Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN RESMI KIMIA ANALITIK I A

KURVA TITRASI DAN KAPASITAS BUFFER

Oleh:

Putri Prajna Paramitha (652014015)

I Gedhe Kesha A. K. (652016015)

Laili Nurrohmah (652016023)

Program Studi Kimia

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017
LAPORAN RESMI KIMIA ANALITIK A

Nama/Nim : Putri Prajna Paramitha (652014015)

I Gedhe Kesha A. K. (652016015)

Laili Nurrohmah (652016023)

Kelompok : Siang 12.00-16.00

Tanggal Praktikum : 6 Oktober 2017

JUDUL : KURVA TITRASI DAN KAPASITAS BUFFER

TUJUAN

1. Menentukan kurva titrasi dari titrasi asam basa.


2. Menentukan kapasitas buffer dari asam cuka dan sodium asetat dengan berbagai
konsentrasi.

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Arrhenius, asam berasal dari bahasa latin acetum, yang berarti cuka. Basa
(alkali) berasal dari bahasa arab yang berarti abu. Asam Svante Arrhenius pada tahun 1807
menyatakan bahwa senyawa asam adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air
menghasilkan ion H.

Contoh : HCl(aq)H(aq) + Cl(aq)H2SO4(aq)2H(aq) + SO4(aq)

Berdasarkan jumLah ion H yang dapat dilepaskan, senyawa asam dikelompokkan ke dalam
beberapa jenis, yaitu:

1. Asam monoprotik, yaitu senyawa asam yang melepaskan satu ion H.


contoh : HCl(aq), HNO3 (aq), CH3COOH(aq).
2. Asam diprotik, yaitu senyawa asam yang melepaskan dua ion H.
contoh : H2SO4(aq), H2CO3(aq).
3. Asam triprotik, yaitu senyawa asam yang melepaskan tiga ion H.
contoh : H3PO4(aq). Asam diprotik dan tripotik dikenal juga dengan istilah asam
poliprotik, yaitu asam yang memiliki lebih dari satu atom H.
Larutan penyangga merupakan campuran asam lemah dengan basa konjugasinya atau
campuran basa lemah dengan asam konjugasinya (Utami, 2011). Sifat dari larutan buffer
yaitu pH larutan tidak berubah jika diencerkan dan tidak berubah pula jika ditambahkan
kedalamnya sedikit asam atau basa (Padmono, 2007). Larutan buffer sering digunakan
dalam bidang kimia analisis seperti pada pembuatan fase gerak pada KCKT dan ekstraksi
obat dari larutan berair. Jenis buffer yang paling sederhana tersusun atas asam/basa lemah
yang dikombinasikan dengan asam/basa kuat (Golib, 2007).

Buffer dibagi menjadi 2 yaitu:


1. Buffer asam
Larutan penyangga yang bersifat asam mempertahankan pH pada daerah asam (pH
< 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya
yang merupakan basa konjugasi dari asamnya. Adapun cara lainnya yaitu
mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam lemahnya
dicampurkan dalam jumLah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang
mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan. Pada umumnya
basa kuat yang digunakan seperti natrium, kalium, barium, kalsium, dan lain-lain.
2. Buffer basa
larutan penyangga yang bersifat basa larutan ini mempertahankan pH pada daerah
basa (pH > 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuatdari basa lemah dan
garam, yang garamnya berasal dari asam kuat. Adapun cara lainnya yaitu dengan
mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemahnya
dicampurkan berlebih (Wiro, 2011).
Larutan penyangga/buffer akan bekerja paling baik dalam mengendalikan pH pada harga
pH yang hampir sama dengan pKa komponen asam atau basa, yaitu ketika garam sama
dengan asam. Ini dapat ditunjukkan dengan menghitung kemampuan penyangga untuk
menahan perubahan pH, yang dikenal dengan kapasitas penyangga.

