Anda di halaman 1dari 19

EKSISTENSI THE TRIPS SAFEGUARDS DI DALAM PERJAN-

JIAN TRIPS: DALAM PERSPEKTIF KESEHATAN MASYARAKAT

Tomi Suryo Utomo*

Abstract
Developing countries believe that the TRIPS Agreement gives more benefits to phar-
maceutical companies of developed countries and prevents access to cheaper and affordable
drugs. A reduction of drug prices has occurred when developing countries applied safeguards,
such as parallel imports and compulsory license. The effort to enact safeguard legislation has
resulted in US legal action, such as the dispute between the US government and the Brazilian
government when Brazil considered the adoption of compulsory license. Another example
was a dispute between big pharmaceutical companies and the South African government in
its plans for adoption of parallel imports and compulsory license. These disputes demonstrate
that the TRIPS safeguard articles are weak and meaningless because the interpretation of
those articles has favored the developed countries perspectives.

Kata kunci: TRIPS, kesehatan masyarakat, perjanjian

A. Pendahuluan Menyadari akan dampak tersebut,


Perlindungan paten obat yang telah perhatian masyarakat dunia kembali
disepakati secara bulat oleh negara-negara difokuskan kepada perjanjian TRIPS yang
WTO untuk dimasukkan ke dalam agenda menjadi sumber yang sahih bagi perlindungan
WTO, merupakan sebuah topik yang masih paten obat. Pasal 8 menyatakan bahwa
menyisakan kontroversi di negara-negara setiap negara dapat mengambil langkah-
berkembang dan terbelakang. Setelah langkah yang segera dan penting untuk
diberlakukan secara efektif di berbagai mengatasi masalah yang timbul di sektor
negara selama kurang lebih 16 tahun, kesehatan masyarakat akibat perlindungan
persoalan-persoalan yang timbul akibat Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya
perlindungan paten obat sudah banyak disingkat HKI). Meskipun pasal tersebut
terdeteksi di berbagai negara berkembang dan dan sederet pasal-pasal pendukung lainnya
terbelakang. Melalui serangkaian penelitian yang lebih dikenal sebagai pasal pelindung
yang intensif dan mendalam, beberapa (the TRIPS Safeguards) diperbolehkan oleh
ahli sepakat bahwa paten obat berdampak TRIPS, kenyataannya banyak negara-negara
terhadap harga obat dan ketersediaan obat berkembang dituntut oleh negara-negara
generik. maju ke Badan Penyelesaian Sengketa

1 Dosen Fakultas Hukum Bisnis Universitas Janabadra, Yogyakarta.


210 MIMBAR HUKUM Volume 20, Nomor 2, Juni 2008, Halaman 193 - 410

WTO (Dispute Settlement Body/DSB) akibat Paper ini akan mengupas secara
pelaksanaan dari pasal-pasal pelindung detail tentang standard yang disepakati
tersebut. Perselisihan antara pemerintah AS oleh perjanjian TRIPS sehubungan dengan
dengan pemerintah Brazil berkaitan dengan pasal-pasal pelindung di sektor kesehatan
implementasi lisensi wajib adalah contoh masyarakat. Masalah pokok dalam paper
yang nyata bahwa antara peraturan di dalam ini adalah berkaitan dengan pertanyaan
perjanjian TRIPS dan pelaksanaannya sampai sejauhmanakah perjanjian TRIPS
masih menemui kesenjangan yang berujung membolehkan negara WTO melaksanakan
kepada tindakan hukum yang membutuhkan pasal pelindung tersebut untuk kepentingan
campur tangan DSB WTO.1 Pertentangan penanganan permasalahan di sektor
antara perusahaan-perusahaan farmasi kesehatan masyarakat akibat perlindungan
multinasional dengan pemerintah Afrika paten obat. Dengan analisa dan kajian ini,
Selatan berhubungan dengan implementasi diharapkan pemerintah dapat menghindari
impor paralel dan lisensi wajib adalah contoh terjadinya perselisihan hukum dan dapat
serupa yang semakin menguatkan pada satu lebih memfokuskan kepada penanganan
kesimpulan bahwa ada perbedaan penafsiran dampak negatif perlindungan paten obat di
terhadap pelaksanaan pasal-pasal pelindung Indonesia.
(the TRIPS Safeguards) antara negara-
negara maju dengan negara berkembang dan B. Perjanjian TRIPS dan Akses
terbelakang.2 terhadap Obat yang murah dan
Bertitik tolak dari berbagai perma- terjangkau
salahan yang dihadapi oleh negara-negara Sub bab ini akan membahas tentang
berkembang tersebut, sebuah kajian yang dua topik utama dari perjanjian TRIPS,
membahas tentang pasal-pasal pelindung yaitu perlindungan paten obat dan peran
TRIPS perlu dilakukan. Kajian tersebut dari pasal pasal pelindung TRIPS terhadap
sangat bermanfaat untuk memastikan penyediaan akses obat esensial yang lebih
langkah-langkah antisipatif yang perlu terjangkau.
dilakukan oleh pemerintah Indonesia di
masa yang akan datang berkaitan dengan 1. Perlindungan paten obat berdasarkan
pengoptimalan pelaksanaan pasal pelindung ketentuan perjanjian TRIPS: Sebuah
tersebut. tinjauan singkat

2 Srividhya Ragavan, Cant We All Get Along? The Case For A Workable Patent Model, 35 Arizona State Law
Journal 117, hlm. 21-22 (2003).
3 Divya Murthy, The Future of Compulsory Licensing: Deciphering the Doha Declaration on the TRIPS Agree-
ment and Public Health, 17 American University International Law Review 1299, 5 (2002); Srividhya Raga-
van , Ibid. hlm. 21; Richard Gerster, People Before Patents-The Success Story of the Indian Pharmaceutical
Industry, available at http://www.gersterconsulting.ch/docs/India%20_ Pharma_Success_Story.pdf.
4 Gary Gereffi, THE PHARMACEUTICAL INDUSTRY AND DEPENDENCY IN THE THIRD WORLD 169
(1983).
Utomo, Eksistensi the TRIPS safeguards 211

Berdasarkan sejarahnya, penemuan diperuntukkan untuk keperluan R&D di


beberapa obat yang penting sesudah perang dunia baik di sektor public maupun di
dunia II merupakan sebuah faktor utama sektor swasta.6 Akibatnya, kebanyakan zat-
bagi berkembangnya industri farmasi yang zat dan komponen kimia dari tahun 1961
modern. Meskipun perusahaan-perusahaan sampai 1985 ditemukan oleh perusahaan-
farmasi telah menjadi sebuah bisnis perusahaan farmasi AS.7Diantara 15
komoditi pada tahun 1930-an, kemajuan perusahaan terkemuka di dunia, delapan
paling signifikan yang dicapai perusahaan peusahaan secara konsisten mendominasi
tersebut baru terjadi di akhir tahun 1950-an. industri farmasi dunia selama 20 tahun.
Pada saat itu, industri farmasi, yang terutama Enam diantaranya adalah berasal dari AS.8
dipimpin oleh perusahaan-perusahaan AS, Pemerintah AS dan negara-negara
telah mengubah orientasi bisnisnya dari maju lainnya, seperti Jepang dan Masyarakat
industri yang kurang berbasis kepada riset Eropa menjadikan perusahaan farmasi
menjadi sebuah bisnis yang berlandaskan sebagai salah satu sektor yang sangat
pada budaya R&D yang sangat intensif.3 penting bagi kemajuan ekonomi mereka
Perbedaan orientasi ini telah menghantarkan dengan cara menyediakan perlindungan
industri farmasi menanggalkan haluan yang ketat terhadap industri tersebut dari
strategi bisnisnya yang semula hanyalah tindakan-tindakan yang merugikan, misalnya
sebuah komoditi menjadi industri yang pembajakan obat-obatan. Perlindungan super
menyandarkan pada produk-produk yang ketat tersebut merupakan insentif untuk
dapat dipatenkan dan memiliki merek yang memberikan stimulasi kepada perusahaan
bereputasi tinggi.4 farmasi agar terus mengadakan penelitian
Pasca munculnya perusahaan farmasi melalui sarana R&D yang telah dimiliki oleh
berbasis R&D, ternyata turut meningkatkan perusahan-perusahaan tersebut.
minat pemerintah untuk berinvestasi di Sebaliknya, negara-negara berkem-
bidang tersebut melalui sektor publik, bang dan terbelakang tidak menyediakan
khususnya di AS.5 Investasi dengan jalur perlindungan yang memadai terhadap
swasta yang berlandaskan pada profit di paten obat dengan alasan paten obat
negara AS juga meningkat secara signifikan. hanya menguntungkan negara-negara
Tidak mengherankan jika industri farmasi maju. Berdasarkan asumsi tersebut, tidak
AS mendominasi jumlah anggaran yang mengherankan jika beberapa negara tidak

