Anda di halaman 1dari 19

AGROEKOSISTEM SAWAH

LAPORAN OBSERVASI
AGROEKOSISTEM SAWAH

Disusun Oleh :
Yakub Saroni 20120210104

FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2013
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ekosistem sawah merupakan ekosistem yang mencirikan ekosistem pertanian
sederhana dan monokultur berdasarkan atas komunitas tanaman dan pemilihan
vegetasinya. Selain itu ekosistem yang berada di sawah bukanlah ekosistem alami,
akan tetapi sudah berubah sehingga akan sangat rentan terjadi ledakan suatu populasi
di daerah tersebut.
Terdapat dua jenis ekosistem dilihat dari campur tangan manusia dalam
ekosistem itu yaitu ekosistem alami dan ekosistem binaan.
Ekosistem alami merupakan suatu bentuk ekosistem yang belum mendapat
campur tangan dari manusia sehingga struktur dan siklus yang terjadi berbeda dengan
ekosistem binaan. Misalnya saja, pada ekosistem binaan, manusia akan melakukan
pemuliaan terhadap tanaman yang dinilai produktivitasnya kurang. Meskipun
demikian, masih terdapat beberapa ciri dari ekosistem yang dapat ditemukan dikedua
jenis ekosistem seperti komponen ekosistem, aliran energi, materi dan informasi,
jaring-jaring makanan dan sebagainya. Ciri-ciri tersebut melahirkan sifat ekosistem
bersangkutan yang terdiri atas produktivitas (productivity), kebertahanan (stability),
kemerataan (equitability), dan keberlanjutan (sustainability). Ekosistem alami
mempunyai produktivitas rendah sampai sedang, stabilitas sedang sampai tinggi,
serta kemerataan dan keberlanjutan yang tinggi. Sedangkan, ekosistem binaan
(agroekosistem) mempunyai produktivitas rendah sampai tinggi, kebertahanan rendah
sampai sedang, kemerataan rendah sampai sedang, dan keberlanjutan rendah sampai
sedang.
Ekosistem binaan yang ada di sekitar kita sangatlah beragam seperti sawah,
ladang palawija, tegalan (lahan kering), perkarangan, sistem surjan, dan lahan
berpasir pantai. Salah satu ekosistem binaan yang kita ketahui dan kita kenal sejak
lama yakni ekosistem sawah. Sawah merupakan suatu bentuk lahan pertanian yang
secara fisik berpermukaan rata dan dibatasi oleh pematang. Mayoritas masyarakat
Indonesia menggunakan sawah untuk bercocok tanam padi.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Observasi
1. Keadaan umum
Lahan pertanian yang berupa sawah dapat dengan mudah ditemukan disekitar
kita. Salah satunya dapat kita temukan di Desa Mbangunjiwo, Bantul. Masyarakat di
sana mengandalkan sawahnya hanya untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari
dan tidak menjadikannya sebagai sumber pendapatan utama. Salah satu penyebabnya
dikarenakan luas sawah yang mereka miliki tidak terlalu luas dan juga hal ini telah
turun menurun diwariskan oleh generasi terdahulu.
Sawah yang ada di sana memiliki luasan 200 cm2, 300 cm2 dan 700 cm2.
Dalam jangka waktu satu tahun, sawah ditanami padi sebanyak dua kali dan satu kali
ditanami dengan tanaman palawija. Hal ini dilakukan petani untuk mengurangi hama
tikus yang menyerang sawah yang ada di sana. Selain tikus, hama yang sering
menyerang sawah adalah ulat kecil atau petani setempat menyebutnya dengan
sendek. Selama musim penghujan tentu saja sawah ditanami dengan padi namun
pada saat musim kemarau petani biasanya menanam palawija dan jagung. Padi yang
sering ditanam adalah padi jenis in pari 13, cehera dan padi 64. Dari beberapa jenis
padi yang ditanam tersebut jenis padi 64 yang menurut petani memberikan hasil yang
paling bagus dibanding jenis padi yang lain. Untuk mendapatkan hasil yang bagus,
maka petani memberikan pupuk. Pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk organik
maupun pupuk kimia. Namun menurut petani penggunaan pupuk kimia akan
memberikan hasil yang lebih maksimal bagi hasil panen nantinya dibanding dengan
