Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknologi informasi semakin berkembang pesat serta semakin merambah


hampir disetiap sendi-sendi kehidupan masyarakat. Berbagai bidang mulai terlibat
dalam inkubator teknologi seperti bisnis, industri, pertanian, kesehatan, dan tanpa
terkecuali pendidikan. Dalam bidang pendidikan, teknologi informasi telah
dimanfaatkan untuk menunjang layanan administrasi, proses pembelajaran,
pendaftaran ulang, perpustakaan, akses nilai, pencarian referensi secara cepat dan
mudah, proses penelitian, pembayaran SPP, bahkan untuk seleksi penerimaan
mahasiswa baru.
Dunia makin lama makin canggih dalam mengatasi kecepatan dalam
berkomunikasi dimana setelah ditemukannya media ICT atau internet. Orang bisa
berbuat apa saja dengan media ini, jadi bila kita tidak bisa mengikuti
perkembangan ICT ini tentu akan tergilas oleh orang-orang muda yang kreatif.
Pendek kata ICT merupakan media yang menjadi kebutuhan dalam kehidupan kita
sehari-hari sebagai contoh kecanggihan alat komunikasi bentuk HP. Media ICT
yang dimanfaatkan sebagai sarana mengukur kemampuan sudah bisa diakses
melalui internet, banyak anak muda yang kreatif saling menciptakan bentuk-bentuk
quis untuk mengukur kecerdasan maupun kemampuan. Sistem yang digunakan
dengan sebutan Computer-based Test (CBT), kalau model tes yang lama
disebut Paper-Based Test (PBT), Jadi mau tidak mau sudah harus mencoba untuk
memulai dengan cara mengkombinasikan system kedua tersebut agar dimasa
mendatang dunia pendidikan kita tidak ketinggalan jauh dengan Negara-negara
lain(Suryanto.2013).

Penerapan teknologi informasi dalam proses pembelajaran telah mengubah


model dan pola pembelajaran pada dunia pendidikan saat ini. Ada banyak sistem
pembelajaran yang menggunakan alat bantu komputer, salah satunya yaitu aplikasi
pembelajaran yang mengacu pada teknologi berbasis Multimedia dan berbasis Web
(Internet). Computer-Based Instruction (CBI) merupakan bentuk aplikasi komputer
yang diterapkan dalam proses pembelajaran. Pada awalnya, penerapan Computer-
Based Education popular menggunakan program Computer-

1
2

Assisted Instruction (CAI), Computer-Assisted Learning (CAL), Computer-


Managed Instruction (CMI), dan Computer-Assisted Guidance. Dalam
perkembangnnya terminologi aplikasi komputer dalam pembelajaran terus
berkembang, seirama dengan perkembangan teknologi informasi
dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Salah satunya adalah E-learning yang
disebut juga dengan pembelajaran berbantuan komputer.Secara umum, e-
learning terdapat dua katagori yaitu :
(1) belajar melalui komputer mandiri (standalone) dan
(2) belajar melalui komputer dalam jaringan (Purbo, 2001).

Dewasa ini tidak hanya proses pembelajaran yang dapat dilakukan


menggunakan teknologi informasi. Melainkan, dengan pemanfaatan teknologi
informasi juga, memungkinkan dilakukannya Computer Based Test (CBT) atau
evaluasi/tes berbasis komputer. Peserta didik dapat melakukan tes dari tempat yang
berbeda, baik itu dalam jaringan internet maupun dalam jaringan intranet dalam suatu
organisasi. Computer Based Test dapat dijadikan sebagai sarana dalam evalusi
pembelajaran.Dalam makalah ini akan membahas tentang penggunaan Computer
Based Test (CBT) dalam evaluasin pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah


1. Mengetahui defenisi evaluasi pembelajaran ?
2. Mengetahui fungsi dan tujun evaluasi pembelajaran ?
3. Mengetahui prinsip-prinsip umum evaluasi pembelajaran ?
4. Mengetahui jenis-jenis evaluasi pembelajaran ?
5. Mengetahui Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran?
6. Mengetahui defenisi Tes Berbasis Komputer (Computer based Test/CBT) dalam
evaluasi pembelajaran ?
7. Memahami tata cara penggunaan Computer-Based-Test (CBT) dalam evaluasi
pembelajaran?
8. Bagaimana Penerapan Computer-Based Test dalam evaluasi pembelajaran ?
9. Mengetahui kelebihan dan kekurangan Computer-Based Test dalam evaluasi
pembelajaran ?
3

1.3 Tujuan
1. Dapat Mengetahui defenisi evaluasi pembelajaran
2. Dapat Mengetahui fungsi dan tujun evaluasi pembelajaran
3. Dapat Mengetahui prinsip-prinsip umum evaluasi pembelajaran
4. Dapat Mengetahui jenis-jenis evaluasi pembelajaran
5. Dapat Mengetahui Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran
6. Dapat Mengetahui defenisi Tes Berbasis Komputer (Computer based Test/CBT)
dalam evaluasi pembelajaran
7. Dapat Memahami tata cara penggunaan Computer-Based-Test (CBT) dalam
evaluasi pembelajaran
8. Dapat memahami Penerapan Computer-Based Test dalam evaluasi pembelajaran
9. Dapat Mengetahui kelebihan dan kekurangan Computer-Based Test dalam
evaluasi pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Evaluasi Pembelajaran


2.1.1 Defenisi Evaluasi Pembelajaran
Anas (1995:1) mengemukakan bahwa secara harfiah kata evaluasi berasal
dari bahasa Inggris: evaluation; dalam bahasa Arab: Al-Taqdir; dalam bahasa
Indonesia berarti: penilaian. Akar katanya adalah: value; dalam bahasa Arab: Al-
Qimah; dalam bahasa Indonesia berarti: nilai. James and Roffe dalam Sharon, dkk
(2010) berpendapat bahwa evaluation is comparing the actual and real with the
predicted or promised dimana perlu adanya renungan atas apa yang dicapai
dalam perbandingannya dengan apa yang diharapkan. Definisi ini juga
menggarisbawahi evaluasi bersifat potensial subjektif, dimana individu yang
berbeda cenderung memiliki harapan yang beragam. Dalam kegiatan evaluasi
pembelajaran, ada tiga hal yang saling berkaitan yaitu evaluasi, pengukuran dan
tes.
Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis,
dan inerpretasi informasi/data untuk menentukan sejauh mana siswa telah mencapai
tujuan pembelajaran. Pengukuran adalah adalah suatu proses yang menghasilkan
gambaran berupa angka-angka mengenai tingkatan ciri-ciri khusus yang dimiliki
oleh individu (siswa). Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis untuk
mengukur suatu sampel perilaku. (Gronlund dalam Toto dan Cepi.2011:165)

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi lebih


bersifat komprehensif yang di dalamnya meliputi pengukuran, dan tes sebagai suatu
alat untuk melaksanakan pengukuran itu sendiri. Keputusan evaluasi (value
judgement) tidak hanya didasarkan pada hasil pengukuran (quantitative
description), dapat pula didasarkan pada hasil pengamatan (qualitative
description). Baik yang didasarkan pada hasil pengukuran maupun bukan
pengukuran, pada akhirnya menghasilkan keputusan nilai tentang suatu objek yang
dinilai(Zainal Arifin.2012).