Kapasitas penyangga didefinisikan sebagai jumLah mol per liter asam atau basa monobasa
kuat yang diperlukan untuk menghasilkan peningkatan atau penurunan satu unit pH
didalam larutan (Cairns, 2008). Besarnya penahanan perubahan pH oleh dapar disebut
kapasitas atau efisiensi dapar, indeks dapar dan nilai dapar. Van Sly-ke 7
memperkenalkan konsep kapasitas dapar dan mendefinisikannya sebagai perbandingan
pertambahan basa kuat (atau asam) dengan sedikit perubahan pH yang terjadi karena
penambahan basa itu. Rumus untuk menghitung besarnya kapasitas dapar adalah sebagai
berikut:

B
= pH

B = sedikit penambahan basa kuat ke dalam larutan dapar hingga menghasilkan


perubahan pH yang dinyatakan dalam gram/liter

pH = perubahan pH (Martin, 1990).

ALAT DAN BAHAN


A. ALAT
Buret Pipet ukur 1mL, 5mL, 10mL
Hot Plate Volume pipet 10mL, 25mL,
Magnetic stirrer 50mL
pH meter Labu ukur 100mL, 250mL
Beaker dan erlenmeyer

B. BAHAN
NaOH 0,5 M, 0,05 M, 0,1 M, dan Asam Asetat (CH3COOH) 0,05
0,3 M M, 0,3 M, dan 0,1 M
HCl 0,1 M Sodium Asetat (CH3COONa)
H3PO4 0,33 M 0,05 M, 0,3 M, dan 0,1 M
Akuades

METODE
A. TITRASI MONOPROTIK DAN POLIPROTIK
1. Dimasukkan 50 mL HCl 0,1 M ke dalam beaker dan kemudian ditambahkan 50 mL
akuades.
2. Dimasukkan Magnetic stirrer ke dalam beaker.
3. Diletakkan beaker di atas hot-plate.
4. Dimasukkan elektroda pH meter sehingga posisi elektroda tercelup kedalam larutan
5. Buret diisi dengan larutan NaOH 0.5 M
6. pH larutan awal dicatat, kemudian proses titrasi dimulai dengan menambahkan 0,5
mL larutan NaOH dari buret dan dicatat nilai pH-nya.
7. Dilanjutkan titrasi setiap 0,5 mL dicatat nilai pH-nya
8. Ketika volume mencapai 8 mL, volume titran 0,2 mL, dicatat pH kemudian dibuat
kurva titrasi ( mL versus pH) titrasi dilanjutkan hingga pH stabil.
9. Diulangi percobaan tersebut dengan mengganti asamnya dengan 0,1 M CH3COOH
sebagai asam lemah monoprotik,volume titran tetap setiap 0,2 mL dan 0,33 M
H3PO4 sebagai asam poliprotik.
10. Dibuat kurva Titrasi seperti percobaan sebelumnya.

B. KAPASITAS BUFER
Untuk menentukan kapasitas buffer kita memerlukan tiga seri pengukuran dengan
campuran larutan antara asam asetat dan sodium asetat dengan konsentrasi yang
berbeda.
Disiapkan 5 campuran dari larutan Asam asetat 0.05 M dan 0.05 M Sodium Asetat
dan dimasukkan masing-masing kedalam buret yang berbeda.
Disiapkan 5 seri beaker yang berbeda dan diisi masing-masing beaker sesuai Tabel
1.
Tabel 1. Komposisi Buffer asetat
Beaker AsamAsetat (mL) Sodium Asetat (mL)
1 44 6
2 40 10
3 25 25
4 10 40
5 6 44

1. Diukur pH masingmasing larutan campuran diatas (masing-masing konsentrasi


0,05 M).
2. Dilakukan percobaan diatas dengan mengganti larutan asam asetat dan sodium
asetat dengan konsentrasi 0,1 M , berikutnya 0,3 M.
3. Dicatat masing-masing larutan pH-nya dan buatlah kurva-nya.
4. Masing-masing campuran, ditambah dengan 0,5 mL larutan NaOH 0,05 M dan
dicatat pH-nya.
5. Diulangi percobaan tersebut hanya 4 beaker (no 1-4) dengan 1 mL NaOH 0,1 M
6. Diulangi percobaan tersebut hanya 4 beaker (no 1-4) dengan 1 mL NaOH 0,3 M