menggunakan pupuk organik.
2. Interaksi Antar Komponen
a. Komponen Ekosistem
Ekosistem secara umum terdiri dari dua komponen dasar, yaitu komponen
biotik dan komponen abiotik, dimana kedua komponen tersebut saling berhubungan
dan berkaitan. Dalam ekosistem sawah ini tentu juga terdapat kedua komponen
tersebut. Berikut merupakan komponen-komponen biotik dan abiotik yang terdapat di
sana :
Komponen biotik
Komponen biotik merupakan komponen yang terdiri dari makhluk hidup yang
secara langsung maupun tidak langsung berhubungan atau berinteraksi dengan
komponen lainnya, baik dengan komponen biotik lain maupun dengan komponen
abiotik. Komponen biotik yang secara umum dapat kita temui pada agroekosistem
sawah yakni manusia, tanaman padi, tanaman palawija, tanaman jagung, Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT), burung dan masih banyak lagi. Sedang komponen-
komponen biotik yang ada dan ditemui pada agroekosistem sawah tersebut yaitu
tanaman produksi (padi, jagung,palawija), organisme pengganggu (kupu-kupu,
capung, tikus) dan manusia.Masing-masing dari komponen biotik yang ada di sana
pun akan memberikan pengaruh dan dampak bagi berjalannya siklus energi yang ada
dalam sawah.
Komponen abiotik
Komponen abiotik merupakan komponen yang berkebalikan dengan
komponen biotik. Komponen ini terdiri dari sesuatu yang tak hidup dan merupakan
bagian dari alam yang turut mempengaruhi berjalannya siklus energi yang ada di
sawah. Komponen abiotik yang berada di sawah yakni cahaya matahari, air, tanah,
dan udara. Masing-masing komponen tersebut sangat penting bagi keberlangsungan
siklus hidup yang ada di sawah.
b. Interaksi Antar Komponen
Ekologi merupakan aliran energi siklus nutrisi yang akan terus bergulir.
Maksudnya yaitu energi yang berasal dari matahari mengalir menuju tanaman, yang
berguna untuk pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tersebut nantinya akan
menghasilkan nutrisi yang disimpan dalam hasil produksi masing-masing
tanaman.Ekosistem merupakan keterkaitan atau interaksi antarkomponen dalam suatu
lingkungan tertentu begitu pula yang terjadi pada agroekosistem sawah.Komponen
biotik dan komponen abiotik saling berinteraksi pada lingkungan sawah baik interaksi
yang menguntungkan kedua belah pihak maupun interaksi yang hanya
menguntungkan salah satu pihak atau satu komponen saja.
Interaksi antar komponen biotik
Komponen biotik yang satu dengan komponen biotik yang lain saling
berhubungan atau saling berinteraksi membentuk suatu siklus energi yang kita temui
dan kita nikmati setiap harinya. Misalnya interaksi antara manusia dengan tanaman
padi. Interaksi yang terjadi tersebut merupakan sebuah bentuk interaksi yang saling
menguntungkan. Manusia membantu padi untuk meningkatkan jumlah produksinya
dengan memberi pupuk, melakukan pemberantasan OPT, mengolah lahan dengan
baik dan masih banyak lagi. Sedang sebagai timbal baliknya padi atau jenis tanaman
lain yang ditanam akan menghasilkan jumlah produksi yang sepadan dengan apa
yang telah diusahakan para petani sebelumnya. Selain manusia dengan tanaman
produksi seperti padi, terjadi pula interaksi antara tanaman produksi dengan OPT.
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) sesuai dengan namanya akan mengganggu
dan bersifat kompetitif terhadap tanaman produksi. OPT yang dapat kita temui dalam
agroekosistem sawah ini adalah tikus, ulat kecil, gulma seperti rumput liar. Setiap
OPT itu pun memiliki bentuk penanganan yang berbeda-beda untuk membasminya.
Penanganan OPT ini dilakukan oleh manusia agar tanaman produksi tidak terganggu
pertumbuhan dan perkembangannya.
Interaksi antar komponen abiotik
Komponen abiotik merupakan komponen dasar yang membentuk suatu
ekosistem, khususnya pada agroekosistem sawah yang menjadi tempat observasi.
Interaksi yang terjadi antar komponen biotik ini dapat kita lihat dari interaksi antara
tanah dengan air, tanah dengan sinar matahari, air dengan sinar matahari dan
beberapa bentuk interaksi lain. Interaksi antara tanah dengan air merupakan salah satu
bentuk kerjasama yang menguntungkan sebab tanah sangat membutuhkan air terlebih
lagi keadaan tanah sawah itu harus selalu tergenang air.
Interaksi antara komponen biotik dan abiotik
Interaksi antara komponen biotik dan abiotik di sawah dapat kita lihat dari
interaksi antara tanah dengan tanaman produksi. Tanah merupakan media tanam yang
penting di sawah sebab tanaman produksi seperti padi, palawija dan beberapa jenis
sayuran membutuhkan unsur hara yang terdapat di dalam tanah. Selain membutuhkan
tanah, tanaman produksi juga membutuhkan air agar siklus hidup atau metabolisme
yang ada di dalam tubuh tanaman tetap berjalan. Tanaman-tanaman tersebut juga
sangat membutuhkan sinar matahari dalam proses fotosintesis. Sebab tanpa sinar
matahari, tanaman tidak akan dapat berfotosintesis dan menghasilkan energi.
B. Siklus ekosistem sawah
a. Padi
Padi merupakan sumber energi utama dalam ekosistem sawah, sehingga
berperan sebagai produsen. Habitat dari padi adalah rawa (ladang berair). Relungnya
adalah di tanah yang berair atau lumpur.
b. Belalang
Belalang menduduki posisi konsumen tingkat satu pada ekosistem sawah
karena belalang memakan tanaman padi. Habitatnya adalah di sawah dan relungnya
adalah di tanaman padi dan rumput. Selain sebagai konsumen tingkat satu belalang
juga menjadi sumber energi bagi predatornya, misalnya katak. Olehkarena itu
belalang juga membantu dalam menjaga keseimbangan antarorganisme yang ada di
sawah sehingga tidak terjadi ledakan populasi.
c. Katak
Katak berperan sebagai konsumen sekunder atau konsumen tingkat kedua.
Habitatnya adalah di tempat yang lembab. Relungnya adalah di atas tanah,
rerumputan atau celah di pematang sawah atau tebing saluran air.
d. Ular
Ular merupakan konsumen tingkat 3 di sawah. Habitat dari ular adalah sawah
sedangkan relungnya adalah di dalam tanah. Bila masih banyak ular di sawah dan
ladang, kita tidak usah berburu tikus karena mereka akan bisa membunuh sekitar
10.000 ekor tikus setahun. Peran ular ini sangat membantu, karena dapat menekan
jumlah populasi tikus yang menyerang padi.
e. Gulama
Sama seperti tanaman padi, gulma juga berperan sebagai produsen. Habitat
dari gulma adalah ladang atau persawahan. Sedangkan relungnya adalah di tanah
yang berair atau lumpur. Keberadaan gulma dapat menurunkan produksi tanaman,
karena mereka mengganggu proses pertumbuhan tanaman padi dengan kompetisi.
f. Dekomposer
Dekomposer disebut juga perombak (pengurai), yaitu organisme yang
bertugas merombak sisa-sisa organisme lain untuk memperoleh makanannya. Habitat
dari organisme pengurai ini adalah sawah, sedangkan relungnya adalah di dalam
tanah.
g. Tanah
Meskipun tanah merupakan komponen abiotik, namun peranannya sangat
penting bagi ekosistem sawah karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan
menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar. Struktur tanah yang
berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernapas dan
tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme.
h. Air
Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan. Dalam
ekosistem sawah, air berperan dalam memberikan nutrisi terlarut dalam bentuk cairan
yang diserap oleh makhluk hidup. Semua komponen biotik yang ada di sawah tidak
akan dapat hidup tanpa mengkonsumsi air, karena sebagian besar penyusun tubuh
makhluk hidup adalah air. Oleh karenanya air memiliki fungsi yang sangat penting.
i. Cahaya Matahari
Cahaya matahari adalah sumber utama kehidupan. Tanpa adanya cahaya
matahari tanaman tidak dapat melakukan fotosintesis, sehingga rantai makanan akan
terputus karena konsumen tidak bisa mendapatkan sumber makanan utama.
C. Komponen Dasar Agroekologi Sawah
Dalam agroekologi, suatu sistem pertanian harus memiliki 4 komponen dasar
agroekologi agar nantinya sistem pertanian tersebut dapat dikatakan baik dan layak.
Keempat komponen dasar tersebut yakni produktivitas (productivity), kebertahanan
(stability), kemerataan (equitability), dan keberlanjutan (sustainability). Masing-
masing komponen memegang peran yang penting dan berbeda-beda untuk menilai
sistem pertanian yang diamati. Pada ekosistem sawah ini juga terdapat 4 komponen
dasar tersebut yang akan dianalisis sebagai berikut :
a. Productivity (Produktivitas)
Productivity (produktivitas) merupakan salah satu dari komponen dasar yang
berguna untuk mengukur kemampuan lahan untuk menghasilkan hasil per satuan luas.
Sawah memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibanding dengan ladang palawija
pada luasan yang sama. Tetapi terdapat pula pada suatu luasan lahan sawah yang
ditanami padi berdampingan dengan tanaman sayuran seperti kangkung. Hal ini
dikarenakan menurut petani dengan berdampingan seperti itu akan meningkatkan
produktivitas mereka. Tanaman sayuran akan cepat dipanen tidak seperti padi yang
membutuhkan waktu kurang lebih tiga bulan. Dengan siklus yang seperti itu, maka
petani dalam jangka waktu yang lebih pendek akan terus mendapatkan hasil dari
lahan sawah yang mereka miliki.
b. Stability (Kebertahanan)
Stability (kebertahanan) merupakan salah satu komponen dasar agroekologi
yang digunakan untuk memprediksi hasil dari suatu sistem pertanian yang nantinya
berguna untuk mengambil kebijakan-kebijakan yang sekiranya diperlukan.
Kestabilanproduksisawahditentukanoleh proses penanamandanperawatan yang
baiksertakondisilahan yang tidakselaluberubahsehinggakestabilanakanlebihterkendali.
Makadariituuntukmenjagakestabilanproduksipetanimelakukanmetodemenggantitana
mantiapduamusimsekalidanmenyesuaikantanaman yang ditanamdenganmusim yang
sedangterjadiuntukmencegahkemerosotanhasilproduksi.
c. Equitability (Kemerataan)
Equitability (kemerataan) merupakan komponen yang menunjukkan
distribusi antara produsen dengan konsumen. Maksudnya adalah bagaimana suatu
sistem pertanian dapat diterima oleh semua lapisan penggerak pertanian. Dalam
pembahasan mengenai sawah ini tentu kita tahu bahwa sistem ini merupakan salah
satu sistem pertanian andalan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia khususnya
bagi masyarakat Indonesia yang berada di Pulau Jawa.
Sawah tentu sudah menjadi satu bagian penting dari sekian banyak sistem
pertanian yang banyak dimiliki dan dikelola oleh masyarakat.Dari segi pemeliharaan
pun, sawah merupakan salah satu sistem pertanian yang pola pemeliharaannya telah
dipahami dan dikenal masyarakat sehingga mudah untuk menanganinya. Meskipun
mungkin akan lebih sulit dibanding dengan pekarangan. Apabila di pekarangan
biasanya masyarakat tidak melakukan banyak perawatan terhadap tanaman yang
mereka tanam meski beberapa pemilik pekarangan tetap melakukan perawatan
maksimal terhadap lahan pekarangannya.
d. Sustainability (Keberlanjutan)
Keberlanjutan disini merupakan kemampuan bertahan suatu agroekosistem
dalam jangka waktu yang panjang atau juga dapat dikatakan kemampuan suatu lahan
untuk bertahan dalam jangka waktu yang lama. Pada ekosistem sawah, keberlanjutan
sistem ini sekarang masih mungkin berlanjut mengingat kebutuhan pangan (beras)
yang cukup tinggi. Apabila sawah yang ada di Indonesia semakin lama semakin
tergerus dan menjadi pemukiman atau perumahan maka keberlanjutan sawah tentu
menjadi terancam. Tetapi apabila petani dan seluruh komponen masyarakat mau
menyadari betapa pentingnya keberadaan sawah mungkin tidak akan ada lagi
pengurangan luas lahan sawah yang ada saat ini dan mungkin lebih baik lagi terjadi
penambahan lahan dalam bentuk fisik yang lain.
Namun untuk hasil observasi sawah yang telah dilakukan kemarin, petani
mengatakan bahwa sawah yang mereka miliki akan tetap bertahan.Sebab menurut
penuturan mereka apabila sawah mereka dijual maka setelah itu mereka tidak akan
memiliki sumber pemenuhan kebutuhan secara berkala lagi. Namun untuk
mempertahankan produktivitas lahan sawah tersebut maka petani dibantu dengan
dinas terkait perlu melakukan berbagai tindakan atau langkah teknis agar lahan
tersebut tidak mengalami penurunan jumlah produksi. Misalnya saja dilakukan
peremajaan lahan agar tanah tidak jenuh. Selain itu juga dapat dilakukan pergiliran
tanaman, seperti pada musim hujan ditanami dengan padi dan pada musim kering
ditanami dengan tanaman palawija. Hal ini telah dilakukan petani di desa
Mbangunjiwo tersebut.
D. Perbandingandengan system lain
a. Sawahdenganladangpalawija
Produktivitassawahtidaksselalu di pengaruhiolehiklimsaja.
Karenateksturtanah yang
dominanlempungdapatmenunjangkeberlangsunganpertumbuhantanamansehinggaprod
uktivitasmudah di kendalikan. Sedangkanproduktivitas dari ladang palawija sangat
produktif pada saat musim penghujan. Curah hujan sangat berpengaruh terhadap hasil
pertanian. Suplai air tersedia selama masa pertumbuhan tanaman. Produksi dari
ladang palawija dapat di tentukan berdasarkan iklimnya.
b. Sawahdengantegalan
System tegalankebanyakanmenggantungkanpengairanhanyapada air hujan
yang dikarenakantanah yang di tinggikan.
Tetapisawahtidakhanyamengandalkanpadahujansaja,
dikarenakanlahansawahbiasanyadilengkapidenganirigasi air.
c. Sawahdengansurjan
System surjanmembutuhkanporisumuruntukmenampung / sebagaisumber air,
danbentuklahan yang tidak rata.
Sedangkansawahtidakmemerlukanporisumurkarenapengairansudahadapengirigasian,
sertakondisilahan yang merata/landai.
III. KESIMPULAN
Dari hasilobservasilahansawah yang di lakukan di daerahMbangunjiwo,
Bantul, sawah yang ada di sana memiliki luasan 200 m2, 300 m2 dan 700
m2danmemilikiekosistemsawah yang beragam.
Ekosistemsawah di pengaruhiolehduakomponen, yaitubiotikdanabiotik. Dari
keduakomponeninimasing-masingmempunyaiunsur-unsurdiantaranya:
a. Komponenbiotik
Komponen biotik yang secara umum dapat kita temui pada agroekosistem
sawah yakni manusia, tanaman padi, tanaman palawija, tanaman jagung, Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT), burung dan masih banyak lagi.
Sedang komponen-komponen biotik yang ada dan ditemui pada
agroekosistem sawah tersebut yaitu tanaman produksi (padi, jagung,palawija),
organisme pengganggu (kupu-kupu, capung, tikus) dan manusia.
b. Komponeabiotik
Komponen ini terdiri dari sesuatu yang tak hidup dan merupakan bagian dari
alam yang turut mempengaruhi berjalannya siklus energi yang ada di sawah.
Komponen abiotik yang berada di sawah yakni cahaya matahari, air, tanah, dan udara.
Dari semuakomponeniniselaluberinteraksi, baikbiotikdenganbiotik,
abiotikdenganabiotik, danbiotikdenganabiotik. Ada yang
salingmenguntungkandanadajuga yang merugikansalahsatupihak.
IV. DAFTAR PUSTAKA
Tohir, K.A. 1991. Usaha Tani Indonesia. Rineka Cipta. Jakarta
Prayitno, D. 1997. Karakterisasi Agroekosistem Zone. Departemen Pertanian.
Yogyakarta
Anonim. 2013. Sawah. http://id.wikipedia.org/wiki/Sawah . Diakses tanggal 8 Maret
2013
Anonim. 2013. Ekosistem. http://id.wikipedia.org/wiki/Ekosistem . Diakses tanggal 8
Maret 2013
Amril, R. 2012. Ekosistem Sawah.
http://reizkyamril.blogspot.com/2012/10/ekosistem-sawah.html. Diakses tanggal 8
Maret 2013
Lopes, Y. F. 2011. Analisis Agroekosistem Padi Sawah.
http://aranthasclub1.blogspot.com/2011/03/analisis-agro-ekosistem-padi-sawah.html.
Diakses tanggal 8 Maret 2013

