Anda di halaman 1dari 26

1.

Pengertian

Persalinan normal memiliki beberapa pengertian yaitu:

a. Persalinan adalah proses dimulai dengan kontraksi uterus yang menyebabkan

dilatasi progresif dari serviks, kelahiran bayi dan plasenta (Asuhan

Intrapartum, 2003).

b. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan dimana janin

dan ketuban turun ke dalam jalan lahir dan didorong keluar melalui jalan lahir

(Sarwono Prawirohardjo, 2005).

c. Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran

bayi yang cukup bulan 37-42 minggu lahir spontan, tanpa komplikasi baik

pada ibu maupun janin, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin

dari tubuh ibu (Mitayani, 2009).

2. Etiologi

Yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui dengan jelas, tetapi

banyak fakta yang memegang peranan dan bekerja sama sehingga terjadi

persalinan. Mulanya berupa kombinasi dari faktor hormon dan faktor mekanis.

Beberapa teori yang dikemukakan ialah :

a. Teori penurunan kadar progesterone

Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim sedangkan estrogen

meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat

1
keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen di dalam darah, tetapi

pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his.

b. Teori oxytocin

Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah, oleh karena itu, timbul

kontraksi otot-otot rahim.

c. Keregangan otot-otot Rahim

Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung, bila dindingnya

teregang karena isinya maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan tinja.

Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin

teregang otot-otot rahim sehingga otot-otot makin rentan.

d. Pengaruh janin

Hypofisis dan kelenjar suprenal janin ternyata memegang peranan juga, selain

itu, di belakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus franterrhauss).

Bila ganglion ini digeser dan ditekan, oleh kepala janin, maka akan timbul

kontraksi uterus.

e. Teori prostaglandin

Berdasarkan hasil percobaan menunjukkan prostagladin dari F2 atau E2 yang

diberikan secara intravena dan extra abdominal menimbulkan kontraksi

miometrium pada setiap umur kehamilan.

3. Faktor Persalinan

1) Power/Kekuatan mendorong keluar

2
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau

kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga

primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan

retraksi otot-otot rahim.

Kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari :

a) HIS (kontraksi otot uterus)

Terjadi karena adanya kontraksi uterus karena otototot polos rahim

bekerja dengan baik dan sempurna. Pada waktu kontraksi otototot rahim

menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri

menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan kantung amnion ke arah

segmen bawah rahim dan serviks.

His ada 2 yaitu :

i. His pendahuluan/his palsu: Merupakan peningkatan kontraksi dari

Braxton hicks

ii. His persalinan: Merupakan his yang bersifat nyeri yang mungkin

disebabkan oleh anoxia dari sel-sel otot-otot saat kontraksi,

tekanan pada ganglia dalam serviks dan segmen bawah rahim oleh

serabut-serabut otot yang berkontraksi, serviks yang meregang

lurus dan tarikan pada peritoneum saat kontraksi, kontraksi rahim

bersifat berkala dan yang diperhatikan dalam his adalah:

3
Lamanya kontraksi: Kontraksi berlangsung 45 detik sampai 75

detik

Kekuatan kontraksi: Menimbulkan naiknya tekanan intrauterin

sampai 35 mmHg kekuatan kontraksi secara klinis ditentukan

dengan mencoba apakah jari kita dapat menekan dinding rahim

ke dalam

Interval antara dua kontraksi: Pada permulaan his timbul

sekali dalam 10 menit dan pada kala pengeluaran sekali dalam

2 menit

Menurut faalnya, his dapat dibagi dalam:

His pembukaan: His yang menimbulkan pembukaan dari

serviks

His pengeluaran: His yang mendorong anak keluar dan

biasanya disertai dengan keinginan mengejan

His pelepasan uri: His yang melepaskan uri (Sarwono

Prawirohardjo,2005).

Perubahan-perubahan akibat his :

Pada uterus dan servik, uterus teraba keras/padat karena

kontraksi. Tekanan hidrostatis air ketuban dan tekanan

intrauterin naik serta menyebabkan serviks menjadi mendatar

(effacement) dan terbuka (dilatasi).

