Anda di halaman 1dari 53

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

1. Pengertian

Kehamilan merupakan sesuatu yang fisiologi yang hampir selalu

terjadi pada setiap wanita. Kehamilan terjadi setelah bertemunya sperma

dan ovum, tumbuh dan berkembang di dalam uterus selama 259 hari atau

37 minggu atau sampai 42 minggu (Nurgoho dan Utama, 2014).

Periode antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung sejak

hari pertama haid terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati,

yang menandai awal periode antepartum (Varney, 2008).

2. Tanda dan gejala kehamilan

Tanda dan gejala kehamilan menurut Winkjosastro (2009) dibagi menjadi

3 bagian, yaitu:

a. Tanda tidak pasti kehamilan

1) Amenorrhea (tidak dapat haid)

2) Mual dan muntah.

3) Mamae menjadi tegang dan membesar

4) Sering BAK

5) Konstipasi dan obstipasi

6) Pigmentasi (perubahan warna kulit)

5
b. Tanda kemungkinan kehamilan

1) Perut membesar

2) Uterus membesar

3) Tanda Hegar

4) Tanda Chadwick

5) Tanda Piscaseck

6) Tanda Braxton Hicks

7) Teraba Ballotement

8) Reaksi kehamilan positif

c. Tanda pasti kehamilan

1) Gerakan janin yang dapat dilihat, dirasa atau diraba, juga bagian-

bagian janin.

2) Denyut jantung janin

a) Didengar dengan stetoskop-monoaural Laennec

b) Dicatat dan didengar dengan alat Doppler

c) Dicatat dengan feto-elektro kardiogram

d) Dilihat pada ultrasonograf

d. Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen

3. Perubahan Fisiologis pada Kehamilan

Kehamilan menyebabkan perubahan fisik dan psikologis dari ibu, serta

perubahan sosial di dalam keluarga dalam menyambut anggota keluarga

baru.

6
a. Perubahan pada ibu hamil

1) Trimester pertama

Tanda-tanda fisik yang kadang dapat terjadi pada ibu adalah

perdarahan sedikit (spotting) sekitar 11 hari setelah konsepsi, yakni

pada saat embrio melekat pada lapisan uterus. Selain itu, perubahan

fisik pada ibu hamil adalah nyeri dan pembesaran payudara, kadang

diikuti dengan rasa lelah dan sering kencing. Gejala ini akan dialami

sampai 3 bulan berikutnya. Morning sickness (sakit di pagi hari)

berupa mual dan muntah biasanya dimulai sekitar 8 minggu dan

mungkin berakhir sampai 12 minggu kehamilan. Setelah 12 minggu,

pertumbuhan janin di dalam uterus dapat dirasakan oleh ibu di atas

simpisis pubis. Ibu akan mengalami kenaikan berat badan sekitar 1-2

kg selama kehamilan trimester pertama(Depkes,2007)

2) Trimester kedua

Uterus akan terus membesar. Setelah 16 minggu, uterus

biasanya berada pada pertengahan antara simpisis pubis dengan

pusat. Berat badan ibu bertambah sekitar 0,4-0,5 kg/minggu dan ibu

akan mempunyai banyak energi. Pada saat 20 minggu kehamilan,

fundus uteri berada dekat dengan pusat (2-3 jari bawah pusat).

Payudara mulai mengeluarkan kolostrum. Ibu mulai merasakan

gerakan janin. Tampak perubahan kulit yang normal, berupa

chloasma, linea nigra, dan striae gravidarum (Depkes,2007).

7
3) Trimester ketiga

Pembesaran uterus semakin bertambah. Pada minggu ke 28,

fundus uteri berada pada 3 jari di atas pusat yaitu antara pusat dan

processus xyphoideus (px). Pada minggu ke 32, fundus uteri berada

pada pertengahan pusat dan processus xyphoideus (px). Payudara

terasa penuh dan lunak, serta sering kencing. Sekitar minggu ke 38,

janin mulai masuk kedalam rongga panggul. Sakit punggung dan

sering kencing meningkat akibat tekanan uterus terhadap kandung

kencing. Tidur mungkin menjadi sulit. Terasa kontraksi braxton

hicks (his palsu) yang meningkat (Depkes,2007)

b. Perubahan pada janin

Umur janin yang sebenarnya yaitu dihitung pada saat terjadi

fertilisasi dan selalu berdekatan dengan ovulasi, atau sekurang-

kurangnya dari saat ovulasi.

1) Trimester pertama

Sesuai dengan tingkat pertumbuhan janin, yaitu dari 0-2

minggu setelah fertilisasi disebut ovum, 3-5 minggu setelah fertilisasi

disebut embrio. Pada masa ini, pembentukan alat-alat badan dalam

bentuk dasar sudah terjadi. Dari gumpalan sel yang kecil, embrio

berkembang dengan pesat. Setelah 5 minggu disebut fetus (janin)

yang sudah mempunyai bentuk manusia.

Pada akhir minggu ke-12, panjang janin berukuran 7-9 cm,

mulai terbentuk kuku, dan jenis kelamin sudah dapat ditentukan.

8
Janin sudah bergerak sangat halus, tetapi belum dapat dirasakan oleh

ibu. Ginjal sudah membentuk sedikit air kencing.

2) Trimester kedua

Pada akhir minggu ke-16, panjang janin berukuran 10-17 cm

dan beratnya 100 gram. Alat kelamin luar sudah dapat ditentukan

jenisnya. Kulit mulai ditumbuhi rambut halus (lanugo), dan mungkin

gerakan ja nin sudah dapat dirasakan oleh ibu.

Pada akhir minggu ke-20, panjang janin berukuran 18-27 cm

dan beratnya sekitar 300 gram. Bunyi jantung janin sudah dapat

didengar. Pada akhir minggu ke-24, panjnagnya berukuran 28-34 cm

dan berat janin 600 gram. Mekonium terdapat di dalam usus, dan

verniks mulai muncul pada kulit janin. Janin mempunyai periode

tidur dan beraktifitas, merespon pada suara dan bernafas

(Depkes,2007)

3) Trimester ketiga

Pada akhir minggu ke-32, berat janin 1700-1800 gram dengan

panjang 40-43 cm, permukaan kulit merah dan keriput seperti orang

tua. Pada janin laki-laki, testis sudah turun kedalam skrotum. Pada

akhir minggu ke-36-40, apabila ibu mendapatkan gizi yang cukup

kebanyakan berat badan janin antara 3000-3500 gram dengan

panjang 46-50 cm (Depkes RI, 2007).

9
4. Tanda Bahaya Kehamilan

a. Perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua.

b. Bengkak di kaki, tangan, atau wajah disertai sakit kepala dan atau

kejang.

c. Demam atau panas tinggi.

d. Air ketuban keluar sebelum waktunya.

e. Bayi di kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak.

f. Muntah terus.

g. Tidak mau makan (Depkes RI, 2009).

5. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan

a. Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika

haidnya terlambat satu bulan.

b. Periksa ulang 1 x sebulan sampai kehamilan 7 bulan.

c. Periksa ulang 2 x sebulan sampai kehamilan 9 bulan.

d. Periksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan.

e. Periksa khusus bila ada keluhan (Saleha, 2009).

