama Islam pun sudah terang Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa melarang keras
hamba-Nya agar tidak masuk ke dalam golongan orang orang yang menyukai sesama jenis
seperti lesbi maupun gay, biseksual, dan transgender. Al Quran sebagai sumber ajaran
agama Islam yang merupakan representasi kalimat kalimat Allah SWT. di dalamnya
terdapat berbagai pelajaran mulai dari cerita masa lampau hingga ramalan masa kini.
Salah satunya ialah kisah pada zaman Nabi Luth alaihissalam, kaumnya yang terkenal
sebagai penyuka sesama jenis dilaknat oleh Allah SWT. dengan adzab yang amat pedih.
Merupakan suatu pertanda bahwa Allah SWT. tidaklah menyukai perbuatan tersebut.
Dalam masalah penetapan hukum, sudah tentu ada yang mendukung dan ada yang menolak.
Bahkan dalam upaya menetapkan hukum Allah sebagai hukum positif, mungkin lebih banyak
yang tidak mendukung daripada yang mendukung. Akan tetapi, peringatan Allah
mengharuskan decision maker(pembuat keputusan) agar mendahulukan kehendak Tuhan
daripada selera manusia yang tak ada ujungnya.
Indonesia pun sebagai negara yang berdaulat dan memiliki hukumnya sendiri sudah jelas
tertera dalam pasal 1 Undang Undang No. 1 Tahun 1974 mengenai perkawinan
bahwaPerkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang MahaEsa.
Perkawinan bertujuan salah satunya untuk melestarikan umat manusia. Sangat kontras bila
dibandingkan dengan kaum LGBT yang merupakan penyuka sesama jenis. Apabila
dilegalkan, LGBT tentu akan berdampak pada timbulnya berbagai masalah di Indonesia.
Mulai dari menurunnya angka kelahiran karena sudah pasti sesama jenis tak bisa bisa
menghasilkan keturunan, hingga masalah lainnya seperti yang sudah disinggung diatas
(keresahan masyarakat yang merasa keamanan hidupnya terusik, hingga retaknya keutuhan
bangsa yang terpecah belah menjadi golongan pro dan kontra LGBT).
Selain itu, dalam UU Perkawinan Indonesia memperhatikan pula dasar agama, yakni
Ketuhanan Yang Maha Esa. Menjadi salah satu alasan memperkuat pandangan hukum Islam
mengenai LGBT yang dilarang Allah SWT.
Menimbang dari berbagai pernyataan yang ada, dapat disimpulkan bahwa tidak dibenarkan
apabila kaum LGBT menjadi legal di Indonesia. Mengingat kembali Indonesia merupakan
negara hukum dengan masyarakat yang menghargai tradisi dan agamanya masing masing.
Tidakkah (apabila) golongan LGBT yang keberadaannya semakin terang-terangan di
Indonesia akan membuat masyarakat normal merasa tak aman dan mengganggu
kenyamanan? Sungguh sangat salah jika menggunakan tameng HAM untuk melegalkan
tindakan kelompok LGBT apalagi sampai telah membawa kasus ini ke forum internasional
melalui Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang mendapat dukungan dana besar dari
negara Barat yang menginginkan Indonesia menganut pelegalan LGBT sebagaimana yang
telah dilegalkan di berbagai negara Barat.
Jika kelompok LGBT tetap ingin mempertahankan pilihannya tanpa ada keinginan untuk
memperbaiki keadaannya menjadi manusia normal seutuhnya, mengapa harus berusaha
menginginkan LGBT menjadi kebutuhan sosial? Sedangkan masyarakat Indonesia sangat
tegas dan keras melarang segala bentuk praktik LGBT berdasar ketentuan hukum, perundang-
undangan, nilai-nilai agama, kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum, dan keutuhan
bangsa.
https://www.islampos.com/lgbt-dalam-perspektif-hukum-islam-250920/

Anda mungkin juga menyukai