OLEH:
PENINA GALANDJINDJINAY
NIM: 1563030020
AKADEMI KEPERAWATAN
JAKARTA 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmatNya
kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul POST PARTUM BLUESS tugas ini
saya buat sebagai pemenuhan mata ajar keperawatan maternitas dan untuk mengetahui tanda
dan gejala-gejala yang terjadi pada masa nifas.
Tidak lupa saya ucapkan rasa syukur dan terima kasih saya kepada Ibu Hasian sebagai dosen
sebagai koordinator Mata Ajar yang mana telah memberikan tugas ini dan dorongan serta
waktu bagi saya, sehingga terwujudnya Makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua dan dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
PENDAHULUAN
Post partum blues merupakan keadaan psikologis yang dapat dijelaskan sebagai tingkat
depresi post partum ringan, dengan reaksi yang dapat muncul setiap saat pasca persalinan,
sering kali pada hari ke-tiga atau ke-empat dan mencapai puncaknya antara hari ke-lima
hingga hari ke-empat belas pasca persalinan (Bobak dkk., 2004).
Post-partum blues atau sering juga disebut maternity blues atau baby blues merupakan
suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah
persalinan. Post-partum blues adalah kesedihan ata kemurungan setelah melahirkan,
biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu sejak
kelahiran bayi. Definisi lain dari postpartum blues adalah keadaan ekstrem yang paling
ringan yaitu saat ibu mengalami kesedihan sementara yang berlangsung sangat cepat
pada masa awal post partum.
Post Partum Blues adalah perasaan sedih dan depresi segera setelah persalinan, dengan
gejala dimulai dua atau tiga hari pasca persalinan dan biasanya hilang dalam waktu satu
atau dua minggu (Gennaro, dalam Bobak dkk., 2004).
Periode Post Partum adalah periode waktu yang muncul sesegera setelah seorang wanita
melahirkan hingga 52 minggu (Registered NursesAssociation of Ontario, 2005).
Post partum blues adalah suatu tingkat keadaan depresi bersifat sementara yang dialami
oleh kebanyakan ibu yang baru melahirkan karena perubahan tingkat hormon, tanggung
jawab baru akibat perluasan keluarga dan pengasuhan terhadap bayi. Keadaan ini
biasanya muncul antara hari ke-tiga hingga ke-sepuluh pasca persalinan, seringkali
setelah pasien keluar dari rumah sakit. Apabila gejala ini berlanjut lebih dari dua minggu,
maka dapat menjadi tanda terjadinya gangguan depresi yang lebih berat, ataupun psikosis
post partum dan tidak boleh diabaikan (Novak dan Broom, 2009).
Post-partum blues atau sering juga disebut maternity blues atau baby blues merupakan
suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah
persalinan. Post-partum blues adalah kesedihan ata kemurungan setelah melahirkan,
biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu sejak
kelahiran bayi. Definisi lain dari postpartum blues adalah keadaan ekstrem yang paling
ringan yaitu saat ibu mengalami kesedihan sementara yang berlangsung sangat cepat
pada masa awal post partum.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa; Post partum blues adalah suatu
keadaan psikologis setelah melahirkan yang bersifat sementara dan dialami oleh
kebanyakan ibu baru, muncul pada hari ke-tiga atau ke-empat dan biasanya berakhir
dalam dua minggu pasca persalinan,ditunjukkan dengan adanya perasaan sedih dan
depresi tingkat ringan sehingga kemungkinan terjadi gangguan yang lebih berat.
2.2 Gejala-gejala post partum bluess
Gejala Utama : cemas tanpa sebab, menangis tanpa sebab, tidak sabar, tidak percaya diri,
sensitive, mudah tersinggung, merasa kurang menyayangi bayi, sulit tidur, perubahan
drastis berat badan, lelah dan lesu, ada perasaan membenci diri sendiri, perasaan bersalah
individu meras dirinya tidak berguna, tidak bisa konsentrasi, menarik diri dari
lingkungan, kehilangan terhadap minat sosial, mudah marah, mudah terhasut dan
kegelisahan secara mendalam, kehilangan gairah terhadap suatu hal ( aktivitas).
Hansen, Jones (dalam Bobak dkk., 2004) menjelaskan bahwaPost partum blues dapat
menyebabkan serangan menangis, perasaan kesepian atau ditolak,kecemasan,
kebingungan, kegelisahan, kelelahan, mudah lalai, dan sulit tidur. (Novak dan Broom,
2009).
Kennerley dan Gath menggambarkan suatu instrumen yang reliabel danvalid yang
mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan suasana hati yang tidak pasti,
merasa tidak mampu, kecemasan, perasaan emosional yang berlebihan, mengalami
kesedihan, kelelahan, dan kebingungan atau fikiran yang kacau (dalam Bobak dkk, 2004).