6. Asuhan Kehamilan

Asuhan kehamilan adalah upaya preventif program pelayanan

kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal

melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan (Depkes

RI, 2009).

10
Tujuan Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan

a. Memantau kemajuan kehamilan, memastikan kesejahteraan ibu dan

tumbuh kembang janin.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, serta

sosial ibu dan bayi.

c. Menemukan secara dini adanya masalah atau gangguan dan

kemungkinan komplikasi yang terjadi selama masa kehamilan.

d. Mempersiapkan kehamilan dan persalinan dengan selamat, baik ibu

maupun bayi dengan trauma seminimal mungkin.

e. Mempersiapkan ibu dan keluarga dapat berperan dengan baik dalam

memelihara bayi (Sulistyawati, 2011).

Kebijakan Program

Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama

kehamilan, yaitu :

a. Satu kali kunjungan selama trimester pertama.

b. Satu kali kunjungan selama trimester kedua.

c. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (Depkes RI, 2009).

Standar Minimal Asuhan Kehamilan

a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.

b. Ukur tekanan darah.

c. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas).

d. Ukur tinggi fundus uteri.

e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).

11
f. Skrinning status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) bila diperlukan.

Tabel 3.1

Waktu Imunisasi Tetanus Toxoid

Imunisasi Selang waktu minimal


Langkah Perlindungan
TT pemberian imunisasi

Langkah awal pembentukan

TT 1 kekebalan tubuh terhadap

penyakit Tetanus

TT 2 1 bulan setelah TT 1 3 tahun

TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun

TT 4 12 bulan setelah TT 3 10 tahun

TT 5 12 bulan setelah TT 4 25 tahun

Sumber : Departemen Kesehatan RI.

g. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.

h. Test laboratorium (rutin dan khusus).

i. Tatalaksana kasus.

j. Temu wicara (konseling) termasuk Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pascapersalinan (Kemenkes

RI, 2012).

12
7. Pemeriksaan Ibu Hamil

a. Anamnesa

1) Anamnesa identitas istri dan suami: nama, umur, agama,

pekerjaan, alamat, dan sebagainya.

2) Anamnesa umum:

a) Tentang keluhan- keluhan, nafsu makan, tidur, miksi,

defekasi, perkawinan, dan sebagainya.

b) Tentang haid, kapan haid terakhir (HT). Bila hari pertama

haid terakhir diketahui, maka dapat dijabarkan taksiran

tanggal persalinan memakai rumus Naegele: hari + 7, bulan

3, dan tahun + 1

c) Tentang kehamilan, persalinan, keguguran, dan kehamilan

ektopik atau kehamilan mola sebelumnya.

b. Inspeksi dan pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan seluruh tubuh secara baik, meliputi : tekanan

darah, nadi, suhu, pernapasan jantung, paru-paru dan sebagainya.

c. Perkusi

Tidak begitu banyak artinya, kecuali bila ada indikasi.

d. Palpasi

Ibu hamil disuruh berbaring terlentang, kepala dan bahu sedikit

lebih tinggi dengan memakai bantal. Pemeriksa berdiri di sebelah

kanan ibu hamil. Dengan sikap hormat lakukanlah palpasi bimanual

terutama pada pemeriksaan perut dan payudara (Elisabeth,2014)

13
Palpasi perut menentukan:

1) Besar dan konsistensi rahim

2) Bagian-bagian janin, letak, presentasi

3) Gerakan janin

4) Kontraksi rahim Braxton Hicks dan His

Manuver palpasi menurut Leopold:

1) Leopold I

a) Pemeriksa menghadap kea rah muka ibu hamil

b) Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam

fundus

c) Konsistensi uterus

2) Leopold II

a) Menentukan batas samping rahim kanan-kiri

b) Menentukan letak punggung janin

c) Pada letak lintang, tentukan dimana kepala janin

3) Leopold III

a) Menentukan bagian terbawah janin

b) Apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk atau masih

goyang

4) Leopold IV

a) Pemeriksa menghadap kea rah kaki ibu hamil.

14
b) Bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan

berapa jauh sudah masuk pintu atas panggul

(Elisabeth,2014)

e. Auskultasi

Menurut Mochtar tahun 2013 digunakan stetoskop monoaural

(stetoskop obstetrik) untuk mendengarkan denyut jantung janin.

Yang dapat kita dengarkan adalah:

1) Dari janin:

a) DJJ pada bulan ke 4-5

b) Bising tali pusat

c) Gerakan dan tendangan janin

2) Dari ibu:

a) Bising rahim

b) Bising aorta

c) Peristaltik usus

f. Pemeriksaan dalam

1) Vaginal Toucher (VT)

2) Rectal Toucher (RT)

Guna pemeriksaan dalam adalah untuk mengetahui:

1) Bagian terbawah janin

2) Kalau bagian yang terbawah adalah kepala, dapat ditentukan

posisi UUK, UUB, dagu, hidung, orbita, mulut, dan sebagainya.

15
3) Kalau letak sungsang, dapat diraba anus, sacrum, dan tuber

ischii.

4) Pembukaan serviks, turunnya bagian terendah janin, kaput

suksedaneum, dan sebagainya.

5) Secara umum dapat dievaluasi keadaan vagina, serviks, dan

panggul.

6) Pelvimetri klinik:

a) Pemeriksaan dalam memakai jari telunjuk dan jari tengah

dengan mencoba meraba promontorium. Bila teraba,

batasnya ditandai dengan telunjuk tangan kiri lalu telunjuk

dikeluarkan dan diukur (mochtar,2013)

Indikasi pemeriksaan dalam:

1) Indikasi social untuk menentukan keadaan kehamilan atau

persalinan, sebelum ditinggalkan oleh penolong.

2) Jika pada pemeriksaan luar, kedudukan janin tidak dapat

ditentukan.

3) Jika ada sangkaan kesempitan panggul dan CPD.

4) Jika karena sesuatu, persalinan tidak maju-maju.

5) Jika akan diambil tindakan obstetric operatif.

6) Menentukan nilai skor pelvis.

16
g. Pemeriksaan Laboratorium

Ibu hamil hendaknya diperiksa air kencing dan darahnya

sekurang-kurangnya 2 x selama kehamilan, sekali pada permulaan

dan sekali pada akhir kehamilan (Mochtar,2013)

h. Ultrasonografi

Dibandingkan dengan pemeriksaan rontgen, USG tidak

berbahaya untuk janin, karena memakai prinsip sonar (bunyi). Jadi

boleh dipergunakan pada kehamilan muda. Pada layar dapat dilihat

letak, gerakan, dan gerakan jantung janin (Mochtar, 2013).

B. Persalinan

1. Pengertian

Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin, plasenta,

dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir (Rohani dkk, 2011)

2. Teori Penyebab Persalinan

a. Teori Keregangan

1) Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas

tertentu.

2) Setelah melewati batas tersebut, maka akan terjadi kontraksi

sehingga persalinan dapat dimulai.

b. Teori Penurunan Progesteron

1) Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28

minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat sehingga

pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.

17
2) Produksi progesterone mengalami penurunan sehingga otot

rahim lebih sensitiv terhadap oksitosin.

