39 134 1 PB
39 134 1 PB
ABSTRAK
Pelayanan Unit Gawat Darurat (UGD) di Puskesmas merupakan jenis pelayanan pengembangan
bagian integral dengan pelayanan rawat inap.Pengembangan pelayanan tersebut memerlukan
pengelolaan manajemen untuk mencapai mutu pelayanan keperawatan yang optimal. Penelitian
ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman perawat koordinator pelaksana pelayanan
keperawatan UGD di puskesmas Kabupaten Trenggalek. Desain penelitian yang digunakan adalah
kualitatif dengan pendekatan fenomenologi interpretatif. Wawancara mendalam menggunakan
pertanyaan semistruktur yang melibatkan 7 partisipan yang berperan sebagai koordinator
pelaksana Unit Gawat Darurat Puskesmas. Penelitian ini menghasilkan delapan tema yaitu,
koordinator pelaksana UGD puskesmas mempunyai peran dan tugas banyak, menerima atau
pasrah menjalankan banyak peran, pelaksanaan peran perencanaan dengan membuat usulan,
pelaksanaan peran dalam pengorganisasian belum optimal, peran pengarahan kepada staf belum
optimal, pelaksanaan peran monitoring dan evaluasi belum optimal, hambatan pelaksanaan
pelayanan UGD puskesmas, harapan koordinator pelaksana UGD puskesmas dalam pengelolaan.
Kesimpulan hasil penelitian ini adalah banyaknya peran yang diterima tenaga kesehatan
menyebabkan pelaksanaan menjalankan peran dan fungsinya menjadi tidak optimal.
Kata Kunci : Unit Gawat Darurat Puskesmas, Koordinator Pelaksana, Pengalaman Perawat,
Fenomenologi
ABSTRACT
Emergency services (ED) in Community Health Center plays a significant role as a part of integral
health services including inpatient. Developing its services require good management in order to
achieve quality of nursing care optimally. The purpose of the study was to explore nurses
experience as coordinator of nursing care at ED in community health services in Trenggalek County.
The method used in the study was a qualitative design with phenomenology approach interpretive.
Interview was performed using semi-structure question. The sample was seven nurses who have a
role as coordinator at ED in community health services. The study produced eight themes which
were being coordinator at emergency department required many task and role; accepting its many
role; performing the role of planning through creating proposals; implementing its role in
organization was still lag behind; supervising to employee has not optimized; performing both
monitoring and evaluating was not optimal; obstacle to performing emergency services in
community health services and the expectation of coordinator towards management at ED in
community health services. Due to many roles therefore it cause constraints to coordinator nurses
in order to implementing both the role and function optimally.
Keywords: Emergency department in community health services, nurse as a coordinator, nurses
experience, phenomenology.
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol: 3, No. 2, November 2015; Korespondensi : Edi Yuswantoro.
Akper Pemkab Trenggalek Jl. DR. Soetomo No 05 Trenggalek. No telp. 085221269113.
Email: yuswantoroedi@gmail.com
www.jik.ub.ac.id
97
PENDAHULUAN merencanakan dan mengorganisasikan
pelayanan kesehatan yang merupakan salah
Pelayanan Unit Gawat Darurat (UGD) di
satu elemen perawat profesional (Mubarak,
Puskesmas merupakan jenis pelayanan
2005). Koordinator pelaksana bertanggung
pengembangan bagian integral dengan
jawab meletakkan konsep praktik, prinsip dan
pelayanan rawat inap (Surat Keputusan
teori manajemen keperawatan serta mengelola
Menteri Kesehatan RI NOMOR
lingkungan organisasi untuk menciptakan iklim
128/MENKES/SK/II/2004). Puskesmas rawat
yang optimal dan menjamin kesiapan asuhan
inap adalah Puskesmas yang diberi tambahan
keperawatan oleh perawat klinik sehingga
ruangan dan fasilitas untuk menolong pasien
menentukan keberhasilan pelayanan
gawat darurat, baik berupa tindakan operatif
keperawatan (Potter, 2010).
terbatas maupun rawat inap sementara (Efendi
& Makhfudli, 2009). Tujuan pelayanan Studi pendahuluan menunjukan perkembangan
keperawatan Gawat Darurat puskesmas adalah pelayanan UGD Puskesmas semakin komplek,
memberikan pertolongan pertama pada pasien tetapi kenyataan perkembangan tersebut tidak
gawat darurat, menetapkan diagnosis dan diikuti dengan fasilitas dan sumber daya
upaya penyelamatan jiwa, mengurangi manusia yang memadai. Koordinator pelaksana
kecacatan dan kesakitan pasien sebelum UGD mengatakan pelatihan yang dikuti masih
dirujuk (Kemenkes, 2011). Pelayanan kurang terutama pelatihan manajemen
keperawatan gawat darurat merupakan kunci pelayanan, dan beban kerja merangkap sebagai
dalam pelayanan kegawatdaruratan dan pemegang program Puskesmas. Menurut
pelayanan rawat inap pada pasien (Molan, koordinator pelaksana UGD beban kerja
2013). Kabupaten Trenggalek menjadi tidak optimal, misalnya pada saat
menyelenggarakan Puskesmas perawatan dituntut untuk melaksanakan peran tugasnya
dituntut menyelenggarakan pelayanan sebagai koordinator pelayanan UGD juga
keperawatan gawat darurat di Puskesmas. dituntut melaksanakan tugas sebagai
Pelaksanaan pelayanan UGD Puskesmas di koordinator pelaksana program lainnya,
Kabupaten Trenggalek diatur dalam peraturan misalnya koordinator pelaksana program jiwa.
