KEPERAWATAN KOMUNITAS
1. Promosi kesehatan
Perawat melakukan promosi kesehatan kepada keluarga dalam rangka meningkatkan prilaku
hidup sehat
2. Pencegahan penyakit
Perawat melakukan tindakan pencegahan spesifik pada anggota keluarga agar bebas dari
penyakit atau cidera melalui kegiatan : imunisasi, pencegahan merokok, program kebugaran
fisik, screning dah follow up berbagai kasus seperti : hipertensi, pencegahan komplikasi dm, dan
screning osteoporosis.
4. Pemulihan kesehatan
Keperawatan membantu keluarga dalam fase pemuliah kesehatan bagi anggota keluarga
setelah mengalami cedera.
2. Menjelaskan tentang trend dan issue keperawatan keluarga secara global
1. Dunia tanpa batas (global village) mempengaruhi sikap dan pola perilaku keluarga.
2. Kemajuan dan pertukaran iptek yang semakin global sehingga penyebarannya semakin
meluas.
4. Standar kualitas yang semakin diperhatikan menimbulkan persaingan yang ketak serta
menumbuhkan munculnya sekolah-sekolah yang mengutamakan kualitas pendidikan.
5. Kompetisi global dibidang penyediaan sarana dan prasarana serta pelayanan kesehatan
menuntut standar profesionalitas keperawatan yang tinggi.
3. Menjelaskan tentang trend dan issue keperawatan keluarga dalam aspek pelayanan
keperawatan
Kerawatan keluarga adalah serangkaian kegiatan yang diberi via praktek keperawatan kepada
keluarga untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga tersebut dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Keberhasilan keperawatan di R.S dapat menjadi sia sia jika dilanjutkan oleh keluarga di rumah.
Keluarga sebagai titik sentral pelayanan kesehatan. Keluarga yang sehat akan mempunyai
anggota yang sehat dan mewujudkan masyarakat yang sehat. Askep yang diberikan
berdasarkan pada masalah kesehatan dari setiap anggota keluarga.
5. menjelaskan tentang trend dan issue keprawatan keluarga dalam aspek profesi
keperawatan )
1. Dalam Strategi koping keluarga internal, tiga jenis strategi koping intra- keluarga yang
umum di bahas :
a. Strategi hubungan
Tipe koping keluarga ini biasanya berasal dari pengaruh etnik protestan tradisional , yang
menilai dan melihat pengendalian dan kemandirian sebagai hal yang khususnya dibutuhkan
selama masa sulit. Bersamaan dengan strukturisasi adalah kebutuhan bagi beberapa keluarga
menjadi kuat dan belajar menyembunyikan perasaan dan menguasai ketegangan dalam diri
mereka .
Olson memandang kohesti keluarga sebagai ikatan emosional yang saling di rasakan anggota
keluarga . Keluarga yang ekstrem adalah keluarga yang kohesi nya sangat tinggi atau sangat
rendah .
Ketika keluarga sangat tinggi kohestinya, keluarga tersebut dikatakan terkait dan terdapat
kemandirian atau otonomi yang lebih sedikit. Dalam tipe keluarga ini, anggota mencari
kepuasan dan hubungan terutama dalam rumah serta , anak-anak lebih lama meninggalkan
rumah.
Ketika keluarga pecah atau kohesinya sangat rendah , angoota keluarga tidak dekat satu sama
lain dan memiliki tingkat kohesi sedang cenderung lebih fungsional dan lebih bisa beradaptasi
terhadap stres ( olson). Tingkat kohesi yang fungsional bagi keluarga juga di pengaruhi oleh
latar belakang budaya; tingkat kohesi yang lebih tinggi dalam kelompok sub budayatertentu di
temukan dan bersifat fungsional.
Kohesi yang lebih besar dan berbagi kekhawatiran serta perasaan juga sangat bermanfaat dalm
mengurangi tingkat ketegangan keluarga akibat penyakt akut / serius /stressor besar lain.
Kohesifitas keluarga yang tinggi khususnya membantu saat keluarga pernah trauma , karena
anggota keluarga sangat memerlukan dukungan ( figley, 1989)
Fleksibilitas peran
Olson (1993) dan walsh (1998) telah menekan kan bahwa fleksibilitas peran adalah satu dari
dimensi utama adaptasi keluarga. Keluarga harus mampu beradaptasi terhadap perubahan
perkembangan dan lingkunagan .
Ketika keluarga berhasil mengatasi , keluarga mampu memelihara suatu keseimbangan dinamik
antara perubahan dan stabilitas. Fleksibilitas peran memungkin kan keseimbangan ini berlanjut.
