Anda di halaman 1dari 10

2.

5 Analisis Kelayakan Usahatani

2.5.1 R/C Ratio


Menurut Hernanto (2004), R/C rasio meruBapakan metode analisis
untuk mengukur kelayakan usaha dengan menggunakan rasio penerimaan
(revenue) dan biaya (cost). Analisis kelayakan usaha digunakan untuk
mengukur tingkat pengembalian usaha dalam menerapkan suatu teknologi.
Dengan kriteria hasil sebagai berikut:
a. R/C > 1 berarti usaha sudah dijalankan secara efisien.
b. R/C = 1 berarti usaha yang dijalankan dalam kondisi titik impas
atau Break Event Point (BEP).
c. R/C ratio < 1 usaha tidak menguntungkan dan tidak layak.
Secara sederhana dapat ditulis rumus perhitungan R/C rasio:

PxQ
/ =
( + )

Keterangan:
R : penerimaan
C : biaya
P : harga output
Q : jumlah output
TFC : biaya tetap
TVC : biaya variabel
R/C 1 : menguntungkan
R/C <1 : menguntungkan

2.5.2 BEP (Break Even Point)


Menurut Soekartawi (2002), analisa break even point adalah suatu
teknis analisa yang mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel,
keuntungan dan volume kegiatan. BEP disebut juga costprofit-volume
analysis (CPV analysis). Dalam perencanaan keuntungan, analisa break
event point meruBapakan profit planning approach yang mendasarkan
pada hubungan biaya (cost) dan penghasilan penjualan (revenue).
Dengan analisa break even point, suatu usaha dapat mengetahui pada
jumlah produksi atau volume penjualan berapa keuntungan perusahaan sama
dengan nol. Dengan demikian suatu usaha dapat menargetkan keuntungan
yang akan diperoleh dari usahanya (Soekartawi, 2014).
BEP dinyatakan dalam unit dan dalam rupiah yang dirumuskan sebagai
berikut:

1. BEP dalam unit produksi


()
BEP Volume Produksi = ()
()
()

Keterangan:
TFC = Total Biaya Tetap (Rp)
TVC = Total Biaya Variabel per kg (Rp)
P = Harga jual (Rp)
Q = Total produksi (unit)

2. BEP dalam rupiah


() ()
BEP dalam Volume Penjualan = =
() ()

Keterangan:
TC = Total Biaya (Rp)
Q = Produksi (unit)
Gambar . Kurva Break Even Point (BEP)

3.8 Permasalahan dalam Usahatani

Dari hasil wawancara bersama Bapak Bari di Desa Gading Kulon,


Kabupaten Malang, permasalahan-permasalahan yang dialami selama kegiatan
usahatani cabai merah adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Kendala-Kendala Petani dalam Berusahatani

Solusi yang
No. Kendala Harapan
Diberikan Petani
Pengendalian
menggunakan
pestisida dapat
Serangan hama kutu
diminimalisir,
daun (cabai keriting Semprot pestisida
1. karenanya lebih baik
dan daun Omite
dilakukan
menguning)
pemantauan secara
intensif pada lahan
cabai.
Menjual pada stake
holder yang
menawarkan harga
tertinggi sehingga
hasil panen dapat
dihargai dengan
harga yang sesuai.
Minimnya harga jual Selain itu petani
2. Tidak ada
ke tengkulak sebaiknya
mengetahui harga
pasar sehingga dapat
menggunakan
haknya dalam
menentukan harga
jual kepada
tengkulak.

Petani dapat lebih


Meminjam baik dalam
3. Minimnya modal
kepada koperasi menyisihkan dana
bagi usahataninya.

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa salah satu kendala Bapak Bari
dalam berusahatani terdapat pada aspek budidaya tanaman, dimana pada tanaman
cabai Bapak Bari terdapat serangan hama kutu daun yang menyebabkan cabai
keriting dan daun menguning. Hal itu dapat menyebabkan kualitas cabai menurun.
Dalam penanggulangannya, Bapak Bari selalu menggunakan pestisida jenis Omite
setiap munculnya serangan hama kutu daun. Kendala yang kedua adalah
minimnya harga jual ke tengkulak. Seringkali hasil panen dihargai dengan
nominal yang rendah, sehingga penerimaan Bapak Bari tidak terlalu besar, tetapi
Bapak Bari tidak pernah mengambil tindakan lain, hanya mengandalkan
tengkulak yang datang ke rumah setiap panen tiba dan dijual dengan penawaran
harga yang rendah dari tengkulak. Selanjutnya, kendala lain yang dialami oleh
Bapak Bari adalah minimnya modal untuk memulai usahataninya seperti
pembelian bibit, pupuk, dan pestisida. Hal itu dapat diatasi oleh Bapak Bari
dengan cara meminjam modal berupa rupiah kepada pihak koperasi.
5.4 Quisioner Survei Lapang

