LAPORAN KUNJUNGAN - Wahid
LAPORAN KUNJUNGAN - Wahid
TUJUAN
Tujuan dari Kunjungan praktikum Ilmu Penyakit Tanaman ke
Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Temanggung adalah:
1. Untuk mengetahui aplikasi Mikoriza pada media tanam
2. Mengetahui peran agen pengendali hayati dalam pengendalian penyakit
tanaman yaitu PGPR dan Tricoderma sp.
3. Mengetahui teknik pengamatan atau identifikasi penyakit tanaman.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Mikoriza
1. Pengertian Mikoriza
2. Morfologi Mikoriza
4. Sifat-sifat Mikoriza
Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) tergolong ke dalam tipe
endomikoriza dan mampu membentuk organ-organ khusus yaitu
arbuskul, vesikular dan spora.
a. Vasikular
amonium (NH4+) dan unsur hara tanah yang relatif immobil lain
seperti belerang (S), tembaga (Cu) dan juga Boron (B). Mikoriza
juga meningkatkan luas permukaan kontak dengan tanah, sehingga
meningkatkan daerah penyerapan akar hingga 47 kali lipat. Mikoriza
tidak hanya meningkatkan laju transfer nutrisi di akar tanaman inang,
tetapi juga meningkatkan ketahanan terhadap cekaman biotik dan
abiotik (Smith dan Read, 2008).
B. Agens Hayati
1. PGPR
PGPR adalah sejenis bakteri yang menguntungkan yang
hidup di sekitar perakaran tanaman dimana bakteri ini memberi
keuntungan dalam proses fisiologi tanaman dan pertumbuhannya. Jika
di daerah perakaran suatu tanaman kekurangan mikroorganisme
menguntungkan maka akan menyebabkan tanaman menjadi terserang
berbagai macam penyakit akar seperti layu dan busuk akar. Selain itu
tanaman juga akan mengalami hambatan dalam pertumbuhannya
(kurang subur). PGPR ini pertama kali diteliti oleh Kloepper dan
Schroth tahun 1978, dimana mereka menemukan bahwa keberadaan
bakteri yang hidup di sekitar akar ini mampu memacu pertumbuhan
tanaman jika diaplikasikan pada bibit/benih. Tidak hanya itu, tanaman
nantinya akan beradaptasi terhadap hama dan penyakit.
Mekanisme PGPR dalam meningkatkan kesuburan tanaman
dapat terjadi melalui 3 cara (Amalia, 2007), yaitu:
a. Menekan perkembangan hama/penyakit (bioprotectant):
mempunyai pengaruh langsung pada tanaman dalam menghadapi
hama dan penyakit;
b. Memproduksi fitohormon (biostimulant): IAA (Indole Acetic
Acid); Sitokinin; Giberellin; dan penghambat produksi etilen:
dapat menambah luas permukaan akar-akar halus;
c. Meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman (biofertilizer).
Bila penyerapan unsur hara dan air yang lebih baik dan nutrisi
tercukupi, maka menyebabkan kebugaran tanaman juga semakin
baik, sehingga akan semakin meningkatkan ketahanan tanaman
terhadap tekanan-tekanan, baik tekanan biologis (OPT) maupun
non biologis (Iklim).
Aplikasi PGPR dapat dilakukan melalui pelapisan benih dan
perendaman benih dalam suspensi. Bakteri PGPR merupakan bakteri
tanah yang masa hidupnya tidak panjang karena itu perlu
mengembalikan populasinya setiap akan menebar benih. Menurut
Bowen and Rovira (1999), media perkecambahan yang digunakan
harus memiliki kemampuan untuk menahan air, bersih dan bebas dari
benih lain, cendawan, bakteri atau zat beracun yang dapat
mempengaruhi perkecambahan benih dan pertumbuhan kecambah,
untuk media tanah dan pasir harus dalam keadaan yang cukup
seragam dan sebelum digunakan perlu dicuci dan disterilisasi.
Bibit akan tumbuh dengan baik di lapang jika kecambah
tumbuh dengan baik pada fase perkecambahan. Penggunaan media
perkecambahan yang tepat akan memudahkan kecambah untuk
menembus permukaan media. Pada pengujian daya berkecambah
benih maka akan dihitung persentase daya berkecambahnya (Raybum,
1993).
2. Trichoderma sp.
a. Jamur Trichoderma sp.
Klasifikasi Trichoderma sp. menurut Alexopoulus (1979)
sebagai berikut :
Kingdom : Fungi
Devisio : Amastigomycota
Class : Deutromycetes
Ordo : Moniliales
Famili : Moniliaceae
Genus : Trichoderma
a. Tipe Hipoplastik
Tipe hipoplastik, yaitu tipe kerusakan yang disebabkan
karena adanya hambatan atau terhentinya pertumbuhan
(underdevelopment) sebagian atau seluruh jaringan tanaman
akibat serangan patogen. Contoh gejala yang termasuk tipe
hipoplastik yaitu:
1) Kerdil
2) Perubahan Simetri
3) Chlorosis
4) Roset (Sapu)
5) Etiolasi
b. Tipe Hiperplastik
Tipe hiperplastik, yaitu tipe gejala yang diakibatkan
karena adanya pertumbuhan jaringan yang melebihi
(overdevelopment) dari pada pertumbuhan yang biasa. Contoh
kerusakan yang termasuk tipe hiperplastik antara lain yaitu:
1) Sapu (Witches Broom)
2) Menggulung/Mengeriting
3) Cercidia (Tumor)
4) Fasciasi
5) Erinose
6) Pembentukan alat yang luar biasa
7) Kudis
8) Prolepsis
9) Rontoknya Alat
10) Intrumescentia
11) Perubahan Warna
III. METODOLOGI
Praktikum kunjungan ke laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit
Tanaman Temanggung dilaksanakan pada tanggal 4 November 2016.
