Anda di halaman 1dari 328

Daftar Isi

1 PengertianUmumKawasanStrategisdanRencanaTataRuangKawasanStrategis
2 Materi Muatan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
3 Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
4 Ketentuan Penyajian Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
BA
B
I
PENGERTIAN UMUM KAWASAN STRATEGIS DAN
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS

1. KawasanStrategisadalahbagiandariwilayahperencanaanyangpenataanruangnyadinilaiharus
dilakukan secara khusus, lebih dalam daripada yang diatur di dalam rencana umum tata ruang, karena :

1 Merupakan ikon wilayah yang memiliki nilai keunikan tertentu yang harus dipertahankan
dan ditonjolkan, atau
2 Memiliki nilai strategis tertentu yang harus didorong peranannya dalam pelaksanaan
pembangunan wilayah, atau
3 Memiliki nilai strategis tertentu yang harus dilindungi eksistensinya agar tidak mengganggu
keseimbangan wilayah secara keseluruhan, dan
4 Perencanaantataruangnyatidaksepenuhnyaterakomodasididalamrencanastrukturruang,
rencana pola ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang yang ada di dalam rencana umum tata
ruang.

2. Sesuaidenganjenjangperencanaantataruang,terdapatempatpemegangkewenanganKawasan
Strategis:
1 Pemerintah Pusat untuk Kawasan Strategis Nasional
2 Pemerintah Daerah Provinsi untuk Kawasan Strategis Provinsi
3 Pemerintah Daerah Kabupaten untuk Kawasan Strategis Kabupaten
4 Pemerintah Daerah Kota untuk Kawasan Strategis Kota

3. Sesuai dengan pasal 14 UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Rencana Tata Ruang
Kawasan Strategis hanya menginduk kepada RTRWnya. Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
adalahoperasionalisasiRTRW.TidakadakeharusanRTRKawasanStategisKabupaten/Kotauntuk merujuk
kepada RTR Kawasan Strategis Provinsi dan seterusnya. Hal yang benar adalah RTR Kawasan Strategis
Kabupaten/Kota harus memperhatikan RTR Kawasan Strategis Provinsi yang
berhimpitdengannya.Demikianpula antaraRTRKawasanStrategisProvinsidenganRTRKawasan Strategis
Nasional.

4. Tidak ada batasan luas fisik kawasan strategis. Luas kawasan strategis dapat berukuran hanya
tapak, satu desa, beberapa kecamatan, beberapa kabupaten atau bahkan beberapa provinsi,
tergantung pada bidang yang menjadi fokus pada kawasan strategis tersebut. Sebagai contoh:
1. KawasanMasjiddanKeratonBantenLamayangluasfisiknyakurangdariluassatudesaadalah
Kawasan Strategis Provinsi.
2. Kawasan Danau Toba yang meliputi 7 (tujuh) kabupaten adalah Kawasan Strategis
Nasional.
3. KawasanTamanNasionalKerinciSeblat(TKSN)yangmeliputi5(lima)provinsiadalahKawasan
Strategis Nasional.
5. 4. Tingkat kedalaman materi muatan RTR Kawasan Strategis sangat bergantung pada bidang yang
menjadi fokus, luasan fisik kawasan, dan siapa pemegang kewenangannya.
1. RTR Kawasan Strategis dengan bidang fokus bukan kawasan budidaya hanya akan berisi
arahan

araha
n
yan
g
berkaita
n
denga
n
pengendalia
n
pemanfaata
n
ruang
.
2. Kawasan Strategis Kabupaten/Kota dengan luas fisik sama atau lebih kecil dari satu kecamatan,
tingkat kedalaman RTRnya adalah setara dengan RDTR.
3. RTR Kawasan Strategis Nasional dan Provinsi pada dasarnya hanya berisikan arahanarahan
spesifik, terkait dengan tema atau fokus kawasan strategis yang bersangkutan, yang diamanahkan
untuk dirujuk oleh RTRW di bawahnya.
2. Pada prinsipnya RTR Kawasan Strategis tidak boleh mengatur halhal yang sudah menjadi
kewenangan RTRW pada jenjang di bawahnya.

