Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, PENGETAHUAN WAJIB PAJAK, LINGKUNGAN

WAJIB PAJAK, KUALITAS PELAYANAN FISKUS, DAN SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP


KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Khoirunisa Arifah
Universitas Jenderal Soedirman
SUMMARY

ABSTRACT: This study aimed to examine the influence of taxpayers awareness, taxpayers knowledge,
taxpayers environmental, quality of tax authorities service, and tax penalties. The hypothesis proposed is that
the taxpayers awareness, taxpayers knowledge, taxpayers environmental, quality of tax authorities service,
and tax penalties affect the tax compliance. This research is a quantitative research with survey method. The
population of this study is the individual taxpayers listed on KPP Pratama Yogyakarta. The method used to
determine the amount of samples is simple random sampling method, on how when it has calculated by using
Slovin formula, the result of minimum samples for this study is 100 employees. The data used in this study are
primary data. However statistical analysis method used is multiple linier regression analysis. The result show
that the taxpayers awareness, taxpayers knowledge, taxpayers environmental, quality of tax authorities
service, and tax penalties affect the tax compliance.

KEYWORDS: taxpayers awareness, taxpayers knowledge, taxpayers environmental, quality of tax


authorities service, and tax penalties.

1. Pendahuluan
Pajak merupakan salah satu elemen pendapatan negara yang dijadikan sebagai pendapatan utama.
Sumber pendapatan ini nantinya akan digunakan untuk kepentingan negara dan membiayai pengeluaran
negara yang semakin lama semakin bertambah besar. Dengan adanya pajak, pemerintah mampu
mewujudkan pembangungan negara.
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
menyatakan bahwa pajak adalah konstribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat. Sesuai ketentuan dalam undang-undang
perpajakan, membayar pajak bukanlah hanya kewajiban, tetapi juga merupakan hak bagi setiap warga
negara untuk ikut berpartisipasi dalam terhadap pembiayaan negara dan pembangunan.
Dalam setiap tahunnya, terlihat adanya peningkatan persentase penerimaan pajak sebesar dua hingga
lima persen. Selama lima tahun terakhir, rata-rata penerimaan pajak adalah sebesar 74,8 persen dari total
pendapatan negara. Sedangkan pada tahun 2015, realisasi penerimaan perpajakan dalam RAPBN mencapai
Rp 1.240,4 triliun, sehingga penerimaan sektor itu memberikan kontribusi hampir 82 persen dari total
pendapatan negara.
Pada tahun 2016 ini, menurut Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id), pemerintah menargetkan
pendapatan negara bersumber dari penerimaan perpajakan sebesar Rp1.546,7 triliun (rasio penerimaan
negara terhadap PDB atau tax ratio dalam tahun 2016 sebesar 13,11 persen). Namun, sampai akhir Mei
2016 realisasi penerimaan mencapai Rp364,1 triliun. Jumlah tersebut hanyalah 26,8 persen dari target
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016. Dibanding periode yang sama pada akhir Mei
2015 dimana penerimaan pajak mencapai Rp377,03 triliun, jumlah itu merosot 3 persen.
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta mengungkapkan DIY menempati urutan kedua se-Indonesia
untuk tingkat kepatuhan pajak di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak pada tahun 2015 dengan
persentasepenerimaan pajak 73,7 persen (www.portal.jogjaprov.go.id). Salah satu indikator kepatuhan
wajib pajak adalah kepemilikan NPWP.
DIY memiliki wajib pajak orang pribadi yang terdaftar pada seluruh KPP Pratama di wilayah DIY
sebanyak 441.006 wajib pajak. Terdapat 162.121 wajib pajak orang pribadi terdaftar di KPP Pratama
Sleman atau 13 persen dari keseleruhan 1.167.481 penduduk Kabupaten Sleman. KPP Pratama Bantul
memiliki wajib pajak orang pribadi terbanyak kedua dengan total 98.460 yang merupakan 10 persen dari
971.511 penduduk Kabupaten Bantul. Urutan ketiga terbanyak pada KPP Pratama Kota Yogyakarta dengan
wajib pajak sejumlah 90.071atau 21 persendari keseluruhan 412.704 penduduk Kota Yogyakarta. KPP
Pratama Wonosari memiliki 6 persen dari 715.282 penduduk Kabupaten Gunungkidul sebesar 46.423.
Terakhir, jumlah wajib pajak paling sedikit di wilayah Direktorat Jenderal Pajak DIY dimiliki oleh KPP
Pratama Wates Kabupaten Kulonprogo dengan jumlah wajib pajak sebanyak 43.931 atau 10 persen dari
keseluruhan 412.198 penduduk. Namun, berdasar tingkat persentase jumlah wajib pajak orang pribadi, KPP
Pratama Yogyakarta memiliki presentase paling tinggi dengan total 21 persen wajib pajak orang pribadi
dari seluruh penduduk Kota Yogyakarta.
Perbedaan jumlah wajib pajak antara KPP Pratama Kota Yogyakarta dan KPP Pratama Sleman yang
cukup jauh. KPP Pratama Sleman memiliki 72.050 wajib pajak lebih banyak dibandingkan dengan KPP
Pratama Kota Yogyakarta yang memiliki 90.071 wajib pajak. Namun, penerimaan pajak yang diterima oleh
KPP Pratama Sleman jauh lebih sedikit daripada penerimaan pajak KPP Kota Yogyakarta. Selain itu, pada
data yang telah ditunjukkan, Kota Yogyakarta dengan penduduk paling sedikit dibandingkan dengan
penduduk kabupaten lain, memiliki jumlah wajib pajak dengan persentase terbanyak yaitu 21 persen dari
keseluruhan penduduk Kota Yogyakarta. Hal ini sangat menarik perhatian untuk diteliti mengenai tingkat
kepatuhan wajib pajaknya.
Tingkat kepatuhan wajib pajak dapat dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya adalah kesadaran
wajib pajak. Kesadaran wajib pajak atas fungsi perpajakan sebagai pembiayaan negara sangat diperlukan
untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Masyarakat harus sadar akan keberadaannya sebagai warga
negara yang selalu menjunjung tinggi Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar hukum penyelenggaraan
negara. Kesadaran wajib pajak berpengaruh positif pada kepatuhan pelaporan wajib pajak. Jika kesadaran
wajib pajak meningkat, maka kepatuhan wajib pajak akan meningkat (Muliari dan Setiawan, 2011).
Faktor lain adalah pengetahuan wajib pajak. Menyosialisasikan peraturan pajak baik itu melalui
penyuluhan, seruan moral baik dengan media billboard, baliho, maupun membuka situs peraturan pajak
yang setiap saat bisa diakses wajib pajak dapat meningkatkan kepatuhan pajak. Sehingga dengan adanya
sosialisasi tersebut pengetahuan wajib pajak terhadap kewajiban perpajakannya bertambah tinggi.
Pengetahuan tentang peraturan perpajakan penting untuk menumbuhkan perilaku patuh, karena bagaimana
mungkin wajib pajak disuruh patuh apabila mereka tidak mengetahui bagaimana peraturan perpajakan,
artinya bagaimana wajib pajak disuruh untuk menyerahkan SPT tepat waktu jika mereka tidak tahu kapan
waktu jatuh tempo penyerahan SPT (Witono, 2008).
Berdasarkan teori pembelajaran sosial dapat dikatakan bahwa teori ini relevan dengan teori lingkungan
wajib pajak berada karena seseorang akan taat membayar pajak tepat pada waktunya, jika lewat
pengamatan dan pengalaman langsungnya, hasil pungutan pajak itu telah memberikan kontribusi nyata pada
pembangunan di wilayahnya (Cindy dan Yenni, 2013).
Menurut Rohmawati dan Rasmini(2012), pelayanan ialah proses bantuan kepada orang lain dengan
kiat-kiat tertentu yang memerlukan hubungan interpersonal sehingga tercipta keberhasilan dan kepuasan.
Dalam penelitiannya menyatakan bahwa pelayanan yang berkualitas merupakan pelayanan yang
memberikan kepuasan kepada pelanggan dan dalam batas memenuhi standar pelayanan yang bisa
dipertanggungjawabkan serta dilakukan secara terus-menerus. Kualitas adalah keseluruhan ciri-ciri dan
karakteristik dalam suatu produk atau jasa menyangkut kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
yang telah ditentukan atau yang telah bersifat laten.
Sanksi merupakan hukuman negatif kepada orang yang melanggar peraturan, sehingga dapat dikatakan
bahwa sanksi perpajakan adalah hukuman negatif kepada orang yang melanggar peraturan dengan cara
membayar uang. Undang-undang dan peraturan secara garis besar berisikan hak dan kewajiban, tindakan
yang diperkenankan dan tidak diperkenankan oleh masyarakat. Agar undang-undang dan peraturan tersebut
dipatuhi, maka harus ada sanksi bagi pelanggarnya, demikian halnya untuk hukum pajak. Dalam undang-
undang perpajakan dikenal dua macam sanksi, yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana. Sanksi
administrasi dapat berupa bunga, denda, dan kenaikan (Cindy dan Yenni, 2013).
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh kesadaran wajib pajak, pengetahuan wajib pajak,
lingkungan wajib pajak, kualitas pelayanan fiskus, dan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak.
Hasil penelitian mengenai kepatuhan wajib pajak pada penelitian Putri (2013) dipengaruhi secara signifikan
oleh kesadaran wajib pajak. Hasil yang berbeda ditemukan pada penelitian Rohmawati, Prasetyo, dan
Rimawati (2013) dimana kesadaran wajib pajak tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kepatuhan
wajib pajak.
Witono (2008) dalam penelitiannya mengenai peranan pengetahuan wajib pada kepatuhan wajib pajak
menyatakan terdapatpengaruh positif yang signifikan antara pengetahuan wajib pajak dan konsultan pajak
dengan tingkat kepatuhan wajib pajak dan konsultan pajak. Dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin baik
pengetahuan wajib pajak dan konsultan pajak maka semakin tinggi pula kepatuhan wajib pajak dan
konsultan pajak tersebut. Berlainan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hardiningsih dan
Yulianawati (2011) yang menyatakan bahwa pendidikan yang diterima oleh wajib pajak tidak menjamin
seorang wajib pajak akan lebih menyadari akan kemauan membayar kewajiban perpajakannya. Kurangnya
pengetahuan yang dimiliki wajib pajak tentang peraturan pajak, disebabkan karena tingkat pendidikan wajib
pajak sebagian besar atau 50 persen lebih masih SD, SLTP, SLTA, D1.
Cindy dan Yenni (2013) dalam penelitiannya mengenai kepatuhan wajib pajak orang pribadi di
Surabaya menyebutkan bahwa lingkungan wajib pajak berada berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan
wajib pajak orang pribadi. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Hani dan Basri (2016)
yang menyatakan bahwa lingkungan wajib pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang
pribadi.
Utami dan Ayu (2012) dalam penelitiannya mengenai kepatuhan wajib pajak KPP Pratama Serang,
menemukan bahwa pelayanan fiskus memiliki pengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Namun
hasil yang tidak sama ditunjukkan pada penelitian Tiraada (2013). Pada penelitiannya di Kabupaten
Minahasa Selatan, menemukan bahwa pelayanan fiskus tidak memberikan pengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak orang pribadi.
Winerungan (2013) dalam penelitiannya mengenai kepatuhanwajib pajak orang pribadi di KPP
Manadodan KPP Bitung menyatakansanksi perpajakan tidak memberikan pengaruh terhadap perubahan
kepatuhan wajib pajak orang pribadi dari masyarakat di Kota Manado dan Kota Bitung dan berkaitan
dengan sanksi keterlambatan membayar pajak yang bisa memberatkan masyarakat dan faktor lain yang bisa
mempengaruhi penilaian masyarakat di kedua kota tersebut terhadap fungsi penting pajak. Namun hasil
yang tidak sama ditunjukkan pada penelitian Budiartha dan Susilawati (2013) bahwa sanksi perpajakan
berpengaruh positif pada kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak.