5 Ibid. hlm. 169.


6 US DEPARTMENT OF COMMERCE, A COMPETITIVE ASSESSMENT OF THE US PHARMACEUTI-
CAL INDUSTRY 5 (1986)
7 Global Forum Health, Monitoring Financial Flows for Health Research, (chapter 3 Results), hlm. 7-8 and at
12-13, available at http://www.globalforumhealth.org/Site/002_What%20we%20do/005_ publications/004_
Resource%20flows.php (2001).
8 WHO, THE WORLD DRUG SITUATION 37 (1988)..
9 Kedelapan perusahaan obat tersebut adalah Merck, Bayer, Pfizer, Bristol-Myers Squibb, Ely Lilly, Roche,
American Home Products, dan Warner-Lambert (WHO, WHO, The World Medicines Situation, hal. 38, http://
hinfo198.tempdomainname.com/gsdl2/collect/edmweb/pdf/ s6160e.pdf).
212 MIMBAR HUKUM Volume 20, Nomor 2, Juni 2008, Halaman 193 - 410

menyediakan perlindungan sama sekali tersebut tidak dapat dilepaskan dari peran
terhadap paten obat.9 Keadaan yang lobi perusahaan-perusahaan farmasi besar
sangat kontras ini menjadi latar belakang yang berkedudukan di negara-negara
munculnya inisiatif dari delegasi AS, Jepang maju, khususnya AS. Selama perundingan
dan Masyarakat Eropa untuk melindungi Uruguay di tingkat awal, lobi tersebut telah
paten obat secara internasional selama berhasil merumuskan perlindungan paten
perundingan GATT (the General Agreement obat berdasarkan standard yang ada di
on Tariffs and Trade).10 negara-negara maju.12
Meskipun usaha negara-negara maju Keberadaan perjanjian TRIPS di
gagal di putaran Tokyo (Tokyo round of bawah administrasi Organisasi Perdagangan
GATT), mereka akhirnya mencapai tujuan Dunia (the World Trade Organization atau
tersebut ketika HKI dimasukkan sebagai WTO) membawa pendekatan baru terhadap
salah satu topik yang disepakati di dalam perlindungan HKI di tingkat internasional.
putaran Uruguay (the Uruguay round of Beberapa aspek penting dari paten juga
GATT) pada bulan April tahun 1994. Putaran diperkenalkan di dalam perjanjian tersebut.
ini selanjutnya menggulirkan sebuah Perjanjian TRIPS mengatur perlindungan
perjanjian yang penting di bidang HKI yang paten obat dengan standard yang tinggi
dikenal sebagai perjanjian TRIPS (Trade meliputi paten proses dan paten produk,
Related Aspects of Intellectual Property jangka waktu perlindungan selama 20 tahun
Rights).11 Kesuksesan memasukkan dan penggunaan lisensi wajib yang terbatas
perlindungan paten obat ke dalam perjanjian serta didasarkan pada persyaratan tertentu.13

10 Kirsten Peterson, Recent Intellectual Property Trends in Developing Countries, 33 HARV. INTL L.J. 277, 1
(1992). Sebelum diluncurkannya the Uruguay Round, ada 50 negara yang tidak melindungi paten obat, dian-
taranya Brazil, India, Mexico dan Mesir. Bahkan ada diantara negara-negara maju yang tidak menyediakan
perlindungan paten obat pada saat itu diantaranya Portugal dan Spanyol (DGDFC and WHO, THE TRIPS
AGREEMENT AND PHARMACEUTICALS 11 (2000).
11 Usaha untuk melindungi paten secara internasional telah dimulai sejak tahun 1883 ketika perjanjian inter-
nasional pertama di bidang kekayaan industri (the Paris Convention) diluncurkan. Di dalam Konvensi ini,
hak-hak pemegang paten diatur. Meskipun demikian, konvensi ini banyak dikritik oleh para ahli dan pengamat
HKI karena tidak menyediakan aturan mengenai penegakan HKI secara komprehensif, termasuk mekanisme
penyelesaian sengketa (Naomi A. Bass, The Implications of the TRIPS Agreement for Developing Countries:
Pharmaceutical Patent Laws in Brazil and South Africa in the 21st Century, 34 GEO. WASH. INTL L. REV.
191, 3(2002).
Untuk melengkapi keterbatasan Konvensi Paris tersebut, negara-negara maju berupaya untuk mencari
solusinya, yaitu melalui forum GATT. Negara-negara maju seperti AS, Masyarakat Eropa dan Jepang akh-
irnya menggunakan GATT sebagai alternatif untuk menyelesaikan permasalahan perlindungan HKI yang
kurang memuaskan di negara-negara berkembang, termasuk perlindungan paten (Edward Slavko Yambrusic,
TRADE-BASED APPROACHED TO THE PROTECTION OF INTELLECTUAL PROPERTY 84 (1992).
12 Lihat David W. Leebron, An Overview of the Uruguay Round Result, 34 COLUM. J. TRANSNATL L. 11,
2, 9-10 (1996); Paul Damaret, The Metamorphoses of the GATT: From Havana Charter to the World Trade
Organization, 1 COLUM. J. TRANSNATL L 123, 3-5, 20-21 (1995).
13 Nadia Natasha Seeratan, The Negative Impact of Intellectual Property Patent Rights on Developing Countries:
An Examination of the Indian Pharmaceutical Industries, 3 ST. MARYS L. REV. on Minority Issues 339, 13
(2001).
14 Carlos Correa, Carlos Correa, INTEGRATING PUBLIC HEALTH CONCERNS INTO PATENT LEGISLA-
TION IN DEVELOPING COUNTRIES 3(2000).
Utomo, Eksistensi the TRIPS safeguards 213

Negara-negara berkembang tidak dibutuhkan organisasi internasional yang


setuju dengan keberadaan perjanjian baru untuk melindungi HKI secara efektif.
TRIPS dengan alasan bahwa perjanjian GATT adalah sebuah pilihan yang tepat
tersebut bertujuan untuk melestarikan untuk melengkapi keberadaan WIPO karena
monopoli negara-negara maju atas negara- telah memiliki lembaga penyelesaian
negara berkembang di bidang ekonomi dan sengketa yang diyakini oleh negara-
teknologi. Perjanjian tersebut juga diyakini negara maju sebagai sebuah pranata yang
oleh negara berkembang sebagai faktor yang lebih menjanjikan untuk menyelesaikan
akan memperbesar jurang pemisah antara perselisihan HKI.16Meskipun perjanjian
kedua kelompok negara tersebut, terutama tersebut dianggap sebagai sebuah perjanjian
berkaitan dengan pembangunan ekonomi yang kontroversial, mayoritas negara-
dan teknologi.14 negara berkembang akhirnya bersedia untuk
Sehubungan dengan permasalahan menandatangani perjanjian tersebut dan
tersebut, India dan Brazil sempat mengkritik tunduk dengan standard internasional yang
masuknya HKI sebagai salah satu agenda telah ditetapkannya. Setidaknya ada dua
yang diperbincangkan di dalam forum GATT alasan yang dapat menjelaskan fenomena
atas dasar bahwa telah ada WIPO (World ini:
Intellectual Property Organization), sebuah Pertama, sejak negara-negara berkem-
organisasi internasional yang bernaung di bang menggantungkan ekonominya terhadap
bawah administrasi PBB dan menangani pinjaman lunak dari sponsor luar negeri
secara khusus permasalahan di seputar dan penanaman modal asing, kebanyakan
perlindungan HKI di tingkat internasional.15 negara berkeembang terpaksa memutuskan
Meskipun demikian, pemerintah AS dan untuk tunduk dengan perjanjian TRIPS
Masyarakat Eropa meyakinkan negara- dengan alasan keikutsertaan mereka dapat
negara berkembang bahwa WIPO telah membantu perkembangan ekonomi negara
gagal dalam menyediakan perlindungan mereka.17 Alasan ini masuk akal karena
HKI secara internasional, oleh karena itu

