Pembahasan
Pembahasan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Paru Obstruktif Kronik ( PPOK ) atau Penyakit Paru Obstruktif Menahun
(PPOM) adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis kronis,
Penyakit Paru Obstruktif Kronik atau Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD)
merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang
berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai
Penyakit paru-paru obstruksi menahun (PPOM) merupakan suatu istilah yang sering
digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh
peningkatan resistensi terhadap aliran udara. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan
yang ditandai dengan sebutan PPOM adalah : Bronkhitis, Emifisema paru-paru dan Asma
bronkial. Perjalanan PPOM yang khas adalah panjang dimulai pada usia 20-30 tahun dengan
batuk merokok atau batuk pagi disertai pembentukan sedikit sputum mukoid.
Mungkin terdapat penurunan toleransi terhadap kerja fisik, tetapi biasanya keadaan ini
tidak diketahui karena berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Akhirnya serangan
brokhitis akut makin sering timbul, terutama pada musim dingin dan kemampuan kerja
penderita berkurang, sehingga pada waktu mencapai usia 50-60 an penderita mungkin harus
penyakit tampaknya tidak dalam jangka panjang, yaitu tanpa riwayat batuk produktif dan
dalam beberapa tahun timbul dispnea yang membuat penderita menjadi sangat lemah. Bila
1
timbul hiperkopnea, hipoksemia dan kor pulmonale, maka prognosis adalah buruk dan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
2
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Pengertian
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan suatu istilah yang sering digunakan
untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan
resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Bronkhitis kronik,
emsfisema paru, dan asma bronchial membentuk kesatuan yang disebut COPD.
Bronchitis kronik merupakan suatu gannguan klinis ysng ditandai oleh pembentukan
mucus yang berlebihan dalam bronkus dan bermanifestasi sebagai batuk kronik dan
Emfisema adalah suatu perubahan anatomis paru-paru yang ditandai dengan melebarnya
secara abnormal saluran udara setelah distal bronkus terminal, disertai kerusakan dinding
alveolus.
trakeobronkial tehadap berbagai jenis rangsangan dan keadaan ini bermanifestasi sebagai
B. Etiologi
1. Kebiasaan merokok
2. Polusi udara
3
5. Bersifat genetik yaitu defisiensi -1 antitripsin
C. Patofisiologi
tetapi sulit untuk memaksakan udara keluar dari bronkiolus yang sempit, mengalami
edema dan terisi mucus, yang dalam keadaan normal akan berkontraksi sampai pada
tingkatan tertentu pada ekspirasi. Udara terperangkap pada bagian distal tempat
penyumbatan, sehingga terjadi hiperinflasi progresif paru. Akan timbul mengi ekspirasi
memanjang yang merupakan ciri khas asma sewaktu pasien berusaha memaksakan udara
keluar.
Penyempitan ini dapat mengakibatkan obstruksi jalan napas dan menimbulkan sesak.
Pada bronchitis kronik, saluran pernapasan kecil yang berdiameter kurang dari 2 mm
menjadi lebih sempit, berkelok-kelok dan berobliterasi. Penyempitan ini terjadi karena
metaplasia sel goblet. Saluran napas besar juga menyempit karena hipertrofi dan
hiperplaasi kelenjar mucus. Pada emfisema paru penyempitan saluran napas disebabkan
D. Manifestasi Klinik
1. Kelemahan badan
2. Batuk
3. Sputum putih atau mikoid, jika ada infeksi menjadi purulen atau mukopurulen
4. Sesak napas
4
6. Mengi atau wheeze
E. Komplikasi
dengan nilai saturasi O2< 85%. Pada awalnya pasien akan mengalami perubahan
mood, penurunan konsentrasi, dan menjadi pelupa. Pada tahap lanjut timbul sianosis.
2. Asidosis Respiratori; Asidosis respiratori timbul akibat dari peningkatan nilai PCO2 (
hiperkapnia ). Tanda yang muncul antara lain nyeri kepala, fatigue, letargi, dizziness,
dan takipnea.
peningkatan produksi mukus, peningkatan otot polos bronchial, dan edema mukosa.
Terhambatnya aliran udara akan meningkatkan kerja napas dan menimbulkan dispnea.