2. Landasan Teori
2.1 Theory of Planned Behavior
Theory of Planned Behavior adalah pengembangan dari Theory of Reasoned Action (TRA). Teori
ini dikembangkan oleh Ajzen (1985: 179-211) dengan menambahkan sebuah konstruk yaitu persepsi
kontrol keperilakuan (perceived behavioral control) yang dipersepsikan akan mempengaruhi minat dan
perilaku. Theory of Planned Behavior menjelaskan bahwa perilaku yang dilakukan oleh individu timbul
karena adanya minat untuk berperilaku. Minat berperilaku ditentukan oleh 3 faktor utama yaitu: (1)
behavioral beliefs, yaitu keyakinan individu akan hasil dari suatu perilaku dan evaluasi atas hasil yang
diterima (beliefs strength dan outcome evaluation), (2) normatif beliefs, yaitu keyakinan tentang harapan
normatif dari orang lain dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (normative beliefs dan
motivation to comply), dan (3) control beliefs, yaitu keyakinan tentang hal-hal yang mendukung atau
menghambat perilaku yang akan ditampilkan (control beliefs). Sikap berkaitan dengan keadaan mental
dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau
terarah terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya.
2.2 Social Learning Theory
Teori pembelajaran sosial menjelaskan bahwa seorang dapat belajar melalui pengamatan dan
pengalaman langsung. Bandura (1986: 575-582) mengatakan faktor sosial dan kognitif serta faktor
pelaku memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif berupa ekspektasi/penerimaan
untuk meraih keberhasilan, sedangkan faktor sosial mencakup pengamatan. Teori ini merupakan
perluasan teori pengkondisian operan, yaitu teori yang mengandaikan perilaku sebagai suatu fungsi dari
konsekuensi-konsekuensinya.
2.3 Perpajakan
Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menjadi Undang-Undang,
pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2.4 Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut Rahman (2010:32) kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai keadaan dimana
wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Kepatuhan
formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai
dengan ketentuan undang-undang perpajakan. Sedangkan kepatuhan material adalah suatu keadaan
dimana wajib pajak secara subtatif/hakekat memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai
isi dan jiwa undang-udang perpajakan.
2.5 Pengetahuan Wajib Pajak
Pengetahuan perpajakan merupakan ilmu atau wawasan mengenai perpajakan
yang dimiliki oleh wajib pajak (Ghoni dan Nuswantara, 2012). Pengetahuan perpajakan
meliputi konsep ketentuan umum di bidang perpajakan, objek pajak, tarif pajak,
perhitungan pajak terutang, pencatatan pajak terutang, sampai dengan bagaimana
pengisian pelaporan pajak. Pengetahuan wajib pajak berkaitan dengan kedisiplinan
wajib pajak dala membayarkan pajaknya, karena kedisiplinan berdasarkan pada tingkat
pemahaman yang sesuai terhadap hukum pajak yang dianut suatu negara serta sanksi-
sanksi yang menyertainya (Supriyati, 2008).
2.6 Kesadaran Wajib Pajak
Kesadaran membayar pajak merupakan keadaan dimana wajib pajak maumembayar pajak karena
merasa tidak dirugikan dari pembayaran pajak yang dilakukannya. Irianto (2005) dalam Rantum dan
Priyono (2009) menguraikan beberapa bentuk kesadaran membayar pajak yang mendorong wajib pajak
untuk membayar pajak. Pertama, kesadaran bahwa pajak merupakan bentuk partisipasi dalam menunjang
pembangunan negara. Dengan menyadari hal ini, wajib pajak mau membayar pajak karena merasa tidak
dirugikan dari pemungutan pajak yang dilakukan. Pajak disadari digunakan untuk pembangunan negara
guna meningkatkan kesejahteraan warga negara. Kedua, kesadaran bahwa penundaan pembayaran pajak
sangat merugikan negara. Wajib pajak mau membayar pajak karena memahami bahwa penundaan pajak
berdampak pada kurangnya sumberdaya finansial yang dapat mengakibatkan terhambatnya
pembangunan negara. Ketiga, kesadaran bahwa pajak ditetapkan dengan undang-undang dan dapat
dipaksakan. Wajib pajak akan membayar karena pembayaran pajak disadari memiliki landasan hukum
yang kuat dan merupakan kewajiban mutlak setiapwarga negara.
2.7 Lingkungan Wajib Pajak
Dalyono (2001:133) mendefinisikan lingkungan ialah semua orang atau manusia yang
mempengaruhi kita. Pengaruh lingkungan ada yang diterima secara langsung dan ada yang tidak
langsung. Pengaruh langsung seperti dalam pergaulan sehari-hari, seperti keluarga, teman-teman, kawan
sekolah dan sepekerjaan dan sebagainya. Berdasarkan dari beberapa penegertian mengenai lingkungan
dapat disimpulkan lingkungan sosial merupakan terdiri dari keluarga, teman, jaringan sosial dan lainnya
yang mempengaruhi seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung.
2.8 Kualitas Pelayanan Fiskus
Pelayanan fiskus dapat diartikan sebagai cara petugas pajak dalam membantu
mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan wajib pajak (Jatmiko, 2006).
Dalam penelitian Rina (2009), untuk mengetahui baik tidaknya pelayanan fiskus yang
diberikan oleh wajib pajak, dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada
wajib pajak yaitu, pertama apakah fiskus (aparat pajak) bekerja secara transparan. Kedua,
apakah fiskus sukarela membantu kesulitan wajib pajak (bersedia memberikan
penyuluhan). Ketiga, apakah fiskus senantiasa menjaga kerapian dalam berpenampilan.
Keempat, apakah menjaga tutur katanya dengan baik dan bersikap sopan. Kelima, apakah
fiskus memberikan pelayanan dengan cepat dan tangkas untuk membantu kesulitan wajib
pajak
2.9 Sanksi Perpajakan
Mardiasmo (2011:56) menyatakan sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi. Dengan
kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma
perpajakan. Pengetahuan tentang sanksi dalam perpajakan menjadi penting karena pemerintah lndonesia
memilih menerapkan self assessment system dalam rangka pelaksanaan pemungutan pajak. Berdasarkan
sistem ini, wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung menyetor, dan melaporkan pajaknya
sendiri. Untuk dapat menjalankannya dengan baik, maka setiap wajib pajak memerlukan pengetahuan
pajak, baik dari segi peraturan maupun teknis administrasinya. Agar pelaksanaannya dapat tertib dan
sesuai dengan target yang diharapkan, pemerintah telah menyiapkan rambu-rambu yang diatur dalam UU
Perpajakan yang berlaku. Pada hakikatnya, pengenaan sanksi perpajakan diberlakukan untuk
menciptakan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Itulah sebabnya,
penting bagi wajib pajak memahami sanksi-sanksi perpajakan sehingga mengetahui konsekuensi hukum
dari apa yang dilakukan ataupun tidak dilakukan.