15 Berdasarkan perspektif negara-negara berkembang, perjanjian TRIPS dianggap semata-mata sebagai alat un-
tuk melindungi kepentingan ekonomi negara-negara maju. Ruth L. Ghana menyatakan bahwa the Uruguay
Round, through its accomplishment, is indicative of a general movement in the Western Hemisphere to re-or-
der the basis of economic relationships (Ruth L. Ghana, Prospect for Developing Countries Under the TRIPS
Agreement, 29 VAND. J. TRANSNATL L.735, 4 (1996) ; lihat juga Judith C. Chin and Gene M. Grossman,
supra note 20, at 90). Menyuarakan pernyataan yang sama, Marci A. Hamilton berkomentar bahwa perjanjian
TRIPS will be one of the most effective vehicle of Western imperialism in history (Marci A. Hamilton, The
TRIPS Agreement: Imperialistic, Outdated and Overprotective, 29 VAND. J. TRANSNATL L.613, 2 (1996).
Kostecki berpendapat bahwa ada kekhawatiran diantara negara-negara berkembang bahwastricter rules on
TRIPS might reduce their revenues and limit their access to modern technology (M.M Kostecki, Sharing
Intellectual Property Between the Rich and the Poor, 13(8) EIPR 271-274, 2(1991).
16 Michael Blakeney, The Impact of TRIPs Agreement In the Asian Pacific Region, 10 EIPR, 544 (1996).
17 Myles S. Getlan, TRIPS and Section 301: A Comparative Study In Trade Dispute Resolution, 34 COLUM.
J. TRASNATL L.173, 2-3 (1995); lihat juga HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL SUATU PENGANTAR
(INTELLECTUAL PROPERTY: AN INTRODUCTION) 77 (Tim Lindsey et al eds., 2002).
18 Lihat Christoph Antons, The Development of Intellectual Property Law In Indonesia: From Colonial to Na-
tional Law, 3 International Review of Industrial Property and Copyright Law (IIC), 374 (1991).
214 MIMBAR HUKUM Volume 20, Nomor 2, Juni 2008, Halaman 193 - 410

penundukan diri terhadap perjanjian tersebut negosiasi pada putaran awal Uruguay
akan menjadi salah satu syarat penting untuk sepakat untuk memasukkan beberapa pasal
menarik investor asing.18 pelindung di bidang kesehatan masyarakat
Kedua, perjanjian TRIPS adalah satu sebagai bentuk antisipasi terhadap dampak
dari persyaratan penting untuk menjadi negatif perjanjian tersebut. Salah satu pasal
anggota Organisasi Perdagangan Dunia penting yang merupakan hasil dari negosiasi
(WTO).19 Sejak WTO menjadi sebuah tersebut adalah Pasal 8 perjanjian TRIPS.
organisasi penting di dalam perdagangan Pasal tersebut memberikan mandat kepada
internasional, kebanyakan negara berkem- anggota WTO untuk mengadopsi tindakan-
bang memilih untuk menundukan diri tindakan yang perlu guna melindungi
terhadap perjanjian TRIPS. kesehatan masyarakat.21
Perjanjian TRIPS berisi 12 pasal yang
2. Pasal-Pasal Pelindung (The memiliki kaitan erat dengan perlindungan
TRIPS safeguards) dan kesehatan paten obat22 dan tiga pasal tentang kebijakan
masyarakat untuk menangani dampak paten obat yang
Banyak negara mengkhawatirkan dampak lebih dikenal sebagai pasal pelindung TRIPS
perlindungan paten obat terhadap akses (the TRIPS safeguards).23 Berkaitan dengan
obat esensial yang murah dan terjangkau pengadopsian pasal-pasal tersebut, anggota
sebelum perjanjian TRIPS diluncurkan WTO disarankan untuk tetap konsisten
pada tahun 1994. Kebanyakan negara tidak dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat
menyediakan perlindungan yang memadai di dalam perjanjian TRIPS. Permasalahan
terhadap paten obat karena perlindungan yang sering timbul adalah berkaitan dengan
tersebut akan berakibat negatif terhadap sifat dari TRIPS itu sendiri yang tidak
kebutuhan masyarakat akan obat murah.20 menyediakan standard hukum internasional
Untuk mengakomodasi kekhawatiran atau persyaratan hukum yang seragam bagi
tersebut, kebanyakan negara yang melakukan anggota WTO.24 Akibatnya, pelaksanaan

19 Lihat Marco CEJ Bronckers, The Impact of TRIPS: Intellectual Property Protection in Developing Countries,
31 COMMON MKT. L. REV. 1248 (1994).
20 Paul Damaret, supra note 11, hlm. 7.
21 See Kirsten Peterson, supra note 9, at 1; DGDFC and WHO, supra note 9, at 11; Nabila Ansari, International
Patent Rights in a Post Doha World, 11 INTL TRADE L. J. 57, 3 (2002).
22 Pasal 8 Perjanjian TRIPS.
23 Keduabelas pasal didalam perjanjian TRIPS adalah sebagai berikut : Pasal 3 dan 4 (prinsip non- diskriminasi),
Pasal 7 (tujuan TRIPS), Pasal 8 (perlindungan kesehatan masyarakat), Pasal 27 (Paten produk dan proses;
dan pengecualian paten), Pasal 33 (perlindungan paten minimum selama 20 tahun), Pasal 34 (pembuktian
terbalik untuk paten proses), Pasal 39 (Perlindungan data), Pasal 65 dan 66 (Pengaturan ketentuan transisi un-
tuk negara-negara berkembang yang menjadi anggota WTO), Pasal 66 dan 67 (alih teknologi dan kerjasama
teknis), Pasal 70/8 (mailbox filings) dan Pasal 71/1 (review) (WHO Essential Drugs and Medicines Policy,
NETWORK FOR MONITORING THE IMPACT OF GLOBALIZATION AND TRIPS ON ACCESS TO
MEDICINES 17 (2001).
24 Pasal 6 (import paralel), Pasal 30 (Bolar Provision) dan Pasal 31 (lisensi wajib dan government use) (Id., at
17).
25 Carlos Correa, supra note 13, hlm. 3.
Utomo, Eksistensi the TRIPS safeguards 215

pasal-pasal pelindung tersebut, termasuk nothing in this Agreement shall be used


bagaimana menterjemahkan pasal-pasal to address the issue of the exhaustion of
tersebut berbeda-beda diantara negara intellectual property rights.27
anggota WTO, khususnya antara negara
berkembang dengan negara maju.25 Pasal 6 tersebut mengklasifikasikan
Paparan berikut ini akan mengulas impor paralel sebagai pelepasan
secara detail empat pasal pelindung TRIPS (exhaustion) dari HKI dan tindakan
yang dapat digunakan untuk mengatasi pelepasan tersebut bukan sebagai subjek
dampak negatif perlindungan paten obat, dari proses penyelesaian sengketa WTO.28
yaitu impor paralel, bolar provision, Dalam konteks internasional, pembenaran
lisensi wajib dan penggunaan paten oleh terhadap impor paralel didasarkan pada
pemerintah. doktrin penjualan pertama (first sale) dan
hak-hak exhaustion.29 Menurut doktrin first
a. Impor paralel (Parallel Import) sale, pemilik HKI akan kehilangan hak-hak
Impor paralel adalah sebuah tindakan kontrolnya terhadap barang-barang yang
importasi tanpa persetujuan dari pemegang telah dijualnya. Secara teoritis, dengan
paten, dari sebuah produk yang dipasarkan meletakkan barang-barang tersebut di
di negara lain baik oleh pemegang paten pasaran, pemilik melepaskan HKI yang
maupun atas ijin dari pemegang paten.26 melekat pada barang yang telah dijual
Pelaksanaan impor paralel harus sesuai mereka.30 Dalam praktek, keberadaan teori
dengan prosedur impor secara umum dan ini telah menimbulkan masalah karena tidak
peraturan-peraturan terkait lainnya yang ada batas yang jelas sampai sejauh mana hak-
berlaku di sebuah negara. Di dalam perjanjian hak tersebut telah dilepaskan. Kebanyakan
TRIPS, importasi seperti ini dijelaskan pengadilan di negara-negara maju mem-
secara lebih luas di dalam pasal 6: fokuskan permasalahan yang berkaitan
dengan teori ini pada sebuah pertanyaan
For the purposes of dispute settlement apakah pelepasan itu dilaksanakan secara
under this Agreement, subject to the territorial atau secara internasional.31 Di
provisions of Articles 3 and 4 above pengadilan AS sebagai contoh, doktrin