http://yakubsaroni.blogspot.co.id/2013/04/agroekosistem-sawah.html
I. PENDAHULUAN

Ekosistem sawah merupakan ekosistem yang mencirikan ekosistem pertanian


sederhana dan monokultur berdasarkan atas komunitas tanaman dan pemilihan
vegetasinya. ekosistem yang berada di sawah bukanlah ekosistem alami, tetapi sudah
berubah sehingga rentan terjadi ledakan populasi di daerah tersebut.
Terdapat dua jenis ekosistem dilihat dari campur tangan manusia dalam
ekosistem itu yaitu ekosistem alami dan ekosistem binaan.
Ekosistem alami merupakan suatu bentuk ekosistem yang belum mendapat
campur tangan dari manusia. masih terdapat beberapa ciri dari ekosistem yang dapat
ditemukan dikedua jenis ekosistem seperti komponen ekosistem, aliran energi, materi
dan informasi, jaring-jaring makanan dan sebagainya. Ciri-ciri tersebut melahirkan
sifat ekosistem bersangkutan yang terdiri atas produktivitas (productivity),
kebertahanan (stability), kemerataan (equitability), dan keberlanjutan (sustainability).
Ekosistem yang ada di sekitar kita sangatlah bergam, mulai dari sawah, kebun
palawija, pekarangan
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Observasi
1. Keadaan umum
Lahan pertanian yang berupa sawah dapat dengan mudah ditemukan disekitar kita.
Salah satunya dapat kita temukan di Desa Mbangunjiwo, Bantul. Masyarakat di sana
mengandalkan sawahnya hanya untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari dan
tidak menjadikannya sebagai sumber pendapatan utama. Salah satu penyebabnya
dikarenakan luas sawah yang mereka miliki tidak terlalu luas dan juga hal ini telah
turun menurun diwariskan oleh generasi terdahulu.
Petani disana lebih senang menggunakan pupuk kimia disbanding pupuk organic,
karena dianggap lebih memberikan hasil yang maksimal
2. Interaksi Antar Komponen
a. Komponen Ekosistem
Ekosistem terdiri dari u komponen biotik dan komponen abiotik, dimana
kedua komponen tersebut saling berhubungan dan berkaitan. Dalam ekosistem sawah
ini tentu juga terdapat kedua komponen tersebut. Berikut merupakan komponen-
komponen biotik dan abiotik yang terdapat di sana :
a. Komponen biotik
Komponen biotik yang secara umum dapat kita temui pada agroekosistem sawah
yakni manusia, tanaman padi, tanaman palawija, tanaman jagung, Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT)
b. Komponen abiotic
Komponen abiotik yang berada di sawah yakni cahaya matahari, air, tanah,
dan udara. Masing-masing memiliki perannya
B. siklus ekosistem sawah
a. Padi
padi merupakan sumber energy sawh dalam ekosistem pertanian, maka
ia menjadi golongan produsen
b. Belalang
belalang menduduki posisi ekosistem satu pada ekosistem sawah,
maka ia masuk pada golongan pertama karena mengkonsumsi padi
c. Katak
Katak berperan sebagai konsumen sekunder atau konsumen tingkat
kedua.karena katak mengkonsumksi belalang Habitatnya adalah di tempat yang
lembab.
d. Ular
Ular merupakan konsumen tingkat 3 di sawah. Habitat dari ular adalah sawah
sedangkan relungnya adalah di dalam tanah. Ular dapat menekan populasi tikus di
sawah sekitar 10.000 ekor tikus setahun. Peran ular ini sangat membantu, karena
dapat menekan jumlah populasi tikus yang menyerang padi.
e. Gulama
gulma berperan sebagai produsen. Habitat dari gulma adalah ladang atau
persawahan. Keberadaan gulma dapat menurunkan produksi tanaman, karena mereka
mengganggu proses pertumbuhan tanaman padi dengan kompetisi.
f. Dekomposer
Dekomposer disebut juga perombak (pengurai), yaitu organisme yang
bertugas merombak sisa-sisa organisme lain untuk memperoleh makanannya.
g. Tanah
tanah memiliki peranan yang penting bagi ekosistem sawah karena tanah
mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai
penopang akar.
h. Air
Dalam ekosistem sawah, air berperan dalam memberikan nutrisi terlarut
dalam bentuk cairan yang diserap oleh makhluk hidup. Semua komponen biotik yang
ada di sawah tidak akan dapat hidup tanpa mengkonsumsi air
i. Cahaya Matahari
Cahaya matahari adalah sumber utama kehidupan. Tanpa adanya cahaya
matahari tanaman tidak dapat melakukan fotosintesis, sehingga rantai makanan akan
terputus karena konsumen tidak bisa mendapatkan sumber makanan utama.
C. Komponen Dasar Agroekologi Sawah
Dalam agroekologi, suatu sistem pertanian harus memiliki 4 komponen dasar
agroekologi agar nantinya sistem pertanian tersebut dapat dikatakan baik dan layak.
Keempat komponen dasar tersebut yakni produktivitas (productivity), kebertahanan
(stability), kemerataan (equitability), dan keberlanjutan (sustainability).
a. produktivitas
Productivity (produktivitas) merupakan salah satu dari komponen dasar yang berguna
untuk mengukur kemampuan lahan untuk menghasilkan hasil per satuan luas. Sawah
menghasilkan produk yang lebih banyak disbanding palawija di bagian lahan yang
sama besar, namun beberapa petani menyukai menanam padi dengan diiringi tanaman
sayuran, karena dapat lebih sering berproduktivitas
b. stability
stability merupakan salah satu komponen dasar agroekologi yang digunakan
untuk memprediksi hasil dari suatu sistem pertanian yang nantinya berguna untuk
mengambil kebijakan-kebijakan yang sekiranya diperlukan. Proses penanaman di
sawah tentang waktu penanaman dan proses perawatan sangat menentukan kualitas
produk yang dihasilkan
c. equality
Equitability (kemerataan) merupakan komponen yang menunjukkan distribusi antara
produsen dengan konsumen. Maksudnya adalah bagaimana suatu sistem pertanian
dapat diterima oleh semua lapisan penggerak pertanian
d. sustanibility
Keberlanjutan disini merupakan kemampuan bertahan suatu agroekosistem
dalam jangka waktu yang panjang atau juga dapat dikatakan kemampuan
suatu lahan untuk bertahan dalam jangka waktu yang lama. Pada ekosistem
sawah, keberlanjutan sistem ini sekarang masih mungkin berlanjut mengingat
kebutuhan pangan (beras) yang cukup tinggi. Namun jika tergerus lahan
pertanian yang ada, maka akan menyebabkan krisis pangan yang terjadi di
Indonesia. Dibutuhkan kerjasama antar dinas terkait dan petani untuk
melakukan beberapa kebijakan seperti melakukan peremajaan lahan, seperti
mengganti hasil produk yang akan ditanam