3. Pengembangan Hipotesis
Kesadaran wajib pajak berkaitan dengan behavioral beliefs. Kesadaran seseorang untuk melakukan
sesuatu dapat ditimbulkan dengan adanya keyakinan yang dimilikinya. Wajib pajak sadar manfaat yang
dapat diperoleh dari mematuhi peraturan perpajakan sehingga mendorong wajib pajak tersebut
meningkatkan kepatuhan pajaknya.
Menyadari bahwa kesadaran bahwa pajak merupakan bentuk partisipasidalam menunjang
pembangunan negara, wajib pajakmau membayar pajak karena merasa tidak dirugikan dari pemungutan
pajak yang dilakukan. Pajak disadari digunakan untuk pembangunan negara guna meningkatkan
kesejahteraan warga negara.
Uraian teori diatas juga didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Muliari dan Setiawan (2011)
yang mengungkapkan bahwa kesadaran wajib pajak secara parsial berpengaruh positif dan signifikan pada
kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi.
H1: Kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.
Variabel pengetahuan wajib pajak berkaitan dengan behavioral beliefs. Yakni ketika seseorang ingin
melakukan sesuatu maka individu tersebut memiliki keyakinan akan hasil yang akan diperoleh, sehingga
akan memutuskan untuk melakukan suatu perilaku atau tidak. Dengan adanya pengetahuan pajak dan
keyakinan terhadap pemerintah dan hukum akan membuat keyakinan individu untuk meningkatkan
kepatuhan perpajaknnya.
Pengetahuan perpajakan sangat penting dimiliki oleh wajib pajak. Hal tersebut sesuai dengan sistem
yang berlaku di Indonesia yaitu self assessment system yang mewajibkan wajib pajak mengetahui segala
alur pemenuhan kewajiban perpajakannya mulai dari tahap awal yaitu menghitung, memperhitungkan
sampai dengan melapor kewajiban perpajakannya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Witono (2008) mendukung uraian teori yang menyatakan bahwa
semakin baik pengetahuan wajib pajak maka semakin tinggi pula kepatuhan wajib pajak tersebut.
H2: Pengetahuan wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.
Lingkungan wajib pajak berkaitan erat dengan teori pembelajaran sosial. Seorang individu akan
memenuhi kewajiban perpajakannya jika lingkungannya mendukung. Lingkungan seorang individu akan
memberikan sudut pandang melalui pengamatan dan pengalaman. Apabila melalui pengamatannya pajak
mampu memberikan hasil kontribusi nyata dalam pembangunan wilayahnya maka akan semakin besar pula
kemungkinan seorang individu melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Mintarto, Utami, dan Yaningwati (2015) mengungkapkan bahwa
lingkungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak secara mendukung
penjelasan teori diatas.
H3: Lingkungan wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.
Pada Theory of Planned Behavior, kualitas pelayanan fiskus berkaitan erat dengan normative beliefs,
yakni saat ingin melakukan suatu tindakan, individu mendapat harapan normatif dan motivasi dari orang
lain sehingga memiliki dorongan untuk melakukan suatu tindakan. Dengan adanya kualitas pelayanan
fiskus yang baik, yang didorong dngan pelayanan yang ramah serta berbagai penyuluhan atau sosialisasi
yang dilakukan oleh pihak fiskus maka akan meningkatkan niat dan keyakinan wajib pajak untuk mematuhi
peraturan perpajakan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cindy dan Yenni (2013) yang menyatakan bahwa kualitas
pelayanan fiskus berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi mendukung pernyataan
paragraf diatas.
H4: Kualitas pelayan fiskus berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.
Pada Theory of Planned Behavior, sanksi perpajakan berkaitan dengan control beliefs, yaitu sanksi
perpajakan dibuat supaya wajib pajak mematuhi aturan perpajakan yang berlaku. Control beliefs merupakan
faktor yang dapat mendorong atau menghambat wajib pajak untuk melaksanakan suatu tindakan. Sanksi
perpajakan merupakan pendorong presepsi wajib pajak untuk mematuhi peraturan perpajakan dengan baik.
Hasil penelitian Mutia (2014) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif
antara sanksi perpajakan dengan kepatuhan wajib pajak. Hal ini berarti semakin tinggi sanksi perpajakan,
maka kepatuhan wajib pajak akan tercapai.
H5: Sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.

4. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data primer berupa kuesioner
yang dibagikan kepada responden. Sampel dalam penelitian ini menggunakan metode random sampling.
4.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
a. Variabel Independen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak. Indikator kepatuhan wajib
pajak (Kiryanto, 2000), yaitu:
i. Wajib pajak paham dan berusaha memahami UU Perpajakan.
ii. Mengisi formulir pajak dengan benar.
iii. Menghitung pajak dengan jumlah yang benar.
iv. Membayar pajak tepat pada waktunya.
b. Variabel Dependen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah kesadaran wajib pajak. Indikator untuk
mengukur kesadaran wajib pajak (Widayati dan Nurlis, 2010), antara lain:
i. Pajak merupakan sumber penerimaan negara terbesar.
ii. Pajak digunakan untuk pembangunan negara.
iii. Pajak ditetapkan dengan undang-undang dan dapat dipaksakan.
iv. Penundaan pembayaran pajak dapat merugikan negara.
v. Pembayaran pajak tidak sesuai jumlah yang harus dibayar merugikan negara.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan wajib pajak. Indikator pengetahuan
wajib pajak (Widayati dan Nurlis, 2010), antara lain:
i. Prosedur perpajakan, dalam hal ini wajib pajak memahami tentang prosedur-prosedur
perpajakan.
ii. Pendidikan perpajakan, wajib pajak mengikuti pendidikan formal maupun nonformal seputar
perpajakan.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah lingkungan wajib pajak. Indikator untuk
mengukur lingkungan wajib pajak (Santi, 2012), yaitu:
i. Masyarakat dan lingkungan
ii. Perekonomian
iii. Prosedur pelaporan
Variabel independen dalam penelitian ini adalah kualitas pelayanan. Indikator kualitas pelayanan
fiskus diadopsi dari Suyatmin (2004), terdiri dari:
i. Pelayanan yang baik.
ii. Keadilan penentuan tarif.
iii. Penyuluhan hak dan kewajiban pajak.
iv. Perhatian terhadap keberatan dan keluhan wajib pajak.
v. Kemudahan membayar dan melunasi pajak.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah kualitas pelayanan. Indikator untuk mengukur
sanksi perpajakan (Arum, 2012), terdiri dari:
i. Sanksi pajak sangat diperlukan agar tercipta kedisiplinan wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakan.
ii. Pengenaan sanksi harus dilaksanakan dengan tegas kepada semua wajib pajak yang
melakukan pelanggaran
iii. Sanksi yang diberikan oleh wajib pajak harus sesuai dengan besar kecilnya pelanggaran yang
sudah dilakukan
iv. Penerapan sanksi pajak harus sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.
c. Pengukuran Variabel
Skala likert yang digunakan untuk menjawab pernyataan penelitian memiliki lima kategori, yaitu
sebagai berikut :
i. Jawaban sangat setuju mendapat skor 5
ii. Jawaban setuju mendapat skor 4
iii. Jawaban netral mendapat skor 3
iv. Jawab tidak setuju mendapat skor 2
v. Jawab sangat tidak setuju mendapat skor 1