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
1. Titrasi Asam Monoprotik dan Poliprotik

Kurva HCl
14.00
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
0 5 10 15 20 25

Gambar 1. Kurva Titrasi Monoprotik (HCl)

Kurva CH3COOH
14.00
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
0 5 10 15 20

Gambar 2. Kurva Titrasi (CH3COOH 0,1 M)


Kurva H3PO4
12.00

10.00

8.00

6.00

4.00

2.00

0.00
0 20 40 60 80 100 120

Gambar 3. Kurva Titrasi Poliprotik (H3PO4)

2. Kapasitas Buffer

Sodium
Asam NaOH
Asetat pH NaOH NaOH
Beaker Asetat 0,05 0,05 M pH2
0,05 M Buffer 0,1 M pH3 0,3 M pH4
M (mL) (mL)
(mL) (mL) (mL)
1 44 6 3,4 5 3,6 1 3,9 2 4,3
2 40 10 3,7 5 3,8 1 4,1 2 4,5
3 25 25 4,4 5 4,4 1 4,6 2 5,2
4 10 40 5,1 5 5,2 1 5,5 2 11,2
5 6 44 5,3 5 5,5

Sodium NaOH
Asam Asetat pH
Beaker Asetat 0,3 M 0,05 M pH2 NaOH 0,1
0,3 M (mL) Buffer pH3
(mL) (mL) M (mL)
1 44 6 3,6 5 3,7 1 3,9
2 40 10 3,9 5 4 1 4,1
3 25 25 4,6 5 4,6 1 4,7
4 10 40 5,3 5 5,3 1 5,4
5 6 44 5,7 5 5,7

Pembahasan
1. Titrasi Asam Monoprotik dan Poliprotik
Asam monoprotik merupakan asam yang hanya memberikan sebuah proton.
Pada percobaan ini, asam monoprotik yang digunakan adalah HCl dan
CH3COOH dengan NaOH sebagai titran.

HCl + NaOH
Pada percobaan pertama, dilakukan titrasi antara asam kuat dan basa kuat.
Larutan HCl dititrasi menggunakan larutan NaOH. Jika larutan asam
ditambahkan dengan larutan basa maka pH larutan akan naik. Titrasi asam
basa ini dilakukan secara alkalimetri yaitu yang menjadi bahan titran adalah
dari golongan basa (NaOH) yang merupakan basa kuat, yang ditambahkan
setetes demi setetes ke dalam larutan HCl yang merupakan asam kuat.
Penambahan secara bertahap dengan volume bervariasi dalam larutan HCl
akan menyebabkan pH yang naik secara signifikan. Penambahan NaOH
akan memperbanyak konsentrasi ion OH- dalam larutan. Semakin banyak
konsentrasi ion OH- maka semakin basa larutan ([OH-] >[H+]) (Hani, 2008).

Pada kurva titrasi HCl dengan NaOH yang ditunjukkan pada Gambar 1
terlihat bahwa pada permulaan titrasi pH berubah secara perlahan lahan,
karena pelarutnya air yang bertindak sebagai molekul ikut serta dalam
kesetimbangan dengan proton yang menunjukkan kerja penyangga oleh
pasangan asam basa H3O+/H2O didaerah titik ekivalen pH berubah dengan
tajam, sedikit penitran yang ditambahkan kedalam larutan ini menyebabkan
peningkatan yang besar. Peningkatan pH yang sangat tajam terjadi pada
penambahan 11 mL NaOH, pH naik secara tajam yaitu yang awalnya 3
menjadi 11. Hal ini menunjukkan bahwa pada penambahan NaOH sebanyak
11 mL ini mulai tercapai titik ekivalen. Setelah titik ekivalen perubahan pH
relatif kecil (konstan). Hal ini disebabkan oleh kerja penyangga yang
berperan yaitu pasangan H2O/OH-.