Bupati Trenggalek Nomor 81 Tahun 2012 Peran ganda ini menuntut seorang perawat
tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat koordinator pelaksana UGD membagi waktu
Kesehatan Masyarakat sebagai Unit Pelaksana untuk pelayanan pasien langsung dengan
Teknis Dinas Kesehatan (Pemda, 2012). pelayanan komunitas dan menambah beban
Pelayanan UGD dilaksanaan koordinator kerja perawat.
pelaksana yang ditunjuk oleh Kepala Puskesmas Penelitian Leer (2006), dengan judul
sesuai peraturan Bupati tersebut. Manajemen keperawatan yang efektif : solusi
Koordinator pelaksana adalah seseorang yang untuk kepuasan dan ketahanan perawat ?,
berperan mengkoordinir seluruh kegiatan menggunakan pendekatan kualitatif
upaya pelayanan dalam mencapai tujuan mendiskripsikan pengalaman perawat rumah
melalui kerjasama dengan tim kesehatan yang sakit, persepsi tentang gaya kepemimpinan
lainnya sehingga tercipta keterpaduan sistem manajer keperawatan dan akibatnya terhadap
pelayanan (Effendy, 2000). Koordinator kepuasan dan ketahanan kerja perawat. Hasil
pelaksana dituntut mengarahkan, penelitian ini adalah harapan dari perawat
www.jik.ub.ac.id
99
menjalankan banyak peran disampaikan oleh 7 Kegiatannya skrining di sekolah mulai dari
partisipan, meliputi : peran sebagai koordinator SD, MI, SMP dan SMA....melaksanakan
program yang lain, peran sebagai TIM promosi kesehatan di ditempat-tempat
pelaksana program dan peran sebagai tertentu katakanlah di pasar, kita juga
pelaksana administrasi. Tiga partisipan sering kita keliling, kita kedesa-desa, dibalai
menyampaikan pernyataan sebagai berikut : desa itu kita undang. Untuk kegiatanya kita
ada KACER, GEMAS, terus Jasad Aman,
Ya... sekarang menjalankan koordinator
sama MENTIS (ngamen gratis). KACER
rawat inap, UGD dan korim(P1)
kamis ceria, JASAD AMANnya senam di
...selain sebagai koordinator UGD saya puskesmas tepatnya di parkir puskesmas.
juga sebagai koordinator UKS, pemegang ...tetap menjalankannya, pelayanan pasien
program UKS dan saya dapat tugas lagi... dan menyusun laporan UGD. (P2)
TIM promosi kesehatan mas... sebagai
Misal membuat SPJ pelayanan dan lain-
operator keyboardnya.(P2)
lain itu saya yang mengerjakan. O Ya...
SK dinas dari puskesmas langsung sebagai bertugas sebagai koordinator di UGD dan
koordinator UGD dan rawat inap... saya rawat inap dan menjalankan tugas
juga sebagai staf, staf administrasi pengelolaan terkait dengan pelayanan baik
pelaksanaan kegiatan dipuskesmas(P3) UGD dan rawat inap.(P3)
Sub tema yang kedua adalah mempunyai tugas 2. Menerima atau Pasrah dalam
yang banyak disampaikan oleh 7 partisipan, Menjalankan Banyak Peran.
meliputi : tugas pokok sebagai koordinator
Tema menerima atau pasrah dalam
pelaksana UGD dan tugas terkait dengan peran
menjalankan banyak peran disampaikan dalam
yang sebagai koordinator pelaksana program
kategori meliputi : tugas dari pimpinan harus
lain, TIM pelaksana program dan staf
dijalankan, mau tidak mau harus menjalankan,
administrasi puskesmas. Sub tema mempunyai
karena staf Puskesmas terbatas, kalau tidak
tugas banyak ini seperti yang disampaikan oleh
mampu dikonsultasikan pimpinan dan sebagai
3 partisipan dengan pernyataan sebagai
staf harus siap melaksanakan tugas. Tema
berikut:
menerima atau pasrah dalam menjalankan
pertama adalah melayani kepada pasien banyak peran ini disampaikan empat partisipan
gawat darurat kemudian adalah pelaporan dengan pernyataan sebagai berikut :
UGD...administrasi karcis dan pelaporan
memang... stafnya dipuskesmas juga
bulanan, kemudian persiapan alat-alat yang
terbatas... karena kita mau ndak mau harus
diperlukan dalam melakukan tindakan di
tetap kita laksanakan sebagai tugas dari
UGD... persiapan ruangan mas... persiapan
kepala Puskesmas(P1)
ruangannya UGD. ...untuk koordinasi
imunisasi itu yang pertama... itu saya ... tapi dengan berjalannya waktu, dan staf
sendiri yang menghandel karena bekerja puskesmas ya terbatas, ya...namanya tugas
sama dengan bidan...menyiapkan vaksin kita laksanakan saja. ini masalah hati lho
dan sebagainya, kemudian pelaporan saya mas... jadi kita harus menata hati dan
kerjakan sendiri, kemudian untuk dirawat iklhas...(P2)