4.2 Metode Analisis Data


a. Uji Kualitas Data
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu koesioner
dikatakan valid jika pertanyaan dalam kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang
akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2011: 52). Setelah r hitung ditemukan, r hitung
tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel untuk mengetahui butir yang valid dan tidak
valid. Dengan pedoman bila r hitung > r tabel pada signifikansi 5% maka butir dianggap valid,
sedangkan bila r hitung r tabel maka item tersebut dianggap tidak valid. Butir yang
digunakan dalam pengumpulan data adalah butir yang valid (Ghozali, 2011 : 53).
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur apakah jawaban responden terhadap pernyataan
dalam kuesioner konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu kuesioner dikatakan reliable
atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu. Indikator untuk uji reliabilitas adalah Cronbachs Alpha, apabila nilai
Cronbachs Alpha > 0,6 menunjukkan instrumen yang digunakan reliable (Ghozali, 2005).
b. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel
dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.
Pengujian normalitas dilakukan uji Kolmogorov Smirnov. Uji normalitas residual dilakukan
dengan menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov test dengan taraf signifikan 5%
(Ghozali, 2011:160). Jika nilai Sig > 0,05 maka dikatakan berdistribusi normal.
2. Uji Multikolenieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
diantara variabel independen. Untuk menguji ada tidaknya multikolinearitas dalam suatu
model regresi salah satunya adalah dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation
Factor (VIF). Jika VIF < 10 dan tolerance > 0,1 maka tidak terjadi multikolinearitas tapi jika
VIF 10 dan tolerance 0,1 berarti terjadi multikolinearitas antar variabel dalam model
regresi (Ghozali, 2011: 105).
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dapat
menggunakan uji glejser. Apabila sig > 0,05 maka tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas
(Ghozali, 2011: 139).
c. Regresi Linier Berganda
Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun
persamaan dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat perkiraan
(prediction). Persamaan regresi adalah suatu persamaan matematis yang
mendefinisikan hubungan antara dua variabel (Suliyanto, 2006: 62).
1. Persamaan Regresi
Adapun bentuk persamaan regresi dalam penelitian ini :
= + 1 . 1 + 2 . 2 + 3 . 3 + 4 . 4 + 5 . 5 +
Keterangan :
Y = kepatuhan wajib pajak
= konstanta
1 = pengetahuan wajib pajak
2 = kesadaran wajib pajak
3 = lingkungan wajib pajak
4 = kualitas pelayanan fiskus
5 = sanksi perpajakan
1,2,3,4,5 = koefisien regresi
e = variabel pengganggu (error)
2. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi pada prinsipnya mengukur seberapa jauh kemampuan variabel
independen dalam menerangkan variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara
nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan
variabel dependen relatif terbatas. Nilai yang mendekati angka satu berarti variabel
independen mampu memberikan hampir semua informasi yang digunakan untuk memprediksi
variabel dependen (Suliyanto, 2011: 43).
d. Uji t
Uji t bertujuan untuk menguji pengaruh secara parsial antara variabel bebas terhadap variabel tidak
bebas dengan variabel lain dianggap konstan, dengan asumsi bahwa jika signifikan nilai t hitung
yang dapat dilihat dari analisis regresi menunjukkan kecil dari = 5%, berarti variabel independen
berpengaruh terhadap variabel dependen. Dengan tingkat kepercayaan untuk pengujian hipotesis
adalah 95% atau () = 0,05 (5%). Dalam perhitungannya nilai statistik yang diperoleh harus lebih
besar dari pada nilai t-tabel dengan derajat kebebasan (Degree of Freedom). Degree of Freedom
ditentukan dengan rumus n k dimana n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah variabel .
5. Hasil
5.1 Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
Tabel 1. Hasil Uji Validitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak
Item Keterangan
01 0,651 0,374 Valid
02 0,670 0,374 Valid
03 0,828 0,374 Valid
04 0,664 0,374 Valid

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa korelasi Product Moment setiap item pernyataan
untuk variabel kepatuhan wajib pajak (Y) lebih besar dari sebesar 0,374 pada taraf signifikansi
5%. Dengan demikian maka seluruh item adalah valid.

Tabel 2. Hasil Uji Validitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak


Item Keterangan
01 0,820 0,374 Valid
02 0,646 0,374 Valid
03 0,766 0,374 Valid
04 0,724 0,374 Valid
05 0,759 0,374 Valid

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa korelasi Product Moment setiap item pernyataan untuk
variabel kesadaran wajib pajak (1 ) lebih besar dari sebesar 0,374 pada taraf signifikansi 5%.
Dengan demikian maka seluruh item adalah valid.

Tabel 3. Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan Wajib Pajak


Item Keterangan
01 0,765 0,374 Valid
02 0,796 0,374 Valid
03 0,645 0,374 Valid
04 0,888 0,374 Valid

Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa korelasi Product Moment setiap item pernyataan untuk
variabel pengetahuan wajib pajak (2 ) lebih besar dari sebesar 0,374 pada taraf signifikansi
5%. Dengan demikian maka seluruh item adalah valid.

Tabel 4. Hasil Uji Validitas Variabel Lingkungan Wajib Pajak


Item Keterangan
01 0,918 0,374 Valid
02 0,791 0,374 Valid
03 0,788 0,374 Valid
04 0,604 0,374 Valid

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa korelasi Product Moment setiap item pernyataan untuk
variabel lingkungan wajib pajak (3 ) lebih besar dari sebesar 0,374 pada taraf signifikansi 5%.
Dengan demikian maka seluruh item adalah valid.

Tabel 5. Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Pelayanan Fiskus


Item Keterangan
01 0,724 0,374 Valid
02 0,887 0,374 Valid
03 0,569 0,374 Valid
04 0,873 0,374 Valid
05 0,906 0,374 Valid
06 0,799 0,374 Valid
07 0,829 0,374 Valid

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa korelasi Product Moment setiap item pernyataan untuk
variabel kualitas pelayanan fiskus (4 ) lebih besar dari sebesar 0,374 pada taraf signifikansi
5%. Dengan demikian maka seluruh item adalah valid.

Tabel 6. Hasil Uji Validitas Variabel Sanksi Perpajakan


Item Keterangan
01 0,781 0,374 Valid
02 0,951 0,374 Valid
03 0,814 0,374 Valid
04 0,556 0,374 Valid

Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa korelasi Product Moment setiap item pernyataan untuk
variabel sanksi perpajakan (5 ) lebih besar dari sebesar 0,374 pada taraf signifikansi 5%.
Dengan demikian maka seluruh item adalah valid.

b. Uji Reliabilitas
Tabel 7. Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Koefisian Cronbach Cronbach Alpha Min Keterangan
Alpha
Y 0,637 0,60 Reliabel
1 0,794 0,60 Reliabel
2 0,774 0,60 Reliabel
3 0,788 0,60 Reliabel
4 0,904 0,60 Reliabel
5 0,762 0,60 Reliabel

Tabel 7 menunjukkan bahwa koefisiensi reliabilitas kuesioner yang terdiri dari variabel kepatuhan
wajib pajak diperoleh nilai koefisien Cronbach Alpha 0,637 > 0,60, variabel kesadaran wajib pajak
diperoleh nilai koefisien Cronbach Alpha 0,794 > 0,60, variabel pengetahuan wajib pajak diperoleh
nilai koefisien Cronbach Alpha 0,774 > 0,60, variabel lingkungan wajib pajak diperoleh nilai
koefisien Cronbach Alpha 0,788 > 0,60, variabel kualitas pelayanan fiskus diperoleh nilai koefisien
Cronbach Alpha 0,904 > 0,60, dan variabel sanksi perpajakan diperoleh nilai koefisien Cronbach
Alpha 0,762 > 0,60. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh instrumen penelitian
dinyatanya reliabel.

5.2 Uji Asumsi Klasik


a. Uji Normalitas
Dari hasil pengujian, diperoleh nilai Asym.sig sebesar 0,255 dimana nilai perhitungan tersebut lebih
besar daripada nilai yakni sebesar 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan
berdistribusi normal dan layak untuk mengunakan teknik analisis regresi.
b. Uji Multikolinieritas
Tabel 8. Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel Tolerance VIF Keterangan
1 0,449 2,226 Tidak Terjadi Multikolinearitas
2 0,789 1,267 Tidak Terjadi Multikolinearitas
3 0,649 1,542 Tidak Terjadi Multikolinearitas
4 0,678 1,474 Tidak Terjadi Multikolinearitas
5 0,568 1,760 Tidak Terjadi Multikolinearitas
Berdasarkan tabel 8 diperoleh nilai tolerance value semua variabel diatas 0,10 dan nilai VIF
dibawah 10 maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinieritas antar variabel independen.
c. Uji Heteroskedastisitas
Tabel 9. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel Sig. Keterangan
1 0,769 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
2 0,430 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
3 0,819 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
4 0,663 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
5 0,506 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas

Berdasarkan pengujian heteroskedastisitas diperoleh nilai Sig. keseluruhan variabel > nilai yakni
0,05, maka dapat dikatakan model penelitian ini tidak mengandung gejala heteroskedastisitas.

