Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN KEGIATAN

DOKTER INTERNSIP PUSKESMAS BINAMU KOTA


KABUPATEN JENEPONTO
PERIODE FEBRUARI 2017 MEI 2017

UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT


KEGIATAN PENJARINGAN BERUPA PEMERIKSAAN STATUS GIZI PADA BALITA

A. Latar Belakang

Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya


dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas banyak faktor yang harus diperhatikan, antara lain faktor gizi, kesehatan,
pendidikan, informasi, teknologi dan jasa pelayanan lainnya.
Dari sekian banyak faktor tersebut unsur gizi memegang peranan penting.
Kekurangan gizi akan menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang
mengakibatkan seseorang sulit menerima pendidikan apalagi menguasai informasi dan
teknologi. Beragam masalah kekurangan gizi di jumpai di berbagai negara berkembang,
yaitu kurang energi protein, kurang Vitamin A, Kurang Yodium dan kurang Zat besi,
Anemia Gizi Besi dan Gizi Lebih (Almatsier, 2003).
Upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana disebutkan didalam undang-undang No
36 tahun 2009 bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat,
antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi dan
peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu
dan teknologi.
Perilaku gizi sangat berpengaruh dengan status gizi balita karena berhubungan dengan
bagaimana penduduk mampu mencukupi persediaan pangan bagi individu dan
keluarganya, mampu mengolah dan mengkonsumsi sesuai kaidah gizi yang benar, mampu
memilih jenis makanan yang memprioritaskan makanan di tengah keluarganya
Status gizi adalah status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrisi atau zat gizi ( Beck, 2000). Bila kebutuhan lebih besar
dibanding masukan disebut status gizi kurang, bila kebutuhan seimbang dengan masukan
disebut status gizi seimbang, dan bila kebutuhan lebih kecil dibanding masukan disebut
status gizi lebih. Gangguan atau penyakit yang disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan
antara masukan zat gizi dan kebutuhan tubuh disebut penyakit gangguan gizi atau
nutritional disorders (Pudjiadi, 2003). Namun keadaan gizi kurang
(undernutrition/malnutrition) atau gizi lebih (overnutrition), keduanya tidak selalu
disebabkan oleh oleh masukan makanan yang tidak cukup atau berlebihan. Keadaan
demikian dapat juga terjadi karena kelainan dalam tubuh sendiri seperti gangguan
pencernaaan, absorpsi, utilisasi, ekskresi, dan sebagainya ( Pudjiadi, 2003).
Penyebab masalah pada status gizi balita juga dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain ketersediaan bahan makanan, pola konsumsi dan pola asuh. Perilaku dan
kebiasaan orang tua dalam menyediakan makanan keluarga di pengaruhi oleh faktor
budaya, sehingga akan memengaruhi sikap suka tidak suka seorang anak terhadap
makanan.

Penilaian status gizi yang berkesinambungan sangat dibutuhkan untuk mendeteksi


kejadian masalah gizi lebih dini dan mengetahui kecenderungan pertumbuhan fisik
penduduk, guna dapat melakukan tindakan intervensi dan pencegahan masalah gizi
terutama pada balita.

B. Permasalahan Di Masyarakat
Status gizi pada balita saat ini kurang menjadi perhatian, padahal gizi merupakan
elemen penting dalam masa tumbuh kembang anak. Di samping dampak langsung terhadap
kesakitan dan kematian, gizi juga berdampak terhadap pertumbuhan, perkembangan
intelektual dan produktivitas.
Kecerdasan seorang anak tidak hanya ditentukan oleh faktor genetik dan faktor
lingkungan berupa stimulasi, melainkan juga faktor gizi atau nutrisi. Untuk memperoleh
anak yang cerdas dan sehat dibutuhkan asupan gizi atau nutrisi yang sehat dan seimbang
dalam makanan sehari-hari.
Dari penelitian-penelitian sebelumnya, terdapat hubungan antara malnutrisi dengan
tingkat inteligensi dan prestasi akademik yang rendah. Untuk negara-negara berkembang
dimana kejadian malnutrisi sering dijumpai, hal ini akan berdampak serius terhadap
keberhasilan pembangunan nasional.