inap pelaporan saya kerjakan sendiri...(P1) Eee dalam menjalankan ini ya biasa saja,
www.jik.ub.ac.id
101
4. Pelaksanaan Peran dalam Operasional Prosedur belum terstruktur
Pengorganisasian Belum Maksimal disampaikan oleh partisipan dalam kategori
Hasil penelitian pada tema pelaksanaan peran meliputi : sosialisasi ditempatkan di ruangan, di
dalam pengorganisasian belum maksimal ini tempel di dinding, di tempel di ruangan dan di
mempunyai dua sub tema, meliputi : orientasi beri tahukan. Sub tema ini disampaikan tiga
tenaga baru belum optimal dan sosialisasi partisipan dengan pernyataan sebagai berikut :
Standar Operasional Prosedur belum Ada sosialisasi pada teman... SOP kita
terstruktur. Sub tema Pertama,orientasi tempatkan disana diruang perawat, terus
tenaga baru belum optimal disampaikan dalam alat-alatnya UGD itu ada, EKG... itu ada
kategori meliputi : orientasi untuk mengenal bukunya, tinggal teman-teman yang
teman atau staf, mengenal tugas yang di dirawat inap itu membaca...(P1)
kerjakan, pelayanan umum puskesmas, kontrol
itu saya yang punya SOPnya dan ada
alat dan pembukuan, dinas pagi atau dinas
sosialisasi, semua tindakan saya SOPkan,
dengan senior. Sub tema ini disampaikan
saya tempel di dinding nanti di foto bisa di
empat partisipan dengan pernyataan sebagai
belakang. Hehe...dan temen-temen bisa
berikut :
baca.(P2)
Pada tenaga baru... biasanya kami di
orientasikan dulu... saya orientasi ... disosialisasikan kesemua karyawan.Ya
dulu...untuk yang khususnya UGD dan diberitahukan dan di tempel di dinding,
dirawat inap ya... diorientasi dulu selama bukunya juga ada, temen-temen bisa
kurang lebih dua minggu untuk mengenal baca.(P4)
teman-teman yang lain dan staf yang lain Soal sosialisasi ada mas...ya buku kita
yang biasa dinas pagi...(P1) tempatkan diruang UGD dan kita beri tahu
Kalau ada tenaga baru kan otomatis teman-teman kalau melakukan tindakan
diorientasikan dulu, diberi tahu dulu apakah belum bisa, bisa dilihat di situ untuk
tugas-tugasnya, terus diorientasikan SOPnya.(P6)
keruangan.Tidak bisa tenaga baru itu dalam
5. Peran Pengarahan Kepada Staf
waktu satu dua bulan itu dilepas sendiri.Jadi
Belum Optimal
harus di dampingi dengan tenaga yang
senior.(P3) Hasil penelitian pada tema Peran pengarahan
kepada staf belum optimal ini mempunyai dua
ada anak baru itu diorientasikan, ya suruh
sub tema, meliputi : teknik motivasi terhadap
lihat-lihat dulu, kerjanya gimana... cara
staf tidak terstruktur dan peran pengambilan
pasang infusnya bisa apa tidak, ya ikut piket
keputusan belum optimal. Sub tema
lah berapa bulan gitu dengan perawat
pertamaadalah tehnik motivasi terhadap staf
senior(P5)
belum terstruktur disampaikan oleh partisipan
...kita orientasikan selama tiga bulan, kita dalam kategori meliputi : melakukan motivasi
masukan pagi dulu...... saya memberitahu waktu kumpul, setiap saat, bareng dinas, pada
bekerja di UGD ini-ini harus kita bukukan , saat senda gurau dan pada saat teledor . Sub
ini alat-alat harus kita kontrol(P7) tema ini disampaikan lima partisipan dengan
Sub tema kedua adalah sosialisasi Standar pernyataan sebagai berikut :
www.jik.ub.ac.id
103
tidak,(P7) 7. Hambatan dalam Pelaksanaan
Sub tema kedua adalah evaluasi tingkat Pelayanan UGD
kepuasan pasien belum maksimal disampaikan Tema hambatan dalam pelaksanaan pelayanan
oleh partisipan dalam kategori meliputi : UGD ini mempunyai lima sub tema, meliputi :
melihat ada tidaknya komplain dari kotak keterbatasan sarana dan prasarana,
saran, lewat telepon, penyampaian langsung, ketenagaan kurang dari sisi kuantitas dan
masyarakat tidak komplain, angka kunjungan, kualitas, keterbatasan dana pengembangan
dan kuisioner tapi tidak memahami isinya . Sub SDM, hambatan dalam kolaborasi dan sub tema
tema ini disampaikan tiga partisipan dengan hambatan budaya. Sub tema pertamaadalah
pernyataan sebagai berikut : keterbatasan sarana dan prasarana
Tahu dari... kita kan ada kotak disampaikan oleh partisipan meliputi : ruangan
saran...kemudian ada... kontrol...kalau ndak khusus UGD belum ada, ruangan sempit dan
ada komplain... kalau ada komplain tidak sesuai standar, alat kesehatan kurang.