5.3 Analisis Regresi Linier Berganda


a. Persamaan Regresi
Tabel 10. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Variabel Koefisien Regresi Signifikansi
Kesadaran Wajib 0,171 2,437 1,661 0,017
Pajak
Pengetahuan 0,172 2,898 1,661 0,005
Wajib Pajak
Lingkungan Wajib 0,183 2,377 1,661 0,019
Pajak
Kualitas 0,157 2,406 1,661 0,018
Pelayanan Fiskus
Sanksi Perpajakan 0,162 2,295 1,661 0,024
Konstanta = 0,895
Adj R Square = 0,565
F hitung = 26,739
F tabel = 2,31
F sig = 0,000

Berdasarkan data pada tabel 10, maka dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut :
Y = 0,895 + 0,171X1 + 0,172X2 + 0,183X3 + 0,157X4 + 0,162X5 + e
Dari persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan beberapa hal sebagai berikut:
i. Nilai konstanta bernilai positif sebesar 0,895 yang berarti kepatuhan wajib pajak (Y) akan
bernilai 0,895apabila tidak ada variabel kesadaran wajib pajak (X1 ), pengetahuan wajib
pajak (X2 ), lingkungan wajib pajak (X3 ), kualitas pelayanan fiskus (X4 ), dan sanksi
perpajakan (X5 ).
ii. Koefisien variabel kesadaran wajib pajak (X1 ) memiliki tanda koefisien regresi positif. Hal
ini menujukkan bahwa semakin tinggi kesadaran wajib pajak maka kepatuhan wajib pajak
juga akan semakin tinggi.
iii. Koefisien variabel pengetahuan wajib pajak (X2 ) memiliki tanda koefisien regresi positif.
Hal ini menujukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan wajib pajak maka kepatuhan wajib
pajak akan meningkat.
iv. Koefisien variabel lingkungan wajib pajak (X3 ) memiliki tanda koefisien regresi positif.
Hal ini menujukkan bahwa semakin baik lingkungan wajib pajak maka akan berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak.
v. Koefisien variabel kualitas pelayan fiskus (X4 ) memiliki tanda koefisien regresi positif. Hal
ini menujukkan bahwa semakin baik kualitas pelayan fiskus maka kepatuhan wajib pajak
akan semakin tinggi.
vi. Koefisien variabel sanksi perpajakan (X5 ) memiliki tanda koefisien regresi positif. Hal ini
menujukkan bahwa semakin semakin tinggi sanksi perpajakan, maka kepatuhan wajib
pajak tentu akan meningkat pula.
b. Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi 2 digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen. Besarnya koefisien determinasi 2 antara 0 sapai 1.
Berdasarkan tabel 4.13, nilai Adjusted R Square dalam penelitian ini sebesar 0,565 yang artinya
adalah bahwa 56,5% variasi perubahan variabel kepatuhan wajib pajak dapat dijelaskan dan
dipengaruhi oleh variabel independen yang digunakan dalam model yaitu kesadaran wajib pajak,
pengetahuan wajib pajak, lingkungan wajib pajak, kualitas pelayanan fiskus, dan sanksi perpajakan,
sedangkan sisanya sebesar 43,5% dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti.