26 Ibid., hlm. 4.
27 WHO Essential Drugs and Medicines Policy, supra note 22, at 18; lihat juga WHO and DGFDC, supra note
20, hal. 33.
28 Pasal 6 Perjanjian TRIPS.
29 WHO Policy Perspectives On Medicines, Globalization, TRIPS and Access to Pharmaceuticals, available at
Internet: www.webpeers.net (March 2001).
30 Tait R. Swanson, Combating Gray Market Goods in a Global Market: Comparative Analysis of Intellectual
Property Laws and Recommended Strategies, 22 HOUS. J. INTL L. 327, 3 (2000).
31 Ibid.
32 Ibid.
216 MIMBAR HUKUM Volume 20, Nomor 2, Juni 2008, Halaman 193 - 410

pelepasan hanya dikaitkan dengan tindakan tersebut dilarang oleh sebuah perjanjian yang
yang didasarkan pada hukum teritorial.32 dibuat oleh para pihak (hukum privat).35
Dalam beberapa kasus di negara tersebut, Sebelum perjanjian TRIPS, pengadilan
ada beberapa perbedaan pendapat mengenai di Jepang menunjukkan sikap ambivalensi
doktrin penjualan pertama sebagai sebuah mereka terhadap berbagai kasus yang
pembenaran bagi dilaksanakannya impor menyangkut impor paralel yang didasarkan
paralel. Secara umum, impor paralel ke pada teori pelepasan. Di satu sisi, pengadilan
wilayah AS dibatasi. Sesudah pendirian di negara tersebut mencoba membatasi impor
WTO, pemerintah AS sangat agresif paralel dan menerapkan teori pelepasan
menentang penggunaan impor paralel di yang bersifat nasional. Di sisi yang lain,
beberapa negara.33 pengadilan memperbolehkan penerapan
Sebelum perjanjian TRIPS, pemerintah impor paralel di Jepang, kecuali impor
AS menyediakan dasar hukum yang kuat tersebut dilarang oleh pemegang paten yang
untuk melarang penggunaan impor paralel, tertuang dalam sebuah perjanjian.36
kecuali tindakan tersebut dilakukan atas ijin Tidak seperti negara maju lainnya,
pemegang paten produk yang akan diimpor. negara berkembang sangat mendukung
Kebijakan yang sama juga dikeluarkan diberlakukannya impor paralel di negara
oleh pemerntah AS pada tahun 1987 ketika mereka. Negara berkembang sepakat dan
pemerintah membuat sebuah uu mengenai meyakini bahwa impor paralel adalah sarana
larangan mengimpor kembali obat-obatan yang sangat efektif untuk menurunkan harga
ke AS, kecuali impor tersebut dikehendaki obat. Pengadopsian impor paralel di negara-
oleh pemegang paten obat-obatan tersebut.34 negara berkembang mempunyai peran yang
Di wilayah Masyarakat Eropa, penting di dalam mengatasi disparitas atau
pendekatan yang digunakan berkaitan dengan perbedaan harga obat di berbagai negara.
impor paralel sedikit berbeda. Keputusan Impor paralel dapat mengatasi perbedaan
yang dibuat oleh lembaga peradilan Eropa harga yang sifatnya sangat merugikan yang
pada tahun 1970-an mengijinkan impor sering diterapkan oleh beragai perusahaan
paralel di wilayah Masyarakat Eropa multinasional.
sebagai bagian dari kebijakan pasar umum Berbagai studi dan penelitian menyim-
dan peredaran barang yang bebas di semua pulkan bahwa kebijakan perbedaan harga
wilayah Masyarakat Eropa, kecuali tindakan obat didasarkan pada orientasi profit yang
diterapkan oleh perusahaan-perusahaan

33 Rosemary Sweeney, The US Push for Worldwide Patent Protection for Drugs Meets the AIDS Crisis in Thai-
land: A Devastating Collision, 9 PAC. RIM L. & POLY J. 445, 10 (2000).
34 Margaret Duckett, Compulsory Licensing and Parallel Importing What Do They Mean? Will They Improve
Access to Essential Drugs for People Living With HIV/AIDS? Background Paper International Council of
AIDS Service Organizations (ICASO), available at http://www.icaso .org/docs/ compulsoryenglish.htm.
35 Claude E. Barfield and Mark A. Groombridge, Parallel Trade in Pharmaceutical Industry: Implications for
Consumer Welfare and Health Policy, 10 FORDHAM INTELL. PROP. MEDIA & ENT.L.J. 185, 7 (1999).
36 Ibid.
37 Ibid., hlm. 7-8.
Utomo, Eksistensi the TRIPS safeguards 217

farmasi. Akibatnya, rakyat miskin yang dan pembuatan obat yang masih dilindungi
hidup di negara-negara berkembang harus paten untuk keperluan memperoleh ijin
membayar harga yang relatif lebih mahal edar dari otoritas pengawasan obat dan
dibandingkan dengan orang-orang yang makanan sebelum obat tersebut habis masa
ada di negara-negara maju.37 Sebagai perlindungan patennya. Proses pengujian dan
contoh, Fluconazole yang diproduksi oleh penggunaan serta pembuatan obat tersebut
Pfizer harganya US$12.20 per tablet di AS.
hanya untuk kepentingan perolehan ijin edar
Sedangkan di Guatemala, harga obat tersebut
saja dan bukan untuk tujuan komersial.40
dua kali lipat lebih mahal dari harga di AS
Berdasarkan sejarah, bolar provision,
atau sekitar US$27.60 per tablet.38Contoh
lain adalah Amoxil yang diproduksi oleh yang telah banyak diadopsi di berbagai negara,
SmithKline Beecham. Di Kanada, harga berasal dari sebuah kasus di pengadilan AS
obat tersebut adalah US$14 dan di Italia dan yang melibatkan 2 pihak, yaitu perusahaan
Selandia Baru harganya berturut-turut adalah farmasi Roche dan perusahaan Bolar (Roche
US$16 dan US$22. Sedangkan di Indonesia, Products, Inc. v. Bolar Pharmaceutical Co.).41
harga obat tersebut adalah US$40.39 Bolar adalah sebuah perusahaan farmasi
Disamping penafsiran yang berbeda- yang memfokuskan pada pembuatan obat
beda dari teori pelepasan tersebut, impor generik. Pada tahun 1983, Roche Products,
paralel yang diperbolehkan berdasarkan Inc., sebuah perusahaan farmasi berbasis
doktrin exhaustion dan first sale seharusnya R&D menuntut perusahaan Bolar atas
tetap dilaksanakan dan diterapkan di
tuduhan memproduksi obat paten tanpa ijin
negara-negara berkembang dengan syarat
untuk keperluan mendapatkan ijin pemasaran
pelaksanaanya tidak merugikan pemegang
dari otoritas Pengawas Obat dan Makanan
paten maupun konsumen. Dengan
menyeimbangkan dua kepentingan tersebut, Amerika Serikat (FDA). Disamping itu,
pasal 6 akan lebih bermanfaat bagi semua perbuatan perusahaan Bolar dianggap
pihak. melanggar hukum karena memproduksi obat
milik perusahaan lain yang masih dalam
b. Bolar provision masa perlindungan paten.42 Pengadilan
Bolar provision adalah sebuah memutuskan bahwa Bolar tidak bersalah
kebijakan yang mengijinkan pihak ketiga atas tindakannya tersebut. Namun, di tingkat
untuk melaksanakan pengujian, penggunaan Banding (Federal Circuit Court of Appeals)

38 Health Action International / HAI, Ensuring Accessibility of Essential Medicines, at http://www.haiweb.org


/campaign/access//wha55/WHA55briefing.html (May 2002).
39 Ibid. hlm. 2.
40 Margaret Duckett, supra note 33, hlm. 2.
41 WHO, supra note 26, at 38; DGFDC and WHO, supra note 26, hlm. 34.
42 733 F.2d 858, 221 U.S.P.Q. 937 (Fed. Cir), cert. denied, 469 U.S. 856 (1984).
43 Ned Milenkovich, Deleting the Bolar Amendment to the Hatch-Waxman Act: Harmonizing Pharmaceutical
Patent Protection In A Global Village, 32 J. Marshall L. Rev. 751, 5 (1999); Kirby W. Lee, Permitted Use of
Patented Inventions in the United States: Why Prescription Drugs Do Not Merit Compulsory Licensing, 36
IND. L. REV. 175, 6 (2003); Kristin E. Behrendt, The Hatch-Waxman Act: Balancing Competing Interests or
Survival of the Fittest? 57 FOOD & DRUG L. J. 247, 2-3 (2002).
218 MIMBAR HUKUM Volume 20, Nomor 2, Juni 2008, Halaman 193 - 410

HKIm memutuskan bahwa Bolar telah melanggar ketentuan yang terdapat dalam
melanggar hak paten perusahaan Roche.43 Pasal 30 perjanjian TRIPS.47 Eropa sebagai
Bersamaan dengan keluarnya kepu- produser obat besar selain AS dan Jepang
tusan pengadilan banding, Kongres AS telah memutuskan bahwa bolar provision
mengusulkan perubahan terhadap UU bertentangan dengan hukum karena bolar
Persaingan Harga Obat dan Penyempurnaan provision melanggar hak-hak pemegang
Jangka Waktu Paten (the Drug Price paten.48
Competition and Patent Term Restoration Karena bolar provision dapat
Act), yang lebih dikenal sebagai the Hatch- meningkatkan ketersediaan obat generik
Waxman Act of 1984. Berbeda dengan pasca berakhirnya perlindungan paten dari
keputusan pengadilan banding, the Hatch- sebuah produk farmasi, banyak negara di
Waxman Act, mengatur bahwa penggunaan dunia mengadopsi peraturan tersebut di
sebuah produk obat yang dipatenkan untuk dalam hukum paten nasional mereka. Dari
persiapan produksi obat generik dan untuk perspektif hukum, dasar pembenar terhadap
memperoleh ijin edar pada otoritas obat dan pemberlakuan bolar provision ditemukan
makanan (FDA) dianggap sah di AS.44 dalam Pasal 30 perjanjian TRIPS:
Ketika bolar provision diadopsi oleh
the Hatch-Waxman Act, penentang bolar Members may provide limited excep-
provision memprotes pengadopsian tersebut tions to the exclusive rights conferred by
dengan alasan bahwa Kongres AS telah a patent, provided that such exceptions
membatalkan keputusan pengadilan banding do not unreasonably conflict with a nor-
yang telah memutuskan bahwa bolar mal exploitation of the patent and do not
provision sebagai tindakan pelanggaran unreasonably prejudice the legitimate
paten.45 Kelompok penentang bolar interests of the patent owner, taking
provision juga berpendapat bahwa bolar account of the legitimate interests of
provision adalah ketentuan yang tidak third parties.
sesuai dengan kebijakan domestik AS dalam
rangka melindungi produk farmasi AS di luar Meskipun secara eksplisit pasal tersebut
negeri.46 Kelompok tersebut juga menuding tidak menyebutkan tentang bolar provision,
bahwa secara substansial bolar provision tujuan dari ketentuan tersebut sesuai dengan

44 Ned Milenkovich, Id; Kirby W. Lee, Id. ; Janice M. Mueller, No Dilettante Affair: Rethinking the Experi-
mental Use Exception to Patent Infringement for Biomedical Research Tools, 76 WASH. L. REV. 1, 8 (2001);
Jordan P. Karp, Experimental Use As Patent Infringement: The Impropriety of a Broad Exception, 100 Yale L.
J. 2169, 3 (1991); James J. Wheaton, Generic Competition and Pharmaceutical Innovation: The Drug Price
Competition and Patent Term Restoration Act of 1984, 35 CATH. U. L. REV. 433, 7, 12-13 (1986).
45 Ned Milonkovic Id. at 2,5; Kirby W. Lee, Id., at 6-7; Kristin E. Behrendt, Id., at 3 (2002); See John R. Thomas,
PHARMACEUTICAL PATENT LAW 5 (2005); Janice M. Mueller, Id., hlm. 9 (2006).
46 Ned Milonkovic, Id. hlm. 5.
47 Ibid.
48 Ibid.
49 Ibid; lihat James J. Wheaton, supra note 43, hlm. 12-13.
Utomo, Eksistensi the TRIPS safeguards 219

maksud yang terkandung di dalam Pasal yang pertama merupakan sebuah insentif
30 perjanjian TRIPS dan dapat dijadikan bagi produser HKI sedangkan kepentingan
sebagai dasar hukum bagi pemberlakuan yang kedua yaitu penyebaran invensi
bolar provision sepanjang memenuhi 2 merupakan sesuatu yang diperlukan oleh para
persyaratan: 1) pemberlakuannya tidak konsumen HKI. Dalam praktek, penggunaan
menimbulkan konflik terhadap pemanfaatan lisensi wajib sangatlah dipengaruhi oleh dua
paten yang normal dan; 2) tidak merugikan kepentingan tersebut.
kepentingan yang sah dari pemegang paten. Dikarenakan kebutuhan akan alih
teknologi, kebanyakan negara berkembang
c. Lisensi wajib (Compulsory license) mengatur ahli teknologi secara ketat.
Lisensi wajib adalah kewenangan Melalui lisensi wajib, aliran teknologi ke
yang diberikan oleh sebuah lembaga negara berkembang akan menjadi lebih
keHKIman atau otoritas administratif kepada mudah diawasi yang pada gilirannya dapat
pihak ketiga untuk menggunakan sebuah mendorong proses terjadinya alih teknologi.
invensi yang dipatenkan tanpa persetujuan Dari perspektif kesehatan masyarakat,
dari pemegang paten atas dasar kepentingan lisensi wajib adalah salah satu dari strategi
umum (paten yang tidak dilaksanakan, untuk mengatasi dampak perlindungan
kesehatan masyarakat, praktek monopoli, paten obat terhadap akses obat yang murah.
keadaan darurat dan pertahanan nasional). Naomi A. Bass mengemkakan bahwa lisensi
49
wajib adalah sebuah langkah yang efektif
Pasal 31 perjanjian TRIPS adalah untuk membantu negara-negara berkembang
dasar hukum bagi diberlakukannya lisensi menyediakan akses yang lebih baik terhadap
wajib. Berdasarkan ketentuan pasal tersebut, obat esensial. Naomi juga mengemukakan
penggunaan paten oleh pihak lain tanpa sebuah fakta di seputar manfaat lisensi wajib
ijin diperbolehkan jika penggunaan paten yang diyakininya dapat mengurangi harga
tersebut memenuhi berbagai persyaratan obat di pasaran paling tidak sebesar 75%.50
mulai dari proses permohonan awal untuk Pelaksanaan lisensi wajib sangat
melaksanakan paten sampai dengan ditentang oleh mayoritas negara maju
pemberian ganti kerugian (royalti) yang dengan alasan bahwa lisensi tersebut dapat
memadai terhadap pemegang paten. membatasi inovasi di bidang teknologi.
Pengaturan masalah lisensi wajib di Lisensi wajib dianggap masalah yang
dalam perjanjian TRIPS didasarkan pada sangat besar bagi perusahaan multinasional
keinginan untuk menyeimbangkan dua dari negara maju, khususnya syarat yang
kepentingan, yaitu: meningkatkan inovasi mengharuskan perusahaan multinasional
di bidang teknologi dan terlaksananya untuk memperkenalkan invensi mereka dan
penyebaran dan alih teknologi. Kepentingan membangun berbagai fasilitas dalam waktu