3) Akibatnya, otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai

tingkat penurunan progesterone tertentu.

c. Teori Oksitosin Internal

1) Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior.

2) Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dapat

mengubah sensitivitas otot rahim sehingga sering terjadi

kontraksi Braxton Hicks.

3) Menurunnya konsentrasi progesterone akibat tuanya usia

kehamilan menyebabkan oksitosin meningkat aktivitas sehingga

persalinan dimulai.

d. Teori Prostaglandin

1) Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15

minggu, yang dikeluarkan oleh desidua.

2) Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan

kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan.

3) Prostaglandin dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan.

3. Tanda tanda permulaan persalinan

Sebelum terjadinya persalinan, sebenarnya beberapa minggu sebelum

wanita memasuki bulannya atau minggunya atau harinya yang

disebut kala pendahuluan (preparatory of labor). Ini memberikan tanda-

tanda sebagai berikut:

18
a. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki

pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak

begitu kentara.

b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

c. Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena

kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.

d. Perasaan sakit di perut dan pinggang oleh adanya kontraksi-

kontraksi lemah dari uterus, kadang-kadang disebut false labor

pains.

e. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah

bisa bercampur darah (bloody show) (Mochtar, 2013).

4. Tanda-tanda In-Partu

a. Rasa sakit oleh adanya his datang lebih kuat, sering, dan teratur.

b. Keluar lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak

karena robekan-robekan kecil pada serviks.

c. Kadang- kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

d. Pada pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan telah ada

(Mochtar, 2013).

5. Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan adalah:

a. Kekuatan mendorong janin keluar (power):

1) His (kontraksi uterus)

2) Kontraksi otot-otot dinding perut

3) Kontraksi diafragma

19
4) Dan ligmentous action terutama ligament rotundum

b. Faktor janin (passanger)

c. Faktor jalan lahir (passage) (Mochtar, 2013).

6. Tahapan Persalinan

a. Kala I (Kala Pembukaan)

1) Diagnosis

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan

pembukaan serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10

cm). Lama kala 1 pada primigravida berlangsung sekitar 12 jam

dan pada multigravida berlangsung sekitar 8 jam (Rohani,

2011).

Pasien dikatakan dalam persalinan kala I jika sudah terjadi

pembukaan servik dan kontaksi teratur minimal 2 kali dalam 10

menit selama 40 detik. Kala I adalah kala pembukaan yang

berlangsung antara 0-10 cm (Sulistyowati, 2010).

Persalinan kala I dibagi menjadi dua fase, yaitu fase laten dan

fase aktif

a) Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat

dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan

dan pembukaan secara bertahap sampai pembukaan 3 cm,

berlangsung dalam 7- 8 jam.

b) Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung

selama 6 jam dan dibagi dalam 3 subfase

20
(1) Periode akselerasi: berlangsung selama 2 jam,

pembukaan menjadi 4 cm.

(2) Periode dilatasi maksimal: berlangsung selama 2 jam,

pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.

(3) Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam 2 jam

pembukaan jadi 10 cm atau lengkap (Sulistyowati,

2010)

2) Penanganan

a) Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah,

ketakutan, dan kesakitan.

(1) Berilah dukungan dan yakinkan dirinya

(2) Berikan informasi mengenai proses dan kemajuan

persalinannya

(3) Dengarkan keluhannya dan cobalah untuk lebih

sensitive terhadap perasannya

b) Jika ibu tersebut tampak kesakitan, dukungan atau asuhan

yang dapat diberikan yaitu:

(1) Lakukan perubahan posisi

(2) Posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu ingin

di tempat tidur sebaiknya dianjurkan tidur miring ke

kiri

(3) Sarankan ibu untuk berjalan

21
(4) Ajaklah orang yang menemaninya (suami atau ibunya)

untuk memijat atau menggosok punggungnya atau

membasuh mukanya di antara kontraksi

(5) Ibu diperbolehkan melakukan aktivitas sesuai

kesanggupannya

(6) Ajarkan kepadanya teknik bernafas; ibu diminta untuk

menarik nafas panjang, menahan nafasnya sebentar

kemudian dipelaskan dengan cara meniup udara keluar

sewaktu terasa kontraksi

c) Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan,

antara lain menggunakan penutup atau tirai, tidak

menghadirkan orang lain tanpa sepengetahuan dan seizin

pasien atau ibu.

d) Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang

terjadi serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil

pemeriksaan.

e) Membolehkan ibu untuk mandi atau membasuh sekitar

kemaluannya setelah buang air kecil atau besar.

f) Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat,

uatasi dengan cara:

(1) Gunakan kipas angin atau AC dalam kamar

(2) Menggunakan kipas biasa

(3) Menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya

22
g) Untuk memenuhi kebutuhan energy dan mencegah

dehidrasi, berikan cukup minum.

h) Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin

(Mochtar,2013)

3) Pemantauan

Tabel berikut menguraikan frekuensi minimal penilaian dan

intervensi. Jika ibu menunjukkan tanda-tanda komplikasi atau

perubahan kondisi, penilaian harus dilakukan lebih sering.

Tabel 1 : Frekuensi minimal penilaian dan intervensi dalam

persalinan normal

PARAMETER FREKUENSI FREKUENSI

PADA FASE PADA FASE

LATEN AKTIF

Tekanan darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam

Suhu badan Setiap 4 jam Setiap 2 jam

Nadi Setiap 30-60 menit Setap 30- 60 menit

Denyut jantung Setiap 1 jam Setiap 30 menit

janin

Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit

Pembukaan serviks Setiap 4 jam Setiap 4 jam

Penurunan Setiap 4 jam Setiap 4 jam

Sumber : (Saifuddin, 2012)

23
4) Pemeriksaan dalam

Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam

selama kala I pada persalinan, dan setelah selaput ketuban

pecah. Gambarkan temuan-temuan yang ada pada partograf

a) Pada setiap pemeriksaan dalam, catatlah hal-hal sebagai

berikut:

(1) Warna cairan amnion

(2) Dilatasi serviks

(3) Penurunan kepala

b) Jika serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam

pertama, mungkin diagnosis inpartu belum dapat

ditegakkan.

(1) Jika terdapat kontraksi yang menetap, periksa ulang

pasien setelah 4 jam untuk melihat perubahan pada

serviks. Pada tahap ini, jika serviks terasa tipis dan

terbuka maka pasien dalam keadaan inpartu, jika tidak

terdapat perubahan, maka diagnosisnya adalah

persalinan palsu.

c) Pada kala II persalinan lakukan pemeriksaan dalam setiap

jam.

5) Kemajuan persalinan dalam kala I

a) Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang cukup baik

pada persalinan kala I:

24
(1) Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan

frekuensi dan durasi

(2) Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm per

jam selama persalinan, fase aktif (dilatasi serviks

berlangsung atau ada di sebelah kiri garis waspada)

(3) Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin.

b) Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang kurang baik

pada persalinan kala I:

(1) Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah

fase laten

(2) Atau kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1

cm per jam selama persalinan fase aktif (dilatasi serviks

berada disebelah kanan garis waspada:

(3) Atau serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin.

