PENDAHULUAN
>90mmHg dan tekanan sistolik>140 mmHg. Jika kelainan dari hipertensi tersebut
vaskuler untuk retina dengan perdarahan retina sebesar 8,3%, penyempitan arteri
fokal sebesar 9,6%, dan 7,7% untuk arteriovenous nicking. Kelainan ini banyak
ditemukan pada usia lebih dari 40 tahun. Prevalensi yang lebih tinggi juga
darah tersebut. Pada tahap awal biasanya belum terdeteksi atau belum terjadi
perubahan yang signifikan pada pembuluh darah retina. Tahap selanjutnya sudah
juga ditemukan perdarahan retina dan cotton woll spot.Setelah itu pada tahap
akhir dapat terjadi penyempitan disertai perdarahan pada pembuluh darah retina
1
Penatalaksanaan retinopati hipertensi bertujuan untuk membatasi
langsung dari proses hipertensi kecuali terdapat oklusi vena atau arteri lokal. 5,6
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
multilapis yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola
dan akhirnya di tepi ora serrata. Pada orang dewasa, ora serrata berada sekitar 6,5
3
mm di belakang garis Schwalbe pada system temporal dan 5,7 mm di belakang
garis ini pada sisi nasal. Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan
membran Bruch, koroid, dan sklera. Retina menpunyai tebal 0,1 mm pada ora
berdiameter 1,5 mm. Di tengah makula, sekitar 3,5 mm disebelah lateral diskus
optikus, terdadapt fovea yang secara klinis merupakan suatu cekungan yang
fovea ditandai dengan menipisya lapisan inti luar dan tidak adanya lapisan
parenkim karena akson - akson sel fotoreseptor (lapisan serat henle) berjalan oblik
dan pergeseran secara sentrifugal lapisan retina yang lebih dekat ke permukaaan
dalam retina. Foveola adalah bagian paling tengah pada fovea, fotoreseptornya
badan kaca.
3. Lapisan sel ganglion, yang merupakan lapis badan sel dari pada Nervus
Optikus.
4
4. Lapisan pleksiform dalam, yang mengandung sambungan sambungan sel
5. Lapisan inti dalam, merupakan badan sel bipolar, amakrin dan sel
7. Lapisan inti luar, yang merupakan susunan lapis nukleus, sel kerucut dan
kapiler koroid.
9. Lapisan fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang
5
Retina memperoleh vaskularisasi dari 2 sumber, yaitu khoriokapilaris dan
memperdarahi dua pertiga bagian sebelah dalam.Arteri retina sentralis berasal dari
cabang pertama arteri ophtalmika, menembus bola mata dibagian medial bawah
mata, arteri retina sentralis bercabang dua (bifurcatio), yaitu cabang superior dan
kehilangan lapisan otot serta lamina elastik internanya. Arteriol retina yang berada
dilapisan serat saraf akan bercabang- cabang akhirnya menjadi jaringan kapiler
yang luas, yang terletak pada semua lapis retina dalam sampai membrana limitan
eksterna.2
dindingnya lebih tebal.Dinding kapiler terdiri dari suatu lapis endotel yang tidak
terputus, dikelilingi oleh selapise sel perisit yang terputus-putus. Ikatan endotel
pembuluh darah yang bersifat impermeabel merupakan sawar darah retina bagian
dalam (inner barrier), sedangkan sawar darah retina bagian luar dibentuk oleh
ikatan yang erat bagian lateral sel-sel epitel pigmen retina pada zonula adherens
enotelial dan jaringan penunjang yang lebih tipis dibandingkan dengan arteri.Pada
tempat-tempat tertentu terjadi persilangan arteri dengan vena, dimana 70% arteri
berada di atas vena. Pada persilangan arteri dan vena juga akan dijumpai
6
perselubungan (sheating) yang berasal dari tunika adventisia dari pembuluh
darah.2
mata harus berfungsi sebagai alat optik, sebagai suatu reseptor kompleks,
dan sebagai suatu tranduser yang elektif. Sel sel batang dan kerucut di
impuls saraf yang dihantarkan oleh lapisan serat saraf retina melalui saraf
dihantarkan oleh lapisan serat saraf retina melalui saraf optikus dan
serat saraf yang keluar, dan hal ini menjamin penglihatan yang paling
yang sama, dan diperlukan sistem pemancar yang lebih kompleks. Akibat
dari susunan seperti itu adalah bahwa makula terutama digunakan untuk
7
Fotoreseptor kerucut dan batang terletak dilapisan terluar yang
panjang gelombang sekitar 500 nm, yang terletak di daerah biru hijau
spektrum cahaya.7
dari puncak dominasi rodopsi 500 nm ke sekitar 560 nm, dan muncul
siang hari terutama oleh fotoreseptor kerucut, sore atau senja diperantarai
oleh kombinasi sel batang dan kerucut, dan penglihatan malam oleh
8
2.3 Pemeriksaan Funduskopi / Oftalmoskopi Retina
Optik, retina, makula dan fovea, koroid dan pembuluh darah retina. Selain
itu dapat juga dapat diperiksan jaringan lain seperti kornea, COA, iris,
sepertiga diameter pupil.Di tengah tengah papil keluarlah arteri dan vena
merah terang, lebih kecil, sedangkan vena lebih berkelok kelok, warna
lebih tua, dsn lebih besar. Perbandingan diameter arteri dan vena adaah 2 :
3. Pada daerah makula lutea, yang letaknya 2 papil diameter temporal dari
papil dan kelihatan sebagai bercak yang berwarna lebih merah dari
ada cahaya pada tempat itu, karena ini disebut refleks fovea (+). 6,7
9
Gambar 3. Funduskopi Retina Normal
2.4 Definisi
10
2.5 Klasifikasi Retinopati Hipertensi
didasarkan pada hubungan antara temuan klinis dan prognosis yaitu tediri
Stadium Karakteristik
asimptomatis.