4
5

Evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk


mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya
dibandingkan dengan suatu tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan.
Fungsi utama evaluasi adalah menelaah suatu objek atau keadaan untuk
mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan
Sesuai pendapat (Grondlund dan Linn.1990) mengatakan bahwa evaluasi
pembelajaran adalah suatu proses mengumpulkan, menganalisis dan
menginterpretasi informasi secara sistematik untuk menetapkan sejauh mana
ketercapaian tujuan pembelajaran.Untuk memeperoleh informasi yang tepat dalam
kegiatan evaluasi dilakukan melalui kegiatan pengukuran.
Pengukuran merupakan suatu proses pemberian skor atau angka-angka
terhadap suatu keadaan atau gejala berdasarkan atura-aturan tertentu. Dengan
demikian terdapat kaitan yang erat antara pengukuran (measurment) dan evaluasi
(evaluation) kegiatan pengukuran merupakan dasar dalam kegiatan evaluasi.Evaluasi
adalah proses mendeskripsikan, mengumpulkan dan menyajikan suatu informasi
yang bermanfaat untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Evaluasi pembelajaran merupakan evaluasi dalam bidang pembelajaran.
Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk menghimpun informasi yang dijadikan
dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, perkembangan, dan pencapaian belajar
siswa, serta keefektifan pengajaran guru. Evaluasi pembelajaran mencakup kegiatan
pengukuran dan penilaian. Bila ditinjau dari tujuannya, evaluasi pembelajaran
dibedakan atas evaluasi diagnostik, selektif, penempatan, formatif dan sumatif. Bila
ditinjau dari sasarannya, evaluasi pembelajaran dapat dibedakan atas evaluasi
konteks, input, proses, hasil dan outcome. Proses evaluasi dilakukan melalui tiga
tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengolahan hasil dan pelaporan.

2.1.2 Tujuan Evaluasi Pembelajaran


Jika ingin melakukan kegiatan evaluasi, maka guru harus mengetahui dan
memahami terlebih dahulu tentang tujuan dan fungsi evaluasi. Bila tidak, maka
guru akan mengalami kesulitan merencanakan dan melaksanakan evaluasi. Fungsi
utama evaluasi dalam pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam empat fungsi,
yaitu :
a. Fungsi formatif
6

Evaluasi dapat memberikan umpan balik bagi guru sebagai dasar untuk
memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program remedial bagi
siswa yang belum menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari.
b. Fungsi sumatif
Evaluasi dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran,
menentukan angka nilai sebagai bahan keputusan kenaikan kelas Adan laporan
perkembangan belajar siswa serta dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
c. Fungsi diagnostik
Evaluasi dapat mengetahui latar belakang siswa (psikologis, fisik dan lingkungan)
yang mengalami kesulitan belajar.
d. Fungsi seleksi dan penempatan
Yaitu hasil evaluasi dapat dijadikan dasar untuk menyeleksi dan menempatkan
siswa sesuai dengan minat dan kemampuan (Tim Pengembang MKDP Kurikulum
dan Pembelajaran.2011).

Evaluasi menurut syarat-syarat psikologis bertujuan agar guru mengenal


siswa selengkap mungkin dan agar siswa mengenal dirinya seutuhnya. Di samping
itu evaluasi juga berguna untuk mempertinggi hasil pengajaran, karena itu evaluasi
tidak bisa dipisahkan dari belajar dan mengajar, dan intinya adalah evaluasi
belajar dengan tujuan untuk memperbaikinya. Evaluasi harus dilakukan oleh semua
yang bersangkutan, bukan hanya guru tetapi juga siswa. Maka tujuan evaluasi
pembelajaran meliputi:
a. Untuk melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan belajar mengajar
b. Untuk memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan guru
c. Untuk memperbaiki, menyempurnakan dan mengembangkan program belajar
mengajar
d. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh siswa selama
kegiatan belajar dan mencarikan jalan keluarnya
e. Untuk menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat sesuai dengan
kemampuannya(Anas Sudijono.1995)

2.1.3 Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran


Ruang lingkup evaluasi pembelajaran mencakup semua aspek pembelajaran,
baik dalam domain kognitif, afektif maupun psikomotor. Peserta didik yang memiliki
7

kemampuan kognitif yang baik belum tentu dapat menerapkannya dengan baik
dalam memecahkan permasalahan kehidupan. Untuk memahami lebih jauh tentang
klasifikasi domain hasil belajar, Anda dapat mengikuti pendapat yang dikemukakan
Benyamin S.Bloom, dkk., yang mengelompokkan hasil belajar menjadi tiga bagian,
yaitu domain kognitif, doman afektif, dan domain psikomotor. Domain kognitif
merupakan domain yang menekankan pada pengembangan kemampuan dan
keterampilan intelektual. Domain afektif adalah domain yang berkaitan dengan
pengembangan perasaan, sikap, nilai dan emosi, sedangkan domain psikomotor
berkaitan dengan kegiatan keterampilan motorik.
a) Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif Domain Hasil Belajar.
Menurut (Benyamin S.Bloom, dkk .1956), hasil belajar dapat dikelompokkan
ke dalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Setiap domain disusun
menjadi beberapa jenjang kemampuan, mulai dari hal yang sederhana sampai
dengan hal yang kompleks, mulai dari hal yang mudah sampai dengan hal yang
sukar, dan mulai dari hal yang konkrit sampai dengan hal yang abstrak. Adapun
rincian domain tersebut adalah sebagai berikut :
1. Domain kognitif (cognitive domain). Domain ini memiliki enam jenjang
kemampuan, yaitu:
a. Pengetahuan (knowledge), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta
didik untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta
atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Kata kerja
operasional yang dapat digunakan diantaranya : mendefinisikan,
memberikan, mengidentifikasi, memberi nama, menyusun daftar,
mencocokkan, menyebutkan, membuat garis besar, menyatakan, dan
memilih.
b. Pemahaman (comprehension), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut
peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang
disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus
menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan lagi
menjadi tiga, yakni menterjemahkan, menafsirkan, dan mengekstrapolasi.
Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : mengubah,
mempertahankan, membedakan, memprakirakan, menjelaskan,
menyimpulkan, memberi contoh, meramalkan, dan meningkatkan.
8

c. Penerapan (application), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta


didik untuk menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode, prinsip
dan teori-teori dalam situasi baru dan konkrit. Kata kerja operasional yang
dapat digunakan diantaranya : mengubah, menghitung, mendemonstrasikan,
mengungkapkan, mengerjakan dengan teliti, menjalankan, memanipulasikan,
menghubungkan, menunjukkan, memecahkan, menggunakan.
d. Analisis (analysis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik
untuk menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur
atau komponen pembentuknya. Kemampuan analisis dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu analisis unsur, analisis hubungan, dan analisis prinsip-prinsip
yang terorganisasi. Kata kerja operasional yang dapat digunakan
diantaranya : mengurai, membuat diagram, memisah-misahkan,
menggambarkan kesimpulan, membuat garis besar, menghubungkan,
merinci.
e. Sintesis (synthesis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik
untuk menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan
berbagai faktor. Hasil yang diperoleh dapat berupa tulisan, rencana atau
mekanisme. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya :
menggolongkan, menggabungkan, memodifikasi, menghimpun, menciptakan,
merencanakan, merekonstruksikan, menyusun, membangkitkan,
mengorganisir, merevisi, menyimpulkan, menceritakan.
f. Evaluasi (evaluation), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik
untuk dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyataan atau konsep
berdasarkan kriteria tertentu. Hal penting dalam evaluasi ini adalah
menciptakan kondisi sedemikian rupa, sehingga peserta didik mampu
mengembangkan kriteria atau patokan untuk mengevaluasi sesuatu. Kata
kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : menilai,
membandingkan, mempertentangkan, mengeritik, membeda-bedakan,
mempertimbangkan kebenaran, menyokong, menafsirkan, menduga.
2. Domain afektif (affective domain), yaitu internalisasi sikap yang menunjuk ke arah
pertumbuhan batiniah dan terjadi bila peserta didik menjadi sadar tentang nilai
yang diterima, kemudian mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya
dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah laku. Domain afektif terdiri atas
beberapa jenjang kemampuan, yaitu:
9

a. Kemauan menerima (receiving), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut


peserta didik untuk peka terhadap eksistensi fenomena atau rangsangan
tertentu. Kepekaan ini diawali dengan penyadaran kemampuan untuk
menerima dan memperhatikan. Kata kerja operasional yang dapat
digunakan diantaranya : menanyakan, memilih, menggambarkan, mengikuti,
memberikan, berpegang teguh, menjawab, menggunakan.
b. Kemauan menanggapi/menjawab (responding), yaitu jenjang kemampuan
yang menuntut peserta didik untuk tidak hanya peka pada suatu fenomena
tetapi juga bereaksi terhadap salah satu cara. Penekanannya pada kemauan
peserta didik untuk menjawab secara sukarela, membaca tanpa ditugaskan.
Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : menjawab,
membantu, memperbincangkan, memberi nama, menunjukkan,
mempraktikkan, mengemukakan, membaca, melaporkan, menuliskan,
memberitahu, mendiskusikan.
c. Menilai (valuing), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik
untuk menilai suatu objek, fenomena atau tingkah laku tertentu secara
konsisten. Kata kerja operasional yang digunakan diantaranya : melengkapi,
menerangkan, membentuk, mengusulkan, mengambil bagian, dan memilih.
d. Organisasi (organization), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta
didik untuk menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan masalah,
membentuk suatu sistem nilai. Kata kerja operasional yang dapat digunakan
diantaranya : mengubah, mengatur, menggabungkan, membandingkan,
mempertahankan, menggeneralisasikan, memodifikasi.
3. Domain psikomotor (psychomotor domain), yaitu kemampuan peserta didik yang
berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya, mulai dari gerakan yang
sederhana sampai dengan gerakan yang kompleks. Perubahan pola gerakan
memakan waktu sekurang-kurangnya 30 menit. Kata kerja operasional yang
digunakan harus sesuai dengan kelompok keterampilan masing-masing, yaitu :
a. Muscular or motor skill, yang meliputi: mempertontonkan gerak,
menunjukkan hasil, melompat, menggerakkan, menampilkan.
b. Manipulations of materials or objects, yang meliputi: mereparasi, menyusun,
membersihkan, menggeser, memindahkan, membentuk.
10

c. Neuromuscular coordination, yang meliputi : mengamati, menerapkan,


menghubungkan, menggandeng, memadukan, memasang, memotong,
menarik dan menggunakan.

Berdasarkan taksonomi Bloom di atas, maka kemampuan peserta didik dapat


diklasifikasikan menjadi dua, yaitu tingkat tinggi dan tingkat rendah. Kemampuan
tingkat rendah terdiri atas pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi, sedangkan
kemampuan tingkat tinggi meliputi analisis, sintesis, evaluasi, dan kreatifitas. Dengan
demikian, kegiatan peserta didik dalam menghafal termasuk kemampuan tingkat
rendah. Dilihat cara berpikir, maka kemampuan berpikir tingkat tinggi dibagi
menjadi dua, yaitu berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kreatif adalah
kemampuan melakukan generalisasi dengan menggabungkan, mengubah atau
mengulang kembali keberadaan ide-ide tersebut. Sedangkan kemampuan berpikir
kritis merupakan kemampuan memberikan rasionalisasi terhadap sesuatu dan mampu
memberikan penilaian terhadap sesuatu tersebut. Rendahnya kemampuan peserta
didik dalam berpikir, bahkan hanya dapat menghafal, tidak terlepas dari kebiasaan
guru dalam melakukan evaluasi atau penilaian yang hanya mengukur tingkat
kemampuan yang rendah saja melalui paper and pencil test. Peserta didik tidak akan
mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi jika tidak diberikan kesempatan untuk
mengembangkannya dan tidak diarahkan untuk itu.

b) Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif Sistem Pembelajaran.


Ruang lingkup evaluasi pembelajaran hendaknya bertitik tolak dari tujuan
evaluasi pembelajaran itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar apa yang dievaluasi
relevan dengan apa yang diharapkan. Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk
mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem pembelajaran, baik yang menyangkut
tentang tujuan, materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan, guru dan peserta
didik serta sistem penilaian itu sendiri. Secara keseluruhan, ruang lingkup evaluasi
pembelajaran adalah:
1. Program pembelajaran, yang meliputi:
a. Tujuan pembelajaran umum atau kompetensi dasar, yaitu target yang harus
dikuasai peserta didik dalam setiap pokok bahasan/topik. Kriteria yang
digunakan untuk mengevaluasi tujuan pembelajaran umum atau kompetensi
dasar ini adalah keterkaitannya dengan tujuan kurikuler atau standar
11

kompetensi dari setiap bidang studi/mata pelajaran dan tujuan


kelembagaan, kejelasan rumusan kompetensi dasar, kesesuaiannya dengan
tingkat perkembangan peserta didik, pengembangannya dalam bentuk hasil
belajar dan indikator, penggunaan kata kerja operasional dalam indikator,
dan unsur-unsur penting dalam kompetensi dasar, hasil belajar dan
indikator.
b. Isi/materi pembelajaran, yaitu isi kurikulum yang berupa topik/pokok
bahasan dan sub topik/sub pokok bahasan beserta rinciannya dalam setiap
bidang studi atau mata pelajaran. Isi kurikulum tersebut memiliki tiga unsur,
yaitu logika (pengetahuan benar salah, berdasarkan prosedur keilmuan),
etika (baik-buruk), dan estetika (keindahan). Materi pembelajaran dapat
dikelompokkan menjadi enam jenis, yaitu fakta, konsep/teori, prinsip, proses,
nilai dan keterampilan. Kriteria yang digunakan, antara lain :
kesesuaiannya dengan kompetensi dasar dan hasil belajar, ruang lingkup
materi, urutan logis materi, kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan
dan kebutuhan peserta didik, waktu yang tersedia dan sebagainya.
c. Metode pembelajaran, yaitu cara guru menyampaikan materi pelajaran,
seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi, pemecahan masalah, dan
sebagainya. Kriteria yang digunakan, antara lain : kesesuaiannya dengan
kompetensi dasar dan hasil belajar, kesesuaiannya dengan kondisi kelas/
sekolah, kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan peserta didik,
kemampuan guru dalam menggunakan metode, waktu, dan sebagainya.
d. Media pembelajaran, yaitu alat-alat yang membantu untuk mempermudah
guru dalam menyampaikan isi/materi pelajaran. Media dapat dibagi tiga
kelompok, yaitu media audio, media visual, dan media audio-visual. Kriteria
yang digunakan sama seperti komponen metode.
e. Sumber belajar, yang meliputi : pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar.
Sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sumber belajar
yang dirancang (resources by design) dan sumber belajar yang digunakan
(resources by utilization). Kriteria yang digunakan sama seperti komponen
metode.
f. Lingkungan, terutama lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga. Kriteria
yang digunakan, antara lain : hubungan antara peserta didik dengan teman
12

sekelas/sekolah maupun di luar sekolah, guru dan orang tua; kondisi


keluarga dan sebagainya.
g. Penilaian proses dan hasil belajar, baik yang menggunakan tes maupun non-
tes. Kriteria yang digunakan, antara lain : kesesuaiannya dengan
kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator; kesesuaiannya dengan tujuan
dan fungsi penilaian, unsur-unusr penting dalam penilaian, aspek-aspek
yang dinilai, kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan peserta didik,
jenis dan alat penilaian.