3. Tingkat kedalaman RTR Kawasan Strategis Provinsi dan Nasional dapat dibuat hingga setara
dengan RDTR, pada kondisi :
1 Luas fisik kawasan strategis tersebut relatif kecil dan membentuk suatu enclave, dan dalam
kawasanstrategistersebuttidak terdapat penduduk ataujumlahpenduduknya sangat sedikit sekali,
sehingga turut campurnya pemerintahan yang lebih tinggi tidak akan mengganggu jalannya
pemerintahan daerah yang terkait, dan
2 Ada halhal spesifik di dalam kawasan strategis tersebut yang kemampuan pengelolaan dan
pengoperasiannya hanya dikuasai oleh pemerintah daerah provinsi atau pemerintah pusat.
3
4. Dalam hal hubungan antara RTR Kawasan Strategis dengan RTRW, secara prinsip hanya ada satu
pegangan, yaitu produk tata ruang yang lebih mikro harus merujuk kepada produk tata ruang yang
lebih makro, sebagai berikut ini :
4 RTRKawasanStrategisharussepenuhnyamerujukkepadaRTRWyangmenjadiinduknya.RTR
Kawasan Strategis Nasional mutlak harus merujuk kepada RTRW Nasional. RTR Kawasan
StrategisProvinsiharusmerujukkepadaRTRWProvinsinya.RTRKawasanStrategisKabupaten harus
merujuk kepada RTRW Kabupatennya. RTR Kawasan Strategis Kota harus merujuk kepada RTRW
Kotanya.
5 RTR Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang meliputi beberapa provinsi wajib untuk dijadikan
sebagai rujukan oleh RTRW semua provinsi yang terkait di dalam Kawasan Strategis Nasional
tersebut.
6 RTR Kawasan Strategis Nasional yang meliputi beberapa kabupaten/kota di dalam satu provinsi
wajibuntukdijadikansebagairujukanolehRTRWsemuakabupaten/kotayangterkait di dalam Kawasan
Strategis Nasional tersebut. Provinsi tidak perlu merujuk, melainkan harus mengakomodasikan
keberadaan Kawasan Strategis Nasional tersebut di dalam RTRWnya.
7 RTR Kawasan Strategis Nasional yang meliputi satu kawasan kecil di dalam wilayah
kabupaten/kota tidak perlu dirujuk, baik olehkabupaten/kota maupun olehprovinsi. Namun, baik
RTRW kabupaten maupun provinsi harus mengakomodasikan keberadaan Kawasan Strategis
Nasional tersebut di dalam RTRWnya.

RTR Kawasan Strategis Provinsi (KSP) dalam penyusunannya tidak perlu merujuk kepada RTR
KawasanStrategisNasionalyangberhimpitdengannya,melainkanharusmemperhatikanapayang
menjadi fokus perhatian Kawasan Strategis Nasional tersebut agar tidak terjadi tumpang tindih.
1. RTRKawasanStrategisProvinsiyangmeliputibeberapakabupaten/kotawajibuntukdijadikan sebagai
rujukan oleh RTRW Kabupaten/Kota yang terkait di dalam Kawasan Strategis Provinsi tersebut.

2. RTR Kawasan Strategis Provinsi yang meliputi satu kawasan kecil di dalam wilayah
kabupaten/kot
a
tida
k
perl
u
dirujuk
,
bai
k
ole
h
kabupaten/kota
.
Namun
,
bai
k
RTR
W
Kabupaten/Kot
a
haru
s
mengakomodasika
n
keberadaa
n
Kawasa
n
Strategi
s
Provins
i
tersebu
t
d
i
dala
m
RTRWnya
.
3. RTR Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) dalam penyusunannya tidak perlu merujuk kepada
RTR Kawasan Strategis Provinsi ataupun Kawasan Strategis Nasional yang berhimpit dengannya,
melainkan harus memperhatikan apa yang menjadi fokus perhatian Kawasan Strategis Provinsi
atau Kawasan Strategis Nasional tersebut agar tidak terjadi tumpang tindih.
RENCANA
UMUM
RENCANA
RINCI
KSN
yang
luasnya
meliputi
beberap
a
provinsi

KSN
KSP yang luasnya
lebih kecil dari
kabupaten/kota
yang
luasnya
lebih
kecil dari
kabupat
en/kota
BA
B
I
I
MATERI MUATAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS

1. Secara generik sesuai dengan Undangundang No. 26 Tahun 2007, materi muatan rencana tata
ruang meliputi 6 (enam) bagian, yaitu :
1 Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang,
2 Rencana Struktur Ruang,
3 Rencana Pola Ruang,
4 Penetapan Kawasan Strategis,
5 Arahan Pemanfaatan Ruang
6 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang.

Materi muatan RTR Kawasan Strategis berbedabeda bergantung pada tingkat kedalamannya.

2. Secara umum materi muatan rencana tata ruang kawasan strategis sepenuhnya harus
mengikuti prinsip dasar perencanaan tata ruang sebagai berikut ini.
Semakin tinggi jenjang perencanaan sifatnya akan semakin makro dan produk rencananya harus
bersifat konseptual. Materi muatan rencana lebih dititikberatkan pada aspek ekonomi yang disertai
dengan pertimbangan akan aspek sosialpolitik dan hankam. Semakin rendah jenjang perencanaan
sifatnya semakin mikro dan produk rencananya harus bersifat operasional. Materi muatan rencana
lebih dititikberatkan pada aspek fisik. Pada jenjang RTRW Kabupaten bobot pertimbangan aspek
fisik dan ekonomi hampir berimbang. Sedangkan pada RTRW Kota bobot pertimbangan utamanya
lebih pada aspek fisik dengan dukungan keilmuan urban design,
arsitektu
r da
n
sosial

budaya
. Pad
a jenjan
g RDT
R hampi
r seluru
h pertimbanganny
a hany
a didasarka
n aspe
k fisi
k da
n difokuska
n pad
a pengendalia
n pemanfaata
n ruang
.
Berdasarkan pada kurva di atas, tingkat kedalaman materi muatan RTR Kawasan Strategis adalah
sebagai berikut :
1 Kawasan Strategis yang luasannya meliputi beberapa provinsi, tingkat kedalaman materi
muatannya harus lebih makro dari pada materi muatan RTRW Provinsi, dan terfokus hanya pada
bidang yang menjadi tema pembentukan kawasan strategis tersebut.
2 Kawasan Strategis yang luasannya meliputi beberapa kabupaten/kota, tingkat kedalaman
materi muatannya harus lebih makro dibanding dengan materi muatan RTRW Kabupaten/ Kota,
namun lebih mikro dibanding dengan materi muatan RTRW Provinsi dan terfokus hanya pada
bidang yang menjadi tema pembentukan kawasan strategis tersebut.
3 Kawasan Strategis yang berda di dalam wilayah kabupaten atau kota, tingkat kedalaman
materi muatannya setara dengan RDTR.

Bila kurva di atas dikaitkan dengan sistematika materi muatan RTRW menurut UU No. 26 Tahun
2007, akan diperoleh grafik seperti di bawah ini.

Berdasarkan pada grafik di atas, materi muatan RTR Kawasan Strategis adalah sebagai berikut :
a. Kawasan Strategis yang luasannya meliputi beberapa provinsi, materi muatannya lebih
dititikberatkan pada Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang :
1 Tujuanpenataanruangkawasanstrategisharusterfokushanyapadabidangyangmenjadi
tema pembentukan kawasan strategis tersebut.
2 Kebijakan dan strategi penataan ruangnya harus mampu menjembatani berbagai
kebijakan pusat dan daerah yang berlaku di kawasan tersebut, terutama kebijakan yang terkait
dengan tema pembentukan kawasan strategis tersebut.
Materimuatanlainnyahanyaberisiarahanarahanyangdiamanahkanuntukditerapkandalam
penyusunan RTRW Provinsi terkait.
b
.
KawasanStrategisyangluasannyameliputibeberapakabupaten/kota,materimuatannyalebi
h
dititik

beratka
n
pad
a
Tujuan
,
Kebijaka
n
da
n
Strateg
i
Penataa
n
Ruan
g
:
Tujuanpenataanruangkawasanstrategisharusterfokushanyapadabidangyangmenjadi
tema pembentukan kawasan strategis tersebut. Bila ada bidang lain yang juga berperan di
kawasan strategis tersebut, jadikanlah sebagai constraint dalam mencapai tujuan tersebut,
bukan sebagai tujuan tambahan.
Untuk kawasan strategis nasional, kebijakan dan strategi penataan ruangnya harus
mampu menjembatani berbagai kebijakan pusat dan daerah yang berlaku di kawasan tersebut,
terutama kebijakan yang terkait dengan tema pembentukan kawasan strategis tersebut.
Untukkawasanstrategisprovinsi,kebijakandanstrategipenataanruangnyaharusmampu
menjembatani berbagai kebijakan provinsi dan kabupaten/kota yang berlaku di kawasan
tersebut, terutama kebijakan yang terkait dengan tema pembentukan kawasan strategis
tersebut.

Materimuatanlainnyahanyaberisiarahanarahanyangdiamanahkanuntukditerapkandalam
penyusunan RTRW kabupaten/kota terkait.
c. KawasanStrategisyangberdadidalamwilayahkabupatenataukota,materimuatannyasetara
dengan materi muatan RDTR.

3. RTRKawasanStrategisyangluasnyameliputibeberapaprovinsiataubeberapakabupaten, untuk
selanjutnyaakandisebutsebagaikawasanstrategismakro,materimuatannya dituangkandalam lima
bagian sebagai berikut :
1 Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang
2 Arahan Rencana Struktur Ruang
3 Arahan Rencana Pola Ruang
4 Arahan Pemanfaatan Ruang
5 ArahanPengendalianPemanfaatanRuangyangmeliputiArahanPeraturanZonasi,Ketentuan
InsentifDisinsentif dan Ketentuan Perizinan

Titik berat materi muatan terletak pada Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang. Arahan
perwujudan struktur ruang, Arahan Perwujudan pola ruang dan Arahan Peraturan Zonasi adalah
amanahyangdiberikankepadaRTRWdibawahnya.Arahanpemanfaatanruangberisikanindikasi
program yang akan dilaksanakan oleh pemegang otoritas kawasan strategis tersebut demi untuk
mewujudkan Tujuan Penataan Ruang. Demikian pula halnya dengan Arahan InsentifDisinsentif
danArahanPerizinanakanberisikanjenisinsentifdisinsentifsertaperizinanyangakanditerapkan oleh
pemegang otoritas kawasan strategis tersebut demi untuk mewujudkan Tujuan Penataan Ruang
Kawasan Strategis.

4. RTR Kawasan Strategis yang tingkat kedalamannya dengan RDTR, yang selanjutnya akan disebut
sebagai kawasan strategis mikro, merupakan rencana tata ruang pada tatanan operasional, materi
muatannya harus berisikan halhal yang bersifat rencana tindak, seperti berikut ini :
1 Rencana Struktur Ruang
2 Rencana Pola Ruang
3 Arahan Pemanfaatan Ruang
4 Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan ruang yang mencakup Peraturan Zonasi, Ketentuan
InsentifDisinsentif dan Ketentuan Perizinan
Tujuan
,
kebijaka
n
da
n
strateg
i
penataa
n
ruan
g
sert
a
araha
n
sanksi
,
sepenuhny
a
mengikut
i
ap
a
yan
g
suda
h
ditetapka
n
pad
a
RTR
W
yan
g
menjad
i
induknya
.
Arahan pemanfaatan ruang disini harus berisikan indikasi program yang akan dilaksanakan oleh
pemegang otoritas kawasan strategis yang bersangkutan, bukan dilimpahkan pada pemerintah
daerah dimana kawasan strategis tersebut berada. Materi muatan lainnya sama dengan materi
muatan RDTR pada umumnya.
BA
B
II
I
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG
KAWASAN STRATEGIS

PenyusunanRencanaTataRuangKawasanStrategisdalampanduaninilebih ditujukanuntukRencana Tata


Ruang Kawasan Strategis makro yang meliputi beberapa provinsi atau kabupaten. Penyusunan Rencana
Tata Ruang Kawasan Strategis mikro yang kedalamannya setara dengan RDTR sepenuhnya mengikuti
Pedoman Penyusunan RDTR.

1. Perumusan Tujuan Penataan Ruang Setiap kawasan strategis makro pada dasarnya sudah
memiliki tujuan penataan ruang bawaan, yang sesuai dengan tema pembentukan kawasan strategis
tersebut. Perumusan tujuan disini dimaksudkan untuk lebih mempertajam tujuan penataan ruang
bawaan agar lebih spesifik terhadap persoalan dan potensi yang ada di dalam kawasan strategis
tersebut.

Contohnya, Kawasan Danau Toba, Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat dan Taman Nasional
Tanjung Puting ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional untuk bidang lingkungan. Secara
implisit ketiga kawasan strategis nasional tersebut memiliki tujuan penataan ruang bawaan yang
sama, yaitu Menjaga dan melestarikan lingkungan.

Contohlain,KawasanBatamBintanKarimundanKawasanSabangPulauWeh,ditetapkansebagai
Kawasan Strategis Nasional bidang ekonomi. Secara implisit keduanya memiliki tujuan penataan
ruang bawaan yang sama, yaitu Mendorong pertumbuhan investasi guna mendukung fungsi
kawasan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi.

Tujuanpenataanruangkawasanstrategisdapatdiperkayadenganmemasukannilainilaisetempat tetapi
harus tetap fokus pada tema kawasan tersebut dan tidak menjadikan tujuan yang bersifat facet
atau multitema. Bila ada bidangbidang lain di kawasan strategis tersebut yang dianggap perlu
diketengahkan, maka bidang tersebut dapat dijadikan sebagaiconstraint yang harus diperhatikan
dalam mewujudkan tujuan penataan ruang. Tujuan penataan ruang kawasan strategis tidak
dibenarkan bersifat multitema oleh karena RTR kawasan strategis pada dasarnya merupakan
operasionalisasi rencana umum (UU No. 26 Tahun 2007 pasal 14). Tujuan penataan ruang yang
bersifat multitema tempatnya ada pada rencana umum, bukan pada rencana rinci.

Contoh:TemapembentukanKawasanStrategisNasionalDanauTobaadalahlingkungan,sehingga tujuan
penataan ruang bawaannya adalah Menjaga dan melestarikan lingkungan. Di kawasan Danau
Toba juga terdapat kegiatan pariwisata serta kegiatan perikanan air tawar dan pertanian
hortikultura yang menjadi sumber penghidupan masyarakat. Ketiga bidang ini tidak perlu
disertakan sebagai bagian dari tujuan penataan ruang, tetapi cukup dijadikan sebagai constraint
yangharusdiperhatikandidalammewujudkantujuanpenataanruang,menjagadanmelestarikan
lingkungan. Keberadaan constraint ini harus muncul di dalam kebijakan dan strategi penataan ruang
RTR Kawasan Strategis Danau Toba.
Bidan
g
pariwisat
a
dapa
t
digunaka
n
sebaga
i
tem
a
dala
m
penetapa
n
Kawasa
n
Strategi
s
Provins
i
Dana
u
Tob
a
yan
g
secar
a
fisi
k
berimpi
t
denga
n
Kawasa
n
Strategi
s
Nasiona
l
Dana
u
Toba
.
2. Perumusan Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Tata ruang pada dasarnya merupakan
perwujudan spasial dari berbagai kebijakan sektoral. Undangundang
No.26Tahun2007menyatakanbahwatataruangadalahwujudstrukturdanpola ruang. Struktur dan pola
ruang pada dasarnya merupakan wujud akhir tata ruang yang lahir sebagai akibat berbagai kebijakan
sektoral. Rencana struktur dan rencana pola ruang seharusnya mencerminkan kesepakatan berbagai
sektor di dalam membentuk ruang spasial yang menjadi wadah bagi kegiatan bersama.

Sehubungan dengan itu perumusan kebijakan dan strategi untuk mewujudkan Tujuan Penataan
Ruang harus dilihat dari atau melibatkan kebijakan berbagai sektor terkait yang berperan di
1
kawasan tersebut . Perumusan kebijakan dan strategi selanjutnya dilakukan secara bertahap,
sebagai berikut :

a. Inventarisasi Pada tahap ini dilakukan langkahlangkah


sebagai berikut:
Himpunsemuakebijakansektor(termasukjugakebijakanp
enataanruangyangsudahada) yang berlaku di kawasan
strategis.
Telaah secara satu per satu untuk melihat bagaimana
implikasinya terhadap ruang.
Perhitungkan halhal yang menjadi constraint di dalam
perwujudan penataan ruang.
Pisahkan antara kebijakan yang dapat menunjang
perwujudan
b. Perumusan tujuan penataan
kebijakan ruang,
dan strategi kebijakanhasil
Berdasarkan yangtelaahan
dapat di atas, dapat di rumuskan
menghambat, dan kebijakan mana yang
kebijakan dan strategi penataan ruang untuk tumpangtindih
dengan kebijakan lainnya.
mewujudkantujuanpenataanruangkawasanstrategis,dengankriteriasebagaiberikut:
Harus sejalan dengan kebijakan sektoral yang berlaku,
Harus dapat menjembatani atau mengklarifikasi kebijakan sektoral yang tumpangtindih,
Harus dapat mengakomodasi halhal yang menjadi constraint, dan
Sejauh mungkin harus dapat diwujudkan menjadi arahan spasial.

Untuk kawasan strategis makro yang luasannya meliputi lebih dari satu provinsi atau lebih dari satu
kabupaten/kota,muatanrencanatata ruangnyatidakbolehmengulangataumengambilhalhal yang
sudah menjadi kewenangan atau sudah diatur di dalam RTRW provinsi atau kabupaten/kota yang
berada di dalamnya. Sehubungan dengan itu kebijakan dan strategi
penataanruangselanjutnyadijabarkanmenjadiArahanRencanaStrukturRuang,ArahanRencana Pola
Ruang, Arahan Pemanfaatan Ruang, dan Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang.

1
Pembatasan kebijakan dan strategi penataan ruang hanya menjadi kebijakan dan strategi pembentuk
struktur ruang serta kebijakan dan strategi pembentuk pola ruang adalah tindakan yang sangat
keliru. Hal ini menjadikan seolaholah tata ruang adalah yang menentukan segalanya dan
mengabaikan berbagai kebijakan sektoral yang nyatanyata berlaku di kawasan tersebut.
3
.
Penyusuna
n
Araha
n
Rencan
a
Struktu
r
Ruan
g
Araha
n
rencan
a
struktu
r
ruan
g
adala
h
pandua
n
penyusuna
n
rencan
a
struktu
r
ruan
g
yan
g
haru
s
diikut
i
dala
m
penyusuna
n
RTR
W
provins
i
ata
u
kabupaten/kot
a
yan
g
tercaku
p
d
i
dala
m
kawasa
n
strategi
s
makro
.
Penyusuna
n
araha
n
rencan
a
struktu
r
ruan
g
diturunka
n
dar
i
strateg
i
penataa
n
ruangkawasanstrategisdenganpendekatandeduktif.Arahanrencanastrukturruangsekurangny
a
berisika
n
pandua
n
tentan
g
:
1 Jumlah jenjang pusat kegiatan atau pusat pelayanan yang harus dikembangkan,
2 Persyaratan penetapan suatu pusat kegiatan atau pusat pelayanan,
3 Kriteria penyebaran pusat kegiatan atau pusat pelayanan secara spasial, dan
4 Arahan kualitas dan kuantitas sistem prasarana yang menghubungkan pusatpusat kegiatan
atau pusat pelayanan.

4. Penyusunan Arahan Rencana Pola Ruang Arahan pola ruang adalah panduan penyusunan
rencana pola ruang yang harus diikuti dalam
penyusunanRTRWprovinsiataukabupaten/kotayangtercakupdidalamkawasanstrategismakro. Arahan
pola ruang sekurangnya berisikan panduan tentang :
1 Arahanjenisperuntukanruangspesifikapasajayangdiperkenankan,diperkenankanbersyarat
atau tidak diperkenankan,
2 Arahan pengelolaan pemanfaatan ruang, dan
3 Arahan khusus untuk mengatasi kemungkinan adanya konflik peruntukan ruang.

5. Penyusunan Arahan Pemanfaatan Ruang Arahan pemanfaatan ruang pada dasarnya berisikan
indikasi program utama yang akan dilaksanakan oleh pemegang otoritas kawasan strategis yang
bersangkutan. Indikasi program diturunkan dari arahan rencana struktur ruang dan arahan rencana
struktur ruang, dan penyusunannya dilakukan dengan berpegang pada PP No. 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Kewenangan Pemerintahan.

6. Penyusunan Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang


Arahanpengendalianpemanfaatanruangmerupakanupayauntukmenjaminterwujudnyatujuan penataan
ruang kawasan strategis. Secara garis besar, ada 3 (tiga) instrumen pengendalian pemanfaatan ruang
kawasan strategis yang harus diatur, yaitu :
1 Arahan peraturan zonasi Berisikan amanah tentang halhal yang fungsinya harus dilindungi
oleh ketentuan umum peraturan zonasi di dalam RTRW Kabupaten/Kota dan/atau peraturan zonasi
pada RDTR.
Arahanperaturanzonasidisusunmengikutiarahanrencanastrukturruangdanarahanrencana pola
ruang.
2 Ketentuan insentifdisinsentif Berisikan ketentuan insentifdisinsentif yang diterapkan oleh
pemegang otoritas kawasan strategis guna menjamin terwujudnya tujuan penataan ruang kawasan
strategis. Ketentuan insentifdisinsentif pada kawasan strategis tidak boleh bertentangan dengan
ketentuan insentifdisinsentifyangberlakupadakabupaten/kotayangberadadidalamkawasantersebut.
3 Ketentuan perizinan
Berisikanketentuantentangprosedur,persyaratan,dankelembagaanperizinanpemanfaatan ruang
tertentu yang terkait langsung dengan tema kawasan strategis dan terkait dengan kewenangan
pemegang otoritas kawasan strategis yang bersangkutan.
BA
B
I
V
KETENTUAN PENYAJIAN RENCANA TATA RUANG
KAWASAN STRATEGIS

Ketentuan Penyajian Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis dalam panduan ini lebih ditujukan untuk
Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis makro yang meliputi beberapa provinsi atau kabupaten.
KetentuanPenyajianRencanaTataRuangKawasanStrategismikroyangkedalamannyasetaradengan RDTR
sepenuhnya mengikuti Pedoman Penyusunan RDTR.

1. Ketentuan Penyajian Buku Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis


Secara keseluruhan, Rencana Tata ruang Kawasan Strategis disajikan dalam 6 (enam) bab sebagai
berikut:
1 Bab I Pendahuluan
2 Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang
3 Bab III Arahan Rencana Struktur Ruang
4 Bab IV Arahan Rencana Pola Ruang
5 Bab V Arahan Pemanfaatan Ruang
6 Bab VI Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Buku Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis disajikan pada kertas ukuran A4. Petapeta ilustrasi yang terdapat dalam buku ini juga
disajikan dalam ukuran A4, layout landscape dengan skala mengikuti ukuran kertas. Demikian pula
tabel maupun gambar lainnya.

2. Ketentuan Penyajian Buku Perda/Perpres RTR Kawasan Strategis


Samasepertihalnyabukurencana,Perda/PerpresKawasanStrategisdisajikanpadakertasukuran A4.
Dalam buku Perda/Perpres RTR Kawasan Strategis harus dilampirkan tabel indikasi program utama
yang juga disajikan dalam kertas ukuran A4.

3. Ketentuan Penyajian Peta RTR Kawasan Strategis


Secara garis besar, kawasan strategis terbagi atas 3 (tiga) kelompok: (1) Kawasan Strategis Mikro
dengan tingkat kedalaman RDTR; (2) Kawasan Strategis Makro yang meliputi beberapa
kabupaten/kota;dan(3)KawasanStrategisMakroyangmeliputibeberapaprovinsi.Sesuaidengan
ketentuan penyajian peta RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota dan RDTR, ketentuan penyajian peta
kawasan strategis adalah sebagai berikut:
1 Petapeta kawasan strategis mikro disajikan pada skala 1 : 5.000.
2 Petapeta kawasan strategis makro yang meliputi beberapa kabupaten disajikan pada peta
skala 1 : 100.000 atau lebih besar.
3 Petapeta kawasan strategis makro yang meliputi beberapa provinsi disajikan pada peta
skala
1 : 500.000 atau lebih besar.

Anda mungkin juga menyukai