6) Kemajuan pada kondisi janin

a) Jika didapati denyut jantung janin tidak normal (kurang dari

100 atau lebih dari 180 denyut per menit), curigai adanya

gawat janin.

b) Posisi atau presentasi selain oksiput anterior dengan vertex

fleksi sempurna digolongkan ke dalam malposisi dan

malpresentasi

c) Jika didapat kemajuan yang kurang baik atau adanya

persalinan lama, tangani penyebab tersebut.

25
7) Kemajuan pada kondisi ibu

a) Lakukan penilaian tanda-tanda kegawatan pada ibu:

(1) Jika denyut nadi ibu meningkat, mungkin ia sedang

dalam keadaan dehidrasi atau kesakitan. Pastikan

hidrasi yang cukup melalui oral atau I.V. dan berikan

analgesia secukupnya.

(2) Jika tekanan darah ibu menurun, curigai adanya

perdarahan.

(3) Jika terdapat aseton di dalam urin ibu, curigai masukan

nutrisi yang kurang, segera berikan dekstrose I.V.

(Saifuddin, 2012).

b. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

1) Diagnosis

Kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10

cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara

berlangsung selama 2 jam dan pada multipara 1 jam (Rohani

dkk, 2011).

2) Penanganan

a) Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu dengan:

(1) Mendampingi ibu agar merasa nyaman

(2) Menawarkan minum, mengipasi, dan memijat ibu

26
b) Menjaga kebersihan diri:

(1) Ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar dari

infeksi

(2) Jika ada darah lendir atau cairan ketuban segera

dibersihkan.

c) Mengipasi dan masase untuk menambah kenyamanan bagi

ibu.

d) Memberikan dukungan mental untuk mengurangi

kecemasan atau ketakutan ibu, dengan cara:

(1) Menjaga privasi ibu,

(2) Penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan

(3) Penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan

keterlibatan ibu.

e) Mengatur posisi ibu. Dalam membimbing mengedan dapat

dipilih posisi berikut:

(1) Jongkok

(2) Menungging

(3) Tidur miring

(4) Setengah duduk

Posisi tegak ada kaitannya dengan berkurangnya rasa

nyeri, mudah mengedan, kurangnya trauma vagina dan

perineum dan infeksi

27
f) Menjaga kandung kemih tetap kosong, ibu dianjurkan

berkemih sesering mungkin.

g) Memberikan cukup minum: memberi tenaga, dan mencegah

dehidrasi (Sulistyawati,2010)

3) Posisi ibu saat meneran

a) Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman

baginya. Setiap posisi memiliki keuntungannya masing-

masing, misalnya posisi setengah duduk dapat membantu

turunnya kepala janin jika persalinan berjalan lambat.

b) Ibu dibimbing mengedan selama his, anjurkan kepada ibu

untuk mengambil napas. Mengedan tanpa diselingi

bernapas, kemungkinan dapat menurunkan pH pada arteri

umbilicus yang dapat menyebabkan denyut jantung tidak

normal dan nilai Apgar rendah. Minta ibu bernapas selagi

kontraksi ketika kepala akan lahir. Hal ini menjaga agar

perineum meregang pelan an mengontrol lahirnya kepala

serta mencegah robekan.

c) Periksa DJJ pada saat kontraksi dan setelah setiap kontraksi

untuk memastikan janin tidak mengalami bradikardi (<120)

(Sulistyawati,2010).

4) Kemajuan persalinan dalam kala II

a) Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang cukup baik

pada persalinan kala II:

28
(1) Penurunan yang teratur dari janin di jalan lahir

(2) Dimulainya fase pengeluaran

b) Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang kurang baik

pada persalinan tahap kedua:

(1) Tidak turunnya janin di jalan lahir

(2) Gagalnya pengeluaran pada fase akhir

5) Kelahiran kepala bayi

a) Mintalah ibu mengedan atau memberikan sedikit dorongan

saat kepala bayi lahir.

b) Letakkan satu tangan ke kepala bayi agar defleksi tidak

terlalu cepat.

c) Menahan perineum dengan satu tangan lainnya jika

diperlukan.

d) Mengusap muka bayi untuk membersihkannya dari kotoran

lendir atau darah.

e) Periksa tali pusat :

(1) Jika tali pusat mengelilingi leher bayi dan terlihat

longgar, selipkan tali pusat melalui kepala bayi.

(2) Jika lilitan tali pusat terlalu ketat, tali pusat diklem pada

dua tempat kemudian digunting diantara kedua klem

tersebut, sambil melindungi leher bayi (Saifudin,2012)

6) Kelahiran bahu dan anggota seluruhnya

a) Biarkan kepala bayi berputar dengan sendirinya.

29
b) Tempatkan kedua tangan pada sisi kepala dan leher bayi.

c) Lakukan tarikan lembut ke bawah untuk melahirkan bahu

depan.

d) Lakukan tarikan lembut ke atas untuk melahirkan bahu

belakang.

e) Selipkan satu tangan anda ke bahu dan lengan bagian

belakang bayi sambil menyangga kepala dan selipkan satu

tangan lainnya ke punggung bayi untuk mengeluarkan

tubuh bayi seluruhnya.

f) Letakkan bayi tersebut diatas perut ibunya.

g) Secara menyeluruh, keringkan bayi, bersihkan matanya, dan

nilai pernapasan bayi.

h) Klem dan potong tali pusat.

i) Pastikan bahwa bayi tetap hangat dan memiliki kontak kulit

dengan dada si ibu. Bungkus bayi dengan kain yang halus

dan kering, tutup dengan selimut, dan pastikan kepala bayi

terlindung dengan baik untuk menghindari hilangnya panas

tubuh (Saifuddin, 2012).

c. Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)

1) Diagnosa

Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir

dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses

30
biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir (Rohani dkk,

2011).

Penatalaksanaan aktif pada kala III (pengeluaran aktif plasenta)

membantu menghindarkan terjadinya perdarahan

pascapersalinan. Penatalaksanaan aktif kala III meliputi

pemberian oksitosin dengan segera, pengendalian tarikan pada

tali pusat, dan pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir

(Saifuddin, 2012).

2) Penanganan

a) Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus

berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan plasenta:

(1) Oksitosin dapat diberikan dalam 1 menit setelah

kelahiran bayi.

(2) Jika oksitosin tidak tersedia, rangsang putting payudara

ibu atau susukan bayi guna menghasilkan oksitosin

alamiah atau memberikan ergometrin 0,2 mg I.M.

b) Lakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT) dengan

cara:

(1) Satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat di atas

simfisis pubis. Selama kontraksi tangan mendorong

korpus uteri dengan gerakan dorso cranial-ke arah

belakang dank e arah kepala ibu.

31
(2) Tangan yang satu memegang tali pusat dengan klem 5-

6 cm di depan vulva.

(3) Jaga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya

kontraksi kuat (2-3 menit).