Titik ekivalen terjadi pada saat penambahan 11 mL NaOH karena pada saat
ini mol HCl dan NaOH tepat habis bereaksi. Sedangkan pada titik sesudah
ekivalen pH akan menjadi pH basa karena NaOH yang ditambahkan terus
mengakibatkan ion OH- dalam larutan menjadi lebih banyak daripada ion
H+.

Reaksi yang terjadi adalah:

HCl + NaOH NaCl + H2O


CH3COOH +NaOH
Pada percobaan kedua dilakukan titrasi antara asam lemah dengan basa
kuat. CH3COOH merupakan asam lemah yang apabila dilarutkan dalam air
akan mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai satu
satunya ion positif. Reaksi ionisasi asam lemah dan basa kuat merupakan
reaksi kesetimbangan dan tetapan kesetimbangan masing masing disebut
tetapan ionisasi asam (Ka). Harga Ka menyatakan ukuran kekuatan asam.,
makin kecil harga Ka makin sedikit jumlah yang terionisasi berarti asam
semakin lemah dan sebaliknya. Karena CH3COOH hanya melepaskan satu
atom H, maka CH3COOH akan memiliki satu titik ekivalen dan mempunyai
satu nilai Ka.

Berdasarkan grafik yang ditunjukkan pada Gambar 2, titik ekivalen terjadi


setelah penambahan NaOH sebanyak 10 mL. Dimana pH mula-mula 7
menjadi 12.

Reaksi yang terjadi adalah:

CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O

Perubahan pH sebelum titik ekivalen terlihat kecil sekali karena terjadi


larutan buffer yang sesuai sifatnya yaitu pH larutan praktis tidak berubah
pada penambahan sedikit basa kuat, pHnya akan berubah jika penambahan
basa kuat yang relatif banyak yaitu apabila basa kuat yang ditambahkan
akan menghabiskan komponen larutan penyangga itu maka pHnya akan
berubah drastis.

Asam poliprotik adalah asam yang memiliki atom H lebih dari satu, sehingga
asam poliprotik memliki kemampuan untuk mendonasikan proton lebih banyak.
Asam poliprotik tidak dapat terdisosiasi sempurna, berikut ini beberapa contoh
dari asam poliprotik:

Asam triprotik : H3PO4


Asam diprotik : H2CO3
(Barnum et.al, 1990)
Pada pratikum kali ini dititrasikan asam lemah poliprotik H3PO4 dengan
menggunakan basa kuat NaOH. Dapat dilihat dari grafik pada Gambar 3,
terdapat dua titik ekuivalen, dimana titik ekuivalen menunjukan H+ dan OH-
habis bereaksi. Dan dari grafik tersebut dapat dilihat pula bahwa sebelum titik
ekuivalen terdapat peningkatan tajam pada pH, hal ini disebabkan oleh ionisasi
dari H3PO4, dimana asam poliprotik dapat terionisasi beberapa kali, ionisasi
pertama berlangsung lebih mudah daripada ionisasi kedua maupun ketiga.
Untuk H3PO4, pasangan-pasangan asam-basa yang akan diperhitungkan adalah
H3PO4/ H2PO4-, H2PO4-/ HPO42-, H3PO42-/PO43-. Titrasi H3PO4 dengan larutan
baku NaOH berlangsung menurut persamaan reaksi berikut:

H3PO4 + OH- H2PO4- + H2O

H2PO4- + OH- HPO42- + H2O

HPO42- + OH- PO43- + H2O

2. Kapasitas Buffer
B
=
pH
massa basa (gram)
B =
volume buffer (L)

- Buffer 0,05 M
NaOH 0,05 M
1. Beaker 1
pH buffer = 3,4
pH akhir = 3,6
pH = pH akhir - pH buffer
= 3,6 - 3,4
= 0,2

n NaOH = M x V
= 0,05 M x 0,5 x 10-3 L
= 0,25 x 10-4 mol

Massa NaOH = n x Mr
= 0,25 x 10-4 mol x 40 gram/mol
= 0,001 gram
Volume buffer = 50 mL
= 5 x 10-2 L
massa basa (gram)
B =
volume buffer (L)
0,001 gram
=
5 x 102 L
= 0,02 gram/L
B
=
pH
0,02 gram/L
=
0,2
= 0,1