2. Proses pelaksanaan pembelajaran :


a. Kegiatan, yang meliputi : jenis kegiatan, prosedur pelaksanaan setiap jenis
kegiatan, sarana pendukung, efektifitas dan efisiensi, dan sebagainya.
b. Guru, terutama dalam hal : menyampaikan materi, kesulitan-kesulitan guru,
menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, menyiapkan alat-alat dan
perlengkapan yang diperlukan, membimbing peserta didik, menggunakan
teknik penilaian, menerapkan disiplin kelas, dan sebagainya.
c. Peserta didik, terutama dalam hal : peranserta peserta didik dalam kegiatan
belajar dan bimbingan, memahami jenis kegiatan, mengerjakan tugas-tugas,
perhatian, keaktifan, motivasi, sikap, minat, umpan balik, kesempatan
melaksanakan praktik dalam situasi yang nyata, kesulitan belajar, waktu
belajar, istirahat, dan sebagainya.
3. Hasil pembelajaran, baik untuk jangka pendek (sesuai dengan pencapaian
indikator), jangka menengah (sesuai dengan target untuk setiap bidang studi/mata
pelajaran), dan jangka panjang (setelah peserta didik terjun ke masyarakat).

c) Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran dalam Perspektif Penilaian Proses dan


Hasil Belajar
1.Sikap :
a. Apakah sikap peserta didik sudah sesuai dengan apa yang diharapkan
?
b. Bagaimanakah sikap peserta didik terhadap guru, mata pelajaran,
orang tua, suasana madrasah, lingkungan, metoda dan media
pembelajaran ?
13

c. Bagaimana sikap dan tanggung jawab peserta didik terhadap tugas-


tugas yang diberikan oleh guru di madrasah ?
d. Bagaimana sikap peserta didik terhadap tata tertib madrasah dan
kepemimpinan kepala madrasah ?
2.Pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap bahan pelajaran :
a. Apakah peserta didik sudah mengetahui dan memahami tugas-
tugasnya sebagai warga negara, warga masyarakat, warga madrasah,
dan sebagainya ?
b. Apakah peserta didik sudah mengetahui dan memahami tentang materi
yang telah diajarkan ?
c. Apakah peserta didik telah mengetahui dan mengerti hukum-hukum
atau dalil-dalil dalam Al-Alquran dan Hadits ?
3.Kecerdasan peserta didik :
a. Apakah peserta didik sampai taraf tertentu sudah dapat memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi, khususnya dalam pelajaran ?
b. Bagaimana upaya guru meningkatkan kecerdasan peserta didik ?
4.Perkembangan jasmani/kesehatan :
a. Apakah jasmani peserta didik sudah berkembang secara harmonis ?
b. Apakah peserta didik sudah mampu menggunakan anggota-anggota
badannya dengan cekatan ?
c. Apakah peserta didik sudah memiliki kecakapan dasar dalam olahraga
?
d. Apakah prestasi peserta didik dalam olahraga sudah memenuhi syarat-
syarat yang ditentukan ?
e. Apakah peserta didik sudah dapat membiasakan diri hidup sehat ?
5.Keterampilan :
a. Apakah peserta didik sudah terampil membaca Al-Quran, menulis
dengan huruf Arab, dan berhitung ?
b. Apakah peserta didik sudah terampil menggunakan tangannya untuk
menggambar, olah raga, dan sebagainya ? (Zainal Arifin.2012).

Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 terdapat empat komponen


pokok, yaitu kurikulum dan hasil belajar, penilaian berbasis kelas, kegiatan belajar-
mengajar, dan pengelolaan kurikulum berbasis sekolah. Dalam komponen kurikulum
14

dan hasil belajar, setiap mata pelajaran terdapat tiga komponen penting, yaitu
kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator pencapaian hasil belajar. Kompetensi
dasar merupakan pernyataan minimal atau memadai tentang pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak setelah peserta didik menyelesaikan suatu pokok bahasan atau topik mata
pelajaran tertentu. Kompetensi menentukan apa yang harus dilakukan peserta didik
untuk mengerti, menggunakan, meramalkan, menjelaskan, mengapresiasi atau
menghargai. Kompetensi adalah gambaran umum tentang apa yang dapat dilakukan
peserta didik. Bagaimana cara menilai seorang peserta didik sudah meraih
kompetensi tertentu secara tidak langsung digambarkan di dalam pernyataan tentang
kompetensi. Sedangkan rincian tentang apa yang diharapkan dari peserta didik
digambarkan dalam hasil belajar dan indikator.
Dengan demikian, hasil belajar merupakan gambaran tentang apa yang harus
digali, dipahami, dan dikerjakan peserta didik. Hasil belajar ini merefleksikan
keluasan, kedalaman, dan kerumitan (secara bergradasi). Hasil belajar harus
digambarkan secar jelas dan dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu.
Perbedaan antara kompetensi dengan hasil belajar terdapat pada batasan dan
patokan-patokan kinerja peserta didik yang dapat diukur.
Indikator hasil belajar dapat digunakan sebagai dasar penilaian terhadap peserta didik
dalam mencapai pembelajaran dan kinerja yang diharapkan. Indikator hasil belajar
merupakan uraian kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam berkomunikasi
secara spesifik serta dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil
pembelajaran. Peserta didik diberi kesempatan untuk menggunakan pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang sudah mereka kembangkan selama pembelajaran
dan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang sudah ditentukan. Selama proses ini, guru dapat
menilai apakah peserta didik telah mencapai suatu hasil belajar yang ditunjukkan dengan
pencapaian beberapa indikator dari hasil belajar tersebut. Apabila hasil belajar peserta
didik dapat direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak, berarti peserta didik
tersebut telah mencapai suatu kompetensi (Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan
Pembelajaran.2011).
d) Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif Penilaian Berbasis Kelas.
Sesuai dengan petunjuk pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang
dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (2004), maka ruang lingkup
penilaian berbasis kelas adalah sebagai berikut:
15

1. Kompetensi Dasar Mata Pelajaran


Kompetensi dasar pada hakikatnya adalah pengetahuan, keterampilan, sikap
dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah
peserta didik menyelesaikan suatu aspek atau subjek mata pelajarantertentu.
Kompetensi dasar ini merupakan standar kompetensi minimal mata pelajaran.
Kompetensi dasar merupakan bagian dari kompetensi tamatan. Untuk mencapai
kompetensi dasar, perlu adanya materi pembelajaran yang harus dipelajari oleh
peserta didik. Bertitik tolak dari materi pelajaran inilah dikembangkan alat penilaian.
2. Kompetensi Rumpun Pelajaran
Rumpun pelajaran merupakan kumpulan dari mata pelajaran atau disiplin
ilmu yang lebih spesifik. Dengan demikian, kompetensi rumpun pelajaran pada
hakikatnya merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang
direfeksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak yang seharusnya dicapai oleh
peserta didik setelah menyelesaikan rumpun pelajaran tersebut. Misalnya, rumpun
mata pelajaran Sains merupakan kumpulan dari disiplin ilmu Fisika, Kimia dan
Biologi. Penilaian kompetensi rumpun pelajaran dilakukan dengan mengukur hasil
belajar tamatan. Hasil belajar tamatan merupakan ukuran kompetensi rumpun
pelajaran.
Hasil belajar mencerminkan keluasan dan kedalaman serta kerumitan kompetensi
yang dirumuskan dalam pengetahuan, perilaku, keterampilan, sikap dan nilai-nilai
yang dapat diukur dengan menggunakan berbagai teknik penilaian. Perbedaan hasil
belajar dan kompetensi terletak pada batasan dan patokan-patokan kinerja peserta
didik yang dapat diukur. Setiap hasil belajar memiliki seperangkat indicator. Anda
harus menggunakan indikator sebagai acuan penilaian terhadap peserta didik,
apakah hasil pembelajaran sudah tercapai sesuai dengan kinerja yang diharapkan.
Setiap rumpun pelajaran menentukan hasil belajar tamatan yang dapat dijadikan
acuan dalam pengembangan alat penilaian pada setiap kelas.
3. Kompetensi Lintas Kurikulum
Kompetensi lintas kurikulum merupakan kompetensi yang harus dicapai
melalui seluruh rumpun pelajaran dalam kurikulum. Kompetensi lintas kurikulum
pada hakikatnya merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak, baik mencakup kecakapan
belajar sepanjang hayat maupun kecakapan hidup yang harus dicapai oleh peserta
didik melalui pengalaman belajar secara berkesinambungan. Penilaian ketercapaian
16