(4) Selama kontraksi, lakukan tarikan terkendali tali pusat

yang terus menerus, dalam tegangan yang sama dengan

tangan ke uterus.

c) PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi. Tangan

pada uterus merasakan kontraksi, ibu dapat juga memberi

tahu petugas ketika ia merasakan kontraksi. Ketika uterus

sedang tidak berkontraksi, tangan petugas dapat tetap

berada pada uterus, tetapi bukan melakukan PTT. Ulangi

langkah-langkah PTT pada setiap kontraksi sampai plasenta

terlepas (Nuraisah,2012)

d) Begitu plasenta terasa lepas, keluarkan dengan

menggerakkan tangan atau klem pada tali pusat mendekati

plasenta, keluarkan plasenta dengan gerakan ke bawah dan

ke atas sesuai dengan jalan lahir. Kedua tangan dapat

memegang plasenta dan perlahan memutar plasenta searah

jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.

e) Segera setelah plasenta dan selaputnya dikeluarkan, masase

fundus agar menimbulkan kontraksi. Hal ini dapat

mengurangi pengeluaran darah dan mencegah perdarahan

32
pascapersalinan. Jika uterus tidak berkontraksi kuat selama

10-15 detik, atau jika perdarahan hebat terjadi, segera

lakukan kompresi bimanual dalam. Jika atonia uteri tidak

teratasi dalam waktu 1-2 menit, ikuti protokol untuk

perdarahan pascapersalinan.

f) Jika menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum

juga lahir dalam waktu 15 menit, berikan oksitosin 10 unit

I.M. dosis kedua, dalam jarak waktu 15 menit dari

pemberian oksitosin dosis pertama.

g) Jika menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum

juga lahir dalam waktu 30 menit:

(1) Periksa kandung kemih dan lakukan kateterisasi jika

kandung kemih penuh.

(2) Periksa adanya tanda-tanda pelepasan plasenta.

(3) Berikan oksitosin 10 unit I.M dosis ketiga, dalam jaeak

waktu 15 menit dari pemberian oksitosin dosis kedua.

(4) Siapkan rujukan jika tidak ada tanda-tanda pelepasan

plasenta.

h) Periksa wanita tersebut secara seksama dan jahit semua

robekan pada serviks atau vagina atau perbaiki episiotomy

(Saifuddin, 2012).

33
d. Kala IV (Kala Pengawasan)

1) Diagnosa

Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam

setelah proses tersebut (Rohani dkk, 2011).

2) Penanganan

a) Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap

30 menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat,

masase uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus

berkontraksi, otot uterus akan menjepit pembuluh darah

untuk menghentikan perdarahan. Hal ini dapat mengurangi

kehilangan darah dan mencegah perdarahan pasca

persalinan.

b) Periksa tekanan darah, nadi, kantung kemih, dan perdarahan

setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit

selama jam kedua.

c) Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi.

Tawarkan ibu makanan dan minuman yang disukainya.

d) Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang

bersih dan kering.

e) Biarkan ibu beristirahat. Bantu ibu pada posisi yang

nyaman.

34
f) Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan

hubungan ibu dan bayi, sebagai permulaan dengan

menyusui bayinya.

g) Bayi sangat siap segera setelah kelahiran. Hal ini sangat

tepat untuk memulai memberikan ASI. Menyusui juga

membantu uterus berkontraksi.

h) Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun, pastikan

ibu dibantu karena masih dalam keadaan lemah atau pusing

setelah persalinan. Pastikan ibu sudah buang air kecil dalam

3 jam pascapersalinan.

i) Ajari ibu atau anggota keluarga tentang:

(1) Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan

kontraksi

(2) Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi (Elisabeth,2015)

C. Nifas

1. Pengertian

Periode masa nifas disebut juga peurpeurium, dan wanita yang

mengalami peupeurium disebut peurpeura. Periode masa nifas

(peurpeurium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu setelah persalinan

(Varney, 2008).

Masa nifas (purperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta

keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

35
semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6

minggu (Sulistyawati, 2011).

2. Periode Nifas

Menurut Saleha, 2009, periode nifas terbagi atas:

a. Puerperium dini

Puerperium dini merupakan masa kepulihan. Ibu diperbolehkan

untuk berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap bersih

dan boleh bekerja setelah 40 hari.

b. Puerperium intermedial

Puerperium intermedial merupakan masa kepuliah secara

menyeluruh alat-alat genitalia, lamanya masa ini sekitar 6 sampai 8

minggu.

c. Remote puerperium

Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih

dan sehat sempurna, terutama apabila selama hamil atau pada saat

persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat secara sempurna

dapat berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan sampai

tahunan.

3. Perubahan Fisik Masa Nifas

Menurut Saleha, 2009, selama masa nifas terdapat perubahan fisik pada

ibu diantaranya :

36
a. Uterus

Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga

akhirnya kembali seperti sebelum hamil, setelah plasenta lahir uterus

merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya.

Setelah hamil undus uteri 3 jari dibawah pusat (Purwanti,2012).

b. Lochea

Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan

vagina selama masa nifas, lochea terbagi menjadi 4 jenis yaitu:

1) Lochea Rubra : Berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel-sel

dari desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium. Lochea ini

akan keluar selama 2 sampai 3 hari postpartum.

2) Lochea Sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi darah dan

lendir hari ke 3-7 pasca persalinan.

3) Lochea Serosa : berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning,

cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.

4) Lochea Alba : cairan berwarna putih yang keluar setelah 2 minggu,

terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua (Elisabeth,2015)

c. Endometrium

Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis, di tempat implantasi

plasenta. Pada hari-hari pertama, endometrium setebal 12,5 mm akibat

pelepasan desidua dan selaput janin.

37
d. Serviks

Setelah persalinan, bentuk serviks agak seperti corong berwarna

merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat

perlukaan-perlukaan kecil setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk

rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari

hanya dapat dilalui 1 jari.

e. Vagina

Secara berangsur-angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali

kembali seperti ukuran seorang nulipara. Rugae timbul kembali pada

minggu ketiga. Hymen tampak sebagai tonjolan jaringan yang kecil,

yang dalam proses pembentukan berubah menjadi kurunkulae

mitiformis yang khas bagi wanita multipara.

f. Payudara

Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi

secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis,

yaitu sebagai berikut :

1) Produksi susu

2) Sekresi susu

Selama sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan

menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru

lahir. Setelah melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak

ada lagi untuk menghambatnya kelenjar pituitari akan mengeluarkan

38
prolaktin (hormon laktogenik). Sampai hari ketiga setelah melahirkan,

efek prolaktin pada payudara mulai bisa dirasakan (Rohani,2011)

g. Sistem pencernaan

Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap

makanannya dua jam setelah persalinan. Kalsium amat penting untuk

gigi pada kehamilan dan masa nifas, dimana pada masa ini terjadi

penurunan konsentrasi ion kalsium karena meningkatnya kebutuhan

kalsium pada ibu, terutama pada bayi yang dikandungnya untuk proses

pertumbuhan janin juga pada ibu dalam masa laktasi (Saleha, 2009).

4. Adaptasi Psikologis pada Masa Nifas

a. Talking In period

Terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat

tergantung, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat

pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami, kebutuhan tidur

meningkat, nafsu makan meningkat.

b. Taking Hold Period

Berlangsung 3-4 hari post partum, ibu lebih berkonsentrasi pada

kemampuannya menerima tanggungjawab sepenuhnya terhadap

perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif sehingga

membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi

kritikan yang dialami ibu.