2. Beaker 2
pH buffer = 3,7
pH akhir = 3,8
pH = pH akhir - pH buffer
= 3,8 - 3,7
= 0,1

n NaOH =MxV
= 0,05 M x 5 x 10-3 L
= 0,25 x 10-3 mol

Massa NaOH = n x Mr
= 0,25 x 10-4 mol x 40 gram/mol
= 0,001 gram

Volume buffer = 50 mL
= 5 x 10-2 L

massa basa (gram)


B = volume buffer (L)
0,001 gram
= 5 x 102 L

= 0,02 gram/L

B
= pH
0,02 gram/L
= 0,1
= 0,2
3. Beaker 3
pH buffer = 4,4
pH akhir = 4,4
pH = pH akhir - pH buffer
= 4,4 4,4
=0

n NaOH =MxV
= 0,05 M x 5 x 10-4 L
= 0,25 x 10-4 mol
Massa NaOH = n x Mr
= 0,25 x 10-4 mol x 40 gram/mol
= 0,001 gram

Volume buffer = 50 mL
= 5 x 10-2 L

massa basa (gram)


B = volume buffer (L)
0,001 gram
= 5 x 102 L
= 0,02 gram/L

B
= pH
0,02 gram/L
= 0
= tak terdefinisi

4. Beaker 4
pH buffer = 5,1
pH akhir = 5,2
pH = pH akhir - pH buffer
= 5,2 5,1
= 0,1

n NaOH =MxV
= 0,05 M x 5 x 10-4 L
= 0,25 x 10-4 mol

Massa NaOH = n x Mr
= 0,25 x 10-4 mol x 40 gram/mol
= 0,001 gram
Volume buffer = 50 mL
= 5 x 10-2 L

massa basa (gram)


B = volume buffer (L)
0,001 gram
=
5 x 102 L

= 0,02 gram/L

B
= pH
0,02 gram/L
=
0,1
= 0,2

5. Beaker 5
pH buffer = 5,3
pH akhir = 5,5
pH = pH akhir - pH buffer
= 5,5 5,3
= 0,2

n NaOH =MxV
= 0,05 M x 5 x 10-4 L
= 0,25 x 10-4 mol

Massa NaOH = n x Mr
= 0,25 x 10-4 mol x 40 gram/mol
= 0,001 gram

Volume buffer = 50 mL
= 5 x 10-2 L

massa basa (gram)


B = volume buffer (L)
0,001 gram
= 5 x 102 L
= 0,02 gram/L

B
= pH
0,02 gram/L
= 0,2
= 0,1
NaOH 0,1 M
1. Beaker 1
pH buffer = 3,4
pH akhir = 3,9
pH = pH akhir - pH buffer
= 3,9 - 3,4
= 0,5

n NaOH =MxV
= 0,1 M x 1 x 10-3 L
= 0,1 x 10-3 mol

Massa NaOH = n x Mr
= 0,1 x 10-3 mol x 40 gram/mol
= 0,004 gram

Volume buffer = 50 mL
= 5 x 10-2 L

massa basa (gram)


B = volume buffer (L)
0,004 gram
= 5 x 102 L
= 0,08 gram/L

B
= pH
0,08 gram/L
= 0,5
= 0,16

2. Beaker 2
pH buffer = 3,7
pH akhir = 4,1
pH = pH akhir - pH buffer
= 4,1 - 3,7
= 0,4

n NaOH =MxV
= 0,1 M x 1 x 10-3 L
= 0,1 x 10-3 mol

Massa NaOH = n x Mr
= 0,1 x 10-3 mol x 40 gram/mol
= 0,004 gram
Volume buffer = 50 mL
= 5 x 10-2 L

massa basa (gram)