4
Pada ibu, rasa nyeri terjadi karena iskemia rahim dan kontraksi

rahim. Disertai kenaikan nadi dan tekanan darah.

Pada janin pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter

kurang, maka timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin

melambat (bradikardi) dan kurang jelas didengar karena

adanya iskemia fisiologis.

b) Kontraksi otot-otot dinding perut

c) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan

d) Ketegangan dan ligmentous action terutama ligamentum rotundum

2) PASSAGE (JALAN LAHIR)

Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari

rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin dan

plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir

tersebut harus normal. Passage terdiri dari :

a. Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)

1. Os. Coxae

Os illium

Os. Ischium

Os. Pubis

2. Os. Sacrum = promotorium

3. Os. Coccygeus

5
Gambar 1. Tulang pelvis

b. Bagian lunak : otot-otot, jaringan dan ligamen-ligamen

Pintu Panggul

a) Pintu atas panggul (PAP) = Disebut Inlet dibatasi oleh promontorium,

linea inominata dan pinggir atas symphisis.

b) Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina ischiadica, disebut

midlet.

c) Pintu Bawah Panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus pubis, disebut

outlet.

d) Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) berada antara inlet dan

outlet.

6
Gambar 2. Pintu atas dan bawah panggul

Bidang-bidang:

a) Bidang Hodge I: dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas

symphisis dan promontorium

b) Bidang Hodge II: sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir bawah

symphisis.

c) Bidang Hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika

kanan dan kiri.

d) Bidang Hodge IV : sejajar Hodge I, II dan III setinggi os coccyges

7
Gambar 3. Bidang Hodge

3) PASSENGER

Passenger terdiri dari janin dan plasenta. Janin merupakan passenger

utama dan bagian janin yang paling penting adalah kepala karena bagian yang

paling besar dan keras dari janin adalah kepala janin. Posisi dan besar kepala

dapat mempengaruhi jalan persalinan.

a. Letak

Letak adalah hubungan antara sumbu panjang janin terhadap ibu, dapat

berupa letak longitudinal atau tranversal. Letak longitudinal adalah sekitar

99% dari persalinan aterm.

Gambar 4. Berbagai variasi letak janin

8
b. Presentasi

Presentasi adalah bagian dari janin yang paling dekat dengan jalan lahir.

Bagian janin ini dapat dirasakan melalui serviks pada pemeriksaan dalam.

Oleh karena itu, pada letak longitudinal, presentasi janin adalah presentasi

kepala atau presentasi bokong. Pada presentasi kepala, umumnya, kepala

terfleksi begitu tajamnya hingga dagu bersentuhan dengan dada janin dan

fontanella oksiput adalah bagian terbawah. Presentasi ini dinamakan

presentasi oksiput atau presentasi verteks. Lebih jarang, leher janin dapat

mengalami ekstensi hingga oksiput bersentuhan dengan punggung janin

dan muka janin adalah bagian terendah, yang dinamakan presentasi muka.

Presentasi lain adalah presentasi sinsiput atau puncak kepala dan

presentasi dahi. Kedua presentasi ini seringkali berubah menjadi

presentasi oksiput atau presentasi muka pada saat persalinan. Pada

persalinan normal, umumnya janin memiliki presentasi verteks.

Gambar 5. Janin presentasi oksiput anterior pada station 0, 1 dan 2

9
c. Habitus

Pada akhir bulan kehamilan, janin memiliki postur karakteristik yang

dijelaskan sebagai habitus. Janin menyerupai massa oval yang

menyesuaikan diri dengan bentuk ruang uterus. Janin menjadi lebih

terfleksi dimana punggung menjadi lebih konveks; kepala mengalami

fleksi hingga dagu menyentuh dada; paha mengalami fleksi hingga

berdekatan dengan abdomen; tungkai fleksi di lutut. Pada semua

presentasi kepala, lengan umumnya menyilang di dada dan tali pusat

berada di antara lengan dan paha. Postur ini khas akibat pertumbuhan

janin dan akomodasi terhadap uterus.