Perubahan Hormon, Faktor usia ( hamil usia muda, prima para, belum matangnya
reproduksi, dan lain-lain ), ketidaksiapan ibu menghadapi persalinan, Stress, kelelahan
pasca melahirkan, dan sekitarnya akibat operasi, takut kehilangan bayi, ibu pernah
mengalami gangguan kecemasan termasuk depresi sebelum hamil, kondisi bayi yang
cacat, ketergantungan pada alkohol atau narkoba, kurangnya dukungan yang diberikan
oleh anggota keluarga, suami dan teman, kurangnya komunikasi, perhatian dan kasih
sayang dari suami, keluarga, mempunyai permasalahan keuangan menyangkut biaya, dan
perawatan bayi, kurangnya kasih sayang dimasa kanak-kanak. (Novak dan Broom, 2009).
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai
berikut :
1. Fase Taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama
sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu focus perhatian ibu terutama pada
dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang
diceritakannya. Hal ini membuat cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya.
2. Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.
Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidak mampuannya dan rasa tanggung
jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat
ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam
merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.
3. Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang
verlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri,
merawat diri dan bayinya sudah meningkat. Penanganan gangguan mental post
partum pada prinsipnya tidak berbeda dengan penanganan gangguan mental pada
momen-momen lainya. Para ibu yang mengalami post-partum blues membutuhkan
pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan pertolongan
yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga
kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan
untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan.
Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan dan/atau istirahat, dan seringkali
akan merasa gembira mendapat pertolongan yang praktis.Dengan bantuan dari teman
dan keluarga, mereka mungkin perlu untuk mengatur atau menata kembali kegiatan
rutin sehari-hari, atau mungkin menghilangkan beberapa kegiatan, disesuaikan dengan
konsep mereka tentang keibuan dan perawatan bayi.
1. Pengkajian
Data subyektif ; Paritas, pernah keguguran atau tidak, riwayat kehamilan, persalinan dan
nifas yang lalu, ibu berkata terbatas-ata dan mengeluh sering merasa sakit kepala, cemas,
nafsu makan berkurang serta tidak bisa tidur, Riwayat penyakit yang lalu.
Data obyektif : keadaan umum, kesadaran, tenda vital normal, pemeriksaan fasik normal,
Planning : Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga, menjelaskan hasil
pemeriksaan,melakukan informed concent, memberikan informasi tentang keadaan umum
ibu, perubahan fisiologis masa nifas, payudara, ASI eksklusif, personal hygiene dan gizi,
menganjurkan keluarga, teman dan orang-orang yang terdekat dengan klien memberikan
dukungan psikologis, menganjurkan keluarga, teman dan orang-orang yangterdekat dengan
klien mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan,
melakukan kolaborasi dengan dokter obgin dan psikolog untuk tindakan dan pemberian
terapi, menganjurkan klien untuk istrahat, menganjurkan klien untuk minum obat secara
teratur sesuai advis dokter.
Kebijakan : setiap pasien yang post partum dengan anemia berhak menerima asuhan
kebidanan sesuai dengan prosedur.
Prosedur : Data subyektif ; paritas, pernah keguguran atau tidak, riwayat kehamilan,
persalinan dan nifas yang lalu, klien mengeluh letih, lesu, loyo, sering pusing, mata
berkunang-kunang, mual kadang disertai muntah dan sesak, Rawayat penyakit yang lalu.
Data obyektif : keadaan umum sakit sedang, tanda vital ( kadang untuk anemia berat respirasi
cepat ), pemeriksaan fisik : a. Muka : pucat, b. Mata : konjungtiva pucat, c.TFU: kadang
terjadi subinvolusi, d. Telapak tangan dan kaki : pucat. Assesment PA post partum...hari
dengan anemia. Planning : Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga,
memberitahukan hasil pemeriksaan, melakukan informed concent, melalkukan kolaborasi
dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan darah, melakukan pemeriksaan darah,
melakukan kolaborasi dengan dokter untuk tindakan dan pemberian terapi sesuai protap : a
). Bila Hb < 8 gr/dl untuk tranfusi, b). Terapi roborantia dan antibiotik, menganjurkan
keluarga untuk mencari darah untuk tranfusi, menjelaskan pada ibu tentang kebutuhan gizi
ibu nifas terutama zat besi. Unit terkait : a. PONEK Obgin, b. Ruang perawatan obstetri dan
ginekolog. Penatalaksanaan asuhan kebidanan pada klien dengan bendungan payudara,
Pengertian : Bendungan Payudara yaitu peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara
dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi. Hal ini bukan disebabkan overdistensi dari
saluran sistem laktasi. ( Saifuddin, 2001 : 262).
DAFTAR PUSTAKA
Sitti Saleha, Asuhan kebidanan pada Masa Nifas, 2009, Jakarta : Salemba Medika
Lisnawati, Lilis, ST.keb, 2011. Buku Pintar Bidan (Aplikasi Penatalaksanaan Gawat Darurat
Kebidanan Di RumahSakit). Jakarta: tim.
http://simtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf