Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gejala psikosis dikaitkan terutama dengan adanya hiperaktivitas dari

neurotransmiter dopamin. Oleh karena itu, obat-obat yang digunakan untuk

mengurangi atau bahkan menghilangkan gejala psikosis mempunyai mekanisme

memblok reseptor dari dopamin, khususnya reseptor D2 dopamin. Selain dari

pengurangan gejala psikosis, penggunaan obat-obat antipsikosis juga mempunyai

efek samping yang berkaitan dengan neurotransmiter dopamin.

Efek samping ekstrapiramidal merupakan efek samping dari obat-obat

antipsikosis yang sering muncul dan sangat mengganggu pasien sehingga dapat

menurunkan ketaatan pasien untuk teratur mengkonsumsi obat, yang mana akan

menyebabkan sulitnya gejala-gejala psikosis untuk berkurang atau hilang.

Sistem ekstrapiramidal merupakan jaringan syaraf yang terdapat pada otak

bagian sistem motorik yang mempengaruhi koordinasi dari gerakan. Letak dari

ekstrapimidal adalah terutama di formatio retikularis dari pons dan medulla, dan

di target saraf di medulla spinalis yang mengatur refleks, gerakan-gerakan yang

kompleks, dan kontrol postur tubuh

Sindrom ekstrapiramidal (EPS) mengacu pada suatu gejala atau reaksi yang

ditimbulkan oleh penggunaan jangka pendek atau panjang dari medikasi

antipsikotik golongan tipikal. Obat antipsikotik tipikal yang paling sering

memberikan efek samping gejala ekstrapiramidal yakni Haloperidol,


Trifluoperazine, Pherpenazine, Fluphenazine, dan dapat pula oleh

Chlorpromazine. Gejala bermanifestasikan sebagai gerakan otot skelet, spasme

atau rigiditas, tetapi gejala-gejala tersebut di luar kendali traktus kortikospinal

(piramidal). Oleh karena itu, asuhan keperawatan yang tepat sangat diperlukan

pasien Sindrom Ekstrapiramidal.

B. Rumusan Masalah
1.
C. Tujuan Penulisan
1.
D. Manfaat Penulisan
1.

Anda mungkin juga menyukai