Gambar 6. Habitus janin

10
d. Posisi

Posisi menunjuk pada bagian presentasi janin terhadap bagian kanan atau

kiri jalan lahir ibu. Oleh karena itu, pada tiap presentasi mungkin terdapat

dua posisi, kanan atau kiri, misalnya oksiput kanan dan kiri, mentum

kanan dan kiri atau sakrum kanan dan kiri

Kelainankelainan yang sering menghambat dari pihak passenger

adalah kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti hydrocephalus

ataupun anencephalus, kelainan letak seperti letak muka ataupun letak dahi,

kelainan kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau letak sungsang.

4. Tanda dan Gejala

a. Tanda-tanda permulaan terjadinya persalinan

1) Turunnya kepala masuk pintu atas panggul pada primigravida minggu

ke-36.

2) Timbul perasaan sesak dibagian bawah, di atas simpisis pubis dan

sering-sering ingin kencing (poliuria) karena kandung kemih tertekan

oleh bagian terbawah janin.

3) Perut kelihatan lebih melebar karena fundus uteri turun.

4) Terjadinya perasaan sakit di daerah perut dan pinggang karena

kontraksi ringan otot rahim dan tertekannya fleksus yang terletak

disekitar serviks (tanda persalinan palsu fase labour).

11
5) Terjadinya perlukaan serviks yang mulai mendatar dan sekresinya bila

bertambah bercampur darah (bloody show).

b. Tanda-tanda inpartu

1) Rasa sakit karena adanya his yang menjadi lebih kuat, sering teratur.

2) Pengeluaran lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak

karena robekan-robekan kecil pada serviks.

3) Dapat disertai pecahnya ketuban dengan sendirinya.

4) Pada pemeriksaan dalam serviks mengalami perubahan dengan terjadi

perlukaan serviks, pendataran serviks, pembukaan serviks.

5. Tahapan persalinan

Persalinan dibagi dalam empat kala menurut Prawirohardjo (2006) yaitu:

a. Kala I persalinan (kala pembukaan)

Inpartu (partu mulai) ditandai dengan adanya his, adanya kontraksi

uterus teratur, makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri,

keluarnya lendir bercampur darah, darah berasal dari pecahnya pembuluh

darah kapiler, kanalis servikalis. Berakhir saat pembukaan serviks telah

lengkap (bibir portio tidak dapat diraba). Selaput ketuban biasanya pecah

spontan pada akhir kala I. Kala pembukaan juga didapatkan penurunan kepala

dan putar paksi dalam.

Pada primigravida, kala I berlangsung 12-14 jam sedangkan

multigravida berlangsung 6-8 jam.

12
Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase:

1) Fase laten

Fase laten didefinisikan sebagai periode antara onset persalinan dan titik

dimana perubahan tajam dilatasi serviks diketahui. Pembukaan sampai

mencapai 3 cm, berlangsung 8 jam

Gambar 7. Dilatasi serviks

2) Fase aktif

Berlangsung selama 4-6 jam dibagi atas 3 sub fase :

a) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.

b) Periode dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam, pembukaan

berlangsung 2 jam, cepat menjadi 9 cm.

c) Periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan

menjadi 10 cm.

13
Mekanisme membukanya serviks berbeda antara pada primigravida dan

multigravida, pada yang pertama osteum uteri internum akan membuka

terlebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Baru kemudian

osteum uteri eksternum membuka. Pada multigravida osteum uteri internum

sudah sedikit terbuka. Osteum uteri internum dan eksternum serta penipisan

dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama.

b. Kala II persalinan

His terkoordinir cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali,

pembukaan serviks lengkap, kepala janin telah turun dan masuk ruang

panggul, sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara

reflek menimbulkan rasa ngedan karena tekanan pada rektum sehingga merasa

seperti BAB dengan tanda anus membuka. Pada waktu his kepala janin mulai

tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm dan perineum meregang. Dengan his

mengedan yang terpimpin akan lahir kepala dan diikuti oleh seluruh badan

janin. Kala II pada primigravida 1,5-2 jam, pada multigravida 0,5 jam.