kompetensi lintas kurikulum ini dilakukan terhadap hasil belajar dari setiap rumpun
pelajaran dalam kurikulum.
Kompetensi lintas kurikulum yang diharapkan dikuasai peserta didik adalah:
a. Menjalankan hak dan kewajiban secara bertanggungjawab terutama dalam
menjamin perasaan aman dan menghargai sesama.
b. Menggunakan bahasa untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain.
c. Memilih, memadukan dan menerapkan konsep-konsep dan tekni-teknik numeric
dan spasial, serta mencari dan menyusun pola, struktur dan hubungan.
d. Menemukan pemecahan masalah-masalah baru berupa prosedur maupun produk
teknologi melalui penerapan dan penilaian pengetahuan, konsep, prinsip dan
prosedur yang telah dipelajari, serta memilih, mengembangkan, memanfaatkan,
mengevaluasi, dan mengelola teknologi komunikasi/ informasi.
e. Berpikir kritis dan bertindak secara sistematis dalam setiap pengambilan
keputusan berdasarkan pemahaman dan penghargaan terhadap dunia fisik,
makhluk hidup, dan teknologi.
f. Berwawasan kebangsaan dan global, terampil serta aktif berpartisipasi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara dilandasi dengan pemahaman terhadap
nilai-nilai dan konteks budaya, geografi dan sejarah.
g. Beradab, berbudaya, bersikap religius, bercitarasa seni, susila, kreatif dengan
menampilkan dan menghargai karya artistik dan intelektual, serta meningkatkan
kematangan pribadi.
h. Berpikir terarah/terfokus, berpikir lateral, memperhitungkan peluang dan potensi,
serta luwes untuk menghadapi berbagai kemungkinan.
i. Percaya diri dan komitmen dalam bekerja, baik secara mandiri maupun
bekerjasama.
4. Kompetensi Tamatan
Kompetensi tamatan merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-
nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah peserta
didik menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu. Kompetensi tamatan ini
merupakan batas dan arah kompetensi yang harus dimiliki peserta didik setelah
mengikuti pembelajaran suatu pelajaran tertentu. Untuk meluluskan tamatan
diperlukan kompetensi lulusan. Kompetensi lulusan suatu jenjang madrasah dapat
dijabarkan dari visi dan misi yang ditetapkan madrasah. Acuan untuk merumuskan
kompetensi lulusan adalah struktur keilmuan mata pelajaran, perkembangan
17

psikologi peserta didik, dan persyaratan yang ditentukan oleh pengguna lulusan
(jenjang madrasah selanjutnya dan atau dunia kerja).
Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, kompetensi yang
diharapkan dimiliki oleh lulusan atau tamatan madrasah dapat dirumuskan sebagai
berikut :
a. Berkenaan dengan aspek afektif, peserta didik memiliki keimanan dan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran
agamadan kepercayaan masing-masing yang tercermin dalam perilaku
sehari-hari, memiliki nilai-nilai etika dan estetika, serta mampu
mengamalkan dan mengekspresikannya dalam kehidupan sehari-hari,
memiliki nilai-nilai demokrasi, toleransi, dan humaniora, serta
menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, baik dalam lingkup nasional maupun global.
b. Berkenaan dengan aspek kognitif, peserta didik dapat menguasai ilmu,
teknologi dan kemampuan akademik untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi.
c. Berkenaan dengan aspek psikomotorik, peserta didik memiliki keterampilan
berkomunikasi, keterampilan hidup, dan mampu beradaptasi dengan
perkembangan lingkungan sosial, budaya dan lingkungan alam, baik lokal,
regional, maupun global; memiliki kesehatan jasmani dan rohani yang
bermanfaat untuk melaksanakan tugas/kegiatan sehari-hari.
d. Pencapaian Keterampilan Hidup
Penguasaan berbagai kompetensi dasar, kompetensi lintas kurikulum, kompetensi
rumpun pelajaran dan kompetensi tamatan melalui berbagai pengalaman belajar
dapat memberikan efek positif (nurturan effects) dalam bentuk kecakapan hidup (life
skills). Kecakapan hidup yang dimiliki peserta didik melalui berbagai pengalaman
belajar ini, juga perlu Anda nilai sejauhmana kesesuaiannya dengan kebutuhan
mereka untuk dapat bertahan dan berkembang dalam kehidupannya di lingkungan
keluarga, madrasah dan masyarakat. Jenis-jenis kecakapan hidup yang perlu Anda
nilai antara lain :
a. Keterampilan diri (keterampilan personal) yang meliputi : penghayatan diri sebagai
makhluk Tuhan YME, motivasi berprestasi, komitmen, percaya diri, dan mandiri.
18

b. Keterampilan berpikir rasional, yang meliputi : berpikir kritis dan logis, berpikir
sistematis, terampil menyusun rencana secara sistematis, dan terampil memecahkan
masalah secara sistematis.
c. Keterampilan sosial, yang meliputi : keterampilan berkomunikasi lisan dan tertulis;
keterampilan bekerjasama, kolaborasi, lobi; keterampilan berpartisipasi;
keterampilan mengelola konflik; dan keterampilan mempengaruhi orang lain.
d. Keterampilan akademik, yang meliputi : keterampilan merancang, melaksanakan,
dan melaporkan hasil penelitian ilmiah; keterampilan membuat karya tulis ilmiah;
keterampilan mentransfer dan mengaplikasikan hasil-hasil penelitian untuk
memecahkan masalah, baik berupa proses maupun produk.
e. Keterampilan vokasional, yang meliputi : keterampilan menemukan algoritma, model,
prosedur untuk mengerjakan suatu tugas; keterampilan melaksanakan prosedur; dan
keterampilan mencipta produk dengan menggunakan konsep, prinsip, bahan dan alat
yang telah dipelajari.
Secara keseluruhan, ruang lingkup evaluasi pembelajaran dapat dilihat pada gambar
berikut ini:
Domain Kognitif
Hasil Afektif
Belajar Psikomotor

Program Pembelajaran
Sistem
Pembelajar proses Pelaksanaan Pembelajaran
an
HasilPembelajaran

Sikap
Ruang Lingkup

Pembelajaran
Evaluasi

Pengetahuan dan Pemahaman


Proses dan
Hasil Kecerdasan
Belajar
Perkembangan Jasmani

Keterampilan

Kompetensi Dasar Mata Pelajaran

Kompetensi rumpun Pelajaran


Penilaian
Berbasis Kompetensi Lintas Kurikulum
Kelas
Kompetensi Tamatan

Keterampilan Hidup

Gambar 2.1 : Ruang Lingkup Evaluasi


19

2.1.4 Prinsip-Prinsip Umum Evaluasi dalam Pembelajaran


Prinsip-Prinsip evaluasi dalam pembelajaran sangat diperlukan sebagai
panduan dalam prosedur pengembangan evaluasi, karena jangkauan sumbangan
evaluasi dalam usaha perbaikan pembelajaran sebagian ditentukan oleh prinsip-
prinsip yang mendasari pengembangan dan pemakaiannya. Sekaitan dengan prinsip-
prinsip penilaian tersebut, ada 4 prinsip penilaian, yaitu tes hasil belajar hendaknya:
(1) mengukur hasil-hasil belajar yang telah ditentukan dengan jelas dan sesuai
dengan tujuan pembelajaran; (2) mengukur sampel yang representatif dari hasil
belajar dan bahan-bahan yang tercakup dalam pengajaran; (3) mencakup jenis-jenis
pertanyaan/soal yang paling sesuai untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan;
(4) direncanakan sedemikian rupa agar hasilnya seesuai dengan yang akan
digunakan secara khusus, (5) dibuat dengan reliabilitas yang sebesar-besarnya dan
harus ditafsirkan secara hati-hati, dan 6) dipakai untuk memperbaiki hasil belajar.
Selain hal-hal diatas, evaluasi hasil belajar hendaknya: (a) dirancang
sedemikian rupa sehingga jelas abilitas yang harus dinilai, materi evaluasi, alat
evaluasi, dan interpretasi hasil evaluasi; (b) menjadi bagian yang integral dari
proses belajar mengajar; (c) agar hasilnya obyektif, evaluasi harus menggunakan
berbagai alat evaluasi dan sifatnya komprehensif; (d) diikuti dengan tindak lanjutnya.
Dari segi yang lain, prinsip-prinsip evaluasi dalam pembelajaran meliputi: (a)
prinsip keterpaduan; (b) prinsip cara belajar siswa aktif; (c) prinsip kontinuitas; (d)
prinsip koherensi; (e) prinsip keseluruhan; (f) prinsip pedagogis; (g) prinsip
diskriminalitas; dan (h) prinsip akuntabilitas.
Tujuan pokok evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui efektivitas
prosees belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Indikator keefektifan itu dapat
dilihat dari perubahan tingkah laku yang terjadi pada peserta didik. perubahan
tingkah laku yang terjadi dibandingkan dengan perubahan perubahan tingkahlaku
yang diharapkan sesuai dengan tujuan dan isi program pembelajaran. Oleh karena
itu, instrumen evaluasi harus dikembangkan bertitik tolak pada tujuan dan isi
program, sehingga bentuk dan format tes yang dikembangkan sesuai dengan tujuan
dan karakteristik bahan ajar serta proporsinya sesuai dengan kelulusan dan
kedalaman materi pelajaran yang diberikan. Disamping itu, hasil evaluasi harus
dianalisis dan ditafsirkan secara hati-hati sehingga informasi yang diperoleh betul-
betul akurat mencerminkan keadaan siswa secara objektif.
20

Informasi yang objektif dapat dijadikan bahan masukan untuk perbaikan proses dan
program selanjutnya. Evaluasi dalam pembelajaran tidak semata-mata untuk
menentukan rating siswa, melainkan juga harus dijadikan sebagai teknik atau cara
pendidikan. Sebagai teknik atau alat pendidikan, evaluasi pembelajaran harus
dikembangkan secara terlaksana dan terintegrasi dalam program pembelajaran,
dilakukan secara kontinu, mengandung unsur pedagogis, dan dapat lebih
mendorong siswa aktif belaja (Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan
Pembelajaran.2011).

2.1.5 Jenis-jenis Evaluasi Pembelajaran


A. Jenis evaluasi berdasarkan tujuan dibedakan atas lima jenis evaluasi
1. Evaluasi diagnostik
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang di tujukan untuk menelaah
kelemahan-kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya.
2. Evaluasi selektif
Evaluasi selektif adalah evaluasi yang di gunakan untuk memilih siwa yang
paling tepat sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu.
1. Evaluasi penempatan
Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk menempatkan
siswa dalam program pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik
siswa.
2. Evaluasi formatif
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk memperbaiki dan
meningkatan proses belajar dan mengajar.
3. Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil dan
kemajuan bekajra siswa.

B. Jenis evaluasi berdasarkan sasaran :


1. Evaluasi konteks
Evaluasi yang ditujukan untuk mengukur konteks program baik mengenai
rasional tujuan, latar belakang program, maupun kebutuhan-kebutuhan yang
muncul dalam perencanaan
2. Evaluasi input
21

Evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input baik sumber daya maupun
strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan.
3. Evaluasi proses
Evaluasi yang di tujukan untuk melihat proses pelaksanaan, baik mengenai
kalancaran proses, kesesuaian dengan rencana, faktor pendukung dan faktor
hambatan yang muncul dalam proses pelaksanaan, dan sejenisnya.
4. Evaluasi hasil atau produk
Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil program yang dicapai sebagai
dasar untuk menentukan keputusan akhir, diperbaiki, dimodifikasi,
ditingkatkan atau dihentikan.
5. Evaluasi outcom atau lulusan
Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil belajar siswa lebih lanjut, yakni
evaluasi lulusan setelah terjun ke masyarakat.

C. Jenis evalusi berdasarkan lingkup kegiatan pembelajaran :


1. Evaluasi program pembelajaran
Evaluasi yang mencakup terhadap tujuan pembelajaran, isi program
pembelajaran, strategi belajar mengajar, aspe-aspek program pembelajaran
yang lain.
2. Evaluasi proses pembelajaran
Evaluasi yang mencakup kesesuaian antara peoses pembelajaran dengan
garis-garis besar program pembelajaran yang di tetapkan, kemampuan guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran.
3. Evaluasi hasil pembelajaran
Evaluasi hasil belajar mencakup tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan
pembelajaran yang ditetapkan, baik umum maupun khusus, ditinjau dalam
aspek kognitif, afektif, psikomotorik.

D. Jenis evaluasi berdasarkan objek dan subjek evaluasi


a. Berdasarkan objek :
1. Evaluasi input
Evaluasi terhadap siswa mencakup kemampuan kepribadian, sikap,
keyakinan.
22

2. Evaluasi tnsformasi
Evaluasi terhadap unsur-unsur transformasi proses pembelajaran
anatara lain materi, media, metode dan lain-lain.
3. Evaluasi output
Evaluasi terhadap lulusan yang mengacu pada ketercapaian hasil
pembelajaran.
b. Berdasarkan subjek :
1. Evaluasi internal
Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam sekolah sebagai evaluator,
misalnya guru.
2. Evaluasi eksternal
Evaluasi yang dilakukan oleh orang luar sekolah sebagai evaluator,
misalnya orangtua, masyarakat.

2.1.6 Fungsi Evaluasi Pembelajaran


Jika ingin melakukan kegiatan evaluasi, maka guru harus mengetahui dan
memahami terlebih dahulu tentang tujuan dan fungsi evaluasi. Bila tidak, maka
guru akan mengalami kesulitan merencanakan dan melaksanakan evaluasi. Fungsi
utama evaluasi dalam pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam empat fungsi,
yaitu : A. Fungsi formatif
Evaluasi dapat memberikan umpan balik bagi guru sebagai dasar untuk
memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program remedial bagi
siswa yang belum menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari.
B. Fungsi sumatif
Evaluasi dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran, menentukan angka nilai sebagai bahan keputusan kenaikan kelas Adan
laporan perkembangan belajar siswa serta dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa.
C. Fungsi diagnostik
Evaluasi dapat mengetahui latar belakang siswa (psikologis, fisik dan
lingkungan) yang mengalami kesulitan belajar.
D. Fungsi seleksi dan penempatan
23

Yaitu hasil evaluasi dapat dijadikan dasar untuk menyeleksi dan menempatkan
siswa sesuai dengan minat dan kemampuan (Mavin Sharon dkk.2010).

Fungsi evaluasi dalam pendidikan dan pengajaran menurut Ngalim Purwanto


(1992:5) dapat dikelompokan menjadi empat fungsi, yaitu :
1. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa setelah
mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu
2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilam program pengajaran
3. Untuk keperluan bimbingan dan konseling
4. Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang
bersangkutan

Wayan Nurkancana (1990:3) secara lebih terperinci mengemukakan fungsi


evaluasi sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai dalam proses
pendidikan yang telah dilaksanakan.
2. Untuk mengetahui apakah suatu oelajaran yang kita ajarkan dapat kita kanjutkan
dengan bahan yang baru ataukah kita harus mengulangi kembali bahan-bahan
pelajaran yang telah lampau.
3. Untuk mendapatkan bahan-bahan informasi apakah seorang anak dapat dinaikan
kedalam kelas yang lebih tinggi atau harus mengulang.
4. Untuk membandingkan apakah prestasi yang di capai oleh anak-anak sudah
sesuai dengan kapasitasnya atau belum.
5. Untuk menafsirkan apakah seorang anak telah cukup matang untuk kita
lepaskan ke masyarakat atau ke jenjang pendidikan lebih tinggi.
6. Untuk mengadakan seleksi.
7. Untuk mengetahui taraf efisiensi metode yang digunakan dalam proses
pembelajaran.