39
c. Letting Go Period

Dialami setelah tiba dirumah secara penuh merupakan pengaturan

bersama keluarga, ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan ibu

menyadari atau merasa kebutuhan bayi yang sangat tergantung dari

kesehatan sebagai ibu (Saleha, 2009).

5. Tujuan Asuhan Nifas

Tujuan dari asuhan kebidanan pada masa nifas adalah sebagai berikut:

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologis.

b. Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk apabila terjadi

komplikasi pada ibu maupun bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan

bayi sehari-hari.

d. Memberikan pelayanan KB (Saleha, 2009).

Standar Pemberian Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas

Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai

status ibu dan BBL juga untuk mencegah, mendeteksi dan menangani

masalah-masalah yang terjadi dalam masa nifas (Saifuddin, 2010).

a. Kunjungan pertama dilakukan pada waktu 6-8 jam setelah persalinan.

Tujuannya yaitu :

1)Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas.

2) Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang pencegahan

masa nifas dari atonia uteri.

40
3) Pemberian ASI pada masa awal

4) Menjaga kehangatan bayi

b. Kunjungan kedua dilakukan 2-6 hari post partum. Tujuannya yaitu:

1) Memastikan involusi uteri berjalan normal

2) Menilai tanda-tanda infeksi atau kelainan pasca persalinan.

3) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda

penyulit.

4) Memberikan konseling pada ibu menegenai asuhan pada bayi, cara

perawatan tali pusat, dan menjaga kehangatan bayi.

c. Kunjungan ketiga dilakukan pada 2 minggu post partum. Tujuannya

sama seperti yang dilakukan enam hari post partum.

d. Kunjungan keempat dilakukan pada 6 minggu post partum. Tujuannya

yaitu untuk menanyakan ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami

atau bahaya, dan memberikan konseling untuk KB dini (Saifuddin,

2010).

6. Tanda Bahaya Masa Nifas

a. Perdarahan pervaginam

b. Pengerluaran darah dan cairan yang berbau busuk

c. Infeksi masa nifas

d. Sakit kepala terus menerus

e. Nyeri epigastrik

f. Penglihatan kabur

g. Demam

41
h. Muntah

i. Payudara yang berubah menajdi merah, panas, bengkak, terasa

sakit

j. Kehilangan nafsu makan pada waktu yang lama

k. Rasa sakit, merah, bengkak pada kaki/betis

l. Merasa sedih atau merasa tidak mampu mengasuh sendiri bayinya

dan diri sendiri (Rukiyah, 2010)

D. Bayi Baru Lahir (Neonatus)

1. Pengertian

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi

belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan

genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-

4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiah dan Yulianti,

2010).

2. Tanda-Tanda Bayi Baru Lahir Normal

Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai beberapa tanda

antara lain: appearance color (warna kulit) seluruh tubuh kemerah-

merahan, pulse/heart rate (frekuensi jantung > 100x/menit, grimace

(reaksi terhadap rangsangan), menangis, batuk/bersin, activity (tonus

otot), gerakan aktif, respiration (usaha nafas), bayi menangis kuat (Rukiah

dan Yulianti, 2010).

Kehangatan tidak terlalu panas (>37,5C) atau terlalu dingin

(<36,5C), warna kuning pada kulit (tidak pada konjungtiva), terjadi pada

42
hari ke 2-3 tidak biru, pucat, tidak muntah, tidak terlihat tanda-tanda

infeksi pada tali pusat seperti tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau

busuk, berdarah, dapat berkemih selama 24 jam, tinja lembek, sering, hijau

tua, tidak ada lendir atau darah pada tinja, bayi tidak menggigil atau

tangisan kuat, kejang-kejang halus tidak bisa tenang, menangis terus

menerus (Rukiah dan Yulianti, 2010).

3. Adaptasi Fisilogis BBL terhadap Kehidupan di Luar Uterus

Konsep mengenai adaptasi bayi baru lahir adalah sebagai berikut:

a. Memulai segera pernafasan dan perubahan dalam pola sirkulasi.

Konsep ini merupakan hal yang penting pada kehidupan ekstrauterin.

b. Dalam 24 jam setelah lahir, sistem ginjal, gastrointestinal, hematologi,

metabolik dan sistem neurologis bayi baru lahir harus berfungsi secara

memadai untuk mempertahankan kehidupan ekstrateri.

4. Perubahan Bayi Baru Lahir

a. Perubahan Pernafasan

Pada menit-menit terakhir kelahirannya janin semakin hipoksik

karena kekurangan oksigen. Sebagai akibat kurangnya sirkulasi darah

melalui plasenta karena kontraksi uterus yang kuat. Dengan usaha

bernafas pertama cairan yang menempati jalan nafas didorong ke dalam

alveoli yang berkembang, sehingga cairan ini dapat diabsorpsi dengan

cepat ke dalam pembuluh darah dan sirkulasi limfa paru. Dalam 15

menit setelah lahir, cairan ini telah hilang dan alveoli mengembang

karena udara (Saifudin,2006).

43
b. Perubahan Sirkulasi Darah

Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat diklem.

Tindakan ini meniadakan suplai oksigen plasenta dan menyebabkan

terjadinya serangkaian reaksi selanjutnya. Reaksi-reaksi yang terjadi

dalam paru sebagai respon terhadap tarikan napas pertama. Karena tali

pusat diklem, sistem bertekanan rendah yang ada pada unit janin-

plasenta terputus. Efek yang segera terjadi setelah tali pusat diklem

adalah peningkatan tahanan pembuluh darah sistemik (systemic

vascular resistence, SVR). Hal yang penting adalah peningkatan SVR

ini terjadi pada waktu bersamaan dengan tarikan napas pertama bayi

baru lahir. Oksigen dari napas pertama menyebabkan sistem pembuluh

darah paru relaksasi dan terbuka (Elisabeth,2014).

c. Pengaturan Suhu

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka,

sehingga akan mengalami stres dengan adanya perubahan lingkungan.

Pada saat meninggalkan rahim ibu yang hangat bayi tersebut kemudian

masuk ke dalam lingkungan ruangan yang jauh lebih dingin.

Pembentukkan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan

lemak coklat. Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan

lemak coklat bayi. (Varney, 2006).

d. Metabolisme Glukosa

Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam

waktu cepat (1-2 jam). Koreksi penurunan dapat dilakukan dengan tiga

44
cara, melalui penggunaan ASI (bayi baru lahir sehat harus didorong

untuk menyusu ASI secepat mungkin setelah lahir), melalui

penggunaan cadangan glikogen (glikogenolisis), melalui pembuatan

glukosa dari sumber lain terutama (glukoneogenesis).

e. Perubahan Gastrointestinal

Hubungan antara esofagus bawah dan lambung belum sempurna

yang mengakibatkan gumoh pada bayi baru lahir dan neonatus.

Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi

baru lahir cukup bulan. Pengaturan makan yang sering oleh bayi sendiri

penting contohnya memberi ASI on demand.

f. Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh

Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga

menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.