Berikut adalah mekanisme persalinan kala II:

Janin dengan presentasi belakang kepala, ditemukan hampir sekitar 95 %

dari semua kehamilan. Presentasi janin paling umum dipastikan dengan

palpasi abdomen dan kadangkala diperkuat sebelum atau pada saat awal

persalinan dengan pemeriksaan vagina (toucher). Pada kebanyakan kasus,

14
presentasi belakang kepala masuk dalam pintu atas panggul dengan sutura

sagitalis melintang. Oleh karena dimulai mekanisme persalinan dalam

presentasi belakang kepala dengan posisi ubun-ubun kecil melintang dan

anterior.

Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu, sedangkan ukuran-

ukuran kepala bayi hampir sama besarnya dengan ukuran dalam panggul,

maka jelas bahwa kepala harus menyesuaikan diri dengan bentuk panggul

mulai dari pintu atas panggul, ke bidang tengah panggul dan pada pintu

bawah panggul, supaya anak dapat lahir. Misalnya saja jika sutura sagitalis

dalam arah muka belakang pada pintu atas panggul, maka hal ini akan

mempersulit persalinan, karena diameter antero posterior adalah ukuran yang

terkecil dari pintu atas panggul. Sebaliknya pada pintu bawah panggul, sutura

sagitalis dalam jurusan muka belakang yang menguntungkan karena ukuran

terpanjang pada pintu bawah panggul ialah diameter antero posterior.

Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah :

1) Penurunan kepala

Pada primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu atas

panggul biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi

pada multigravida biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan.

Masuknya kepala ke dalam PAP, biasanya dengan sutura sagitalis

melintang dan dengan fleksi yang ringan. Masuknya kepala melewati

pintu atas panggul (PAP), dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila

15
sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simfisis

dan promontorium.

Pada sinklitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya. Jika

sutura sagitalis agak ke depan mendekati simpisis atau agak ke belakang

mendekati promontorium, maka dikatakan kepala dalam keadaan

asinklitismus, ada 2 jenis asinklitismus yaitu :

Asinklitismus posterior: Bila sutura sagitalis mendekati simpisis dan

os parietal belakang lebih rendah dari os parietal depan.

Asinklitismus anterior: Bila sutura sagitalis mendekati promontorium

sehingga os parietal depan lebih rendah dari os parietal belakang.

Derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal,

tetapi kalau berat gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sepalopelvik

dengan panggul yang berukuran normal sekalipun.

Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II

persalinan. Hal ini disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari

segmen atas rahim, yang menyebabkan tekanan langsung fundus pada

bokong janin. Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari segmen

bawah rahim, sehingga terjadi penipisan dan dilatasi servik. Keadaan ini

menyebabkan bayi terdorong ke dalam jalan lahir. Penurunan kepala ini

juga disebabkan karena tekanan cairan intra uterine, kekuatan mengejan

atau adanya kontraksi otot-otot abdomen dan melurusnya badan anak.

16
Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara

simpisis dan promontorium

Sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang lebih

rendah dari os parietal depan

Sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan

lebih rendah dari os parietal belakang

2) Fleksi

Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan.

Dengan majunya kepala biasanya fleksi juga bertambah. Pada pergerakan

ini dagu dibawa lebih dekat ke arah dada janin sehingga ubun-ubun kecil

lebih rendah dari ubun-ubun besar hal ini disebabkan karena adanya

tahanan dari dinding seviks, dinding pelvis dan lantai pelvis. Dengan

adanya fleksi, diameter suboccipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan

diameter suboccipito frontalis (11 cm). sampai di dasar panggul, biasanya

kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal.

3) Rotasi dalam (putaran paksi dalam)

Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian

rupa sehingga bagian terendah dari depan janin memutar ke depan ke arah

bawah simpisis. Pada presentasi belakang kepala bagian yang terendah

ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke

depan ke arah simfisis. Rotasi dalam penting untuk menyelesaikan

17
persalinan, karena rotasi dalam merupakan suatu usaha untuk

menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bidang

tengah dan pintu bawah panggul.

4) Ekstensi

Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil

berada di bawah simpisis, maka terjadilah ekstensi dari kepala janin. Hal

ini di sebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul

mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan fleksi

untuk melewatinya. Kalau kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai

dasar panggul tidak melakukan ekstensi maka kepala akan tertekan pada

perineum dan dapat menembusnya.

Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi

pusat pemutaran (hypomochlion), maka lahirlah berturut-turut pada

pinggir atas perineum: ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan dagu

bayi dengan gerakan ekstensi.

5) Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simpisis dan

menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu

bayi lahir, selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu

jalan lahir.

Dengan kontraksi yang efektif, fleksi kepala yang adekuat, dan janin

dengan ukuran yang rata-rata, sebagian besar oksiput yang posisinya

18
posterior berputar cepat segera setelah mencapai dasar panggul, dan

persalinan tidak begitu bertambah panjang. Tetapi pada kira-kira 5-10 %

kasus, keadaan yang menguntungkan ini tidak terjadi. Sebagai contoh

kontraksi yang buruk atau fleksi kepala yang salah atau keduanya, rotasi

mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak terjadi sama sekali,

khususnya kalau janin besar.

6) Rotasi luar ( putaran paksi luar)

Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala

bayi memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi

pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Bahu melintasi pintu

dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan

diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul

setelah kepala bayi lahir, bahu mengalami putaran dalam dimana ukuran

bahu (diameter bisa kromial) menempatkan diri dalam diameter

anteroposterior dari pintu bawah panggul. Bersamaan dengan itu kepala

bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan dengan

tuber ischiadikum sepihak.

19
Gambar 8. Mekanisme persalinan meliputi (a) penurunan presentasi; (b) fleksi kepala;

(c) rotasi internal; (d) distensi perineum dan ekstensi kepala janin; (e) kelahiran

kepala; (f) kelahiran bahu

Setelah bayi lahir, letakkan bayi diatas perut ibu, bersihkan jalan nafas.

Selanjutnya, tali pusat dijepit pada 2 tempat, pada jarak 5 dan 10 cm,

digunting diantaranya dan kemudian di klem. Tindakan resusitasi pada bayi

yaitu membersihkan dan menghisap jalan nafas serta cairan lambung untuk

mencegah aspirasi.

20
c. Kala III persalinan

Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar, uterus teraba

keras dengan fundus uteri sehingga pucat, plasenta menjadi tebal 2x

sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his, dalam waktu 5-10 menit,

seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir secara

spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisis/fundus uteri, seluruh

proses berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta

disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.

Tanda klasik pelepasan plasenta adalah show atau keluarnya darah

segar, pemanjangan tali pusat dan naiknya fundus uteri ke rongga abdomen.

Lepasnya plasenta dari insersinya mungkin dari sentra (Schultze) ditandai

dengan perdarahan baru atau dari tepi/marginal (Matthews-Duncan) yang tidak

disertai perdarahan.

Pada kala III persalinan, diberikan 10 IU oksitosin secara

intramuskuler pada 1/3 bawah paha kanan bagian lateral dalam 1 menit

sesudah dipastikan tidak ada bayi lain lagi dalam kandungan.

21
Gambar 9. Kala III persalinan : (a) pelepasan plasenta dari dinding uterus; (b)

ekspulsi ke segmen bawah uterus dan vagina atas; (c) ekspulsi lengkap plasenta dari

traktus genitalis

d. Kala IV persalinan

Kala IV persalinan dideskripsikan sebagai interval waktu setelah

kelahiran plasenta hingga 2 jam setelah kelahiran. Kepentingan tahap keempat

persalinan adalah adanya resiko perdarahan post partum yang dapat terjadi

setelah kelahiran. Direkomendasikan untuk mengukur kontraksi, tekanan

darah dan nadi ibu segera setelah kelahiran dan tiap 15 menit pada 1 jam

pertama. Harus diperhatikan bila ada nyeri perineum yang berat berkaitan

dengan terbentuknya hematoma. Distensi kandung kemih dapat

mengakibatkan terganggunya kontraksi uterus. Dengan menjaga kondisi

kontraksi dan retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus. Tugas uterus ini

dapat dibantu dengan obat-obat oksitosin. Dilakukan inisiasi menyusu dini

bayi terhadap ibu.