Nama Petani : Bari


Desa : Gading Kulon
Dusun : Krajan
RT/RW : 09/02
Kota/Kabupaten : Malang
Provinsi : Jawa Timur
Komoditas : Cabai merah
Nama kelompok tani : Sri Gading Kulon 3
Tanggal wawancara : 22 Oktokber 2017

I. Sejarah Usahatani
1. Sejarah pertanian di desa
Kegiatan pertanian pertama kali dilakukan budidaya tanaman cabai sekitar
tahun 1987. Penanaman cabai dilakukan oleh beberapa orang. Kemudian beberapa
warga beralih bertani jeruk dengan alasan untuk menambah penghasilan.
2. Sejarah usahatani petani
Lahan yang digunakan Bapak Bari berasal dari warisan dan sebagian dari
lahannya membeli. Budidaya yang pertama kali dilakukan adalah menanam bunga
kol. Setelah dilakukan penanaman bunga kol, Bapak Bari beralih menanam cabai
dan juga jeruk.

II. Transek Desa


1. Komoditas pilihan kelompok: Cabai merah (Capsicum annum L.)
2. Gambar transek desa:
III. Profil Petani Responden
1. Nama : Bari
2. Umur : 55 tahun
3. Pendidikan : SD
4. Pekerjaan utama : Petani
5. Pekerjaan sampingan : Berternak
6. Jumlah anggota keluarga : 4 Jiwa
7. Keterangan anggota keluarga (dalam 1 rumah)

Tabel 2. Data Anggota Keluarga (dalam 1 rumah tangga petani)


Hub.dg Pekerjaan
No. Nama Kartu Umur Pendidikan Ket.
Keluarga Utama Sampingan
1. Bari Suami 55 SD Petani Peternak
2. Lasmini Istri 45 SD Petani Peternak
3. Nadiono Anak 29 SMP Petani Pedagang
Mahasis
4. Indah Anak 24 Sarjana -
wa
8. Penguasaan lahan garapan pertanian
Tabel 3. Lahan Garapan Petani
Jenis Lahan (Ha)
No. Keterangan Jumlah
Sawah Tegal/Kebun Pekarangan
1. Milik sendiri
- Digarap sendiri
- Disewakan - - 5000 m2 5000 m2
- Dibagi-hasilkan
Jumlah (a) - - 5000 m2 5000 m2
2. Milik orang lain
- Digarap sendiri
- - - -
- Disewakan
- Dibagi-hasilkan
Jumlah (b) - - - -
Jumlah (a + b) - - 5000 m2 5000 m2

9. Kepemilikan Ternak
Tabel 4 . Kepemilikan Ternak oleh Petani
No. Jenis Ternak Jumlah
1. Sapi 3
2. Kambing -
3. Ayam 3
4. Lainnya -
IV. Usahatani (Kegiatan Bercocok Tanam)
1. Komoditas : Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)
2. Pola tanam : Monokultur
3. Kegiatan bercocok tanam
Tabel 5. Kegiatan Usahatani Cabai
No. Waktu tanam Jenis Kegiatan Uraian
- Pengelolaan lahan - Pengaplikasian
1. September pupuk kandang
- Penanaman - Tanam bibit cabai
Pemanenan dilakukan
2. Januari - Agustus Panen
satu minggu sekali
Jika menggunakan pupuk organik apakah:
a. Milik sendiri/membuat sendiri:
Bapak Bari menggunakan pupuk organik berupa pupuk kandang.
Dalam lahan cabai seluas 5000 m2, Bapak Bari menggunakan 50kg kotoran
sapi hasil ternak dan 100 karung kotoran ayam yang dibeli dengan harga
Rp5.000/karung. Kotoran sapi dan kotoran ayam dicampur rata kemudian
disiram dengan 3 botol EM4, setelah itu disimpan selama 1 bulan.
b. Beli: Mutiara 16, panatik, SP36
Cara pengendalian/pemberantasan hama/penyakit yang dilakukan petani
a. Menggunakan pestisida kimia: Omite
b. Menggunakan pestisida organik: -
c. Secara mekanis: -
d. Secara biologis: -
e. Lainnya: -
V. Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani
1. Biaya usahatani (satu kali musim tanam)
a. Biaya Tetap atau Total Fixed Cost (TFC)
Tabel 6 . Biaya Tetap (Total Fixed Cost) Usahatani Cabai
Jumlah Harga
No. Uraian Biaya
(unit) (Rp)
1. Pajak Lahan 5000 m2 40/m2 200.000