B. Agens Hayati
1. PGPR
PGPR (Plant Growth Promoting Rhyzobium) adalah sejenis
bakteri yang hidup di sekitar perakaran tanaman. Bakteri tersebut
hidupnya secara berkoloni menyelimuti akar tanaman. Bagi tanaman
keberadaan mikroorganisme ini akan sangat baik karena bakteri ini
memberi keuntungan dalam proses fisiologi tanaman dan
pertumbuhannya.
Salah satu bahan yang dapat digunakan untuk pembuatan
PGPR adalah akar bambu. Alasan penggunaan akar bambu karena :
a. Bambu tidak pernah terserang hama dan penyakit
b. Bambu tidak pernah dipupuk
c. Bambu mudah beradaptasi
d. Tanah yang ditumbuhi bambu merupakan tanah yang gembur
e. Pertumbuhan bibit bambu baik.
2. Trichoderma sp.
Trichoderma sp. adalah jenis cendawan yang tersebar luas di
tanah, dan mempunyai sifat mikoparasitik. Mikoparasitik adalah
kemampuan untuk menjadi parasit cendawan lain. Sifat inilah yang
dimanfaatkan sebagai biokontrol terhadap jenis-jenis cendawan
fitopatogen.
Jamur pathogen tular tanah yaitu jamur yang bersumber dari
dalam tanah. Jamur ini umumnya menyebabkan akar tanaman/ umbi
menjadi busuk sehingga tanaman mati. Salah satu contoh manfaat
penggunaan biofungisida dengan bahan aktif Jamur Trichoderma sp.
Bibit atau isolat Trichoderma sp. yaitu berwarna hijau, dan
tumbuh disekitar perakaran. Cara kerja isolat Trichoderma sp.dalam
mengendalikan OPT adalah kompetisi dalam kelangsuan hidup dan
nutrusi, menghasilkan toksin dan menyerang langsung, dapat pula
mengendalikan OPT di bagian atas tanaman.
Teknik perbanyakan Trichoderma sp. yaitu dari isolat yang
berasal dari beras (satu kemasan untuk 50 batang), kemudian
melarutkan dalam 10 Liter air dengan cara dikocorkan satu gelas air
minerah untuk setiap tanaman. Satu tabung isolat dapat menjadi 25
bungkus dengan setiap bungkusnya kurang lebih satu ons. Media
perbanyakan mengandung karbohidrat tetapi tidak menyebabkan
bakteri. Dengan menggunakan beras lebih tahan lama atau dengan
tepung kaolin yang mengandung Ca karena harganya murah dan
massa jenisnya tidak terlalu berat. Mencuci beras sampai bersih
kemudian merendam selama satu malam dan ditiriskan. Setelah itu
membungkusnya dengan plastik tahan panas dan ditutup rapat.
Setelah semua selesai kemudian disterilkan.
Dalam perbanyakan Trichoderma sp. dapat bertahan
maksimal satu bulan apabila disimpan pada suhu kamar. Daya
simpan tidak tahan lama kecuali disimpan dalam lemari pendingin.
C. Identifikasi Penyakit
Penyebab munculnya penyakit tanaman secara garis besar dibagi
menjadi 3 golongan pathogen utama, yaitu jamur (cendawan), bakteri,
dan virus.
Gejala adalah perubahan yang ditunjukkan oleh tumbuhan itu
sendiri sebagai akibat adanya serangan suatu penyebab penyakit.
Berdasarkan peruubahan yang terjadi pada sel tumbuhan, gejala penyakit
tumbuhan dapat dibagi 3 (tiga) yaitu nekrotik, hipoplastis, dan
hiperplastis.
Identifikasi penyakit dilakukan untuk mengetahui gejala visual
dan melihat sejarah tanaman baik dari cara budidayanya maupun sifat
yang dibawa, sehingga dapat segera melakukan pengendalian penyakit
dengan tepat.
V. KESIMPULAN
Dari kunjungan yang telah dilaksanakan ke Laboratorium
Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman Temanggung dapat disimpulakan :
1. Mikoriza dapat diaplikasikan pada semua jenis tanaman, serta fungsinya
dalam tanaman yaitu membantu penyerapan unsur hara tanaman,
peningkatan pertumbuhan dan hasil produk tanaman
2. PGPR (Plant Growth Promoting Rhyzobium) mempunyai fungsi dalam
memacu pertumbuhan sehingga mempengaruhi proses fisiologi.
Tricoderma sp. mempunyai fungsi dalam kegagalan pertumbuhan
tanaman.
3. Identifikasi penyakit dilakukan untuk mengetahui gejala visual dan
melihat sejarah tanaman baik dari cara budidayanya maupun sifat yang
dibawa.
DAFTAR PUSTAKA
Alexopoulos, C.J. dan Mimms, C.W. 1979. Introductory Mycology. John Wiley &
Sons.
Mikola, P., 1980. Tropical Mycorrhiza Research. Clarendon Press Oxford, New
York. p. 215.
Pattimahu, D.V., 2004. Restorasi Lahan Kritis Pasca Tambang Sesuai Kaidah
Ekologi. Makalah Mata Kuliah Falsafah Sains, Sekolah Pasca Sarjana,
IPB. Bogor.
Rayburn, E.B. 1993. Plant Growth and Development as the Basis of Forage.
Smith. S. E., and Read. D. J., 1997. Mycorrhizal Symbiosis. Second Edition.
Academic Press. Harcourt Brace & Company Publisher, London. pp. 32-
79.
MIKORIZA
AGENS HAYATI
IDENTIFIKASI PENYAKIT