50 Carlos Correa, supra note 24, hlm. xiii.


51 Naomi A. Bass, supra note 10, hlm. 6.
220 MIMBAR HUKUM Volume 20, Nomor 2, Juni 2008, Halaman 193 - 410

3 tahun sejak paten diperoleh untuk tujuan tidak diperlukan di dalam government use.52
alih teknologi. Jika perusahaan multinasional Agar memenuhi semua persyaratan
gagal memenuhi persyaratan tersebut, perjanjian TRIPS, pelaksanaan government
perusahaan lokal dapat memproduksi use harus memperhatikan tiga persyaratan
invensi mereka sesudah permohonan mereka berikut ini:
disetujui oleh kantor HKI. 1) adanya keadaan darurat nasional (a
Agar terhindar dari lisensi wajib, national emergency) atau 2) situasi
kebanyakan perusahaan multinasional lainnya yang bersifat sangat mendesak
membangun berbagai fasilitas modern dan (other circumstances of extreme
canggih di pabrik mereka sebagai bukti urgency) atau 3) pemanfaatan untuk
bahwa mereka telah melaksanakan invensi di kepentingan masyarakat dan bersifat
bidang teknologi dan mendukung terjadinya non-komersial (public non-commercial
alih teknologi. Federasi internasional use).
asosiasi perusahaan farmasi (The Interna- Sehubungan dengan persyaratan
tional Federation of Pharmaceutical Ma- pertama dan kedua, perjanjian TRIPS
nufacturers Associations/IFPMA) sebagai mewajibkan pemerintah untuk memberitahu-
contoh menolak keberadaan lisensi wajib kan sesegera mungkin kepada pemegang
dengan alasan bahwa ketentuan tersebut akan paten tentang pelaksanaan government use
mengurangi keinginan perusahaan farmasi tersebut. Sedangkan syarat yang terakhir,
berbasis riset untuk mengembangkan obat pemerintah atau pelaksana paten tersebut
baru HIV/AIDS dan obat untuk penyakit seharusnya memberitahukan juga kepada
yang diterlantarkan (neglected diseases) pemegang paten bahwa paten mereka akan
yang banyak dijumpai di negara-negara digunakan oleh pemerintah. 53 Kebanyakan
berkembang dan terbelakang.51 negara berkembang mendasarkan pelak-
sanaan government use pada alasan keadaan
d. Penggunaan Paten Oleh Pemerintah darurat nasional, seperti kejadian yang
(Government use) bersifat epidemik. Beberapa negara di
Sama halnya dengan lisensi wajib, wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia
penggunaan paten oleh pemerintah juga telah melaksanakan government use untuk
diijinkan oleh perjanjian TRIPS melalui keperluan produksi obat-obatan HIV/AIDS.
ketentuan yang terdapat di dalam Pasal 31. Hal ini dapat dimaklumi mengingat dalam
Semua persyaratan yang diperlukan untuk sepuluh tahun terakhir ini, penyakit tersebut
pemberlakuan government use adalah menyebar sangat cepat di wilayah Asia
sama dengan lisensi wajib, keculi syarat Tenggara.
perolehan ijin awal dari pemegang paten

52 Margaret Duckett, supra note 39, hlm. 4.


53 Pasal 31 Perjanjian TRIPS.
54 Ibid.
Utomo, Eksistensi the TRIPS safeguards 221

C. Implikasi Pasal-pasal Pelindung dari perusahaan CIPLA dan perusahaan


TRIPS (The TRIPS Safeguards) di lokal, yang dikenal sebagai Cipla-Medpro.
negara berkembang versus reaksi Tugas utama perusahaan patungan tersebut
keras negara-negara maju: sebuah adalah untuk memproduksi obat-obatan
paradoks pasca perjanjian TRIPS AIDS, seperti Zidovudine, Stavudine dan
1. Pemerintah Afrika Selatan versus Lamivudine di Afrika Selatan.55
Pemerintah Amerika Serikat Banyak perusahaan farmasi menolak
Pada tahun 1997, tiga tahun setelah kebijakan tersebut, dengan alasan bahwa
perjanjian TRIPS diluncurkan, pemerintah ketentuan tersebut melanggar Pasal 27
Afrika Selatan membuat UU Perubahan perjanjian TRIPS. Namun pemerintah Afrika
tentang Pokok-Pokok Terkait dan Obat- Selatan menganggap bahwa kebijakan ini
obatan (the Medicines and Related Substances tidak melanggar perjanjian TRIPS karena
Control Amendment Act) atau dikenal situasi yang sangat mendesak berupa semakin
sebagai the Medicines Act. UU kontroversial meningkatnya jumlah penderita HIV/AIDS
ini mengijinkan impor paralel dan lisensi di negara tersebut, yang tercatat sebagai
wajib (Pasal 15 c) terhadap produk-produk jumlah yang tertinggi di dunia.56 Sekitar
farmasi. Berdasarkan ketentuan Pasal 15 c, tahun 2005, para ahli memperkirakan bahwa
Menteri Kesehatan memiliki kewenangan lebih dari tiga juga orang di Afrika Selatan
untuk mengontrol ketersediaan obat murah akan meninggal dikarenakan penyakit
dengan mengijinkan perusahaan lain, selain AIDS.57Meskipun ada beberapa produk
pemegang paten, untuk memproduksi obat- farmasi yang tersedia di pasaran untuk
obatan tertentu (lisensi wajib).54 menyembuhkan HIV/AIDS, kebanyakan
Tujuan utama dari uu tersebut adalah warga Afrika Selatan tidak dapat membeli
untuk memfasilitasi pengimporan obat obat-obatan tersebut disebabkan harganya
HIV/AIDS yang murah dan berkualitas dari yang sangat mahal.58
negara-negara lain dan untuk menstimulasi Hal yang sangat menarik adalah
produksi obat-obatan tersebut di Afrika pemerintah Afrika Selatan tidak pernah
Selatan. Dalam rangka merealisasikan menyatakan bahwa HIV/AIDS sebagai
tujuan tersebut, pemerintah Afrika Selatan keadaan darurat nasional atau menggunakan
mendirikan perusahaan patungan yang terdiri lisensi wajib untuk memproduksi versi

55 Andy Gray et al, Policy Change in a Context of Transition: Drug Policy in South Africa 1989-1999, Centre for
Health Policy, School of Public Health University of Witwatersrand, hal. 18, http://www.wits.ac.za/chp/m76.
pdf (2002); see also Stephen Barnes, Stephen Barnes, Pharmaceutical Patents and TRIPS; A Comparison of
India and South Africa, 91 KY. L. J. 911, 10 (2002-2003).
56 Richard Gerster, Richard Gerster, People Before Patents-The Success Story of the Indian Pharmaceutical
Industry, http://www.gersterconsulting.ch/docs/India%20_Pharma_Success_Story. pdf, hlm. 6.
57 Naomi A. Bass, supra note 51, hlm. 11.
58 Ibid.
59 Ibid. Harga obat untuk penyakit tersebut sangat mahal bagi kebanyakan penduduk Afrika Selatan, yaitu
berkisar antara $12,000-$15,000 per orang per tahun (Id, hlm. 11).
222 MIMBAR HUKUM Volume 20, Nomor 2, Juni 2008, Halaman 193 - 410

