This Is It !
This Is It !
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
saluran akar. Hal ini disebabkan karena pada infeksi endodontik, bakteri dan
produknya tidak hanya terdapat pada ruang pulpa namun juga pada saluran akar1 dan
pada gigi sulung adanya morfologi yang bengkok dan resorpsi akar.2
dilakukan untuk mengeliminasi bakteri pada saluran akar. Menurut Silva et al,
intrakanal yang dapat mengurangi jumlah endotoksin yang ada pada saluran akar
Pada kasus dengan pulpa yang masih vital, aplikasi medikamen intrakanal
diantaranya : tidak bersifat iritan, pemeliharaan vitalitas pulpa, kontrol intensitas dan
1
agent yang hampir sama.5 Sedangkan jika dibandingkan dengan kalsium hidroksida,
faecalis telah resisten terhadap kalsium hidroksida pada pH 11.1 tapi tidak pada pH
11.5. dan peran positif kalsium hidroksida sebagai tissue healing tidak dapat
diabaikan.5
formokresol sebagai medikamen intrakanal pada gigi sulung menunjukkan hasil yang
Lebah menghasilkan produk seperti royal jelly, pollen, venom dan propolis.8
Propolis atau lem lebah adalah nama generik yang diberikan untuk bahan resin yang
dikumpulkan oleh madu dari berbagai macam jenis tumbuhan, terutama bagian
kuncup dan daun dari tumbuhan tersebut. Berdasarkan analisis dengan menggunakan
terhadap propolis yang dihimpun oleh lebah yang berasal dari tumbuhan poplar
amino, asam alifatik dan esternya, asam aromatik dan esternya, aldehid, khalkon,
dihidrokhalkon, flavanon, hidrokarbon, keton dan terpenoid. Hasil yang hampir sama
juga diperoleh oleh Merucci yang menemukan senyawa alkohol, aledhida, asam
2
alifatik dan esternya, asam amino, asam aromatik dan esternya, flavanon, keton dan
B. RUMUSAN MASALAH
bakteri pada saluran akar. Efek antibakteri kalsium hidroksida yang kurang baik dan
medikamen intrakanal yang memiliki efek antibakteri yang baik namun bersifat
alamiah.
3
Propolis dipercaya memiliki efek antibakteri, anti inflamasi dan antifungi.
tersebut, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian yaitu apakah ekstrak propolis lebih
abses periapikal ?
C. TUJUAN PENELITIAN
D. HIPOTESIS
E. MANFAAT PENELITIAN
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PROPOLIS
Kata propolis berasal dari bahasa Yunani, yaitu pro yang berarti pertahanan
dan polis berarti kota. Sehingga propolis bermakna pertahanan kota (sarang lebah).
Propolis atau lem lebah adalah nama generik yang diberikan untuk bahan resin yang
dikumpulkan oleh lebah madu dari berbagai macam jenis tumbuhan, terutama dari
bagian kuncup dan daun tumbuhan tersebut. Lebah kemudian mencampur bahan
resin ini dengan enzim yang disekresikan dari kelenjar mandibula lebah, meskipun
Oleh karena itu, kandungan dan senyawa kimia yang teradpat pada propolis beberda-
bahan pelapis untuk melindungi sarangnya dari faktor penggangu dari luar, misalnya
serangga, kumbang atau tikus, (3) meratakan dinding sarang lebah, (4) bahan pengisi
lubang atau celah dan perekat pada sarang lebah, (5) melindungi sel sarang tempat
ratu lebah menetaskan telurnya sehingga larva lebih terlindungi dari penyakit dan (6)
antibakteri.9
lain sifat antibakteri baik terhadap bakteri gram positif maupun gram negatif. Sifat
antibakteri dari propolis ini bukan semata-mata disebabkan karena senyawa tunggal,
namun karena efek sinergis dari beberapa senyawa yang terdapat pada propolis yang
5
bersifat antibakteri yakni : flavonoid, asam ferulat, ester asam fenol, asam sinamat
Gambar 2.1. Propolis (Sumber : Finstrom MS, Spivak M. Propolis and bee health :