5. Refleks-Refleks pada Bayi Baru Lahir

Bayi yang baru lahir normal memiliki refleks-refleks fisiologis yang

ditunjukkan oleh organ-organ vitalnya. Adapun refleks-refleks tersebut

sebagai berikut :

a. Mata

1) Berkedip atau corneal. Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang

yang tiba-tiba. Refleks ini harus menetap sepanjang hidup.

2) Pupil. Pupil akan berkontraksi bila sinar terang diarahkan padanya.

Refleks ini harus ada sepanjang hidup.

45
3) Glabela. Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antar dua alis

mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat.

b. Mulut dan tenggorokan

1) Rooting. Bayi akan memutar kepala seakan mncari puting susu.

Refleks ini biasanya adapada saat lahir dan menghilang pada usia 3-

4 bulan.

2) Mengisap/Sucking. Refleks ini timbul bersama refleks rooting untuk

mengisap puting susu dan menelan ASI.

3) Swallowing/Menelan. Refleks ini harus tetap ada sepanjang hidup.

4) Muntah. Stimulasi terhadap faring posterior oleh makanan, isapan

atau masuknya selangharus menyebabkan bayi mengalami refleks

muntah. Refleks ini harus menetap sepanjang hidup.

c. Ekstremitas

1) Menggenggam/ Palmar. Sentuhan pada telapak tangan dapat

menyebabkan fleksi tangan dan jari. Refleks ini akan menghilang

pada usia 3-4 bulan.

2) Babinski. Jari kaki mengembang dan ibu jari kaki dorsofleksi.

Refleks ini dijumpai hingga usia 8 bulan.

3) Masa tubuh. Ada beberapa refleks pada masa tubuh, diantaranya :

a) Refleks Moro. Refleks dimana bayi akan mengembangkan tangan

lebar-lebar dan melebarkan jari-jari, lalu membalikkan dengan

tarikan yang cepat seakan-akan memeluk seseorang. Refleks

46
moro biasanya ada pada saat lahir dan hilang setelah berusia 6

bulan.

b) Refleks Tonic Neck. Jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat

ke salah satu sisi, lengan dan kakinya akan berekstensi pada sisi

tersebut. Refleks ini tampak pada usia 2bulan dan menghilang

pada usia 6 bulan.

c) Gallant. Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang

menyebabkan panggul bergerak ke arah sisi yang terstimulasi.

Refleks ini akan dijumpai pada usia 4-8 minggu (Rohani, 2011).

6. Asuhan Bayi Baru Lahir

Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai

standar yang di berikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada

neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai 28 hari setelah lahir,

baik di fasilitas maupun melalui kunjungan rumah (Martinda, 2010).

Tujuan utama asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, yaitu :

a. Membersihkan jalan nafas.

b. Memotong tali pusat.

c. Mempertahankan suhu tubuh bayi.

d. Identifikasi.

e. Pencegahan infeksi (Saifuddin, 2010).

Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus adalah sebagai berikut:

a. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan dalam kurun waktu 6-48

jam setelah bayi lahir.

47
b. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke-3

sampai dengan hari ke 7 setelah bayi lahir.

c. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN-3) dilakukan pada kurun waktu hari ke-

8 sampai dengan hari ke-28 setelah lahir.

Standar Pemberian Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir

Sebelum bayi lahir dilakukan penilaian apakah kehamilan cukup

bulan dan apakah cairan ketuban jernih atau bercampur mekonium. Segera

setelah bayi lahir dilakukan penilaian kembali apakah bayi langsung

menangis atau bernafas, warna kulit kemerahan atau sianosis, dan tonus

otot baik atau lemah. Jika keadaan bayi normal, maka dilakukan asuhan

kebidanan sebagai berikut :

a. Jaga bayi tetap hangat

b. Isap lendir dari mulut dan hidung jika perlu

c. Keringkan

d. Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira-kira 2

menit setelah lahir

e. Lakukan Inisiasi Menyusu Dini

f. Beri suntikan vitamin K1 1 mg intramuscular, di paha kiri anterolateral

dan salep mata.

g. Pemeriksaan fisik

h. Beri imunisasi Hepatitis B 0,5 mL intramuscular, di paha kanan

anterolateral, kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1 (Kemenkes

RI, 2010).

48
Ajarkan pada orang tua cara merawat bayi mereka dan perawatan harian

untuk bayi baru lahir :

a. Pemberian ASI Eksklusif sesuai kebutuhan setiap 2-3 jam (paling

sedikit setiap 4 jam,) mulai dari hari pertama.

b. Jaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dan kering.

c. Jaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering (Saifuddin 2010).

7. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

a. Bayi tidak mau menyusu

Anda harus merasa curiga jika bayi anda tidak mau menyusu. Seperti

yang kita ketahui bersama, ASI adalah makanan pokok bagi bayi,

jika bayi tidak mau menyusu maka asupan nutrisinya kan berkyrang

dan ini akan berefek pada kondisi tubuhnya. Biasanya bayi tidak mau

menyusu ketika sudah dalam kondisi lemah, dan mungkin justru

dalam kondisi dehidrasi berat.

b. Kejang

Kejang pada bayi memang terkadang terjadi. Yang perlu anda

perhatikan adalah bagaimana kondisi pemicu kejang. Apakah kejang

terjadi saat bayi demam. Jika ya kemungkinan kejang dipicu dari

demamnya, selalu sediakan obat penurun panas sesuai dengan dosis

anjuran dokter. Jika bayi anda kejang namun tidak dalam kondisi

demam, maka curigai ada masalah lain. Perhatikan freksuensi dan

lamanya kejang, konsultasikan pada dokter.

49
c. Lemah

Jika bayi anda terlihat tidak seaktif biasanya, maka waspadalah.

Jangan biarkan kondisi ini berlanjut. Kondisi lemah bisa dipicu dari

diare, muntah yang berlebihan ataupun infeksi berat.

d. Sesak Nafas

Frekuensi nafas bayi pada umumnya lebih cepat dari manusia

dewasa yaitu sekitar 30-60 kali per menit. Jika bayi bernafas kurang

dari 30 kali per menit atau lebih dari 60 kali per menit maka anda

wajib waspada. Lihat dinding dadanya, ada tarikan atau tidak.

e. Merintih

Bayi belum dapat mengungkapkan apa yang dirasakannya. Ketika

bayi kita merintih terus menerus kendati sudah diberi ASI atau sudah

dihapuk-hapuk, maka konsultasikan hal ini pada dokter. Bisa jadi ada

ketidaknyamanan lain yang bayi rasakan.

f. Pusar Kemerahan

Tali pusat yang berwarna kemerahan menunjukkan adanya tanda

infeksi. Yang harus anda perhatikan saat merawat tali pusat adalah

jaga tali pusat bayi tetap kering dan bersih. Bersihkan dengan air

hangat dan biarkan kering. Betadin dan alcohol boleh diberikan tapi

tidak untuk dikompreskan. Artinya hanya dioleskan saja saat sudah

kering baru anda tutup dengan kassa steril yang bisa anda beli di

apotik.