4. Gagal jantung; Terutama cor pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru
paru), harus diobservasi, terutama pada pasien dispnea berat. Komplikasi ini sering
kali berhubungan dengan bronchitis kronis, namun beberapa pasien emfisema berat
5. Distritmia jatung; Distritmia jantung timbul akibat dari hipoksemia, penyakit jantung
dengan asma bromkhial. Penyakit ini sangat berat potensial mengancam kehidupan
5
dan sering kali tidak menberikan respon terhadap terapi yang biasa diberikan.
Penggunaan otot bantu pernapasan dan distensi vena leher sering terlihat.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Anamnesis : Riwayat penyakit yang ditandai dengan timbulnya gejala seperti yang
2. Pemeriksaan fisik :
c. Perkusi dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih rendah,
3. Pemeriksaan radiologi
bayangan garis-gari yang parallel keluar dari hilus menuju apeks paru dan corakan
gambaran diafragma yang rendah dan datar, penciutan pembuuh darah pulmonal,
6. Pemeriksaan EKG
6
8. Pemeriksaan sputum, kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien dengan Penyakit Paru Obstruksi Kronis menurut Mansjoer
(2000) adalah :
3. Antibiotik, karena eksasebrasi akut biasanya disertai infeksi. Infeksi ini umumnya
4. Augmentin (amoksisilin dan asam kluvanat) dapat diberikan jika kuman penyebab
membantu mempercepat kenaikan peak flow rate. Namun hanya dalam 7-10 hari
6. Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernafasan karena hiperkapnia dan
pasien dapat diberikan salbutamol 5 mg dan atau ipratorium bromide 250 mikrogram
diberikan tiap 6 jam dengan nebulizer atau aminofilin 0,25-0,5 g iv secara perlahan.
7
Terapi jangka panjang dilakukan dengan :
maka sebelum pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan obyektif dari fungsi faal
paru.
3. Fisioterapi.
6. Terapi jangka penjang bagi pasien yang mengalami gagal nafas tipe II dengan
terisolasi, untuk itu perlu kegiatan sosialisasi agar terhindar dari depresi. Rehabilitasi
pada pasien dengan penyakit paru obstruksi kronis adalah fisioterapi, rehabilitasi
8
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian
Aktivitas / istirahat
sehari-hari karena sulit bernafas. Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam
posisi tubuh tinggi. Dispnea pada saat istirahat atau respons terhadap aktivitas atau
latihan.
Tanda : Keletihan, Gelisah, insomnia, Kelelahan umum atau kehilangan massa otot
2. Sirkulasi
berat, disritmia, Distensi vena leher, Edema tidak berhubungan dengan penyakit
3. Integritas ego
5. Higiene
6. Pernapasan
9
Gejala : Napas pendek, rasa dada tertekan, Batuk menetap dengan produksi sputum
setiap hari, Riwayat pneumonia berulang, Faktor keluarga dan keturunan, Penggunaan
Adanya penggunaan otot bantu pernapasan. Bunyi nafas redup dengan ekspirasi
mengi. Perkusi hipersonan. Kesulitan bicara. Warna pucat dan sianosis bibir dan dasar
7. Keamanan
Gejala : Riwayat reaksi alergi, sensitif terhadap faktor lingkungan, Adanya atau
berulangnya infeksi.
8. Seksualitas
9. Interaksi sosial
lain.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada klien dengan PPOK yaitu:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi, peningkatan
bronkopulmonal.
10
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (obstruksi
jalan napas oleh sekresi, spasme bronkus, jebakan udara), kerusakan alveoli.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuat nya pertahanan
informasi dan tidak mengenal sumber informasi, salah mengerti tentang informasi.
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang yang dapat direncanakan pada klien dengan PPOK ialah
sebagai berikut:
bronkopulmonal.
Kriteria hasil : Mempertahankan jalan napas paten dan bunyi napas bersih/jelas.
Intervensi/Rasional
a. Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, mis mengi, krekels, ronki.
Rasional : beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas
Rasional : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada
11
c. Catat adanya/derajat dispnea, mis. Keluhan lapar udara gelisah, ansietas, distres
proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit, mis
d. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis. Peninggian kepala tempat tidur,
e. Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis : debu, asap dan bulu bantal yang
Rasional : pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode
akut.