the natural history and significance of resin use by honey bees. Apidologie
2010;41:295-311)
sehingga menghambat kerja enzim polymerase RNA bakteri untuk melekat pada
DNA sehingga replikasi DNA tidak terjadi. Selain itu komponen tersebut juga
terjadi pada RNA dan hal ini mengakibatkan pembelahan sel bakteri tidak terjadi
Kikuni dan Schilcer yang pada penelitiannya mendapatkan bahwa ekstrak etanol
beberapa mekansime, yakni dengan mencegah pembelahan sel bakteri dengan cara
6
pseudo-multicellular. Selain itu ekstrak etanol propolis juga menyebabkan terjadinya
kompleks dan tidak dapat dianalogikan dengan cara kerja antibiotika klasik.9
1. Komposisi propolis
Propolis sebagian besar disusun oleh tumbuhan resin dan eksudat yang
dikumpulkan oleh lebah. Komponen yang terdapat pada propolis bergantung pada
letak geografis dan tumbuhan yang dikumpulkan oleh lebah itu sendiri. Secara
umum, propolis terdiri dari campuran resin dan getha 39-53%, polifenol1,2-17%,
polisakarida 2-3%, lilin (wax) 19-35% dan bahan lain 8-12%. Menurut Kaal (1991),
komposisi propolis meliputi resin dan balsam 50%, pollen 5%, lilin (wax) 30%,
minyak esensial 10% dan senyawa organik dan mineral 5 %. Penelitian terhadap
propolis yang berasal dari 15 daerah yang berbeda di Rusia menunjukkan hasil yang
hampir sama, yaitu resin 50-55%, lilin (wax) maksimal 30%, minyak esensial 8-
10% dan bahan padat 5%.10 Walaupun propolis memiliki komposisi yang berbeda-
beda, tapi propolis tetap menunjukkan aktifitas biologi khususnya efek antibakteri.16
a. Anti-bakteri
pada propolis. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa propolis memiliki efek
7
b. Anti-fungi
20% mampu mengahambat seluruh C. albicans yang diperoleh dari pasien positif
HIV yang mengalami oral candidiasis. Walaupun tidak ada perbedaan yang
c. Anti-inflamasi
inflamasi ini terjadi akibat adanya flavonoids dan cinnamic acid derivatives yang
terdapat pada propolis, termasuk acacetin, quercetin, dan naringenin caffeic acid
B. MEDIKAMEN INTRAKANAL
Walaupun instrumentasi yang tepat pada saluran akar yang terinfeksi dapat
mengurangi jumlah bakteri, tapi diketahui bahwa instrumentasi saja tidak dapat
pada dinding saluran akar, dalam tubulus dentinalis dan percabangan saluran akar.
mikroorganisme. 17
pulpa dan periapikal, (2) penetralan sisa-sisa debris pada saluran akar, (3) kontrol
8
dan pencegahan nyeri pasca perawatan, (4) kontrol eksudat dan (5) kontrol inflamasi
1. Kalsium hidroksida
sebagai pulp capping agent. Namun dewasa ini, kalsium hidroksida telah digunakan
alkali yang tinggi sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang ditemukan
dengan pHnya yang dipengaruhi oleh konsentrasi dan laju pelepasan hydroxyl ion
diresorpsi atau diabsorpsi pada laju yang berbeda pada jaringan periapikal dan
saluran akar.18
uap yang terdapat pada saluran akar mengaktivasi kalsium hidroksida kemudian pH
pada saluran akar meningkat hingga 12+ dalam beberapa menit. Rata-rata waktu
peningkatan secara signifikan antara 2 sampai 24 jam dan turun setelah 7 hari. Tapi
9
jika dibandingkan dengan aqueous suspension kalsium hidroksida pH dapat bertahan
hingga 2 minggu. Hal ini disebabkan karena pelepasn ion yang lebih besar dari
kalsium hidroksida.18
maupun akar.
antibakterinya.
bakteri tertentu.
10
4) Difusi dan daya larut yang rendah
2. Formokresol
Formokresol telah dikenal sejak satu abad yang lalu dan digunakan sebagai
dalam jangka waktu 1-8 bulan.20 Lele et al juga memperlihatkan hasil yang sama
bahwa formokresol secara signifikan dapat mengurangi jumlah bakteri pada saluran
masih diragukan.