misalkan kan ada di kotak saran Sub tema ini disampaikan tiga partisipan
muncul...kemudian mungkin SMS bisa... dengan pernyataan sebagai berikut :
kemudian tidak kontrol lagi... itu kan bentuk itu terkait dengan tempat UGD khusus itu
komplain...kesimpulanya, karena apabila yang belum ada... karena tempatnya masih
dia komplain dan disuruh kontrol tidak mau bergabung...(P1)
itu kadang bentuk ketidak puasan kepada
... di UGD ruangannya terlalu sempit mas,
kita...tapi selama ini di suruh kontrol dia
sehingga kadang kesulitan dalam
juga datang... nanti dievaluasi pasien itu
pelayanan pasien. Dari segi alat saya rasa
mau kontrol lagi atau tidak. ...kita melihat
sudah cukup tapi kurang untuk instrumen
dari...pasien atau kunjungan yang
tindakan, misal rawat luka.(P3)
setempat... misalnya...kita banyak yang
daerah perbatasan ya mas...luar daerah Kelengkapan alkes itu juga banyak sekali
P...yaitu dari wilayah ponorogo... itu yang kurang.Buuanyak sekali mas,
ternyata dari tempat yang sama misalnya termasuk heating set, seperti mayo, servikal
dari tempat yang sama itu berulang kali colar, long spine board kita juga tidak
dikirim kesini... berarti secara otomatis punya.Untuk ruangan mas, untuk ruangan
tingkat kepuasan mereka mengatakan bagi kita kurang memenuhi standar, luas
puas...(P1) sama lebarnya kurang memenuhi.(P6)
Tiap tiga bulan sekali kita evaluasi tingkat Sub tema keduaadalahkurang dari sisi kuantitas
kepuasan pasien dari kuisioner...Untuk dan kualitas disampaikan oleh partisipan dalam
tingkat kepuasan ada timnya sendiri yang kategori meliputi :mengatakan kerepotan dan
mengevaluasi apa ya... kuisionernya dan kesulitan karena tidak ada tenaga khusus
hasilnya saya ndak tahu , mungkin UGD,masih gabung rawat inap, kurang tenaga,
semacam kepuasan pasien terhadap ketrampilan kurang. Sub tema ini disampaikan
lingkungan dan lain sebagainya.(P6) lima partisipan dengan pernyataan sebagai
berikut :
Masyarakat sudah memberikan penilaan
baik terhadap pelayanan kita dan jarang agak kerepotan, karena kita juga
yang komplain gitu..(P7) melakukan di perawatan dan juga di
yang kedua masalah ketenagaan, yang Kalau malam ya ndak bisa... ndak mungkin
namanya tenaga itu kan macem-macem datang mas, lha rumahnya...Ya seperti yang
juga yaitu butuh tambahan tenaga dan juga tadi mas, kalau malam kadang sulit
butuh adanya pelatihan(P6) dihubungi mas.Jadi kita ya bingung.(P5)
Memang untuk petugas UGD ini memang Sub tema kelima adalah hambatan budaya
kurang(P7) disampaikan oleh partisipan masyarakat
temperamen tinggi, tidak mengikuti program
Sub tema ketigaadalah keterbatasan dana pengobatan, tuntutan hasil pelayanan tidak
pengembangan sumber daya manusia rasional. Sub tema ini disampaikan dua
disampaikan oleh partisipan dalam kategori partisipan dengan pernyataan sebagai berikut :
meliputi : dana khusus pelatihan tidak ada dan
dana operasional tidak mencukupi. Sub tema kadang yang menjadi beban itu anu itu lo
ini disampaikan dua partisipan dengan pak, budaya masyarakat disini terutama
pernyataan sebagai berikut : daerah pesisir ini emosionalnya tinggi sekali
jadi gampang marah atau yang lainnya. ,
Untuk pengembangan SDM ini lah yang inginnya datang langsung sembuh.(P4)
menjadi masalah nanti kalau kita
dari dulu ya seperti itu , kasar-kasar
mengajukan misalkan pelatihan...dari
orange, tapi kadang ya mengganggu
puskesmas juga belum ada dana kalau kita
pelayanan karena ndak nurut apa yang
melakukan pelatihan mandiri...(P1)
diprogramkan dalam pengobatan. Ya sak
Sebelumnya pernah mengusulkan tapi karepe dewe ...(P5)
sampai sekarang belum terealisasi karena
terbentur dana operasiaonal tidak 8. Harapan Koordinator Pelaksana UGD
mencukupi.(P6) dalam Pengelolaan.
Sub tema keempat tentang hambatan dalam Tema Har apan koordinator pelaksana UGD
kolaborasi disampaikan oleh partisipan dalam pengelolaan ini mempunyai tiga sub
www.jik.ub.ac.id
105
tema, meliputi : peningkatan sarana dan tema ini disampaikan dua partisipan dengan
prasarana, pengembangan sumber daya pernyataan sebagai berikut :
manusia dan peningkatan pendapatan. Sub Untuk harapan puskesmas supaya semua
tema pertamaadalah peningkatan sarana dan tenaga yang di UGD ...diberikan pelatihan
prasarana disampaikan oleh partisipan dalam khusus...Pelatihan-pelatihan yang
kategori meliputi : harapan terhadap diinginkan minimal... BCLS....BLS ...(P1)
pembangunan gedung baru dengan fisilitasnya
dan sesuai standar, ruangan UGD terpisah, alat Untuk SDM ya adanya acara rutin
lengkap dan sesuai standar pelayanan UGD. pelatihan kegawatdaruratan selalu
Sub tema ini disampaikan empat partisipan terealisasi dan dilaksanakan di dinas
dengan pernyataan sebagai berikut : kesehatan(P4)
Kita buat petugas itu nyaman di UGD Sub tema ketiga adalah peningkatan
seperti rumah sendiri ataupun pasien yang pendapatan disampaikan oleh partisipan dalam
datang juga banyak dengan fasilitas kategori meliputi : adanya tambahan reward
ruangan yang ini ya kita beli... kita beli AC dan tambahan pemasukan tenaga kontrak. Sub
ya dan dipisahkan,... alat kesehatan tema ini disampaikan dua partisipan dengan
minimal saya harus ikut standar UGD(P2) pernyataan sebagai berikut :
...jadi saya berharap ada pembangunan Kalau bisa rewardnya ditambah lagi
gedung baru sehingga UGD bisa lebih luas mas.(P3)
bisa lebih... falisiltas yang lebih sehingga Itu pasti mas, pada berharap ada
pelayanan lancar... Jadi saya berharap ada tambahan pemasukan.Jadi kedepan dengan
penambahan kelengkapan instrumen bertambahnya pelayanan yang kita lakukan
tindakan. (P3) pendapatan kita juga bertambah.Sehingg
kesejahteraan juga meningkat terutama
Harapanya ya untuk terutama ruang
untuk teman-teman yang kontrak ini. Kalau
gawat darurat ini paling tidak ya sesuai
kita PNS kita(P6)
dengan standar.Misalkan untuk observasi
ada untuk tindakan gawatdaruratnya juga PEMBAHASAN
ada. Untuk alatnya ya standar minimal
1. Koordinator pelaksana UGD mempunyai
puskesmas rawat inap dengan UGD...
peran dan tugas yang banyak.