nicking arteriovenous
11
B. Klasifikasi Scheie (1953) 1
Stadium Karakteristik
Stadium III Lanjutan stadium II, dengan eksudasi cotton, dengan perdarahan
Stadium IV Seperti stadium III dengan edema papil dengan eksudat star
Stadium Karakteristik
12
D. Klasifikasi Retinopati Hipertensi tergantung dari berat ringannya tanda
Mild Satu atau lebih dari tanda berikut : Asosiasi ringan dengan
kardiovaskuler
Moderate Retinopati mild dengan satu atau lebih Asosiasi berat dengan
exudates kardiovaskuler
13
E. Klasifikasi Retinopati Hipertensi di Bagian Ilmu Penyakit Mata RSCM1
Tipe Funduskopi
arteriosklerosis, terdapat
14
2.6 Patofisiologi Retinopati Hipertensi
sel perisit yang ada didinding pembuluh darah yang berperan pada proses
seluruh pembuluh darah retina, tetapi bisa juga ditemukan pada sebagian
akan menekan dinding vena yang lebih lembut. Dalam keadaan normal
tidak terjadi penekanan dan elevasi pada persilangan arteri dan vena.
Penekanan pada vena oleh arteri yang sklerosis dapat terjadi dalam
beberapa tahap, vena yang berada di bawah arteri tidak terlihat karena
arteri yang sklerosis maka vena seolah terputus dan akan muncul lagi
15
secara perlahan setelah melewati persilangan arteri (arteriovenous
seperti huruf S atau Z (salus sign). Pada keadaan tertentu vena berada di
atas arteri, sehingga akan terlihat elevasi vena di atas arteri. Tahap
keadaan normal dinding arteriol tidak terlihat, yang terlihat adalah sel-sel
terlihat seperti garis tipis yang mengkilat di tengah kolom darah (refleks
cahaya normal hilang dan cahaya terlihat lebih luas dan buram. Hal ini
16
proses sklerosis berlanjut, dinding arteri semakin menebal dan lumen
hanya berbentuk garis putih saja, yang dikenal sebagai refleks kawat perak
terkontrol. Proses yang kronik ini akan menyebabkan kerusak inner blood
barrier, sehingga terjadi ekstravasasi plasam dan sel darah merah ke retina
terjadi pada lapisan inti dalam atau pleksiform dalam, bentuknya lebih
Iskemik fokal atau area non perfusi yang terjadi pada lapisan
bodies. Kelainan ini dikenal dengan cotton woolspot (soft exudates), yang
17
accelerated terjadi pembentukan plak yang besar di intra lumen yang akan
bentuk oklusi cabang retina sentralis (BRAO) atau arteri retina sentralis
(CRAO).2,9
makula.2
2.8 Diagnosis
mmHg dan tekanan sistol > 140 mmHg , sudah mulai terjadi perubahan
18
Pemeriksaan tajam penglihatan dan funduskopi adalah pemeriksaan
Ket : A. Nicking AV (panah putih) dan penyempitan arteriol lokal (panah hitam) .
19
B. Terlihat AV nicking (panah hitam) dan gambaran copper wiring pada
Ket : A. AV nicking (panah putih) dan cotton wool spot (panah hitam).
B. Perdarahan retina (panah hitam) dan gambaran cotton wool spot (panah
putih)
20
Gambar 7. Gambaran cotton wool spot dan perdarahan retina
Ket :Multipel cotton wool spot (panah putih) , perdarahan retina (panah hitam).