generik dari obat-obatan HIV/AIDS.59 obatan HIV/AIDS yang terbaru dikarenakan


Banyak pengamat berpendapat bahwa harganya yang tidak terjangkau. Dalam
pemerintah Afrika Selatan takut terhadap melaksanakan lisensi wajib ini, pemerintah
sanksi perdagangan dari negara-negara mewajibkan semua perusahaan farmasi untuk
maju, khususnya AS dan negara-negara memproduksi 8 jenis obat HIV/AIDS dalam
barat lainnya.60 bentuk generik dan obat tersebut selanjutnya
Pada tahun 1998, pemerintah AS diberikan secara gratis kepada para penderita
mengkritik keberadaan the Medicines Act of AIDS.62 Pemerintah juga mengatur lisensi
1997 Afrika Selatan, dengan alasan bahwa wajib secara ketat dengan mensyaratkan
uu tersebut tidak menyediakan perlindungan local working yaitu perusahaan farmasi
yang memadai terhadap produk-produk sebagai pemegang paten harus membuktikan
farmasi. Sebagai tindak lanjut kritik tersebut, bahwa mereka telah melaksanakan patennya
pemerintah AS memasukkan negara Afrika di Brazil selama 3 tahun sejak diperolehnya
Selatan ke dalam watch list, bersama dengan hak paten tersebut.63 Namun, terdapat satu
negara-negara lainnya yang dianggap gagal pengecualian terhadap syarat local working,
menyediakan perlindungan HKI yang yaitu apabila pemegang paten mampu
memadai. Pada tahun 2001, pemerintah membuktikan bahwa pelaksanaan local
AS akhirnya mengeluarkan Afrika Selatan working (produksi obat-obatan yang telah
dari Watch list atas pertimbangan bahwa memperoleh paten tersebut) tidak memiliki
negara tersebut sedang berjuang melawan nilai ekonomis bagi pemegang paten. Jika
penyebaran penyakit AIDS yang sudah hal ini terbukti, ketentuan tentang lisensi
merenggut banyak jiwa.61 wajib tidak akan diterapkan terhadap hal
2. Pemerintah Brazil versus Pemerintah tersebut.64
Amerika Serikat Untuk melengkapi kebijakan lisensi
Pada tahun 1996, pemerintah Brazil wajib tersebut, pemerintah Brazil juga
menerapkan kebijakan memproduksi versi menerapkan beberapa kebijakan tambahan,
generik obat-obatan HIV/AIDS melalui diantaranya memproduksi obat-obatan HIV/
lisensi wajib. Kebijakan lisensi wajib AIDS yang tidak dilindungi oleh UU Paten
tersebut dilakukan atas dasar pertimbangan Brazil. Untuk obat-obatan yang dilindungi
bahwa angka penderita penyakit AIDS paten di Brazil, pemerintah mencoba
semakin meningkat di negara tersebut bernegosiasi terlebih dahulu dengan
sementara kebanyakan masyarakat yang pemegang paten. Jika tidak ada kata sepakat
hidup di Brazil tidak mampu membeli obat- pemerintah kemudian memproduksi obat-

60 Ibid.
61 Ibid.
62 Ibid. hlm. 11-12.
63 Anthony P. Valach, Jr., TRIPS: Protecting the Rights of Patent Holders and Addressing Public Health Issues
in Developing Countries, 4 Chi.-Kent J. Intell. Prop 156, 6 (2005)
64 Ibid.
65 Ibid.
Utomo, Eksistensi the TRIPS safeguards 223

obatan paten tersebut berdasarkan lisensi keberadaan pasal-pasal pelindung TRIPS


wajib. Terhadap berbagai kebijakan tersebut, belumlah mampu melindungi kepentingan
pemerintah Brazil menganggapnya sudah negara-negara berkembang terutama pada
sesuai dengan perjanjian TRIPS karena saat menghadapi permasalahan di bidang
lisensi tersebut dikeluarkan atas dasar kesehatan masyarakat. Adanya tuntutan
keadaan atau situasi yang sangat mendesak negara-negara maju terhadap negara-negara
di bidang kesehatan masyarakat.65 berkembang berkenaan dengan pelaksanaan
Namun, pemerintah AS menentang pasal-pasal pelindung tersebut menciptakan
keras kebijakan pemerintah Brazil tersebut suasana yang paradoks karena pelaksanaan
dan menganggap tindakan tersebut pasal-pasal pelindung tersebut dijamin
sebagai sebuah pelanggaran terhadap hak keabsahannya oleh perjanjian TRIPS.
paten. Pada tanggal 8 Januari tahun 2001, Pertanyaan yang muncul adalah mengapa
pemerintah AS resmi menuntut pemerintah implikasi pasal tersebut selalu menimbulkan
Brazil ke Panel Penyelesaian Sengketa reaksi keras dari negara-negara maju.
WTO dengan maksud untuk menguji Setidaknya ada 2 alasan yang menyebabkan
legalitas Pasal 68 UU Paten Brazil yang reaksi keras dari negara maju:
telah menjadi dasar dari pemberlakuan Pertama, perjanjian TRIPS menganut
lisensi wajib tersebut. Pada tanggal 23 Juni prinsip standard minimal. Berdasarkan asas
2001, pemerintah Brazil dan pemerintah AS ini, negara-negara WTO bebas mengatur uu
mencapai kesepakatan bahwa pemerintah nasionalnya asalkan memenuhi persyaratan
AS akan menarik tuntutannya terhadap minimal seperti yang telah digariskan oleh
Brazil karena program tersebut terbukti perjanjian tersebut. Jika ada negara yang
berhasil mengurangi tingkat kematian akibat ingin mengadopsi pasal tersebut dengan
penyakit AIDS di negara tersebut. Pada saat standard yang lebih tinggi, perjanjian
yang bersamaan, pemerintah Brazil juga TRIPS tidak boleh melarangnya. Akibatnya,
setuju untuk memberitahukan dan meninjau setiap negara memiliki berbagai macam
ulang ketentuan lisensi wajib yang tertuang standard perlindungan HKI. Dalam praktek,
di dalam UU Paten Brazil kepada pemerintah negara-negara maju biasanya menggunakan
AS.66 standard yang lebih tinggi dari perjanjian
TRIPS sedangkan kebanyakan negara
D. Komentar terhadap implikasi berkembang hanya mengatur perlindungan
the TRIPS Safeguards di negara secara minimal seperti tertuang di dalam
berkembang perjanjian TRIPS.
Dua kasus yang melibatkan negara Kedua, perjanjian TRIPS bersifat
Afrika Selatan dan Brazil seperti yang telah sangat umum dan hanya mengatur hal-hal
dipaparkan sebelumnya, membuktikan bahwa pokok saja. Akibatnya, kebanyakan pasal

66 Ibid.
67 Ibid.
224 MIMBAR HUKUM Volume 20, Nomor 2, Juni 2008, Halaman 193 - 410

tidak diatur secara detail dan menciptakan yang dapat menyeimbangkan kepentingan
multi-interpretasi. Sebagai contoh adalah antara pemilik paten dan masyarakat selaku
implikasi pasal-pasal pelindung. Karena konsumen dari sebuah produk HKI. Namun
pasal-pasal tersebut tidak dijabarkan secara dalam pelaksanaannya, pelaksanaan pasal-
jelas, terdapat perbedaan interpretasi pasal tersebut sering berujung pada sebuah
diantara sesama anggota WTO. Negara- perselisihan hukum diantara sesama anggota
negara berkembang yang kebanyakan adalah WTO.
konsumen dari produk farmasi cenderung Karakter perjanjian TRIPS yang hanya
memanfaatkan pasal-pasal pelindung secara menyediakan ketentuan-ketentuan pokok
optimal. Sebaliknya, negara maju yang nota saja perlu dilengkapi dengan perjanjian
bene adalah produsen dari produk farmasi internasional lainnya yang berfungsi
mengatur pasal-pasal pengaman tersebut sebagai sumber resmi untuk menafsirkan
secara terbatas. Perbedaan penafsiran inilah keseluruhan pasal yang terdapat di dalam
yang menjadi sumber perselisihan diantara perjanjian TRIPS. Di masa yang akan
negara-negara maju dan berkembang datang, peran perjanjian internasional seperti
berkaitan dengan implikasi pasal pelindung itu sangat diperlukan baik oleh negara maju
tersebut di negara-negara berkembang. maupun negara berkembang. Jika hal ini
dapat terealisir, perselisihan hukum yang
E. Penutup sering mewarnai hubungan kedua kelompok
Paper ini memberikan ilustrasi yang negara tersebut dapat diminimalkan dan
sangat jelas bahwa untuk melaksanakan sekaligus mengoptimalkan peran pasal
pasal-pasal pelindung, negara anggota WTO pelindung itu sendiri di negara-negara
harus memperhatikan banyak hal seperti yang membutuhkannya. Sebaiknya, jika
perbedaan tingkat perkembangan ekonomi upaya untuk mencari penafsiran yang
diantara negara anggota, pengalaman di seragam tersebut gagal, arti penting pasal-
dalam membuat uu serta kebijakan di bidang pasal pelindung di dalam perjanjian TRIPS
kesehatan masyarakat. sebagai alat untuk mengatasi dampak negatif
Tidak dapat dipungkiri, keberadaan perlindungan paten obat di sektor kesehatan
pasal-pasal pelindung TRIPS merupakan masyarakat, menjadi tidak berarti dan sia-
sebuah solusi yang sangat penting dan sia.
dapat dijadikan sebagai sebuah jembatan

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku Lindsey, Tim et al (eds),2002, Hak


Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar
Correa, Carlos, 2000, Integrating Public (Intellectual Property: An Introduction),
Health Concerns Into Patent Legislation Bandung, Penerbit Alumni
in Developing Countries, Geneva, Thomas, John R., 2005, Pharmaceutical
South Centre. Patent Law, Washington DC, BNA
Books
Utomo, Eksistensi the TRIPS safeguards 225