2.2 Tes Berbasis Komputer (Computer based Test/CBT)


2.2.1 Definisi Tes Berbasis Komputer (Computer based Test/CBT)
Tes Modern adalah tes dengan menggunakan computer melalui akses
internet dengan penyekoran dilakukan secara otomatis oleh komputer . Computer
Based Test atau tes berbasis komputer dilaksankan dalam laboratorium
24

komputer yang telah terkoneksi dengan jaringan dan internet. Dalam pelaksanaan
tes berbasis komputer (CBT) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya
: ke-ontetikan peserta test, bank soal, sistem Computer-based test itu sendiri.
Proses otentikasi dalam tes berbasis komputer (CBT), merupakan hal yang
sangat penting, untuk menentukan siapa saja yang bisa mengikuti tes. Biasanya
dalam proses ini, peserta tes akan diberikan sebuah username dan password, yang
akan digunakan untuk login sehingga peserta dapat masuk dan mengikuti tes.
Ketersediaan soal dalam jumlah yang cukup banyak menjadi syarat
selanjutnya dalam tes berbasis komputer (CBT). Dari jumlah soal yang cukup
banyak memungkinkan pemilihan soal secara random sehingga antar peserta tes
akan mendapatkan soal yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya
kerjasama antara peserta test.
Sistem Computer-Based Test yang telah melalui uji kelayakan sangat
diperlukan, mengingat pada umumnya tes berbasis komputer dilaksanakan dalam
waktu yang sama. Sehingga dibutuhkan software dan hardware yang mendukung,
istilah dalam teknologi informasi yaitu client-server. Di mana komputer peserta tes
(client) terhubung dengan sistem tes berbasis komputer melalui komputer server.
Untuk itulah dibutuhkan sistem tes berbasis komputer yang layak pakai (University
of Massachusetts at Amherst.2001).

Tes Berbasis Komputer (Computer Based Test, CBT) merupakan tes yang
diselenggarakan dengan menggunakan komputer. Karakteristik dari tes ini sama
dengan tes konvensional yaitu menggunakan satu perangakat tes untuk beberapa
peserta dengan panjang tes yang sama (fixed test length). Perbedaannya terletak pada
teknik penyampaian (delivery) butir soal yang tidak lagi meggunakan kertas
(paperless), baik untuk naskah soal maupun lembar jawaban. Sistem skoring atau
koreksi langsung dilakukan oleh komputer. Biasanya peserta bisa mengerjakan dan
melihat butir soal dari nomor pertama sampai dengan terakhir.
Menurut john daintith, CBT merupakan penggunaan komputer untuk
mengendalikan, baik digital maupun analog teknik pengujian dan evaluasi kualitas
komponen dan produk.
Tes lekat dihubungkan dengan cara pengukuran terhadap penguasaan materi
tertentu. Hasil dari tes salah satunya digunakan untuk membuat keputusan sekolah
atau guru terhadap muridnya. Hasil tes dianggap sebagai bukti yang valid dari
25

individu ,yang dapat digunakan misalnya untuk kenaikan kelas, promosi jabatan, dan
kelulusan. Sebelum adanya tes berbasis komputer, biasanya tes dilakukan secara
tertulis dalam kertas (paper based test), tetapi seiring dengan perkembangan
teknologi informasi tes tertulis mulai bergeser digantikan dengan tes berbasis
komputer bahkan internet.
Ada empat bentuk model tes berbasis komputer dan internet yang
dikembangkan oleh ITC, yaitu :

1. Terbuka (Open Mode)

Tes dengan model terbuka seperti ini, dapat diikuti siapapun dan tanpa
pengawasan siapapun, contohnya tes yang dapat diakses secara terbuka di internet.
Peserta tes tidak perlu melakukan registrasi peserta.

2. Terkontrol (Controlled Mode)

Tes dengan model seperti ini, sama dengan tes dengan model terbuka yaitu
tanpa pengawasan siapapun, tetapi peserta tes hanya yang sudah terdaftar, dengan
cara memasukkan username dan password.

3. Supervised Mode

Pada model ini terdapat supervisor yang mengidentifikasi peserta tes untuk
diotentikasi dan memvalidasi kondisi pengambilan tes. Untuk tes di internet mode
ini menuntut administrator tes untuk meloginkan peserta dan mengkonfirmasi
bahwa tes telah diselesaikan dengan benar pada akhir tes.

4. Managed Mode

Pada model ini biasanya tes dilaksanakan secara terpusat. Organisasi yang
mengatur proses tes dapat mendefinisikan dan meyakinkan unjuk kerja dan
spesifikasi peralatan di pusat tes. Mereka juga melatih kemampuan
pegawai/staff untuk mengontrol jalannya tes (Bartram, 2001)
26

2.2.2 Tata cara penggunaan Computer-Based-Test (CBT)


1. Penggunaan harus memastikan kelengkapan sarana dan prasarana pendukung
pelaksanaan CBT, seperti : 1 unit PC (personal computer) untuk setiap siswa dan
dilengkapkapi dengan CD (compact disk) CBT.
2. Soal dikemas dalam bentuk CD. Kemudian dimasukkan kedalam Cd room yang
terdapat pada PC.
3. Soal akan langsung muncul seketika saat CD CBT dimasukkan kedalam Cdroom
(autorun service).
4. Soal berupa tes obyektif bentuk multiple choice item (pilihan ganda)
5. Baca dan silahkan dilihat terlebih dahulu video demo serta petunjuk umum dan
khusus penggunaan CBT.
6. Soal akan berlanjut setelah pengguna menjawab soal sebelumnya, tanpa bisa
mengulanginya kembali. Sebagai upaya mengurangi kegiatan untuk saling
mencotek.
7. Soal berjumlah 20 butir yang terdiri dari pilihan ganda.
8. Skor soal akan langsung muncul setelah pengguna menjawab soal ke 20
(automatic scoring).
9. Masing-masing soal diberikan durasi waktu menjawab selama 1 menit, jika
melebihi 1 menit maka akan muncul peringatan bahwa waktu telah habis.

Mekanisme pelaksanaan CBT

Mekanisme Pelaksanaan CBT

CBT Offline CBT Semi CBT Online


Online

Gambar 2.2 Mekanisme Pelaksanaan CBT


27

a. Pelaksanaan CBT offline

Gambar 2.3 mekanisme pelaksanaan CBT Offline

b. Pelaksanaan CBT Semi Online

Gambar 2.4 mekanisme pelaksanaan CBT Semi Online


28

c. Pelaksanaan CBT online

Gambar 2.5 Mekanisme Plaksanaan CBT Online

2.2.3 Penerapan Computer-Based Test


Pada dasarnya pelaksanaan Computer-Based Test sama halnya dengan proses
pembelajaran menggunakan komputer. Computer Based Test atau tes berbasis
komputer dapat dilaksankan dalam laboratorium komputer yang telah terkoneksi
dengan jaringan dan sistemnya. Dalam pelaksanaan tes berbasis komputer (CBT) ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya : ke-ontetikan peserta test, bank
soal, sistem Computer-based test itu sendiri.
Proses otentikasi dalam tes berbasis komputer (CBT), merupakan hal yang
sangat penting, untuk menentukan siapa saja yang bisa mengikuti tes. Biasanya dalam
proses ini, peserta tes akan diberikan sebuah username dan password, yang akan
digunakan untuk login sehingga peserta dapat masuk dan mengikuti tes.
Ketersediaan soal dalam jumlah yang cukup banyak menjadi syarat selanjutnya dalam
tes berbasis komputer (CBT). Dari jumlah soal yang cukup banyak memungkinkan
pemilihan soal secara random sehingga antar peserta tes akan mendapatkan soal yang
berbeda. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya kerjasama antara peserta test.
Sistem Computer-Based Test yang telah melalui uji kelayakan sangat
diperlukan, mengingat pada umumnya tes berbasis komputer dilaksanakan dalam
waktu yang sama. Sehingga dibutuhkan software dan hardware yang mendukung,
istilah dalam teknologi informasi yaitu client-server. Di mana komputer peserta tes
29