B = volume buffer (L)
0,004 gram
= 5 x 102 L
= 0,08 gram/L

B
= pH
0,08 gram/L
= 0,4
= 0,2

3. Beaker 3
pH buffer = 4,4
pH akhir = 4,6
pH = pH akhir - pH buffer
= 4,6 4,4
= 0,2

n NaOH =MxV
= 0,1 M x 1 x 10-3 L
= 0,1 x 10-3 mol

Massa NaOH = n x Mr
= 0,1 x 10-3 mol x 40 gram/mol
= 0,004 gram

Volume buffer = 50 mL
= 5 x 10-2 L

massa basa (gram)


B = volume buffer (L)
0,004 gram
= 5 x 102 L
= 0,08 gram/L

B
= pH
0,08 gram/L
= 0,2
= 0,4
4. Beaker 4
pH buffer = 5,1
pH akhir = 5,5
pH = pH akhir - pH buffer
= 5,5 5,1
= 0,4

n NaOH =MxV
= 0,1 M x 1 x 10-3 L
= 0,1 x 10-3 mol

Massa NaOH = n x Mr
= 0,1 x 10-3 mol x 40 gram/mol
= 0,004 gram

Volume buffer = 50 mL
= 5 x 10-2 L

massa basa (gram)


B = volume buffer (L)
0,004 gram
= 5 x 102 L
= 0,08 gram/L

B
= pH
0,08 gram/L
= 0,4
= 0,2

NaOH 0,3 M
1. Beaker 1
pH buffer = 3,4
pH akhir = 4,3
pH = pH akhir - pH buffer
= 4,3 - 3,4
= 0,9

n NaOH =MxV
= 0,3 M x 2 x 10-3 L
= 0,6 x 10-3 mol

Massa NaOH = n x Mr
= 0,6 x 10-3 mol x 40 gram/mol
= 0,024 gram
Volume buffer = 50 mL
= 5 x 10-2 L

massa basa (gram)


B = volume buffer (L)
0,024 gram
= 5 x 102 L
= 0,48 gram/L

B
= pH
0,48 gram/L
= 0,9
= 0,533

2. Beaker 2
pH buffer = 3,7
pH akhir = 4,5
pH = pH akhir - pH buffer
= 4,5 - 3,7
= 0,8

n NaOH =MxV
= 0,3 M x 2 x 10-3 L
= 0,6 x 10-3 mol

Massa NaOH = n x Mr
= 0,6 x 10-3 mol x 40 gram/mol
= 0,024 gram

Volume buffer = 50 mL
= 5 x 10-2 L

massa basa (gram)


B = volume buffer (L)
0,024 gram
= 5 x 102 L
= 0,48 gram/L

B
= pH
0,48 gram/L
= 0,8
= 0,6
3. Beaker 3
pH buffer = 4,4
pH akhir = 5,2
pH = pH akhir - pH buffer
= 5,2 4,4
= 0,8
n NaOH =MxV
= 0,3 M x 2 x 10-3 L
= 0,6 x 10-3 mol

Massa NaOH = n x Mr
= 0,6 x 10-3 mol x 40 gram/mol
= 0,024 gram

Volume buffer = 50 mL
= 5 x 10-2 L

massa basa (gram)


B = volume buffer (L)
0,024 gram
= 5 x 102 L
= 0,48 gram/L

B
= pH
0,48 gram/L
= 0,8
= 0,6

4. Beaker 4
pH buffer = 5,1
pH akhir = 11,2
pH = pH akhir - pH buffer
= 11,2 5,1
= 6,1

n NaOH =MxV
= 0,3 M x 2 x 10-3 L
= 0,6 x 10-3 mol

Massa NaOH = n x Mr
= 0,6 x 10-3 mol x 40 gram/mol
= 0,024 gram
Volume buffer = 50 mL
= 5 x 10-2 L

massa basa (gram)


B = volume buffer (L)
0,024 gram
= 5 x 102 L
= 0,48 gram/L
B
= pH
0,48 gram/L
= 6,1
= 0,0787

- Buffer 0,3 M
NaOH 0,05 M
1. Beaker 1
pH buffer = 3,6
pH akhir = 3,7
pH = pH akhir - pH buffer
= 3,7 - 3,6
= 0,1

n NaOH =MxV
= 0,05 M x 0,5 x 10-3 L
= 0,25 x 10-4 mol

Massa NaOH = n x Mr
= 0,25 x 10-4 mol x 40 gram/mol
= 0,001 gram

Volume buffer = 50 mL
= 5 x 10-2 L

massa basa (gram)