Rasional : batuk dapat menetap tetapi efektif, khususnya bila pasien lansia, sakit
jalan napas oleh sekresi, spasme bronkus, jebakan udara), kerusakan alveoli.
12
Kriteria hasil : menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat
dengan GDA dalam rentang normal dan bebas dari geja distre pernapasan.
Intervensi/Rasional :
proses penyakit.
b. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah
untuk bernapas, dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai kebutuhan
individu.
Rasional : pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan
latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea, dan kerja napas.
Rasional : sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat
Rasional : kental. Tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan
e. Auskultasi bunyi napas, catat area penurunan aliran udara dan/atau bunyi napas
tambahan.
Rasional : bunyi napas mungkin reduk karena penurunan aliran udara atau
konsolidasi.
f. Palpasi fremitus.
Rasional : penurunan getaran fibrasi diduga ada opengumpulan cairan atau udara
terjebak.
13
g. Awasi tingkat kesadaran/status mental, selidiki adanya perubahan.
Rasional : gelisah dan ansietas adalah manifestasi klinis umum pada hipoksemia,
h. Evaluasi tingkat toleransi aktifitas, berikan lingkungan tenang dan kalem, batasi
aktivitas pasien atau dorong untuk tidur dikursi selama fase akut.
Kriteria hasil: Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat,
Intervensi/Rasional :
a. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan,
14
Rasional : penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan motilitas
Rasional : rasa tak enak, badan penampilan adalah pencegah utama nafsu makan
dan dapat membuat mual dan muntah istirahat semalam 1 jam sebelum makan.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuat nya pertahanan
Intervensi/Rasional
a. Awasi suhu.
b. Kaji pentingnya latihan jalan napas, abtuk efektif, perubahan posisi sering dan
masukan adekuat.
paru.
15
d. Bantu pasien tentang pembuangan tisu dan sputum.
informasi dan tidak mengenal sumber informasi, salah mengerti tentang informasi.
Intervensi/Rasional
menyatakan pertanyaan.
b. Instruksikan rasional untuk latihan napas, batuk efektif dan latihan kondisi umum.
c. Diskusikan obat pernapasan, efek samping , dan reaksi yang tak diinginkan.
Rasional : pasien ini sering mendapat obat pernapasan banyak sekaligus yang
16
d. Tunjukkan tehnik penggunaan dosis inhaler seperti bagaimana memegang,
System alat untuk mencatat obat interminten/penggunaan dosis dari obat kalau
perlu.
Rasional : meskipun pasien mungkin gugup dan merasa perlu sedative ini.
atas.
h. Diskusikan factor individu yang meningkatkan kondisi mis. Udara terlalu kering,
i. Kaji efek bahaya meroko dan nesehatkan menghentikan merokok pada pasien dan
17
Rasional : pengawasan proses penyakit untuk membuat program terapi untuk
pengkajian detail dasar fisik untuk perawatan dirumah sesuai kebutuhan pulang
D. Implementasi
aktivitas untuk klien atau membantu klien. Melakukan pengkajian keperawatan untuk
mengidentifikasi masalah baru atau memantau status masalah yang telah ada . Membantu
membuat rujukan pada profesi kesehatan lainnya untuk mendapatkan pengarahan yang
Membantu klien mengidentifikasi risiko atau masalah dan menggali pilihan yang
tersedia.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan
yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria
18
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara bersinambungan
dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan
tercapainya tujuan dan criteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan.
Jika sebaliknya, kajian ulang (reassessment). Secara umum, evaluasi ditunjukkan untuk :
BAB III
KESIMPULAN
19
1. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan suatu istilah yang sering
digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh
2. Gejala- gejala yang sering muncul pada penderita PPOK adalah kelemahan badan
batuk, sputum putih atau mikoid, jika ada infeksi menjadi purulen ataumukopurulen
3. Beberapa pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada penderita PPOK adalah
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius. 2000
20
Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi, Ed. 6. Jakarta. EGC : 2005
http:// KTI Askep PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Menahun) _ Akkes Askep.htm
21