SOEHARTO
OLEH :
16.321.2524
A10-B
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Daftar Pustaka
i
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia. Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era
pemerintahan Soekarno. Orde Baru hadir dengan semangat "koreksi total" atas
1966. Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Setelah keluarnya
berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi
yang merajalela di negara ini. Namun kesenjangan antara rakyat yang kaya
cara haram, serta melakukan korupsi dan pencurian dengan berbagai bentuk
1
dan cara. Orde Baru menyebabkan ini sebagian terbesar rakyat Indonesia telah
Soeharto?
Pelanggaran HAM?
2
BAB II
PEMBAHASAN
penembakan misterius yang terjadi dari rentang waktu 1982 sampai 1985
termasuk dalam pelanggaran HAM berat. Hal tersebut didasarkan pada unsur-
yang melawan kekuasaan Orde Baru, residivis atau mantan narapidana, dan
orang yang diadukan sebagai penjahat. Ketiga korban itu dibunuh atau
dihilangkan dengan sengaja dan mereka tidak pernah diadili sesuai hukum
keputusan dalam petrus terbukti sepihak. Korban yang berjenis kelamin laki-
laki dan berusia rata-rata 23 sampai 52 tahun ditangkap, disiksa, dibunuh, dan
3
keterangan pada Komnas HAM menyebutkan bahwa petrus berlangsung
diduga adalah TNI, Polri, Garnisun, dan pejabat sipil. Hal tersebut
adalah Presiden dan Pangkopkamtib saat itu karena kasus petrus adalah bentuk
hal pada pemerintah terkait. Dua hal tersebut adalah meminta Jaksa Agung
4
2.2 Kronologi Kasus Penembakan yang Melibatkan Soeharto
Penembakan misterius atau sering disingkat Petrus (operasi clurit)
adalah suatu operasi rahasia dari Pemerintahan Soeharto pada tahun 1980-an
untuk menanggulangi tingkat kejahatan yang begitu tinggi pada saat itu.
masyarakat khususnya di Jakarta dan Jawa Tengah. Pelakunya tak jelas dan
tak pernah tertangkap, karena itu muncul istilah "petrus", penembak misterius.
dengan Pangdam Jaya, Kapolri, Kapolda Metro Jaya dan Wagub DKI
Jakarta di Markas Kodam Metro Jaya tanggal 19 Januari 1983. Dalam rapat itu
diikuti oleh kepolisian dan ABRI di masing-masing kota dan provinsi lainnya.
Pada tahun 1983 tercatat 532 orang tewas, 367 orang di antaranya tewas
akibat luka tembakan. Pada Tahun 1984 ada 107 orang tewas, di antaranya 15
tewas ditembak. Para korban Petrus sendiri saat ditemukan masyarakat dalam
5
dalam karung yang ditinggal di pinggir jalan, di depan rumah, dibuang ke
sungai, laut, hutan dan kebun. Pola pengambilan para korban kebanyakan
diculik oleh orang tak dikenal dan dijemput aparat keamanan. Petrus pertama
kali dilancarkan di Yogyakarta dan diakui terus terang Dandim 0734 Letkol
CZI M Hasbi (kini Wakil Ketua DPRD Jateng, red) sebagai operasi
bersama atau general agreement seluruh warga negara. Organisasi negara itu
Oleh karena itu, Hak Asasi Manusia merupakan materi inti dari naskah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan setiap manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang
6
dan martabat manusia. Keterkaitan antara konstitusi dengan Hak Asasi
ajaran konstitusionalisme.
Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak yang melekat pada
diri manusia yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah
Ttuhan yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi oleh setiap individu,
dibagi menjadi 4 kategori yang salah satunya adalah Hak Sipil yang terdiri
dari hak diperlakukan sama di muka hukum, hak bebas dari kekerasan, hak
khusus bagi kelompok anggota masyarakat tertentu, serta hak hidup dan
kehidupan.
Hak Personal, Hak sipil, dan politik yang terdapat pada pasal 321 dalam
nama baik.
7
1. Konstitusi (UUD 1945 Amandemen I IV), konstitusi RIS (bab khusus
tentang HAM, dan di tempatkan pada bab awal pasal 7 sampai pasal 33),
dan UUD 1950 (hampir sama dengan konstitusi RIS, hanya berbeda pada
serta penambahan pasal yang signifikan tentang fungsi social, hak milik,
mogok)
2. TAP MPR. Hal ini dapat dilihat dari TAP MPR NO. XVII tahun 1998
tentang pandangan dan sikap bangsa Indonesia terhadap HAM dan piagam
HAM Nasional
HAM, UU No. 40 tahun 1999 tentang pers, UU No. 39 tahun 1999 tentang
BAB XA/28G :
(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat
8
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
diproses secara hukum. Kasus penembak misterius ini merupakan kasus yang
Secara garis besar, kasus ini berkaitan dengan pelanggaran Hak Asasi Manusia
Pertama, bila kita lihat pernyataan pada salah satu kategori Hak Asasi
Manusia yaitu hak sipil. Hak sipil terdiri dari hak diperlakukan sama di muka
hukum, hak bebas dari kekerasan, hak khusus bagi kelompok anggota
masyarakat tertentu, serta hak hidup dan kehidupan. Dalam kasus ini dapat
dilihat bahwa tindakan yang dilakukan oleh aparat pemerintah telah melanggar
hak sipil yang dimiliki oleh setiap individu warganegara baik yang baik
maupun yang jahat yaitu mendapatkan perlakuan yang sama dimuka hukum.