5.4 Uji t
a. Uji Hipotesis Pertama
Berdasarkan tingkat keyakinan 95 persen ( = 0,05) dan degree of freedom (n-k) dimana n = 100 dan
k = 6, diperoleh nilai sebesar 1,661. Hasil pengujian hipotesis 1 menunjukkan bahwa
hubungan kesadaran wajib pajak dengan kepatuhan wajib pajak memiliki nilai signifikansi 0,017 dan
2,437. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan nilai lebih besar dari , artinya
ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian kesadaran wajib pajak dapat meningkatkan kepatuhan
wajib pajak dalam peraturan perpajakan. Maka 1 yang diajukan diterima.
b. Uji Hipotesis Kedua
Berdasarkan tingkat keyakinan 95 persen ( = 0,05) dan degree of freedom (n-k) dimana n = 100 dan
k = 6, diperoleh nilai sebesar 1,661. Hasil pengujian hipotesis 2 menunjukkan bahwa
hubungan pengetahuan wajib pajak dengan kepatuhan wajib pajak memiliki nilai signifikansi 0,005
dan 2,898. Nilai signifikansi lebih kecildari 0,05 dan nilai lebih besar dari ,
artinya ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian pengetahuan yang dimiliki wajib pajak dapat
meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam peraturan perpajakan. Maka 2 yang diajukan diterima.
c. Uji Hipotesis Ketiga
Berdasarkan tingkat keyakinan 95 persen ( = 0,05) dan degree of freedom (n-k) dimana n = 100 dan
k = 6, diperoleh nilai sebesar 1,661. Hasil pengujian hipotesis 3 menunjukkan bahwa
hubungan lingkungan wajib pajak dengan kepatuhan wajib pajak memiliki nilai signifikansi 0,019
dan 2,377. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan nilai lebih besar dari ,
artinya ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian lingkungan wajib pajak berada dapat
meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam peraturan perpajakan. Maka 3 yang diajukan diterima.
d. Uji Hipotesis Keempat
Berdasarkan tingkat keyakinan 95 persen ( = 0,05) dan degree of freedom (n-k) dimana n = 100 dan
k = 6, diperoleh nilai sebesar 1,661. Hasil pengujian hipotesis 4 menunjukkan bahwa
hubungan kualitas pelayanan fiskus dengan kepatuhan wajib pajak memiliki nilai signifikansi 0,018
dan 2,406. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan nilai lebih besar dari ,
artinya ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian kualitas pelayanan fiskus yang diberikan
kepada wajib pajak dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam peraturan perpajakan. Maka
4 yang diajukan diterima.
e. Uji Hipotesis Kelima
Berdasarkan tingkat keyakinan 95 persen ( = 0,05) dan degree of freedom (n-k) dimana n = 100 dan
k = 6, diperoleh nilai sebesar 1,661. Hasil pengujian hipotesis 4 menunjukkan bahwa
hubungan kualitas pelayanan fiskus dengan kepatuhan wajib pajak memiliki nilai signifikansi 0,024
dan 2,295. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan nilai lebih besar dari ,
artinya ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian sanksi perpajakan dapat menjadi upaya
preventif agar wajib pajak tidak melakukan pelanggaran peraturan perpajakan sehingga dapat
meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Maka 5 yang diajukan diterima.
6. Pembahasan
6.1 Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Hasil pengujian pada hipotesis pertama dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kesadaran
wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak yang berarti 1 yang diajukan dalam
penelitian ini diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kesadaran wajib pajak
semakin tinggi pula kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak dan mematuhi peraturan perpajakan
karena jika seseorang memiliki kesadaran yang cukup tinggi mengenai pentingnya dan manfaatnya
membayar pajak, maka ia akan semakin patuh terhadap peraturan perpajakan.
Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Ajzen (1985), kesadaran wajib pajak
berkaitan dengan behavioral beliefs. Kesadaran seseorang untuk melakukan sesuatu dapat ditimbulkan
dengan adanya keyakinan yang dimilikinya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
menunjukkan bahwa kesadaran wajib pajak sudah cukup tinggi. Temuan dari penelitian ini
menunjukkan bahwa wajib pajak sadar manfaat yang dapat diperoleh dari mematuhi peraturan
perpajakan sehingga mendorong wajib pajak tersebut meningkatkan kepatuhan pajaknya. Semakin
tinggi tingkat kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak maka semakin tinggi pula tingkat
kepatuhan membayar pajak. Hal ini perlu dipertahankan oleh pihak-pihak yang terkait agar para wajib
pajak tetap sadar akan pajak dan mereka telah mempunyai pandangan positif terhadap pajak.
6.2 Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Hasil pengujian pada hipotesis kedua dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan
wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak yang berarti 2 yang diajukan dalam
penelitian ini diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan wajib
pajak semakin tinggi pula kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak karena dengan wajib memiliki
pengetahuan tentang peraturan perpajakan berkaitan dengan penghitungan, pelaporan, hingga
pembayaran, maka wajib pajak semakin memahami bahwa membayar pajak adalah suatu kewajiban
dan penting sehingga dapat meningkatkan kepatuhan perpajakannya.
Hasil penelitian ini sejalan behavioral beliefs (Ajzen, 1985) yang mengungkapkan bahwa
ketika seseorang ingin melakukan sesuatu maka individu tersebut memiliki keyakinan akan hasil yang
akan diperoleh, sehingga akan memutuskan untuk melakukan suatu perilaku atau tidak. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa dengan adanya pengetahuan pajak maka wajib
pajak akan semakin memahami manfaat dan pentingnya membayar pajak sehingga meningkatkan
kepatuhan perpajaknnya.
6.3 Pengaruh Lingkunga Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Hasil pengujian pada hipotesis ketiga dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan
wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak yang berarti 3 yang diajukan dalam
penelitian ini diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin baik lingkungan wajib pajak
maka semakin tinggi pula kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak karena ketika orang-orang
disekeliling wajib pajak seperti orang terdekat, teman kantor, orang-orang yang dihormati di
wilayahnya memperlihatkan, mencontohkan, dan mendukung kegiatan perpajakan, maka wajib pajak
akan semakin terdorong untuk mematuhi peraturan perpajakan. Dapat juga pengaruh tersebut diperoleh
dari bagaimana wajib pajak melihat peran pajak yang ia bayarkan dapat digunakan untuk pembangunan
wilayah di lingkungannya, maka akan semakin meningkatkan kepatuhan wajib pajak untuk membayar
pajak.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori pembelajaran sosial, seorang individu akan memenuhi
kewajiban perpajakannya jika lingkungannya mendukung. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, menunjukkan bahwa lingkungan seorang individu akan memberikan sudut pandang melalui
pengamatan dan pengalaman yang dapat mendukung wajib pajak semakin mematuhi peraturan
perpajakan. Apabila melalui pengamatannya pajak mampu memberikan hasil kontribusi nyata dalam
pembangunan wilayahnya maka akan semakin besar pula kemungkinan seorang individu melaksanakan
kewajiban perpajakannya.
6.4 Pengaruh Kualitas Pelayanan Fiskus terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Hasil pengujian pada hipotesis keempat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas
pelayanan fiskus berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak yang berarti 4 yang diajukan
dalam penelitian ini diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin baik kualitas pelayanan
fiskus yang diberikan kepada wajib pajak maka semakin tinggi kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak karena pelayan fiskus pada saat melayani wajib pajak yang dapat berupa keramahan,
penjelasan, penghitungan pajak maupun pengisisan SPT, dan pengetuahuan tambahan mengenai
perpajakan, dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Ketika wajib pajak
merasakan bahwa mereka terlayani dengan baik saat membayar pajak maka wajib pajak akan merasa
semakin bersemangat dan acuh terhadap kewajiban perpajakannya.
Hal ini sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Ajzen (1985), kualitas pelayanan fiskus
berkaitan erat dengan normative beliefs, yakni saat ingin melakukan suatu tindakan, individu mendapat
harapan normatif dan motivasi dari orang lain sehingga memiliki dorongan untuk melakukan suatu
tindakan. Dengan adanya kualitas pelayanan fiskus yang baik, yang didorong dengan pelayanan yang
ramah serta berbagai penyuluhan atau sosialisasi yang dilakukan oleh pihak fiskus maka akan
meningkatkan niat dan keyakinan wajib pajak untuk mematuhi peraturan perpajakan.
6.5 Pengaruh Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Hasil pengujian pada hipotesis kelima dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sanksi
perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak yang berarti 5 yang diajukan dalam
penelitian ini diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin baik pemahaman wajib pajak
mengenai sanksi perpajakan semakin tinggi pula kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak karena
ketika seorang wajib pajak memahami hal-hal apa saja yang sebaiknya ia lakukan dan tidak ia lakukan
beserta dengan konsekuensinya, maka ia akan semakin patuh terhadap peraturan perpajakan dan tidak
ingin melanggarnya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan control beliefs yang merupakan bagian dari Theory of
Planned Behavior, yaitu sanksi perpajakan dibuat supaya wajib pajak mematuhi aturan perpajakan
yang berlaku. Control beliefs merupakan faktor yang dapat mendorong atau menghambat wajib pajak
untuk melaksanakan suatu tindakan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, sanksi perpajakan
dapat menjadi pendorong presepsi wajib pajak untuk mematuhi peraturan perpajakan dengan baik.
Sanksi perpajakan diterapkan sebagai akibat tidak terpenuhinya kewajiban perpajakan oleh wajib pajak
sebagaimana diamanatkan oleh undang-undang perpajakan. Pengenaan sanksi pajak kepada wajib
pajak dapat menyebabkan terpenuhinya kewajiban perpajakan oleh wajib pajak sehingga dapat
meningkatkan kepatuhan wajib pajak itu sendiri. Wajib pajak akan patuh karena mereka berfikir
adanya sanksi berat akibat tindakan ilegal dalam usahanya menyelundupkan pajak.