Seperti apa itu alat monitor itu kan penting
sekali(P4) Koordinator pelaksana UGD Puskesmas di
wilayah Kabupaten Trenggalek mempunyai
Ya alat untuk kebutuhan dasar pasien,
peran dan tugas yang banyak karena minimnya
penanganan pasien kalau bisa ya ada
Sumber Daya Manusuia (SDM) di
semuanya. ... ruangan nanti di bangun
Puskesmas.Penyebab ini disampaikan oleh
harus ada ruangan triase, ruangan khusus
partisipan dalam pernyataannya bahwa
tindakan.(P6)
menjalankan banyak peran karena program
Sub tema keduaadalah pengembangan sumber Puskesmas yang banyak dan petugas yang
daya manusia disampaikan oleh partisipan Pegawai Negeri Sipil (PNS) terbatas sehingga
dalam kategori meliputi : ada pelatihan khusus tidak sebanding. Data jumlah tenaga kesehatan
dan pelatihan dilaksanakan secara berkala. Sub di Puskesmas wilayah Kabupaten Trenggalek
www.jik.ub.ac.id
107
dua tingkat pendidikan : Pertama, untuk Ners tetapi dalam menentukan keputusan
pengalaman kerja sebagai perawat pelaksana pelaksanaan rencana belum secara khusus
satu (1) tahun di UGD, pengalaman sebagai dilibatkan.Koordinator pelaksana UGD
ketua tim dua (2) tahun, memiliki sertifikat mengeluh usulannya sampai sekarang tidak
Emergency nursing basic 2 dan pelatihan terealisasi.
manajemen. Kedua, D3 keperawatan
Tugas koordinator pelaksana UGD dalam peran
pengalaman kerja sebagai perawat pelaksana
perencanaan berdasarkan peraturan Bupati
dua (2) tahun di UGD, pengalaman sebagai
Trenggalek Nomor 81 Tahun 2012 tentang
ketua tim dua (2) tahun, memiliki sertifikat
Organisasi dan Tata Kerja Pusat Kesehatan
Emergency nursing basic 2 dan pelatihan
Masyarakat sebagai Unit Pelaksana Teknis
manajemen. Hasil penelitian dari tujuh
Dinas Kesehatan bagian kedelapan pasal 14
partisipan didapatkan tujuh partisipan
ayat 2 mempunyai uraian tugas mengumpulkan
mengatakan tidak pernah mendapatkan
dan menyiapkan data sebagai bahan
pelatihan manajemen. Simeulu (2013) dalam
perencanaan dan kegiatan. Fungsi perencanaan
penelitiannya menyatakan bahwa pelatihan
merupakan fungsi awal yang harus dijalankan
supervisi klinik kepala ruangan sangat efektif
bagi seorang manajer agar dapat menjalankan
diberikan untuk meningkatkan kinerja perawat
fungsi dan perannya secara optimal. Fungsi
pelaksana di ruang rawat inap RSUD dr. H.
perencanaan adalah sebagai upaya
Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh
memutuskan apa, siapa, bagaimana, kapan dan
Selatan.
dimana hal tersebut dilakukan (Marquis &
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk Huston, 2012).
mempersiapkan perawat menjadi koordinator
Dalam kerangka pikir keperawatan,
pelaksana UGD Puskesmas tersebut
perencanaan adalah tahap untuk merumuskan
diperlukannya dukungan pemerintah daerah
masalah keperawatan yang berkembang dalam
melalui Dinas Kesehatan untuk
pelayanan keperawatan, menentukan
penyelenggaraan pelatihan manajemen
kebutuhan dan sumberdaya yang tersedia,
pelayanan.Pelatihan diperlukan agar karyawan
menetapkan tujuan program yang paling
mampu menyesuaikan perilaku dengan
pokok, menyusun langkah-langkah praktis
menyadari perannya untuk mencapai tujuan
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan untuk
organisasi (Sopiah, 2008).
memenuhi kebutuhan pasien (Simamora,
3. Pelaksanaan Peran Perencanaan Sebatas 2012). Dalam penelitiannya Sumiati (2006)
Membuat Usulan. menyimpulkan semakin tinggi pelaksanaan
perencanaan yang dilakukan kepala ruangan
Peran kooordinator pelaksana UGD dalam
maka semakin tinggi pula kinerja tim. Dalam
perencanaan hanya sebatas mengusulkan
penelitian ini tentang pelaksanaan peran
karena belum adanya kewenangan koordinator
perencanaan koordinator pelaksana UGD di
pelaksana untuk melaksanakan perencanaan
dapat tujuh dari tujuh partisipan belum
yang sudah di buatnya.Perawat koordinator
melakukan perencanaan secara optimal
pelaksana tiap tahun dalam penyusunan
meliputi penyusunan jumlah kebutuhan tenaga,
Rencana Kerja Anggaran Puskesmas (RKA)
selalu diminta untuk menyampaikan usulan jumlah alat, jumlah anggaran dan sebagainya.
