Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1. Kebijakan Akuntansi
Aset tetap dicatat berdasarkan harga perolehan,. Penyusutan aset tetap menggunakan
metode garis lurus tanpa nilai residu, dengan taksiran umur ekonomis sebagai berikut:
2. Kami telah melakukan pemeriksaan fisik atas aset tetap bersama dengan staf bagian
umum. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik ditemukan bahwa aset tetap belum
diberikan kode aset tetap.
3. Kami telah melakukan pemeriksaan terhadap beban penyusutan aset tetap.
4. Berdasarkan laporan keuangan yang telah kami audit, terdapat beberapa hal yang
perlu kami koreksi terkait dengan jurnal aset tetap yang telah dibuat oleh
perusahaan klien. Diantaranya sebagai berikut:
a. Pembelian filling cabinet, koreksi yang kami berikan:
Dr. Peralatan Kantor (filling cabinet) Rp. 1.000.000
Cr. Laba Ditahan Rp. 1.000.000
b. Pertukaran Aset, koreksi yang kami berikan adalah:
Dr. Peralatan kantor baru Rp. 25.000.000
Akumulasi Penyusutan Rp. 6.750.000
Rugi Pertukaran Rp. 1.354.000
Cr. Peralatan Lama Rp. 15.000.000
Bank Bini Rp. 18.104.000
c. Pembelian mesin photo copy yang belum dicatat:
Dr. Peralatan Kantor Rp. 10.000.000
Cr. Bank Bini Rp. 10.000.000
Dr. Laba ditahan Rp. 166.667
Cr. Akumulasi Penyusutan Rp. 166.667
d. Reparasi kendaraan yang menambah nilai tambah :
Dr. Kendaraan Rp. 12.500.000
Cr. Laba Ditahan Rp. 12.500.000
5. Berdasarkan pengamatan kami sebagai auditor, terkait dengan akun sewa guna
usaha, perusahaan telah melakukan kekeliruan dalam melakukan penjurnalan. Oleh
karena itu, jurnal koreksi yang kami berikan adalah:
a. Sewa guna Usaha
Dr. Truk Fuso Rp. 74.700.000
Cr. Kas Rp. 14.940.000
Hutang Rp. 59.760.000
Dr. Laba ditahan Rp. 22.410.000
Cr. Hutang Bunga Rp. 22.410.000
(mencatat beban bunga yang belum dicatat)
b. Pencicilan pokok sewa dan beban bunga
30/10 Dr. Hutang Bunga Rp. 622.500
Hutang Pinjaman Rp. 1.660.000
Cr. Kas Rp. 2.282.500
30/11 Dr. Hutang Bunga Rp. 622.500
Hutang Pinjaman Rp. 1.660.000
Cr. Kas Rp. 2.282.500
30/12 Dr. Hutang Bunga Rp. 622.500
Hutang Pinjaman Rp. 1.660.000
Cr. Kas Rp. 2.282.500
Kesimpulan Pemeriksaan:
Menurut pendapat kami, saldo aset tetap telah disajikan secara wajar dan sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku umum.
Dalam hal ini biasanya auditor menggunakan Internal Control Questionnaires (ICQ),
beberapa ciri internal control yang baik atas aset tetap adalah :
Jika ada aset tetap yang ingin dibeli tetapi belum tercantum dianggaran maka aset tetap
tersebut tidak boleh dibeli dahulu.
1. Setiap penambahan dan penarikan aset tetap terlebih dahulu harus diotorisasi oleh
pejabat berwenang.
2. Adanya kebijakan tertulis dari manajemen mengenai capitalization dan depreciation
policy.
3. Diadakannya kartu aset tetap atau sub buku besar aset tetap yang mencantumkan
tanggal pembelian, nama supplier, harga perolehan, metode dan persentase
penyusutan, jumlah penyusutan, akumulasi penyusutan dan nilai buku aset tetap.
4. Setiap aset tetap diberi nomor kode.
5. Minimal setahun sekali dilakukan inventarisasi (Pemeriksaan fisik aset tetap), untuk
mengetahui keberadaannya dan kondisi dari aset tetap.
6. Bukti-bukti pemilikan aset tetap disimpan ditempat yang aman.
7. Aset tetap diasuransikan dengan jumlah Insurance Coverage (nilai pertanggungan)
yang cukup.
8. Minta kepada Klien Top Schedule serta Supporting Shedule aset tetap, yang berisikan
: Saldo awal, penambahan serta pengurangan-pengurangannya dan saldo akhir, baik
untuk harga perolehan maupun akumulasi penyusutannya.
9. Periksa footing dan cross footingnya dan cocokkan totalnya dengan General Ledger
atau Sub-Ledger, saldo awal dengan Working Paper tahun lalu.
10. Vouched penambahan serta pengurangan aset tetap.
untuk penambahan aset tetap, selain diperhatikan otorisasi dan kelengkapan supporting
document, harus dilihat apakah penambahan tersebut sudah tercantum di anggaran.