B = volume buffer (L)
0,001 gram
= 5 x 102 L
= 0,02 gram/L

B
= pH
0,02 gram/L
= 0,1
= 0,2

2. Beaker 2
pH buffer = 3,9
pH akhir = 4
pH = pH akhir - pH buffer
= 4 - 3,9
= 0,1

n NaOH =MxV
= 0,05 M x 5 x 10-3 L
= 0,25 x 10-3 mol

Massa NaOH = n x Mr
= 0,25 x 10-4 mol x 40 gram/mol
= 0,001 gram

Volume buffer = 50 mL
= 5 x 10-2 L

massa basa (gram)


B = volume buffer (L)
0,001 gram
= 5 x 102 L
= 0,02 gram/L

B
= pH
0,02 gram/L
= 0,1
= 0,2

3. Beaker 3
pH buffer = 4,6
pH akhir = 4,6
pH = pH akhir - pH buffer
= 4,6 4,6
=0

n NaOH =MxV
= 0,05 M x 5 x 10-4 L
= 0,25 x 10-4 mol

Massa NaOH = n x Mr
= 0,25 x 10-4 mol x 40 gram/mol
= 0,001 gram

Volume buffer = 50 mL
= 5 x 10-2 L

massa basa (gram)


B = volume buffer (L)
0,001 gram
= 5 x 102 L
= 0,02 gram/L

B
= pH
0,02 gram/L
= 0
= tak terdefinisi

4. Beaker 4
pH buffer = 5,3
pH akhir = 5,3
pH = pH akhir - pH buffer
= 5,3 5,3
=0

n NaOH =MxV
= 0,05 M x 5 x 10-4 L
= 0,25 x 10-4 mol

Massa NaOH = n x Mr
= 0,25 x 10-4 mol x 40 gram/mol
= 0,001 gram

Volume buffer = 50 mL
= 5 x 10-2 L

massa basa (gram)


B = volume buffer (L)
0,001 gram
= 5 x 102 L
= 0,02 gram/L

B
= pH
0,02 gram/L
= 0
= tak terdefinisi

5. Beaker 5
pH buffer = 5,7
pH akhir = 5,7
pH = pH akhir - pH buffer
= 5,7 5,7
=0

n NaOH =MxV
= 0,05 M x 5 x 10-4 L
= 0,25 x 10-4 mol

Massa NaOH = n x Mr
= 0,25 x 10-4 mol x 40 gram/mol
= 0,001 gram

Volume buffer = 50 mL
= 5 x 10-2 L

massa basa (gram)


B = volume buffer (L)
0,001 gram
= 5 x 102 L
= 0,02 gram/L

B
= pH
0,02 gram/L
= 0
= tak terdefinisi

NaOH 0,1 M
1. Beaker 1
pH buffer = 3,6
pH akhir = 3,9
pH = pH akhir - pH buffer
= 3,9 - 3,6
= 0,3

n NaOH =MxV
= 0,1 M x 1 x 10-3 L
= 0,1 x 10-3 mol

Massa NaOH = n x Mr
= 0,1 x 10-3 mol x 40 gram/mol
= 0,004 gram

Volume buffer = 50 mL
= 5 x 10-2 L
massa basa (gram)
B = volume buffer (L)
0,004 gram
= 5 x 102 L
= 0,08 gram/L

B
= pH
0,08 gram/L
= 0,3
= 0,267

2. Beaker 2
pH buffer = 3,9
pH akhir = 4,1
pH = pH akhir - pH buffer
= 4,1 - 3,9
= 0,2
n NaOH = M x V
= 0,1 M x 1 x 10-3 L
= 0,1 x 10-3 mol

Massa NaOH = n x Mr
= 0,1 x 10-3 mol x 40 gram/mol
= 0,004 gram

Volume buffer = 50 mL
= 5 x 10-2 L

massa basa (gram)