Pada penelitian mengenai keberhasilan hubungan pasangan jangka panjang, fleksibilitas peran
sangat penting dalam membantu pasangan berkembang dan mengatasi banyak tantangan
dalam kehidupan keluara ( walsh, 1998).
b. Strategi kognitif
Normalisasi
Strategi koping fungsional keluarga lain nya adalah kecendrungan bagi keluarga untuk
menormalisasi sesuatu sebanyak mungkin saat mereka mengatasi stressor jangka panjang yang
cenderung mengganggu kehidupan keluarga dan aktifitas rumah tangga.
banyak penulis telah menggunakan istilah normalisasi untuk membuat konsep tentang
bagaimana keluarga mengelola disabilitas anggota ( faux, 1998; knafl,deatrick, dan kirby,2001)
Pembingkaian ulang adalah cara persepsi koping individu dan sering kali di pengaruhi oleh
keyakinan keluarga .
Cara kedua mengendalikan makna stressor adalah dengan penilaian pasif, kadang disebut
sebagai penerimaan pasif.
Pemecahan masalah bersama diantara anggota keluarga adalah strategi koping kognitif dan
komunikasi keluarga yang telat di teliti secara ekstensif melalui metode penelitian laboratorium
oleh kelompok meneliti keluarga dan dalam lingkungan alami.
c. Strategi komunikasi
Keterbukaan adalah komunikatf dalam ide dan perasaan. Pemecahan masalah kolaboratif, yang
di bahas sebagai strategi koping kognitif , juga merupakan strategi koping komunikasi , yang
memfasilitasi koping dan adaptasi keluarga.
Strategi ini memelihara jalinan komunitas yang aktif dan menggunakan sistem dukungan sosial
serta strategi spiritual .
a. Strategi komunitas : memelihara jalinan aktif dengan komunitas . kategori ini merujuk
pada upaya koping keluarga yang terus menerus, jangka panjang , dan umum, bukan upaya
seseorang menyesuaikan untuk mengurangi stressor khusus siapapun.
Defenisi konsep
Sumber dukungan sosial
c. Dukungan spiritual
Pada tanggal 29 Maret 2016 hingga 31 Maret 2016, salah satu staff Program Studi Ilmu
Keperawatan mengikuti Pelatihan Terapi Modalitas Dan Komplementer Dalam Keperawatan
Keluarga yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK), Universitas Indonesia (UI).
Pelatihan ini dirangkai dalam beberapa sesi per hari. Dari keseluruhan pelatihan ini, diberikan
pelatihan tentang konsep asuhan keperawatan keluarga oleh Ibu Henny Permatasari, S.Kp., M.
Kep., Sp.Kom. dan Ibu Dr. Astuti Yuni Nursasi, S.Kp., MN. Materi yang disampaikan yaitu
tentang beberapa pengetahuan keperawatan yang telah ter-update, sehingga para peserta
pelatihan dapat mengikuti perkembangan ilmu keperawatan yang terkadang tidak selalu secara
mudah diikuti oleh para dosen atau perawat keluarga diseluruh Indonesia yang disebabkan oleh
berbagai hal. Perkembangan ilmu keperawatan yang telah mengalami perubahan dalam
operasionalnya adalah cara pendokumentasian serta sistem pemilihan diagnosa keperawatan
dalam sebuah asuhan keperawatan yang menggunakan standart Friedmann bagi mahasiswa
keperawatan atau tingkat akademik, dan standart Depkes bagi perawat keluarga yang bekerja
di Puskemas atau institusi kesehatan yang lain. Standart ini, tentunya dengan menggunakan
tuntunan pendirian diagnosa serta pemilihan intervensi buku Asuhan Keperawatan Nanda (NOC
dan NIC). Selain perubahan dalam hal pendokumentasian, beberapa modifikasi intervensi yang
sekarang ini telah banyak dijalan juga diberikan dalam pelatihan ini. Intervensi tidak hanya
terpaku dari buku Nanda NOC/NIC saja, namun kini dunia keperawatan sedang banyak
mengembangkan terapi modalitas dan komplementer, serta konseling dan pendampingan yang
sangat tepat jika diberikan pada asuhan keperawatan keluarga. Materi yang sangat menarik ini
dibawakan oleh Ibu Dr. Etty Rekawati, S.Kp., MKM dan Ibu Widyastuti, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom
sebagai pakar-pakar terapi modalitas dan kompelemter FIK UI. Selain itu, pendampingan dan
konseling juga dapat menjadi bagian dalam intervensi keperawatan. Materi ini diberikan secara
berturut-turut oleh Ibu Dra. Junaiti Sahar, S.Kp.,M.App.Sc.,Ph.D sebagai pembiacara tentang
konseling, dan Bapak Ahmad Heru Saprudin, S.Kp.,S.Kep.,Sp.Kom sebagai pembicara tentang
pendampingan/choaching.