(client) terhubung dengan sistem tes berbasis komputer melalui komputer server.
Dalam hal ini jumlah client jauh lebih banyak dari jumlah server, untuk itulah
dibutuhkan sistem tes berbasis komputer yang layak pakai.

a) Contoh penerapan CBT yang dikembangkan oleh Puspendik Balitbang


Kemendikbud dalam rangka sosialisasi bagi siswa/siswi yang mengikuti ujian
berbasis komputer (Computer Based Test).

Gambar 2.5 Contoh Penerapan CBT

Program Aplikasi Mini Tes untuk siswa dalam menghadapi UN berbasis


komputerais. Program aplikasi perangkat lunak yang dikembangkan oleh
Puspendik Balitbang Kemendikbud dalam rangka sosialisasi bagi siswa/siswi
yang mengikuti ujian berbasis komputer (Computer Based Test).
Prosedur penggunaan Mini Tes adalah sebagai berikut:
Pendaftaran
Bagi yang belum pernah mendaftar silahkan klik disini atau Login jika sudah
mendaftar
Tes berulang
Peserta yang telah melakukan pendaftaran (registrasi) dapat mengikuti tes
berulang kali tanpa harus melakukan registrasi ulang. Untuk mencoba program
mini tes silakan kunjungi http://minites.puspendik.org/
b) Soal-soal yang ada dalam program Mini Tes tersebut hanya merupakan contoh
untuk latihan ujian berbasis komputer.
Contoh soal UN yang menggunakan aplikasi CBT
30

Gambar 2.6 Regulasi system UN-CBT

Kriteria Sekolah CBT :


Laboratorium Komputer : LAN, akses internet, rasio (client : siswa) = 1:3
untuk SMK dan SMP, atau 1:2 untuk SMA IPA dan IPS
Laboran (sesuai kualifikasi/spesifikasi teknis)
Sarana pendukung: Genset, UPS, PC Client cadangan
Proktor (Pengawas UN-CBT):
Staf yang direkruit oleh Panitia CBT-UN Pusat sesuai
kualifikasi/spesifikasi teknis
Dedikasi, komitmen, pakta integritas
Spesifikasi minimal server local:
Hardware server : Terdiri dari processor Xeon 64 bit, RAM minimal 4
GB, networking LAN.
Softwareserver :Windows server 2008 64 bit, virtual BOX 64.3.16. , Port
80 di server dapat diakses oleh computer peserta. (jika di computer server
ada Xamp, Xamp dinonaktifkan atau port Xamp diubah menjadi 8080).
Spesifikasi minimal Komputer peserta
Hardware : Terdiri dari processor dual core, RAM 512 MB, networking
LAN.
Software: Windows XP/7/8 terinstal CBAT XAMBRO (Soekarwati.2000).
2.2.4 Kelebihan dan kekurangan Computer-Based Test
b. Kelebihan Computer-Based Test
1. Mengijinkan melakukan tes di saat yang tepat bagi peserta.
31

2. Mengurangi waktu untuk pekerjaan penilaian tes dan membuat laporan


tertulis.
3. Menghilangkan pekerjaan logistik seperti mendistribusikan, menyimpan dan
tes menggunakan kertas, peserta tes dapat langsung mengetahui hasil tes.
4. Soal yang dikerjakan secara acak sehingga soal berbeda dengan yang
lainnya.

c. Kekurangan Computer-Based Test


1. Adanya ketergantungan dengan peralatan seperti komputer
2. Membutuhkan lab komputer yang memadai (secara hardware dan software
serta jumlah)
3. Jika sistem Computer-Based Test bermasalah pelaksanaan tes berbasis
komputer akan tertunda
4. Membutuhkan pengetahuan dan ketrampilan komputer bagi peserta tes
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Evaluasi pembelajaran merupakan evaluasi dalam bidang pembelajaran yang


bertujuan untuk menghimpun informasi yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf
kemajuan, perkembangan, dan pencapaian belajar siswa, serta keefektifan pengajaran
guru.
2. Jenis-jenis Evaluasi Pembelajaran :
Jenis evaluasi berdasarkan tujuan
Jenis evaluasi berdasarkan sasaran
Jenis evalusi berdasarkan lingkup kegiatan pembelajaran
Jenis evaluasi berdasarkan objek dan subjek evaluasi
3. Fungsi Evaluasi Pembelajaran :
Fungsi formatif
Fungsi sumatif
Fungsi diagnostik
Fungsi seleksi dan penempatan
4. CBT merupakan penggunaan komputer untuk mengendalikan, baik digital maupun
analog teknik pengujian dan evaluasi kualitas komponen dan produk.
5. Tes Berbasis Komputer (Computer Based Test, CBT) merupakan tes yang
diselenggarakan dengan menggunakan komputer.
6. Mekanisme pelaksanaan CBT
CBT Offline
CBT Semi Online
CBT Online
7. Penerapan komputer berbasis tes (CBT), telah diterapkan pada UN dan SBMPTN
8. Kelebihan Computer-Based Test yaitu Mengurangi waktu untuk pekerjaan penilaian
tes sedangkan kekurangan computer-based test yaitu Adanya ketergantungan dengan
peralatan seperti komputer

32
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. (2012). Evaluasi Pembelajaran. E-book tersedia:


[http://winarno.staff.iainsalatiga.ac.id/wp-content/uploads/sites/25/2013/01/34-
Evaluasi-Pembelajaran.pdf]

http://almasoem.sch.id/computer-based-test/ tanggal 20 november 2016

http://echo-tea.blogspot.co.id/2012/03/computer-based-test-cbt-sebagai-sarana.html tanggal
akses 19 November 2016

http://ejurnal.poliban.ac.id/index.php/Positif/article/view/330 tanggal akses 19 November


2016

http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/lentera_pendidikan/article/view/514 tanggal akses


19 November 2016

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131568300/PEMBELAJARAN%20BERBANTUAN
%20KOMPUTER-2.pdf [22 Desember 2015]

http://uncbt.com/blog-3/ tanggal akses 20 november 2016

http://www.suprananto.org/index.php/welcome/artikel/10/Tes-Berbasis-Komputer-Computer-
Based-Test tanggal akses 19 November 2016

http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/menuutama/edukasi/1416-cbt tanggal
akses 19 November 2016

http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/menuutama/edukasi/1416-cbt

Mavin, Sharon dkk. (2010). The Evaluation of Learning and Development in the Workplace:
A Review of the Literature

Soekarwati.(2000). Prospek Pembelajaran Melalui Internet, Makalah Seminar Teknologi


Kependidikan.UT Pustekkom dan IPTPI. Jakarta

Stufflebeam, D.L. et.al. (1977). Educational Evaluation and Decision Making. Illinois:F.E.
Peachock Publisher. Inc

Sudijono, Anas. (1995). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2011). Kurikulum dan


Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

University of Massachusetts at Amherst, USA, Computer-Based Testing and the Internet,

2001.User Manual: Item and Test Analysis, 1986, Assessment System Corp, St. Paul, MN

Anda mungkin juga menyukai