D. perbandingan dengan system lain


a. sawah dengan palawija
produktivitas sawah tidak selalu dipengaruhi ilkim saja, sementara produktivitas
palawija sangat produktif ketika musim penghujan. Curah hujan sangat menentukan
produktivitas sawah
b.sawah pada tegalan
tegalan sangat dipengaruhi oleh musim penghujan, karena tingkat tanahnya
yang ditinggikan, sementara sawah tidak hanya dipengaruhi oleh hujan saja
c. sawah dengan surjan
surjan membutuhkan sumur untuk menampung air pada musim penghujan dan
dikarenakan tanah yang tidak rata, sementara sawah tidak membutuhkkannya
karena tanah yang landau dan sudah ada system irigasi
III. KESIMPULAN

Berdasarkan laporan diatas dapat disimpulkan bahwa agroeksositem biotik dan


abiotic sangat mempengaruhi ekosistem sawah.

a. Komponenbiotik
Komponen biotik yang secara umum dapat kita temui pada agroekosistem
sawah yakni manusia, tanaman padi, tanaman palawija, tanaman jagung, Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT), burung dan masih banyak lagi.

b. Komponeabiotik
Komponen ini terdiri dari sesuatu yang tak hidup dan merupakan bagian dari
alam yang turut mempengaruhi berjalannya siklus energi yang ada di sawah.
Komponen abiotik yang berada di sawah yakni cahaya matahari, air, tanah, dan udara
IV. DAFTAR PUSTAKA
Saroni, yakub.2013. AGROEKOSISTEM SAWAH. Yogyakarta
http://yakubsaroni.blogspot.co.id/2013/04/agroekosistem-sawah.html diakses pada hari
rabu, 12 oktober 2016

Anda mungkin juga menyukai