C. Pemilihan Intervensi
Cara dan strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut
adalah diadakan kegiatan screening (penjaringan) berupa pemeriksaan antropometrik
untuk mengetahui status gizi pada balita agar dapat dilakukan deteksi dini terhadap ada
tidaknya masalah gizi yang dialami anak. Upaya deteksi dini ini diharapkan dapat memberi
data awal tentang permasalahan gizi yang dialami balita di PAUD Belay Kasih Kabupaten
Jeneponto untuk selanjutnya dilakukan intervensi dan penanganan baik pada masalah gizi
kurang maupun gizi lebih.

D. Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan di Posyandu Belay Kasih pada tanggal 7 April 2017.
Seluruh balita yang hadir menjalani pemeriksaan kesehatan dasar, pemeriksaan berat badan
dan tinggi badan yang kemudian hasilnya dicatat untuk selanjutnya diolah dalam
penentuan masalah status gizi.
Pada kegiatan ini penentuan status gizi anak menggunakan WHO-NCHS (National
Centre for Health Statistic), dimana ukuran antropometri yang digunakan yaitu berat badan
terhadap tinggi badan, kemudian hasilnya diplot pada kurva standart dengan baku persentil
50% Harvard, dengan kriteria sebagai berikut :
Gemuk, jika BB/TB >90%
Normal, jika BB/TB 81-90%
Kurus, jika BB/TB 71-80%
Sangat Kurus, jika BB/TB < 70%

E. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Persiapan kegiatan pemeriksaan status gizi dilakukan satu hari sebelumnya.
Kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan imunisasi balita. Telah dilakukan
koordinasi dengan tim pelaksana imunisasi puskesmas di Posyandu Belay Kasih.
2. Evaluasi Proses
Pelaksana kegiatan dilakukan satu kali oleh satu tim yang terdiri atas dua
dokter, kader-kader, dan satu pemegang program gizi. Kegiatan penjaringan
dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh Puskesmas Binamu Kota.
3. Evaluasi Hasil
a. Telah dilakukan pemeriksaan kesehatan dasar dan pemeriksaan status gizi di
Posyandu Belay Kasih Kabupaten Jeneponto dengan total balita sebanyak 14
orang, dengan 12 anak laki-laki dan 2 anak perempuan.
b. Dari 14 balita yang menjalani pemeriksaan status gizi didapatkan 11 orang
memiliki gizi normal, dan 3 orang memiliki gizi kurang.
c. Dibutuhkan intervensi lebih lanjut terhadap anak yang mengalami gizi kurang.
Penting memberikan pemahaman terhadap orang tua untuk meningkatkan
asupan nutrisi bagi balita mereka demi tercapainya status gizi normal.
d. Untuk mengatasi gizi kurang diperlukan perubahan sosial baik gaya hidup,
aktivitas fisik, perilaku makan dan penyiapan lingkungan yang mendukung.
Perubahan yang paling efektif dilakukan adalah sejak usia dini salah satunya
pada saat balita, melalui monitoring dan evaluasi hasil penjaringan status gizi
di posyandu. Makanan dengan kandungan gizi seimbang cukup energi dan zat
gizi sesuai kebutuhan gizi anak sekolah sangat dianjurkan karena berguna
untuk perkembangan fisik dan kognitif yang optimal.
e. Dukungan media massa dalam hal informasi asupan gizi seimbang, peran kader
untuk menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan dalam memberikan
edukasi tentang asupan gizi seimbang, serta keberpihakan organisasi profesi
dan asosiasi/lembaga lainnya dalam kegiatan terkait dengan asupan gizi
seimbang sebagai wujud nyata dukungan berbagai pihak kepada pemerintah
dalam pencegahan dan penanggulangan gizi kurang.
Peserta Pendamping

dr. Ahdini Zulfiana Abidin dr. Imam Sofingi


NIP. 19770828 200902 1 004
DOKUMENTASI PENGUKURAN STATUS GIZI BALITA

Anda mungkin juga menyukai