terkait kebutuhan perencanaan pelayanan UGD Menurut Marquis dan Huston (2012) elemen
www.jik.ub.ac.id
109
tertentu.Salah satu upaya untuk meningkatkan pelaksana dalam pelaksanaan perawatan
peran koordinator pelaksana UGD dalam peran dipengaruhi oleh kemampuan koordinator
fungsi pengorganisasian yang bisa dilaksanakan pelaksana untuk memotivasi, mempengaruhi,
oleh kepala Puskesmas adalah adanya mengarahkan dan berkomunikasi. Kemampuan
penetapan staf khusus UGD dalam pelaksanaan ini diperlukan untuk menjamin perawat
pelayanan. pelaksana menjalankan pekerjaan yang
diberikan. Koordinator pelaksana selaku
5. Peran Pengarahan Staf Belum Optimal. manajer senantiasa berupaya mengarahkan,
Peran pengarahan tidak berjalan optimal memotivasi pada staf dan bersikap sebaik-
karena kordinator pelaksana merasa baiknya sehingga dapat meningkatkan
kewenangan ada pada kepala Puskesmas dan penampilan kelompok dalam rangkai mencapai
adanya perasaan sungkan kepada staf pada tujuan.
unit pelayanan UGD karena staf UGD juga staf Motivasi merupakan proses yang tidak di sadari
pelaksana Rawat Inap dan koordinator dan merupakan suatu proses psikologis dan
pelaksana program di Puskesmas. Koordinator proses psikologis dan bukan proses yang logis.
pelaksana UGD melaksanakan peran Setiap individu kebutuhan akan motivasi
pengarahan sebatas memberikan motivasi dan berbeda dari waktu ke waktu tergantung
melakukan koordinasi dengan kepala kebutuhan mana yang paling dominan. Dalam
Puskesmas bila ada suatu permasalah atau pelaksanaan pelayanan keperawatan, seorang
konflik dalam pelaksanaan pelayanan. perawat membutuhkan motivasi yang timbul
Pengarahanmencakup tanggungjawab dalam dari hati yang paling dalam.Untuk
mengelola sumber daya manusia seperti menimbulkan motivasi yang baik seorang
motivasi untuk semangat, manajemen konflik, perawat sendiri perlu menyadari kebutuhan
pendelegasian, komunikasi, dalam dan kepentingan pelaksanaan pelayanan
memfasilitasi kolaborasi (Marquis & Huston, keperawatan (Kenna, 2011). Koordinator
2012). Pengarahan menurut Terry dan Rue pelaksana dalam memotivasi seorang perawat,
(2010) meliputi : saling memberi motivasi, selain kesadaran dari diri sendiri perlu orang
membantu menyelesaikan pemecahan lain yang memberi motivasi karena dengan
masalah, melakukan pendelegasian, kehadiran orang lain akan semakin
menggunakan komunikasi yang efektif, meningkatkan motivasi dalam diri perawat.
melakukan kolaborasi dan koordinasi.
Kuswantoro dan Subekti (2009) menyatakan
Rohmawati (2006) dalam penelitianya bahwa ada pengaruh positif antara gaya
menyebutkan bahwa ada hubungan yang kepemimpinan terhadap kepuasan kerja dan
signifikan antara pelaksanaan asuhan kinerja pegawai. Kinerja pegawai di pengaruhi
keperawatan yang baik dengan fungsi oleh adanya komunikasi yang baik antara
pengarahan yang efektif. Sejalan dengan ini bawahan dan atasan, interaksi dengan atasan
Parmin (2009) dalam penelitianya menyatakan dan partisipatif yang melibatkan bawahan
fungsi manajemen pengarahan kepala ruangan dalan pengambilan keputusan. Kepuasan kerja
yang dilaksanakan dengan baik mempunyai perawat pelaksana yang mendapat pengarahan
peluang lebih meningkatkan motivasi perawat dari kepala ruang dan ketua tim yang
pelaksana dengan baik. Efektifitas koordinator memperoleh pelatihan, bimbingan,
www.jik.ub.ac.id
111
mencegah kesalahan desain pekerjaan, saat mengikuti pelatihan. Pelatihan diperlukan
kesempatan kerja yang adil serta menghadapi agar karyawan mampu menyesuaikan perilaku
tantangan eksterna (Sabarguna, 2010). dengan menyadari perannya untuk mencapai
Liestyaningrum (2010) mengatakan tujuan organisasi (Sopiah, 2008).Peningkatan
pengawasan yang berhubungan dengan kinerja pengetahuan pelaksanaan monitoring dan
adalah disiplin dan informasi, dan sub variabel evalusai oleh koordinator pelaksana dapat di
pengawasan adalah yang paling berhubungan tingkatkan dengan dukungan pemerintah
dengan kinerja adalah disiplin.Selain penilaian daerah lewat Dinas Kesehatan untuk
kinerja kepuasan pasien juga mempengaruhi melaksanakan pelatihan tentang monitoring
kualitas pelayanan keperawatan puskesmas. dan evaluasi.Dewi (2011) dalam penelitianya
mengatakan bahwa ada pengaruh positif
Kepuasan pasien menurut Paolo, Sariva dan
pengetahuan tentang tekhnik pengawasan
Rodrigues (2009) ada tiga hal yang berkaitan
terhadap pelaksanaan pengawasan.
erat, yaitu : mengemukan kualitas produk dan
jasa, kepuasan pelanggan dan probabilitas
7. Hambatan dalam pelaksanaan pelayanan
perusahaan. Semakin tinggi tingkat kualitas
UGD Puskesmas.