B = volume buffer (L)
0,004 gram
= 5 x 102 L
= 0,08 gram/L

B
= pH
0,08 gram/L
= 0,2
= 0,4

3. Beaker 3
pH buffer = 4,6
pH akhir = 4,7
pH = pH akhir - pH buffer
= 4,7 4,6
= 0,1

n NaOH =MxV
= 0,1 M x 1 x 10-3 L
= 0,1 x 10-3 mol

Massa NaOH = n x Mr
= 0,1 x 10-3 mol x 40 gram/mol
= 0,004 gram

Volume buffer = 50 mL
= 5 x 10-2 L

massa basa (gram)


B = volume buffer (L)
0,004 gram
= 5 x 102 L
= 0,08 gram/L

B
= pH
0,08 gram/L
= 0,1
= 0,8

4. Beaker 4
pH buffer = 5,3
pH akhir = 5,4
pH = pH akhir - pH buffer
= 5,4 5,3
= 0,1

n NaOH =MxV
= 0,1 M x 1 x 10-3 L
= 0,1 x 10-3 mol

Massa NaOH = n x Mr
= 0,1 x 10-3 mol x 40 gram/mol
= 0,004 gram

Volume buffer = 50 mL
= 5 x 10-2 L

massa basa (gram)


B = volume buffer (L)
0,004 gram
= 5 x 102 L
= 0,08 gram/L

B
= pH
0,08 gram/L
= 0,1
= 0,8

KESIMPULAN

1. TITRASI MONOPROTIK DAN POLIPROTIK (HCL)

Kurva HCl
14.00
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
0 5 10 15 20 25

TITRASI MONOPROTIK DAN POLIPROTIK (CH3COOH 0,1 M)

Kurva CH3COOH
14.00
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
0 5 10 15 20
TITRASI MONOPROTIK DAN POLIPROTIK (H3PO4)

Chart Title
12.00

10.00

8.00

6.00

4.00

2.00

0.00
0 20 40 60 80 100 120

2. Penentuan kapasitas bufer dapat diperoleh dengan pertambahan basa kuat NaOH
dengan sedikit perubahan pH yang terjadi

LAMPIRAN

Laporan sementara

DAFTAR PUSTAKA

Barnum, Dennis W.; Predicting Acid-Base Titration Curves without Calculations. Journal
of Chemical Education 1999, 76 (7), 938.

Cairns, Donald, 2008, Intisari Kimia Farmasi Edisi 2, EGC: Jakarta.

Hani. 2008. Kurva Titrasi. Laporan. Banjarmasin: FKIP, PMIPA, Unlam

Keenan, Charles W, dkk. 1980. Ilmu Kimia Untuk Universitas Jilid 1 Edisi 6. Terjemahan
oleh : Aloysius H. P. 1984. Jakarta: Erlangga

Martin, Alfred, 1990, Farmasi Fisik edisi ketiga jilid 1, UI Press: Jakarta

Mildy, Sahri David. 2010. Teori Asam Basa. http://sahri.ohlog.com/teori-asam-


basa.oh80823.html.

Oxtoby, David W,dkk. 1999. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Jiliid 1 Edisi 4. Terjemahan
oleh : Suminar S. A. 2001. Jakarta: Erlangga

Premono, S. A. Wardani, dan N. Hidayati. 2009. Kimia : SMA/ MA Kelas XI. Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 282.
Riyanto, Nurdin, 2009, Super Genius Olimpiade Kimia SMA, Pustaka Widyatama,
Yogyakarta.

Sukmaria, 1990, Kimia Kedokteran Edisi 2, Bina Rupa Aksara, Jakarta.

Utami, B, dkk. 2009. Kimia 2 : untuk SMA atau MA kelas XI, program ilmu alam. Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional Jakarta, p.274

Utami,Sri, 2011, Larutan Buffer,


http://skp.unair.ac.id/repository/GuruIndonesia/LarutanBuffer_SriUtami_9847.pdf,
18/03/2012

Anda mungkin juga menyukai