US Department of Commerce, 1986, A Act: Balancing Competing Interests


Competitive Assessment of the U.S or Survival of the Fittest? 57 Food and
Pharmaceutical Industry, Boulder, Drug Law Journal 247 (2002)
Westview Press Bronckers, Marco CEJ, The Impact of
WHO, 1988, The World Drug Situation, TRIPS: Intellectual Property Protection
Geneva, WHO In Developing Coutries, 31 Common
Yambrusic, Edward Slavko, 1992, Trade- Market Law Review (1994)
Based Approached to the Protection Damaret, Paul, The Metamorphoses of
of Intellectual Property, New York, the GATT: From Havana Charter to
Oceana Publication. The World Trade Organization, 34
Columbia Journal Of Transnational
B. Jurnal, Artikel, Papers, Report Law 123 (1995)
DGDFC and WHO, The TRIPS Agreement
Ansari, Nabila, International Patent Rights and Pharmaceuticals, Report of an
in a Post Doha World, 11 International ASEAN Workshop on the TRIPS
Trade Law Journal 57, 2002 Agreement and its Impact on
Anton, Christoph, The Development of Pharmaceuticals, Jakarta, 2-4 May
Intellectual Property Law In Indonesia: 2000
From Colonial to National Law, 3 IIC Getlan, Myles. S., TRIPS and Section 301:
(International Review Of Industrial A Comparative Study In Trade Dispute
Property and Copyright Law (1991) Resolution, 34 Columbia Journal of
Barfield, Claude E. and Mark A. Transnational Law 173, (1995)
Groombridge, Parallel Trade in the Ghana, Ruth L., Prospect for Developing
Pharmaceutical Industry: Implications Countries Under the TRIPS Agreement,
for Innovation, Consumer Welfare, and 29 Vanderbilt Journal of Transnational
Health Policy, 10 Fordham Intellectual Law 735 (1996)
Property, Media and Entertainment Hamilton, Marci. A., The TRIPS Agreement:
Law Journal 185 (1999) Imperialistic, Outdated and
Barnes, Stephen, Pharmaceutical Patents Overprotected, 29 Vanderbilt Journal
and TRIPS; A Comparison of India and of Transnational Law 613, (1996)
South Africa, 91 Kentucky Law Journal Harris, Andrew, Recent Congressional
911 (2002-2003) Responses to Demands for Affordable
Bass, Naomi A, The Implications of the Pharmaceuticals, 16 Loyola Consumer
TRIPS Agreement for Developing Law Review 219, 2 (2004)
Countries: Pharmaceutical Patent Heath, Christopher, EC-ASEAN Patent
Laws in Brazil and South Africa in the and Trademark Program, 77 The
21st Century, 34 George Washington International Review of Industrial
International Law Review 191 (2002) Property and Copyright Law (ICC)
Behrendt, Kristin E., The Hatch-Waxman (1996)
226 MIMBAR HUKUM Volume 20, Nomor 2, Juni 2008, Halaman 193 - 410

Janis, Mark D., Patent Abolitionism, 17 Ragavan, Srividhya, Cant We All Get Along?
Barkeley Technology Law Journal 899 The Case For A Workable Patent Model,
(2002) 35 Arizona State Law Journal 117, 21-
Karp, Jordan P., Experimental Use As Patent 22 (2003)
Infringement: The Impropriety of a Seeratan, Nadia Natasha, The Negative
Broad Exception, 100 Yale Law Journal Impact of Intellectual Property Patent
2169, (1991) Rights on Developing Countries:
Kostescki, M.M., Sharing Intellectual An Examination of The Indian
Property Between The Rich and The Pharmaceutical Industry, 3 Scholar 339
Poor, 8 EIPR 271-274 (1991) (St. Marys Law Review on Minority
Lee, Kirby W., Permitted Use of Patented Issues (2001)
Inventions in the United States: Why Swanson, Tait R., Combating Gray Market
Prescription Drugs Do Not Merit Goods in a Global Market: Comparative
Compulsory Licensing, 36 IND. L. Analysis of Intellectual Property Laws
REV. 175, 6 (2003) and Recommended Strategies, 22
Leebron, David W., An Overview of The HOUS. J. INTL L. 327, 3 (2000)
Uruguay Round Result, 34 Columbia Sweeney, Rosemary, The US Push for
Journal of Transnational Law 11 Worldwide Patent Protection for Drugs
(1996) Meets the AIDS Crisis in Thailand: A
Milenkovich, Ned, Deleting the Bolar Devastating Collision, 9 PAC. RIM L.
Amendment to the Hatch-Waxman Act: & POLY J. 445, 10 (2000)
Harmonizing Pharmaceutical Patent Weissman, Robert, A Long Strange TRIPS:
Protection In A Global Village, 32 J. The Pharmaceutical Industry Drive To
Marshall L. Rev. 751, 5 (1999) Harmonize Global Intellectual Property
Mueller, Janice M., No Dilettante Affair: Rules, And The Remaining WTO Legal
Rethinking the Experimental Use Alternatives Available To The Third
Exception to Patent Infringement World Countries, 17 University of
for Biomedical Research Tools, 76 Pennsylvania Journal of International
Washington Law Review 1, 9 (2006) Economic Law 1069, 1996
Murthy, Divya, The Future of Compulsory Wheaton, James J., Generic Competition
Licensing: Deciphering the Doha and Pharmaceutical Innovation: The
Declaration on the TRIPS Agreement Drug Price Competition and Patent
and Public Health, 17 American Term Restoration Act of 1984, 35
University International Law Review Catholic University Law Review 433,
1299 (2002) 12-13 (1986)
Peterson, Kirsten, Recent Intellectual World Health Organization (WHO),
Property Trends in Developing Network For Monitoring The Impact
Countries, 33 HARV. INTL L.J. 277, of Globalization and TRIPS on Access
1 (1992) to Medicines, Report of a meeting
Utomo, Eksistensi the TRIPS safeguards 227

February 2001, Bangkok, Thailand, Health Policy, School of Public Health


Health Economics and Drugs, EDM University of Witwatersrand, available
Series No.11, WHO/EDM/PAR/2002.1, at http:// www.wits. ac.za /chp/m76.
WHO, 2002 pdf
Global Forum Health, Monitoring
C. Internet Financial Flows for Health Research,
(chapter 3 Results), available
Gerster, Richard, People Before Patents http://www.globalforumhealth.org/
The Success Story of the Indian Site/002_ What%20we%20do/005_
Pharmaceutical Industry, available at publications/004_Resource %20flows.
http://www.gersterconsulting. ch /docs/ php (2001)
India %20_Pharma_Success_ Story. Health Action International / HAI, Ensuring
pdf. Accessibility of Essential Medicines,
Global Forum Health, 2004, The 10/90 Report at http://www.haiweb.org /campaign/
on Health Research 2003-2004, available access//wha55/WHA55briefing.html
at http://www.globalforumhealth. (May 2002)
org/Site/002_what%20 Margaret Duckett, Compulsory Licensing
we%20do/005_publications/001 _ and Parallel Importing What Do They
10%2090%20reports.php. Mean? Will They Improve Access to
---------------------------, Monitoring Essential Drugs for People Living
Financial Flows for Health With HIV/AIDS? Background Paper
Research 2001, available at http:// International Council of AIDS Service
w w w. g l o b a l f o r u m h e a l t h . o r g / Organizations (ICASO), available
Site/002_What%20 we%20do /005_ at http://www.icaso .org/docs/
publications/004_Resource%20flows. compulsoryenglish.htm.
php WHO Policy Perspectives On Medicines,
--------------------------, Monitoring Financial Globalization, TRIPS and Access to
Flows for Health Research 2004, Pharmaceuticals, available at Internet:
available at http://www.global forum www.webpeers.net (March 2001).
health.org/Site/002_What %20we ------------------------, 2004, The World
%20do/005_publications/004_ Medicines Situation, available at http:
Resource %20flows.php. //hinfo198.tempdomainname.com/
Gray, Andy et al, 2002, Policy Change in gsdl2/collect/edmweb/pdf/s6160e/
a Context of Transition: Drug Policy s6160e.pdf)
in South Africa 1989-1999, Centre for

Anda mungkin juga menyukai