Gambar 9.Gambaran Cotton wool spot ,macula star figure disertai papil
edema
21
Ket : Panah biru : Cotton wool spot ; Panah putih : perdarahan (blot shape) ;
Panah hijau : eksudasi retina dan macular star (star figure) ; panah hitam : papil
edema
darah retina, gambaran pembuluh darah tersebut difoto dengan kamera khusus
22
Gambar 11. Perbandingan foto retina dengan angiografi fluorosein
laboratorium terutama diperiksa kadar gula darah, lemak darah dan fungsi
ginjal. 11
1. Retinopati Diabetik
didapatkan gula darah yang tidak terkontrol yaitu > 200 mg/dl.
2. Katarak
23
Penurunan visus perlahan pada pasien katarak akibat kekeruhan
3. Glaukoma
4. Kelainan refraksi
yang dapat menyebabkan visus turun. Pada miopia panjang bola mata
Astigmatisme jika berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik dengan
tajam pada retina akan tetapi pada dua garis titik yang saling tegak
2.10 Penatalaksanaan
24
penting jika ditemukan perubahan pada fundus akibat retinopati
maka kelainan klinis yang terjadi tidak dapat diobati lagi tetapi
kerja
antagonis) koroner
inhibitor)
adrenergik)
25
Perubahan pola dan gaya hidup juga harus dilakukan. Kontrol berat
badan dan diturunkan jika sudah melewati standar berat badan seharusnya.
alkohol dan garam perlu dibatasi dan olahraga yang teratur. 4,5
dapat terjadi seperti oklusi arteri retina sentralis dan oklusi cabang vena
terkontrol secara baik. Jika sudah terjadi eksudat di makula, KWB stadium
dipertimbangkan.6
hukum Starling, hal ini akan menurunkan aliran cairan dari kompartemen
26
saat yang bersamaan menyebabkan venula konstriksi dan memendek
27
2.11 Komplikasi
jantung terdiri dari empat tipe, antara lain emboli terkalsifikasi dari
Emboli retina dari arteri karotis terdiri dari tiga tipe yaitu emboli
terkalsifikasi.13
28
CRAO (oklusi arteri retina sentral) biasanya diakibatkan
koroid tertutupi.13
adanya perfusi.13
29
BRVO (oklusi vena retina cabang) akut tidak terlihat pada
edema yang bersifat putih pada retina akibat infark pada pembuluh
emboli. 12,13
2.12 Prognosis
30
BAB III
KESIMPULAN
90 mmHg dan tekanan sistolik>140 mmHg. Jika kelainan dari hipertensi tersebut
perdarahan retina.Edema diskus optikus dapat terlihat pada tahap akhir, dan
penglihatan yang serius biasanya tidak terjadi sebagai dampak langsung dari
proses hipertensi kecuali terdapat komplikasi oklusi vena atau arteri lokal.Untuk
itu mengobati faktor primer dengan obat hipertensi yang salah satunya adalah
golongan ACE inhibitor (kaptopril) sangat penting jika ditemukan perubahan pada
retina.
31
32
DAFTAR PUSTAKA
2. Basic and Clinical Science Course. Retina and Vitreus Section 12. The
3. Wong TY, et al. The prevalence and Risk Factors of Retinal Microvascular
666.
[cited:[8screens].Availablefrom:URL:http://www.nejm.org/cgi/reprint/351/22/
2310.pdf
5. Hughes BM, Moinfar N, Pakainis VA, Law SK, Charles S, Brown LL et al,
editors. Hypertension. [Online]. 2007 Jan 4 [cited 2015 Oct 26]: [7 screens].
AAO ; 2009.
8. Wijana Nana, S, D. Ilmu Penyakit Mata, Edisi 6. Abdi Tegal. Jakarta 1993
9. Murphy RP, Chew EY. Hypertension. In Ryan SJ. ed. Retina. Vol 2. St.Louis
: CV Mosby : 2002
33
10. Gerald Liew, MD, editors. Retinal Vascular. Journal Of The American Heart
Association. 2008;1;156-161
2005;73 and 74;57-70. [cited 2015 Oct 26]: [14 screens]. Available from:
URL:http://bmb.oxforsjournals.org/cgi/reprint/73-74/1/57
12. C.D Regillo,et al. Vitroretinal Disease : The Essentials. Thieme Medical
13. Kanski JJ. Clinical Ophtalmology A Systematic Approach. 4th ed. Oxford.
14. Aru, Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Penerbit Fakultas Kedokteran
15. Arsaell Arnasson and Einar Stefansson. Laser Treatment amd The Mechanism
34