Sewa Alat:
2. 500.000 (3 kali 500.000
- Traktor 1
masa tanam)
Penyusutan alat:
3.
- Traktor - - -

Total Biaya Tetap (Total Fixed cost) 700.000

b. Biaya Variabel atau Total Variable Cost (TVC)


Tabel 7 . Biaya Variabel (Total Variable Cost) Usahatani Cabai
Jumlah Harga
No. Uraian Biaya (Rp)
(Unit) (Rp)
1. Bibit cabai 30 pack 13.000/pack 390.000
2. Pupuk
- Kotoran ayam 300 karung 5.000/karung
1.500.000
- EM4 9 botol 15.000/botol
135.000
- Panatik 6 karung 430.000/karung
2.580.000
- Mutiara 16 6 karung 400.000
2.400.000
- SP36 5 karung 500.000
500.000
3. Pestisida
- Omite 12 liter 250.000/liter 3.000.000

4. Tenaga Kerja (pria)


- Pengolahan tanah 2 35.000 1.102.500
- Penanaman 2 35.000 472.500
- Pemupukan 2 35.000 315.000
- Penyiangan 2 35.000 315.000
- Penyemprotan 2 35.000 157.500
- Pengairan 2 35.000 787.500
- Panen 2 35.000 472.500
Tenaga Kerja (wanita)
- Penanaman 1 25.000 168.750
- Pemupukan 1 25.000 112.500
- Penyiangan 1 25.000 112.500
- Penyemprotan 1 25.000 56.250
- Pengairan 1 25.000 281.250
- panen 1 25.000 168.750
Total Biaya Variabel (Total Variable Cost) 14.637.500
c. Total Biaya atau Total Cost (TC)
Tabel 8. Total Biaya (Total Cost) Usahatani Cabai
No. Biaya Total Biaya (Rp)
1. Total biaya tetap (Total Fixed Cost) 700.000
Total biaya variabel (Total Variable
2. 14.637.500
Cost)
Total Biaya (Total Cost) 15.337.500
2. Penerimaan usahatani
Tabel 9. Penerimaan (Total Revenue) Usahatani Cabai
No. Uraian Nilai
1. Produksi (unit) 3.000 kg
2. Harga (per satuan unit) 15.000/kg
Penerimaan Usahatani (Total Revenue) 45.000.000
3. Keuntungan usahatani
Tabel 10 . Keuntungan () Usahatani Cabai
No. Uraian Jumlah (Rp)
1. Total Biaya (Total Cost) 15.337.500
2. Penerimaan (Total Revenue) 45.000.000
Keuntungan () 29.662.500
VI. Pemasaran Hasil Pertanian
Tabel 11. Pemasaran Hasil Panen Cabai
Jumlah Pemasaran
No Uraian Lembaga Tempat Alasan
Unit %
Pemasaran /Lokasi
Dikonsumsi
1. - - - - -
sendiri
Tengkulak Mempermu
datang ke dah dalam
2. Dijual 100 Tengkulak
rumah pemasaran
Bapak Bari hasil panen
VII. Kelembagaan
Tabel 12. Kelembagaan Petani di Daerah Survei
No. Jenis Kelembagaan Lokasi Manfaat
1. Kelompok Tani Dusun Gading Kulon, Penyuluhan dan
Desa Gading Kulon, berbagi ilmu
Kabupaten Malang sesama petani
VIII. Kendala-kendala Petani dalam Berusahatani
Tabel 13. Kendala-Kendala Petani dalam Berusahatani
Solusi yang
No. Kendala Harapan
Diberikan Petani
Pengendalian
menggunakan
pestisida dapat
Serangan hama kutu
diminimalisir,
daun (cabai keriting Semprot pestisida
1. karenanya lebih baik
dan daun Omite
dilakukan
menguning)
pemantauan secara
intensif pada lahan
cabai.
Menjual pada stake
holder yang
menawarkan harga
tertinggi sehingga
hasil panen dapat
dihargai dengan
harga yang sesuai.
Minimnya harga jual Selain itu petani
2. Tidak ada
ke tengkulak sebaiknya
mengetahui harga
pasar sehingga dapat
menggunakan
haknya dalam
menentukan harga
jual kepada
tengkulak.

Petani dapat lebih


Meminjam baik dalam
3. Minimnya modal
kepada koperasi menyisihkan dana
bagi usahataninya.

Anda mungkin juga menyukai