C. ABSES PERIAPIKAL
dibentuk oleh disintegrasi jaringan. Gangguan pada pulpa atau jaringan periapikal
dapat dibagi menjadi gangguan hidup dan tidak hidup. Gangguan hidup berupa
mikroorgansime dan virus. Sedangkan gangguan yang tidak hidup dapat berupa
gangguan mekanik, termal dan kimia. Lesi dengan derajat ringan hingga sedang
dengan durasi yang singkat menyebabkan kerusakan jaringan yang bersifat reversible
sama dengan bakteri yang diisolasi dan diidentifikasi dari saluran akar. Hanya
beberapa bakteri yang diisolasi dari saluran akar yang dapat menghasilkan atau
11
menyebabkan abses pada biakan murni. Sebuah penelitian terakhir menyatakan
parvula, tapi tidak ada dari (black-pigmented bacillus) BPB yang dapat
memproduksi abses pada kultur murni dengan tikus sebagai model. Pada biakan
F.nucleatum pada biakan murni. Hal ini mendukung konsep hubungan sinergis
dari 31 sampel saluran akar gigi desidui dengan pulpa nekrose dan lesi periapikal,
BPB pada 11 kasus (35%). Sedangkan mikroorganisme aerob hanya ditemukan pada
29 saluran akar (93.5) dengan streptococci yang terdapat pada 30 saluran akar
12
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
Eliminasi bakteri
Formokresol
Klorheksidin
Larutan Irigasi Medikamen Intrakanal
Propolis
Keterangan :
13
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. RANCANGAN PENELITIAN
intrapulpa akar gigi pasien endodontik pada Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak
B. IDENTIFIKASI VARIABEL
Variabel sebab pada penelitian ini adalah ekstrak propolis, formokresol dan
kalsium hidroksida dengan skala pengukuran nominal dan variabel akibat adalah
D. DEFINISI OPERASIONAL
2. Ekstrak propolis adalah propolis yang diekstraksi dengan pelarut etanol 96%.
14
3. Bakteri pada abses periapikal adalah bakteri yang diisolasi dari pulpa gigi anak
E. BESAR SAMPEL
(t-1)(r-1) 15
(4-1)(r-1) 15
(r-1) 15/3
r 6
F. DATA
Jenis data pada penelitian ini adalah data primer, dianalisis dengan
menggunakan Uji One Way ANOVA melalui software SPSS 16 dan kemudian
cawan petri, tabung reaksi, blank disc, labu erlenmeyer, micropipet dan timbangan.
ethanol 96% sebagai pelarut propolis pada saat proses ekstraksi, DMSO (Dimetil
15
H. KRITERIA PENILAIAN
tingkat kekeruhan yang terjadi pada tabung reaksi, nilainya disebut minimum
zona ihibisi pertumbuhan bakteri yang terjadi disekeliling silinder dilakukan dengan
menggunakan jangka sorong. Zona inhibisi adalah jarak terdekat (mm) dari tepi luar
I. PROSEDUR KERJA
1. Estraksi propolis
Propolis ditimbang (120 gr) selanjutnya ditambahkan 96% etanol sebagai pelarut dan
dimasukkan kedalam mesin berpengaduk elektrik selama tiga jam dengan suhu 60C
dan kemudian didiamkan selama 30 menit pada suhu kamar. Setelah itu dilakukan
penyaringan dengan corong dan kertas saring untuk memisahkan filtrat dan ampas
kedalam labu erlenmeyer dan kemudian didiamkan kembali selama 48 jam agar
kental.26
pertama yaitu pada saat pembukaan saluran akar. Pertama-tama, paper point steril
16
Kultur diperoleh dengan memasukkan paper point steril kedalam saluran akar dan
didiamkan beberapa menit untuk menyerap eksudat. Sementara itu, tabung reaksi
paper point kemudian dipindahkan kedalam tabung reaksi dan kembali ditutup untuk
3. Prosedur laboratorium
Penentuan KHM setiap variabel terhadap bakteri yang telah diperoleh dari
2.5 ml dan ditambahkan dengan 2.5 ml dari sampel dan bakteri yang
Farland.
17
b. Perbandingan efek antibakteri
mengeras.
temperatur 37.
18
BAB V
HASIL PENELITIAN
propolis, kalsium hidroksida dan formokresol terhadap bakteri pada abses periapikal.
bakteri saluran akar yang diambil dari eksudat saluran akar pada saat pembukaan
pertama. Adapun bahan terdiri atas berbagai macam konsentrasi, yang dimulai dari
konsentrasi 0.2%, 1%, 2%, 4,1% dan 8.3%. Penelitian ini menggunakan campuran
2012.