50
g. Demam atau Tubuh Merasa Dingin

Suhu normal bayi berkisar antara 36,50C 37,50C. Jika kurang atau

lebih perhatikan kondisi sekitar bayi. Apakah kondisi di sekitar

membuat bayi anda kehilangan panas tubuh seperti ruangan yang

dingin atau pakaian yang basah.

h. Mata Bernanah Banyak

Nanah yang berlebihan pada mata bayi menunjukkan adanya infeksi

yang berasal dari proses persalinan. Bersihkan mata bayi dengan

kapas dan air hangat lalu konsultasikan pada dokter atau bidan.

i. Kulit Terlihat Kuning

Kuning pada bayi biasanya terjadi karena bayi kurang ASI. Namun

jika kuning pada bayi terjadi pada waktu 24 jam setelah lahir atau

14 hari setelah lahir, kuning menjalar hingga telapak tangan dan

kaki bahkan tinja bayi berwarna kuning maka anda harus

mengkonsultasikan hal tersebut pada dokter. (Saifuddin,2006)

E. Imunisasi Dasar

1. Definisi Imunisasi

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu

penyakit dengan memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan

terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang

(Depkes,2009)

51
2. Tujuan Pemberian Imunisasi

Untuk mencegah terjadinya infeksi tertentu Apabila terjadi penyakit tidak

akan terlalu parah dan dapat mencegah gejala yang dapat menimbulkan

cacat atau kematian.

3. Syarat Pemberian Imunisasi

a. Bayi dalam keadaan sehat

b. Bayi umur 0-11 bulan

.4. Tujuh penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi

a. TBC

b. Polio Myelitis

c. Difteri

d. Pertusis

e. Tetanus

f. Hepatitis

g. Campak

5. Macam-macam Imunisasi

a. BCG : memberikan kekebalan terhadap penyakit tuberkolosis (TBC).

Kekebalan yang diperoleh anak tidak mutlak 100% jadi kemungkinan

anak akan menderita penyakit TBC ringan, akan tetapi terhindar dari

TBC berat. Tempat penyumtikan BCG di lengan kanan atas. Efek

sampingnya akan terjadi pembengkakan di tempat penyuntikan.

Jadwal pemebrian imunisai BCG diberikan 1 kali pada usia 1 bulan.

52
b. DPT : memberikan kekebalan terhadap penyakit difteri, pertusis,

tetanus. Tempat penyuntikan di paha bagian luar. Efek samping akan

terjadi demam beberapa hari setelah penyuntikan. Jadwal penyuntikan

imunisasi DPT yaitu diberikan 3 kali pada usia 2,3,4 bulan.

c. Polio : memberikan kekebalan terhadap penyakit polio myelitis.

Diberikan dengan cara diteteskan langsung kedalam mulut 2 tetes.

Jadwal pemberian imunisasi polio yaitu diberikan 4 kali pada usia

1,2,3,4 bulan.

d. Campak : memberikan kekebalan terhadap penyakit campak. Tempat

penyuntikan yaitu pada lengan kiri atas. Efek samping ada demam

beberapa hari setelah penyuntikan. Jadwal penyuntikan diberikan 1

kali yaitu pada usia 9 bulan.

e. Hepatitis B : memberikan kekebalan terhadap penyakit hepatitis.

Tempat penyuntikan dipaha bagian luar. Jadwal penyuntikan diberikan

1 kali pada usia 0-7 hari (Depkes,2009)

F. Keluarga Berencana (KB)

1. Definisi KB

Keluarga Berencana menurut WHO 2012 adalah tindakan yang

membantu individu atau pasangan suami isteri untuk :

a. Mengindari kelahiran yang tidak diinginkan

b. Mengatur interval diantara kelahiran

c. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami

dan istri

53
d. Menetukan jumlah anak dalam keluarga.

2. Tujuan Keluarga Berencana (KB)

Kebijakan Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk mengendalikan

pertumbuhan penduduk melalui usaha penurunan tingkat kelahiran,

selanjutnya akan meningkatkan kesejahteraan keluarga (Sulistyawati,2012)

3. Jenis-jenis alat kontrasepsi

a. Kontrasepsi Non Hormonal

1) Metode Amenore Laktasi (MAL)

Metode amenore laktasi adalah alat kontrasepsi yang

mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif.

2) Kondom

Kondom merupakan selubung/karet sebagai salah satu metode

kontrasepsi untuk mencegah kehamilan dan penularan penyakit

kelamin pada saat senggama.

3) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim dengan menjepit

kedua saluran yang menghasilkan indung telur sehingga tidak terjadi

pembuahan.

4) Kontrasepsi Mantap (Tubektomi Dan Vasektomi)

a) Tubektomi/MOW

Adalah metode kontrasepsi mantap bagi seorang wanita bila

tidak ingin hamil lagi dengan cara mengoklusi tuba falopi

(mengikat dan memotong atau memasang cincin).

54
b) Vasektomi

Adalah prosedur klinik untuk mengehentikan kapasita

reproduksi pria dengan cara mengkonklusi vasa defenesia

sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi

( penyatuan dengan ovum) tidak terjadi.

b. Kontrasepsi Hormonal

Hormon progestin adalah metode kontrasepsi dengan

menggunakan progestin, yaitu bahan tiruan dari progesteron. Hormon

progestin : pil, injeksi/suntikan, implan.

1) Implan

Implan adalah alat kontrasepsi bawah kulit yang mengandung

progestin yang dibungkus dalam kapsul silastik silikon polidiometri.

2) Pil Kombinasi

Pil oral kombinasi (POK) merupakan pil kontrasepsi yang

berisi hormon sintesis estrogen dan progesteron

3) Suntik kombinasi

Merupakan kontrasepsi suntik yang mengandung hormon

sintetisprogesteron dan estrogen (Kemenkes RI, 2012).

4. Sasaran Program KB

a. Sasaran langsung adalah pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan

untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan

kontrasepsi secara berkelanjutan.

55
b. Sasaran tidak langsung adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan

tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan

kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang

berkualitas, keluarga sejahtera (Kemenkes,2010)

G. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan

1. Pengertian Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam

rangkaian yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada

klien (Varney, 2006).

2. Prinsip Manajemen Kebidanan

Varney (1997) menjelaskan bahwa prinsip manajemen adalah

pemecahan masalah. Proses manajemen kebidanan sesuai dengan standar

yang dikeluarkan oleh American Collegeof Nurse Midwife(ACNM) terdiri

dari :

a. Melakukan pengkajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap

klien, termasuk mengumpulkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan

fisik.

b. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosa berdasarkan

interpretasi data dasar.

c. Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien.

56
d. Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanakan manajemen

dengan berkolaborasi dan merujuk klien untuk mendapatkan asuhan

selanjutnya.

3. Sasaran Manajemen Kebidanan

Sesuai dengan lingkup dan tanggung jawab bidan, maka sasaran

manajemen kebidanan ditujukan kepada baik individu ibu dan anak,

keluarga maupun kelompok masyarakat.

4. Proses Manajemen Kebidanan

Penerapan manajemen kebidanan dalam bentuk kegiatan praktek

kebidanan dilakukan melalui suatu proses yang disebut langkah-langkah

atau proses manajemen kebidanan.

57

Anda mungkin juga menyukai