semakin tinggi pula tingkat kepuasan pelanggan
yang dihasilkan, yang mendukung harga lebih Hambatan dalam pelaksanaan pelayanan UGD
dan sering kali biaya lebih rendah.Kualitas jelas Puskesmas karena adanya keterbatasan sarana
merupakan kunci dari tingkat kepuasan dan prasarana, keterbatasan ketenagaan baik
pelanggan. dari sisi kuantitas dan kualitas, keterbatasan
dana dalam pengembangan SDM, hambatan
Selain kepuasan pelanggan kepuasan kerja
dalam kolaborasi dan hambatan budaya. Secara
menjadi hal penting dalam pelayanan kareana
teoritis ada tiga kelompok variabel yang
kepuasan kerja mempengaruhi kinerja
mempengaruhi hal tersebut, meliputi : variabel
karyawan. Seorang memiliki kepuasan yang
individu, variabel organisasi dan variabel
tinggi akan mendukung pekerjaannya sebagai
psikologis (Ilyas, 2011).
hal yang menyenangkan, berbeda dengan
karyawan yang memiliki kepuasan kerja yang Keterbatasan sarana dan prasarana terjadi
rendah. Ia akan melihat pekerjaannya sebagai karena tidak adanya kewenangan koordinator
suatu yang membosankan sehingga pelaksana untuk merealisasikan kebutuhan
menyebabkan perasaan keterpaksaan dalam sarana dan prasarana yang di
melaksanakannya (Vinni, 2006). butuhkan.Dukungan sarana fisik, perlengkapan,
dan peralatan mendukung mutu pelayanan
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelayanan
kesehatan (Bustami, 2011).
dapat di tingkatkan dengan peningkatan
pengetahuan koordinator pelaksana UGD Kurangnya tenaga pendukung dengan tidak
dalam menjalankan peran monitoring dan adanya tenaga pelaksana khusus di UGD
evaluasi melahui pelatihan khusus terkait menjadi kendala dalam pelaksanaan pelayanan
proses monitoring dan evaluasi. Pelatihan ini.Kurangnya jumlah SDM menjadi penyebab
tentang uraian tugas koordinator pelaksana dari kendala ini. Ketenagaan yang kurang,
diharapkan pengetahuan, ketrampilan dan formasi yang tidak sesuai akan mempengaruhi
kemampuan dalam memimpin juga akan kualitas pelayanan pada masyarakat. Tetapi ada
meningkat sesuai pengalaman yang didapat berapa yang berpendapat, walau tenaga cukup
www.jik.ub.ac.id
113
tidak optimalnya peran dan tugas perawat kemampuan, menciptakan kondisi kerja yang
koordinator pelaksana dalam menjalankan menggairahkan semua pihak. Untuk
tugas dan perannya. Dampak tersebut sering meningkatkan semangat kerja diperlukan
terlihat terjadinya kerepotan dalam pelayanan, pemberian gaji yang cukup, memberikan
kesulitan dan kadang kecemasan karena tidak fasiltas sarana prasarana yang mempermudah
dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi pelayanan dan menyenangkan, menciptakan
pasien.keterbatasan fasiltas sarana dan suasana kerja yang nyaman, memperhatikan
prasarana sering kali mengganggu pelaksanaan harga diri, dan memperhatikan kebutuhan
pelayanan sehingga menimbulkan keluhan rohani.
pada pasien dan perawat sebagai pelaksana Insentiff atau reward merupakan bagian dari
pelayanan. Untuk mengatasi hambatan itu imbalan (Pribadi, 2009). Imbalan dibagi menjadi
dapat dilakukan dengan komunikasi yang baik dua kategori yaitu : imbalan langsung dan tidak
antar petugas kesehatan dan dengan pasien, langsung. Imbalan langsung terdiri dari imbalan
pemenuhan kebutuhan sarana prasarana dan yang diterima secara langsung , rutin dan
adanya dana yang memadai dalam proses periodik oleh karyawan misalnya : gaji pokok,
pemenuhannya. tunjangan tunai, tunjangan hari raya yang
semua itu diterima tiap bualan atau tiap
8. Harapan koordinator pelaksana UGD
tahunnya. Imbalan tidak langsung terdiri dari
dalam pengelolaan.
imbalan yang nanti diterima bila nterjadi
Pengalaman koordinator pelaksana UGD sesuatu pada karyawan misalnya : fasilitas
mengelola pelayanan memiliki harapan untuk transfortasi, pemeliharaan kesehatan, ijin
peningkatan sarana dan prasarana, meninggal pekerjaan, santunan, dana
penambahan tenaga dan pengembangan SDM, pendidikan dan pelatihan dan lain sebagainya.
serta adanya peningkatan pendapat perawat.
Imbalan yang tidak sebanding dan belum layak
Menurut Beck (2005) ada dua belas kunci
dengan apa yang telah mereka kerjakan akan
utama kepuasan kerja, yaitu meliputi : input,
mengakibatkan keresahan, penurunan gairah
hubungan manajer dan staf, disiplin kerja,
kerja , motivasi kerja dan ketidak puasan dalam
lingkungan tempat kerja, istirahat dan makanan
bekerja (Neuhauser, 2011). Ketidakpuasan
yang cukup, diskriminasi, kepuasan kerja,
perawat dalam bekerja mempengaruhi kualitas
penghargaan penampilan, klarifikasi kebijakan,
pelayanan kesehatan bagi pasien. Pihak
prosedur, keuntungan, mendapat kesempatan,
manajemen pelayanan kesehatan harus
pengambilam keputusan dan gaya manajer.