Tujuan dari penelitian ini untuk melihat sejauh mana ekstrak propolis dapat
formokresol, sehingga penelitian ini akan melihat perbedaan luas zona inhibisi yang
dihasilkan oleh ketiga material eksperimen ini, yang akan diimbangi dengan kontrol
only control group design, sehingga pengukuran luas zona hanya dilakukan satu kali
untuk melihat sejauh mana efektifitas masing-masing bahan terhadap koloni bakteri.
Hasil penelitian diolah dengan menggunakan program SPSS 16.0 dan dianalisis
19
Tabel 5.1. Distribusi jenis bahan dan konsentrasi sampel penelitian
Distribusi karakteristik sampel penelitian dapat terlihat pada tabel 5.1. Pada
penelitian ini, dari 32 jumlah secara keseluruhan terbagi atas 10 ekstrak propolis, 10
bahan terbagi atas beberapa konsentrasi dan pada tiap konsentrasi, terdiri atas dua
petri. Pada ekstrak propolis dan formokresol, terdapat lima jenis konsentrasi, yaitu
0.2%, 1%, 2%, 4.1%, dan 8.3%. Sedangkan, pada kalsium hidroksida hanya tiga
jenis konsentrasi, yaitu 2%, 4.1%, dan 8.3%. Pembagian konsentrasi ini bergantung
20
Tabel 5.2. Perbedaan luas zona inhibisi berdasarkan jenis bahan
Luas zona inhibisi
Jenis Bahan Konsentrasi p-value
Mean SD
0.2% 9.25 0.353
1% 10.00 0.00
Ekstrak propolis 2% 10.25 0.353 0.002*
4.1% 12.50 0.707
8.3% 12.00 0.00
0.2% 10.00 2.822
1% 10.25 2.474
Formokresol 2% 12.75 3.182 0.009*
4.1% 19.75 0.353
8.3% 22.00 1.414
2% 7.50 0.00
Kalsium Hidroksida 4.1% 8.00 0.00 0.192**
8.3% 7.75 0.353
Kontrol positif
22.167 3.71
(kalsium hidroksida + formokresol, 1:1)
Total 13.65 5.96
*One Way Anova test: p<0.05; significant; **One Way Anova test: p>0.05; not significant
sekaligus memperlihatkan perbedaan yang diperoleh dari hasil uji analisis statistik.
Pada tabel 5.2, terlihat terjadi peningkatan luas zona inhibisi seiring dengan
peningkatan konsentrasi pada formokresol (Gambar 5.3). Namun pada jenis bahan
ekstrak propolis dan kalsium hidroksida didapatkan konsentrasi yang paling efektif
adalah pada 4.1%, sebab terjadi penurunan pada konsentrasi 8.3% (Gambar 5.2 dan
Gambar 5.4). Kontrol positif yang merupakan gabungan dari kalsium hidroksida dan
formokresol (1:1), memiliki luas zona inhibisi mencapai 22.167. Berdasarkan hasil
uji statistik ANOVA satu arah, diperoleh nilai p<0.05 pada jenis bahan ekstrak
propolis dan formokresol, artinya terdapat perbedaan luas zona inhibisi yang
signifikan paling tidak diantara dua kelompok konsentrasi ekstrak propolis dan
formokresol. Adapun, didapatkan nilai p>0.05 untuk jenis bahan kalsium hidroksida
21
yang berarti tidak terdapat perbedaan luas zona inhibisi yang signifikan diantara
adalah 2%. Dengan demikian, pada tabel 3 ini konsentrasi daya hambat minimal
hanya 7.5 mm. Adapun, formokresol berada pada urutan pertama dengan luas yang
mencapai 10 mm, sedangkan ekstrak propolis memiliki luas zona inhibisi mencapai
9.25 mm. Akan tetapi, berdasarkan hasil uji statistik analysis of variance (anova)
satu arah, diperoleh nilai p>0.05 (p:0.411). Hal ini berarti bahwa walaupun terdapat
perbedaan luas zona inhibisi pada masing-masing bahan, namun perbedaan tersebut
tidak signifikan.
22
Gambar 5.1. Hasil ji luas zona inhibisi ekstrak propolis pada konsentrasi 0.2%, 1%,
2%, 4.1%, 8.3% dan kontrol positif pada bagian tengah.
Gambar 5.2. Hasil ji luas zona inhibisi formokresol pada konsentrasi 0.2%, 1%, 2%,
4.1%, 8.3% dan kontrol positif pada bagian tengah.
23
Gambar 5.3. Hasil ji luas zona inhibisi kalsium hidroksida pada 2%, 4.1%, 8.3% dan
kontrol positif pada bagian tengah.
Tabel 5.4. Perbedaan luas zona inhibisi berdasarkan konsentrasi paling efektif
Jenis bahan dan Luas zona inhibisi (mm)
konsentrasi daya hambat paling efektif Mean SD p-value
Ekstrak propolis 4.1% 12.50 0.707
Formokresol 8.3% 22.00 1.414
0.001*
Kalsium hidroksida 4.1% 8.00 0.00
Kontrol positif 22.167 3.71
Total 13.65 5.96
*One Way Anova test: p<0.05; significant
Berdasarkan tabel 5.2, diperoleh konsentrasi yang paling efektif untuk ekstrak
propolis dan kalsium hidroksida adalah 4.1%, sedangkan pada formokresol adalah
8.3%. Tabel 5.4 memperlihatkan hasil uji statistik ANOVA satu arah dan diperoleh
p<0.05, artinya terdapat perbedaan luas zona inhibisi yang signifikan antara ekstrak
propolis 4.1%, formokresol 8.3%, kalsium hidroksida 4.1% dan kontrol positif.
Akhirnya, dari tabel 4, diketahui bahwa formokresol 8.3% memiliki efektifitas yang
24
paling tinggi (luas zona inhibisi: 22 mm), selanjutnya ekstrak propolis 4.1% (luas
zona inhibisi: 12.5 mm), dan yang memiliki efektifitas yang paling rendah adalah
kalsium hidroksida 8.3% (luas zona inhibisi 8 mm). Dari tabel 4 juga diperoleh
25
BAB VI
PEMBAHASAN
mengeliminasi seluruh bakteri yang ada pada saluran akar.4 Oleh karena itu aplikasi
medikamen intrakanal merupakan hal yang perlu dilakukan pada perawatan lesi
perapikal.
terhadap bakteri pada abses periapikal mulai pada konsentrasi 0.2% setelah inkubasi
selama 24 jam dengan suhu 37. Berbeda dengan hasil yang diperoleh Fathoni et
al11 bahwa propolis mulai dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada konsentrasi
sangat bergantung pada jenis tumbuhan dan letak geografis propolis tersebut.16
pada konsentrasi terendah yaitu 0.2%. Sedangkan kalsium hidroksida mulai mampu
26
Efek antibakteri propolis memperlihatkan hasil yang baik dibanding kalsium
hidroksida. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Awawdeh et al13 pada tahun 2009
pendek namun hanya spesifik terhadap bakteri E. Faecalis. Selanjutnya pada tahun
ini Jahromi et al27 juga memperlihatkan hasil yang sama bahwa propolis memiliki
potensi antibakteri yang lebih besar dibandingkan kalsium hidroksida juga pada
bakteri E. Faecalis.
kecil dibanding formokresol. Hal ini mengindikasikan bahwa propolis memiliki efek
antibakteri yang lebih rendah dalam menghambat bakteri pada lesi periapikal.
Rendahnya diameter zona inhibisi ekstrak propolis mungkin disebabkan oleh jangka
waktu yang terlalu lama antara ekstraksi dan penentuan efek antibakteri sehingga
penyimpanan ekstrak propolis yang kurang baik juga mungkin mempengaruhi efek
namun propolis dapat menjadi agen antibakteri baru yang bersifat natural dengan
periapikal dan dengan kompleksitas dan efek sinergi kandungan pada propolis
membuat bakteri sulit untuk berkembangbiak. Kedua, propolis relatif tidak bersifat
toksik.12
27
BAB VII
PENUTUP
A. SIMPULAN
pertumbuhan bakteri pada lesi periapikal. Diameter zona inhibisi terluas berturut-
turut adalah formokresol, ekstrak propolis kemudian kalsium hidroksida. Hal ini
mengindikasikan bahwa ekstrak propolis memiliki efek antibakteri yang lebih baik
Walaupun demikian, propolis dapat dijadikan sebagai alternatif agen antibakteri baru
alamiah.
B. SARAN
28