5. Periksa fisik dari aset tetap dan perhatikan kondisinya apakah masih dalam keadaan
baik atau sudah rusak.
mengenai pemeriksaan fisik aset tetap secara basis test ada 2 pendapat ;
1. Yang dites hanya penambahan dalam tahun berjalan yang jumlahnya besar.
2. Diutamakan penambahan yang baru serta beberapa aset tetap yang lama.
pada pendapat yang pertama memang akan lebih cepat pelaksanaannya, tetapi ada kelemahan
yaitu bila ada aset tetap yang sudah lama dibeli atau tidak dapat dipakai lagi, maka dengan
cara pertama tidak diketahui.
6. Pemeriksaan bukti pemilikan aset tetap
contoh dalam hal ini harus dicocokkan nomor mesin, chasis, dan nomor polisi kendaraan
yang tercantum di BPKB dan STNK dengan yang terdapat di kendaraan. Perhatikan juga
apakah surat-surat tanah, gedung, kendaraan atas nama perusahaan.
Tentang Policy dari penyusutannya ada beberapa kemungkinan, apakah penyusutan tersebut
dimulai :
harus diperhatikan kemungkinan Klien untuk memperkecil laba dengan mencatat Capital
Expenditure sebagai Revenue Expenditure.
9. Periksa kecukupan Insurance Coverage, dalam artian jangan sampai terlalu keci atau
terlalu besar. Jika terlalu kecil ada bahaya bahwa jika terjadi kebakaran, ganti rugi
perusahaan asuransi tidak mencukupi untuk membeli aset tetap(misalkan gedung atau
mesin) yang baru sehingga mengganggu kegiatan operasi perusahaan. tentang
penilaian cukup tidaknya Insurance Coverage tersebut adalah atas dasar jumlah yang
mendekati harga pasar.
10. Tes perhitungan penyusutan dan alokasi biaya penyusutan aset tetap.
Penyusutan ini biasanya dari aset tetap yang dapat disusutkan, seperti gedung kantor dan
sebagainya, sebab ada juga Fixed Assets yang tidak dapat disusutkan seperti Tanah hak milik.
Tetapi bila tanah tersebut digunakan untuk bahan baku pembuatan batu bata atau genteng,
maka dapat disusutkan biasa istilahnya tuh deplesi.
Apabila tanah tersebut merupakan tanah dengan hak guna bangunan, maka tanah tersebut
tidak dapat disusutkan. Auditor harus memeriksa akurasi dari perhitungan penyusutan yang
dibuat klien, dan ketetapan alokasi biaya penyusutan sebagai bagian dari biaya produksi tidak
langsung, biaya umum dan administrasi serta biaya penjualan.
11. Periksa notulen rapat, perjanjian kredit, jawaban konfirmasi dari bank, untuk
memeriksa apakah ada aset yang dijadikan jaminan atau tidak.
12. Periksa apakah ada Commitment yang dibuat oleh perusahaan untuk membeli atau
menjual aset tetap.
13. Untuk Contruction In Progress, kita periksa penambahannya dan apakah ada
Construction In Progress yang harus ditransfer ke aset tetap.
14. Jika ada aset yang diperoleh melalui leasing, periksa lease agreement dan periksa
apakah Accounting treatment-nya sudah sesuai dengan standar akuntansi leasing.
15. Periksa apakah ada aset tetap yang dijaminkan.
Jika aset tetap dijaminkan berarti bukti pemilikan diserahkan (disimpan) di bank, sehingga
auditor harus memeriksa tanda terima penyerahan bukti-bukti kepemilikan. selain itu jika ada
aset tetap yang dijaminkan harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
16. Periksa penyajian aset tetap dalam laporan keuangan apakah sudah sesuai dengan
SAK/ETAP/IFRS, baik di Posisi Keuangan,(cost and accumulated depreciation), di
laba rugi (biaya penyusutan), dicatatan atas laporan keuangan (kebijakan kapitalisasi
dan penyusutan,rincian garis besar aset tetap) maupun di lampiran (rincian aset tetap).
yang disebutkan tadi tuh berlaku buat repeat engagements (penugasan berulang)
makanya dititikberatkan pada pemeriksaan transaksi tahun berjalan (periode yang
diperiksa).
Untuk First Audit (audit pertama kali) bisa dibedakan sebagai berikut :
Jika tahun sebelumnya perusahaan sudah diaudit oleh kantor akuntan lain, saldo awal saldo
aset tetap bisa dicocokkan dengan laporan akuntan terdahulu dan kertas kerja pemeriksaan
akuntan tersebut.
Jika tahun-tahun sebelumnya perusahaan belum pernah diaudit, akuntan publik harus
memeriksa mutasi penambahan dan pengurangan aset tetap sejak awal berdirinya perusahaan,
untuk mengetahui apakah pencatatan yang dilakukan perusahaan untuk penambahan dan
pengurangan aset tetap, serta metode dan perhitungan penyusutan aset tetap dilakukan sesuai
dengan standar akuntansi di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS). Tentu saja pemeriksaan mutasi
tahun-tahun sebelumnya dilakukan secara test basis dengan mengutamakan jumlah material.