TINJAUAN KEPUSTAKAAN
LENSA INTRAOKULAR
dengan berkembangnya teknik bedah mikro dan lensa tanam intraokuler pada
dengan penanaman lensa intraokuler, yang sangat erat kaitanya dengan reaksi
II.1.4. Korteks lensa dikeluarkan dengan cara irigasi aspirasi menggunakan mesin
fako unit .
II.1.5. Insersi lensa intraokuler foldauble pada bilik mata belakang dilakukan
mengurangi komplikasi.
II.1.7. Luka operasi ditutup tanpa jahitan dengan cara membuat oedem luka
operasi.
II. 1.9. Pasca bedah diberikan tetes mata antibiotika (Neomycin-Polymixin B) dan
yang memberi akibat kerusakan jaringan dari organ yang dioperasi. Secara normal
pada jaringan yang mengalami kerusakan tersebut. Reaksi tersebut secara umum
aktivasi oleh enzim fosfolipase A 2 akan terbentuk asam arakidonat. Melalui jalur
dapat diisolasi dari jaringan iris dan menyebutkan sebagai irin. Ambache (1957)
parasintesis akan dilepaskan suatu substansi yang disebut irin ke bilik mata depan.
respon peradangan.(5,15,16)
Sama halnya dengan tindakan operasi yang lain, pada pasca bedah
ekstraksi katarak juga akan terjadi reaksi inflamasi yaitu berupa iritis atau
pembedahan yang sangat hati-hati sekalipun, akan selalu diikuti oleh iritis atau
iridosiklitis. Hal ini terjadi akibat adanya manipulasi iris, lisis dari zonula, adanya
tindakan irigasi pada bilik mata depan, serta adanya kemungkinan sisa
beberapa kasus dapat terjadi dimana reaksi tersebut tidak cepat menghilang dan
rasa tidak nyaman (discomfort) pada mata hingga rasa nyeri, hiperemi konjungtiva
dan prikornea, sertam adanya plare dan sel pada bilik mata depan. Kimura,
thygeson dan Hogan (1959) membuat gradasi flare dan sel radang pada bilik mata
0 None
0 None 1+ 5 10 cells per field
1+ Flaint flare (barely dectetable 2+ 10 20 cells per field
2+ moderate flare (iris and lens details clear) 3+ 20 50 cells per field
3+ Merked flare (iris and lens detail hazy 4+ 50 - cells per field
4+ Intens flare (fixed, coagulated aqueous
Humor with considerable fibrin) (Grading done with wide beam
and narrow slit)
cells radang dilakukan dengan lampu celah biomikroskop dalam ruangan gelap,
lebar celah 1 mm, tinggi celah 3 mm, sudut 45 ,pembesar serta intensitas cahaya
arakidonat menjadi prostaglandin yang terjadi pada proses inflamasi. Selain itu,
pada kedua jalur inflamasi tersebut, maka reaksi inflamasi yang terjadi akan
terhambat. (9,19)
pemberian secara systemic proral, sebagai anti inflamasi dan analgesic untuk
ankylosing apondilitis.(6,20)
anti infalamasi pada kasus pasca bedah dan kasus konjungtivitas alergi, sebagai
anti-inflamasi dan analgesic pada kasus pasca laser excimer. Kraff, M.C.dkk, pada
okuler. (16,21)
penelitian mereka bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara tetes mata
deksametason dan tetes mata natrium diklofenak dalam mengatasi inflamasi pasca
mendapatkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara tetes mata
deksametason dan tetes mata natrium diklfenak dalam mengatasi inflamasi pasca
sedangkan efek samping yang lain belum diketahui secara pasti. (20,24)
II.3. DEKSAMETASON
Efek anti-Inflamasinya sangat kuat yaitu antara 30 sampai 50 kali efek anti-
mrmberikan efek yang hebat atas konsentrasi, distribusi dan fungsi leukosit
jumlahnya. Akibatnya fungsi dari leukosit dan makrofag, jaringan akan terhambat.
Selain itu beberapa ahli juga berpendapat bahwa kortikostroid juga menstabilkan
kinin serta mengurangi jumlah histamin yang dilepas oleh bisofil. (16,26)
maupun lokal, indikasinya adalah pada keadaan inflamasinya, reaksi alergi atau
Variable Perancu :
- Operator DIHAMBATAN
SIKLOOKSIGENAS
- Teknik operasi DIKLOFENAK
- Insrtumen
- Lama Operasi
PROSTAGLANDIN (+)
- Penyulit Intra Bedah PROSTAGLANDIN (-)
REAKSI INFLAMASI
BMD EFEKTIFITAS
EFEK SAMPING
FLARE + + STEROID
SELL + + FLARE
SEL
KOMPLIKASI
KOMPLOKASI
HASIL OPERASI
JELEK HASIL OPERASI
BAIK