22
Langkah selanjutnya setelah kala IV, evaluasi beberapa hal sebagai berikut:

a) Oksitosin, methergin dan prostaglandin

Setelah uterus dikosongkan dan plasenta telah dilahirkan, mekanisme

primer dimana hemostasis didapat pada tempat implantasi plasenta adalah

vasokonstriksi yang dihasilkan oleh uterus yang berkontraksi dengan baik.

Oksitosin, methylergometrine maleat (methergin) dan analog

prostaglandin dapat digunakan dengan berbagai jalur, bertujuan

mengurangi kehilangan darah dengan menstimulasi kontraksi miometrium

b) Laserasi jalan lahir

Laserasi vagina dan perineum diklasifikasikan dalam derajat I, II, III

dan IV. Laserasi derajat I meliputi fourchette, kulit perineum dan

membran mukosa vagina namun tidak mengenai fascia dan otot. Derajat II

meliputi derajat I ditambah fascia dan otot perineum namun tidak

mengenai sfingter anal. Laserasi ini umumnya meluas keatas vagina,

membentuk laserasi berbentuk segitiga tidak teratur. Laserasi derajat III

meliputi sfingter anal, dan laserasi derajat IV meluas ke mukosa rektum.

Laserasi di regio periurethra juga mungkin terjadi setelah persalinan.

c) Episiotomi dan perineorafi

Episiotomi dapat dilakukan secara mediana atau mediolateral. Saat ini

episiotomi lebih jarang digunakan. Dahulu episiotomi dilakukan untuk

mempermudah perbaikan apabila terjadi laserasi dan mencegah relaksasi

23
pelvis seperti rektokel, sistokel dan inkontinensia urin, namun pada suatu

penelitian justru episiotomi meningkatkan insiden robekan sfingter anal

dan rektum. Episiotomi harus dilakukan secara selektif, seperti pada kasus

distosia bahu dan presentasi bokong; ekstraksi forsep atau vakum; posisi

oksiput posterior; dan keadaan lain dimana apabila episiotomi tidak

dilakukan akan terjadi ruptur perineum.

Gambar 10. Episiotomi

Perineorafi dilakukan dengan benang yang dapat diserap (Vicryl atau

Dexon), menggunakan tehnik subkutikuler untuk meminimalkan

komplikasi jangka pendek dan panjang. Benang jenis ini menghasilkan

rasa sakit yang lebih pendek dan anastesi lebih sedikit daripada

menggunakan catgut dan benang tak dapat diserap. Higiene perineum

24
setelah persalinan sangat membantu penyembuhan, dan penggunaan ice

pack dan analgesia membantu mengatasi nyeri.

Gambar 11. Perineorafi

25
Daftar Pustaka

Depkes.(2008). Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: USAID


FKUI. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.
Gary dkk. (2006). Obstetri Williams, Edisi 21. Jakarta, EGC.
Hafifah. (2011). Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan
Normal. Dimuat
dalam http:///D:/MATERNITY%20NURSING/LP%20PERSALINAN/laporan-
pendahuluan-pada-pasien-dengan.html (Diakses tanggal 18 Maret 2012)
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Wiknjosostro. (2002). Ilmu Kebidanan Edisi III. Jakarta: Yayasan Bima pustaka
Sarwana Prawirohardjo.
American College of Obstetrics and Gynecology: Clinical management guidelines for
obstetrician-gynecologists. In: ACOG Practice Bulletin. 17: June 2000.
Cunningham FG (editorial) : Forceps Delivery and Vacuum Extraction in William
Obstetrics 22nd ed p 547 563 , Mc GrawHill Companies 2005
Duchon MA, DeMund MA, et al: Laboratory comparison of modern vacuum
extractor. Obstet Gynecol 72 : 155, 1998
Gillstrap LC III: Forcep Delivery. In Gillstrap LC III, Cunningham FG, Van Dorsten
JP(eds) : Operative Obstetrics 2nd ed. New York, Mc Graw-Hill, 2002
Johanson R, Menon V: Soft versus rigid vacuum extractor cups for assisted vaginal
delivery. Cochrane Database Syst Rev 2000; (2)
ML Koscica KL, Gimovsky: Vacuum extraction. Optimizing outcomes. Reducing
legal risk. OBG Management April 2002. p 89

26

Anda mungkin juga menyukai