memahami dengan baik mengenai imbalan dan
Usaha positif dalam rangka meningkatkan dapat merancang kembali sistem imbalan yang
pengelolaan yaitu meningkatkan motivasi yang sedemikian rupa sehingga mampu memotivasi
terdiri dari beberapa usaha, yaitu : orientasi, kerja pegawai (Baalbaki, 2008). Sehingga
supervisi, partisipasi, komunikasi, rekognasi, perlunya sebuah institusi memperhatikan
delegasi, kompensasi, integritas dan motivasi harapan pekerjanya terkait dengan
silang (Leer, 2006). Tunner (2010) menunjukan peningkatan pendapatan dalam menjalankan
bahwa cara yang ditempuh untuk tugasnya.
meningkatkan semangat kerja adalah memberi
kompensasi kepada tenaga kerja dalam porsi KESIMPULAN
yang wajar, tetapi tidak memaksakan Gambaran respon perawat sebagai koordinator
www.jik.ub.ac.id
115
Emergency Nursing Journal 15, 188-194. http://respitory.uksw.edu/handle/1234567
DinKes. (2015). Profil Kesehatan Kabupaten 89/5322.
Trenggalek Tahun 2014. Trenggalek: Dinas Kemenkes. (2011). Standart Pelayanan
Kesehatan Kabupaten Trenggalek. Keperawatan Gawat Darurat di Rumah
Donoghue, & Nicholas, G. (2009). Leadership Sakit. Jakarta: Direktorat Bina Pelayanan
styles of nursing home administrator and Keperawatan dan Teteknisan Medik,
their association with staff turnover. The Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan.
Gerontologist 49,2: ProQuest, 166. Kenna. (2011). Using a nursing produtivity
Efendi, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan committee to achieve cost savings and
Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik improve staffing levels and staff
dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba satisfaction. Critical Care Nurse Vol 31 No.
Medika. 6 Dec.
Effendy, N. (2000). Dasar-Dasar Keperawatan Kuswantoro, & Subekti. (2009). Pengaruh
Kesehatan Masyarakat ; Edisi 2. Jakarta: pelaksanaan fungsi manjerial kepala ruang
EGC. dalam metode penugasan tim terhadap
Faizin, A., & Winarsih. (2008). Hubungan kinerja ketua tim di RSU dr Saiful Anwar
Tingkat Pendidikan dan Lama Kerja Malang. Semarang: Tesis Pasca Sarjana
Perawat dengan Kinerja Perawat di RSU UNDIP.
Pandan Arang Kabupaten Boyolali. Berita Leer, R. (2006). Effective nursing management :
Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol. 1 a solution for nurses job dissatisfaction,
No. 3, September 2008, 137-142. and low retention rate ? ProQuest
Herawani. (2002). Persepsi kepala ruangan dan Information and Learning Company,
perawat pelaksana tentang permasalah diperoleh 15 Pebruari 2012.
manajemen dalam menerapkan Liestyaningrum, W. (2010). Hubungan persepsi
pendokumentasian proses keperawatan di perawat pelaksana tentang pengawasan
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. kepala ruangan dengan kinerja di ruang
Cipto Mangunkusumo. Jurnal Keperawatan rawat inap RSAL dr. Mintoharjo.
Indonesia Volume 6, No 2, September 2002. Http://www.gigilib.ui.ac.id/opac/themes/li
Huber, D. L. (2010). Leadership and Nursing bri2/detail.jsp.id.
Care Management : Fourth Edition. Lin, S., Cen, S., Wen, P., Pan, F., & Liu, W.
Philadelphia: W.B Saunders Company. (2010). Job Stress and Coping Mechanisms
Ilyas, Y. (2011). Perencanaan Sumber Daya Emergency Departemen Nurse in the
Manusia Rumah Sakit; Teori, Metode dan Armed Force Hospital of Taiwan.
Formula. Edisi I. Jakarta: Pusat Kajian International Jpurnal of Human an Sosial
Ekonomi Kesehatan FKM UI. Sciences (8), 626-633.
Isnaeni. (2014). Gambaran Peran Perawat Malmqvist, M. (2008). First line manager role
Puskesmas dalam Pelaksanaan Perawatan and information systems. Sweden:
Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) di Kota Chalmers University of Technology and
Salatiga Tahun 2013. Salatiga: University of Gothenburg.
www.jik.ub.ac.id
117
Simamora, R. H. (2012). Buku Ajar Manajemen Suarli, & Bahtiar, Y. (2012). Manajemen
Keperawatan. Jakarta: EGC. Keperawatan dengan Pendekatan Praktis.
Jakarta: Erlangga.
Simanjutak, P. (2011). Manajemen Sumber
Daya Manusia. Jakarta: FE Universitas Sumiati. (2006). Analisis faktor-faktor yang
Indonesia. berhubungan dengan kinerja kepala ruang
rawat inap di rumah sakit dokter Kariadi
Simeulu, P. (2013). Efektifitas Pelatihan
Semarang. Semarang: Tesis Pasca Sarjana
Supervisi Klinik Kepala Ruangan Terhadap
Undip.
Kinerja Perawat Pelaksana di RSUD dr. H.
Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Turner, B. (2010). A study of the emotional
Selatan. Medan: Universitas Sumatera quotien of nursing managers compared to
Utara, Program studi Magister Ilmu the outcome of an employee opinion
Keperawatan, Peminatan Administrasi survey. UMI Number : 3432190.
Keperawatan.
Vinni, R. (2006). Total qualitybmanagement and
Sitorus, R., & Panjaitan, R. (2011). Manajemen paradigms of public administration. A
Keperawatan : Manajemen Keperawatan di performing public sector : the second trans
Ruang Rawat. Jakarta: Sagung Seto. atlantic dialogue, leuven, belgium, june 1-
3.
Sopiah. (2008). Perilaku Organisasi. Yogyakarta:
Penerbit Andi.