Hal itu terbukti dari mereka yang dituduh sebagai gabungn anak liar atau
dituduh melakukan kejahatan langsung saja diculik dan dibunuh. Bahkan ada
9
secara terikat dan dilihat oleh masyarakat sekitar. Selain hak untuk
diperlakukan sama dimuka hukum juga ada hak bebas dari kekerasan. Pada
kasus diatas jelas sekali banyak orang-orang yang merupakan target penembak
Hal itu terbukti dari banyaknya target penembak misterius yang pada
jenazahnya terdapat bekas-bekas luka siksaan. Yang terakhir adalah hak untuk
sewenang-wenang.
HAM bahwa tindakan penembak misterius ini telah melanggaar hak untuk
hidup yang dimiliki oleh para korban. Hal itu telah jelas diterangkan diatas
kecuali yang dilakukan adalah kejahatan yang tidak bisa ditoleransi dan
memang harus dihukum mati. Namun, pada kasus penembak misterius ini,
para target yang menjadi korban dan dibunuh tidak diketahui kejahatan apa
diculik dan dibunuh. Bahkan hanya menggunakan tato dapat membuat orang
Ketiga, bila kita tinjau dari pasal 321 DUHAM pada butir (10) bahwa
salah satu hak personal seseorang adalah hak perlindungan hukum dari
serangan terhadap kehormatan dan nama baik. Pada kasus ini jelas para target
dengan dituduh sebagai tersangka pelaku kejahatan tanpa bukti yang jelas dan
dibunuh secara semena-mena. Selain korban itu sendiri, nama baik dan
10
martabat keluarga korban telah hancur. Semua ini dilakukan pemerintah
Terakhir, bila kita tinjau dari perubahan UUD 45 BAB XA/28G butir
(1) seperti yang telah saya sebutkan diatas bahwa tidak ada perlindungan dari
pemerintah kepada korban dan tidak mungkin hal itu dilakukan karena
pelanggaran HAM itu dilakukan sendiri oleh pemerintah. selain itu butir (2)
2.5 Solusi yang dapat diberikan dengan Pola Penyelesaian Pelanggaran HAM
Berat Masa Lalu untuk Mencegah Keberlanjutan Pelanggaran HAM
Penyelesaian atas pelanggaran HAM berat masa lalu merupakan salah
satu persoalan besar yang belum terselesaikan secara tuntas dan menyeluruh,
dan aparat, serta keseriusan dalam menanganinya. Sedikitnya ada dua masalah
yang serius dalam usaha penanganan pelanggaran HAM berat masa lalu, yaitu
11
berkaitan dengan batasan waktu terjadinya pelanggaran di masa lalu, serta
Yang pertama, harus jelas terlebih dahulu dan disepakati batasan waktu
terjadinya pelanggaran, apakah sejak era orde lama, ataukah orde baru,
ataukah sejak era reformasi, atau bahkan sejak masa penjajahan Belanda dan
Jepang.
padahal ketika pelanggaran itu terjadi kader tersebut masih berdinas aktif di
negara merupakan hal yang paling penting bagi korban dan keluarga korban
saja. Namun penuntasan kasus pelanggaran HAM akan memberikan efek jera
kepada para pelaku pelanggar HAM, sehingga di kemudian hari tidak terjadi
12
Jikalau kasus-kasus pelanggaran HAM masa lalu dibiarkan, maka pelanggaran
selamanya), dan
telah disahkan oleh DPR menjadi Undang-Undang No. 27 Tahun 2004. Dasar
13
pemahaman keadaan yang menyebabkan pelanggaran masa lalu, belajar dari
masa lalu untuk memastikan bahwa kejahatan tersebut tidak akan dilakukan
hak asasi manusia yang berat yang disertai permohonan untuk mendapatkan
mungkin Komisi dapat menyelesaikan suatu kasus yang berat yang misalnya
pelaku tidak diberikan amnesti baik oleh Presiden dan DPR atau pelaku tidak
terindikasi atau mungkin tidak dimaafkan oleh korban maka dia tidak
14
memiliki kejelasan hukum, untuk selanjutnya menjadi modal penting dalam
15
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Perjuangan perlindungan Hak Asasi Manusia selalu terkait dengan
ajaran konstitusionalisme.
pemerintah indonesia pada saat itu telah melanggar peraturan dan Undang-
16
DAFTAR PUSTAKA
(http://nasional.kompas.com/read/2016/05/25/07220041/Kontras.P
aparkan.10.Kasus.Pelanggaran.HAM.yang.Diduga.Melibatkan.Soe
Paradigma
(http://citizenshipterritory.weebly.com/assignments/kasus-
Oktober 2017)
(http://nasional.kompas.com/read/2012/07/24/1846330/komnas.ha
2017)
17
Ridwantono, Totok Achmad. 2007. Pengembangan Kepribadian Pendidikan
Publishing.
2017)
18