Anda di halaman 1dari 8

A.

MASALAH UTAMA
Perilaku kekerasan/amuk
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan
kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995)
Perilaku kekerasan/amuk dapat disebabkan karena frustasi, takut, manipulasi
atau intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik emosional yang belum
dapat diselesaikan. Perilaku kekerasan juga menggambarkan rasa tidak aman,
kebutuhan akan perhatian dan ketergantungan pada orang lain.
2. Faktor Predisposisi dan Faktor Presivitasi
a. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan menurut
teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan oleh
Towsend (1996 dalam Purba dkk, 2008) adalah:
1) Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap
perilaku:
a) Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif:
sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga
mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses
impuls agresif. Sistem limbik merupakan sistem informasi, ekspresi,
perilaku, dan memori. Apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan
meningkatkan atau menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya
gangguan pada lobus frontal maka individu tidak mampu membuat
keputusan, kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif.
Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai implikasi
memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik terlambat
dalam menstimulasi timbulnya perilaku agresif. Pusat otak atas secara
konstan berinteraksi dengan pusat agresif.
b) Biokimia
Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine,
asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau
menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten dengan fight atau
flight yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang respons
terhadap stress.
c) Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku
agresif dengan genetik karyotype XYY.
d) Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku
agresif dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang
sistem limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang menimbulkan
perubahan serebral; dan penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsy,
khususnya lobus temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif
dan tindak kekerasan.
b. Faktor Presivitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali
berkaitan dengan (Yosep, 2009):
1) Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian
masal dan sebagainya.
2) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial
ekonomi.
3) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
4) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
dirinya sebagai seorang yang dewasa.
5) Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi
rasa frustasi.
6) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan
keluarga.
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan
didapatkan melalui pengkajian meliputi : muka merah, pandangan tajam, otot
tegang, nada suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan
kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang (Keliat, 2004).
4. Rentang Respon

Asertif Agresif
Pasif
Isi Negatif Positif dan Menyombongkan
pembicaraan menurun menwarkan diri, diri, memindahkan
menandakan contoh : orang lain contoh
diit, contoh saya dapat. kamu selalu.
dapatkah saya akan. kamu tidak
saya? pernah
Dapatkah
kamu ?
Tekanan suara Cepat lambat , Sedang Keras dan
mengeluh. mengotot
Posisi badan Menundukan Tegap dan santai Kaku, cenderung
kepala
Jarak Menjaga jarak Mempertahankan Siap dengan jarak
dengan sikap jarak yang nyaman dan menyerang
acuh orang lain
mengabaikan
Penampilan Loyo, tidak Sikap tenang Mengancam posisi
dapat tenang menyerang
Kontak mata Sedikit/ sama Mepmpertahankan Mata melotot dan
sekali tidak kontak mata sesuai di pertahankan
dengan hubungan
5. Penatalaksanaan
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2 yaitu:
a. Medis
b. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol prilaku psikososia.
c. Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak diri.
d. Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan menenangkan
hiperaktivitas.
e. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila mengarah pada
keadaan amuk.
Penatalaksanaan keperawatan
a. Psikoterapeutik
b. Lingkungan terapieutik
c. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
d. Pendidikan kesehatan

C. POHON MASALAH

resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

perilaku kekerasan/amuk

Gangguan harga diri : harga diri rendah

D. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
2. Perilaku kekerasan / amuk
3. Gangguan harga diri : harga diri rendah
E. DATA YANG PERLU DI KAJI
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
a. Data Subyektif :
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
b. Data Objektif :
- Mata merah, wajah agak merah.
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul
diri sendiri/orang lain.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
- Merusak dan melempar barang-barang.
2. Perilaku kekerasan/amuk
a. Data Subyektif :
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
b. Data Obyektif
- Mata merah, wajah agak merah.
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
- Merusak dan melempar barang-barang.
3. Gangguan harga diri : harga diri rendah
a. Data subyektif:
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
b. Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN JIWA
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
2. Perilaku kekerasan / amuk
3. Gangguan harga diri : harga diri rendah
G. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
H. NO Strategi Perencanaan Pasien Strategi Perencanaan Keluarga
1 SP I P SP I k
1. Mengidentifikasi penyebab 1. Mendiskusikan masalah yang
PK dirasakan keluarga dalam merawat
2. Mengidentifikasi Tanda dan pasien.
Gejala PK 2. Menjelaskan pengertian PK,
3. Mengidentifikasi PK yang tanda dan gejala, serta proses
dilakukan terjadinya PK.
4. Mengidentifikasi akibat PK 3. Menjelaskan cara merawat
5. Mengajarkan cara mengontrol pasien dengan PK.
PK
6. Melatih Pasien cara
mengontrol PK FISIK I ( Nafas
Dalam )
7. Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
2 SP II P SP II k
1. Memvalidasi masalah dan 1. Melatih keluarga mempraktekkan
latihan sebelumnya cara merawat pasien dengan PK.
2. Melatih pasien cara kontrol 2. Melatih keluarga melakukan cara
marah FISIK II ( memukul bantal merawat langsung kepada pasien
/ kasur / konversi PK.
energi )
3. Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian

3 SP III P. SP III k
1. Memvalidasi masalah dan 1. Membantu keluarga membuat
latihan sebelumnya jadual aktivitas di rumah termasuk
2. Melatih pasien cara minum obat (discharge planning).
mengontrol PK secara Verbal 2. Menjelaskan follow up pasien
(Meminta / menolak dan setelah pulang.
mengungkapkan marah secara
baik)
3. Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
4 SP IV P
1. Memvalidasi masalah dan
latihan sebelumnya
2. Melatih pasien cara
mengontrol PK secara spiritual
(berdoa, berwudhu, sholat)
3. Membibing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
5 SP V P
1. Memvalidasi masalh dan dan
latihan sebelumnya
2. Menjelaskan cara mengontrol
PK dengan meminum obat (
Prinsip 5 benar
minum obat )
3. Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian

I. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN


1. SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan
marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan,
akibatnya serta cara mengontrol secara fisik I
- Orientasi
- Kerja
- Terminasi
2. SP 2 Pasien: Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2
- Orientasi
- Kerja
- Terminasi
DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo
Keliat B. A. 1999. Gangguan Konsep Diri, Edisi I. Jakarta : EGC

Keliat B. A. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi II. Jakarta : EGC

Stuart GW, Sundeen. 1995. Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis
Mosby Year Book

Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung

Anda mungkin juga menyukai