7. Kesimpulan, Implikasi, dan Saran


Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diperoleh kesimpulan kesadaran wajib pajak,
pengetahuan wajib pajak, lingkungan wajib pajak, kualitas pelayanan fiskus, dan sanksi perpajakan
berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.
Perlu disosialisasikan sikap sadar membayar pajak agar masyarakat mau untuk membayar pajak.
Sosialisasi ini dapat melalui iklan di televisi, radio maupun surat kabar serta media lainnya. Perlu secara
berkala Direktorat Jenderal Pajak mengadakan acara yang mendidik serta menghibur masyarakat agar
memiliki kesadaran untuk membayar kewajiban perpajakan. Sosialisasi di acara tertentu dengan cara
mengundang tokoh yang disegani oleh kalangan profesional tertentu.
Upaya pelatihan atau sosoialisasi perpajakan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman diri
wajib pajak terhadap peraturan perpajakan dapat membantu meningkatkan kemauan membayar pajak.
Melalui pendidikan dan pengetahuan pajak dapat mengantisipasi wajib pajak melakukan penghindaran
pajak, yang akhirnya akan meningkatkan kesadaran perpajakan, sehingga wajib pajak akan menjadi patuh
dalam pemenuhan kewajiban perpajakan seperti sadar mendaftarkan diri memperoleh NPWP.
Lingkungan wajib pajak diperlukan bukti secara langsung tindakan yang dilakukan oleh Dirjen Pajak
yang diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan memakai uang
pajak dengan benar dengan cara mengikis habis oknum-oknum mafia pajak yang tidak bertanggung jawab
sehingga masyarakat tidak ragu dan bangga menjadi pembayar pajak. Hal ini menyebabkan siapa saja pasti
rela membayar pajak dan tingkat pemenuhan kepatuhan kewajiban perpajakan akan meningkat.
Fiskus harus bertindak profesional dan memiliki mental yang siap melayani para wajib pajak dengan
sebaik-baiknya. Pihak Direktorat Jenderal Pajak dapat melakukan pelatihan pelayanan wajib pajak agar
dapat meningkatkan kualitas pelayanan fiskus bagi wajib pajak. Fiskus juga diseleksi dengan ketat sesuai
dengan bidang keahlian yang dibutuhkan agar fiskus benar-benar cakap dalam melakukan tugasnya. Selain
itu, fiskus diharapkan dapat melaksanakan penegakan sanksi pajak sesuai dengan aturan perpajakan yang
berlaku, secara tegas memberlakukan setiap sanksi agar wajib pajak patuh dalam melaksanakan kewajiban
perpajakan dan tidak meremehkan setiap sanksi yang ada.
KPP Pratama diharapkan dapat melaksanakan penegakan sanksi pajak sesuai dengan aturan
perpajakan yang berlaku, secara tegas memberlakukan setiap sanksi agar wajib pajak patuh dalam
melaksanakan kewajiban perpajakan dan tidak meremehkan setiap sanksi yang ada. Selain itu KPP Pratama
juga perlu melalukan sosialisasi dalam berbagai bentuk yang dapat diterima oleh wajib pajak sehingga
wajib pajak dapat memahami sanksi-sanksi perpajakan. Jika wajib pajak mengetahui dan memahami sanksi
perpajakan, maka wajib pajak akan lebih mudah melaksanakan tata cara perpajakan dan tidak
melanggarnya.
Pada penelitian ini variabel independen yang diteliti berpengaruh sebesar 56,5 persen. Hal ini berarti
masih ada variabel lain sebesar 43,5 % di luar model penelitian ini. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat
menambah variabel-variabel lain yang dimungkinkan dapat lebih berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak.
Penelitian ini dilakukan kepada wajib pajak yang terdaftar disalah satu KPP Pratama di DIY yaitu
KPP Pratama Yogyakarta. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya objek yang diteliti bisa mencakup
keseluruhan KPP Pratama yang ada di DIY dengan begitu dapat mengetahui variabel apa saja yang dapat
mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak yang ada di DIY.

Daftar Pustaka

Agus, Nugroho Jatmiko. (2006). Pengaruh Sikap Wajib Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan
Fiskus, dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris Terhadap Wajib
Pajak Orang Pribadi di Kota Semarang). Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
Semarang. (Tidak dipublikasikan)

Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Ananggadipa, S. (2012). Studi Empiris pada Penggunaan Aplikasi Pajak: Integrasi Theory Of Planned
Behavior dan Technology Acceptance Model (Studi Empiris pada Perusahaan Go Public di Indonesia).
Doctoral dissertation. Fakultas Ekonomika dan Bisnis.Universitas Diponegoro. Semarang. (Tidak
Dipublikasikan).

Arum, H. P. (2012). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas (Studi di
Wilayah KPP Pratama Cilacap). Doctoral dissertation. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro. Semarang. (Tidak Dipublikasikan).

Aryobimo, P. T. (2012).Pengaruh Persepsi Wajib Pajak tentang Kualitas Pelayanan Fiskus terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak dengan Kondisi Keuangan Wajib Pajak dan Preferensi Risiko sebagai Variabel
Moderating (Studi Empiris terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi di Kota Semarang). Doctoral
dissertation. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang. (Tidak Dipublikasikan).

Ajzen, I. (1985). From intentions to actions: A theory of planned behavior. In Action control. Springer Berlin
Heidelberg. Berlin.

Badan Pusat Statistik. (2016). Indeks Pembangunan Manusia Menurut Provinsi, 2010-2013.
https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1211, diakses 17 November 2016.
__________________. (2016). Luas Daerah dan Jumlah Pulau Menurut Provinsi, 2002-2014.
https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1366, diakses 17 November 2016.

__________________. (2016). Realisasi Penenerimaan Negara 2007-2017.


https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1286, diakses 17 November 2016.

Badan Pusat Statistik Yogyakarta. (2016). Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta.
http://yogyakarta.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/10, diakses 17 November 2016.

_______________________________. (2016). Keadaan Geografis Yogyakarta.


http://yogyakarta.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/4, diakses 17 November 2016.

Bandura, A. (1986). Social foundations of thought and action: A social cognitive theory. Prentice-Hall,
Inc.Englewood Cliffs, NJ.

Budiartha, K., dan Susilawati, K. E. (2013). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan Pajak, Sanksi
Perpajakan dan Akuntabilitas Pelayanan Publik pada Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor. E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 4 No. 2, hal. 345-357.

Cindy, J., dan Yenni, M. (2013). Pengaruh kesadaran wajib pajak, kualitas pelayanan fiskus, sanksi perpajakan,
lingkungan wajib pajak berada terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di Surabaya. Tax &
Accounting Review, Vol. 1. No. 1, hal.49-54.

Dalyono, M. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Daroyani, I. V. (2010). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan
dalam Membayar Pajak Penghasilan (Metode Survey Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Batu).Doctoral Dissertation. University of Muhammadiyah Malang. Malang.(Tidak Dipublikasikan).

Diana, S. (2013). Konsep Dasar Perpajakan. Refika Aditama. Bandung.

Ghoni, H. A., dan Nuswantara, D. A. (2012). Pengaruh Motivasi dan Pengetuan Wajib Pajak terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Daerah. Jurnal Akuntansi Unnesa, Vol. 1. No. 1, hal 293-313.

Ghozali, I. (2005). Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS. Badan Penerbitan Universitas
Diponegoro. Semarang.

________. (2006). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbitan Universitas
Diponegoro. Semarang.

________. (2013). Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS 21. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro. Semarang.

Hani, M. dan Basri, Y. M. (2016). Pengaruh Lingkungan, Profitabilitas, Penegakan Hukum, dan Sanksi terhadap
Ketidakpatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Dumai. Jurnal Online Mahasiswa Bidang
Ilmu Ekonomi, Vol. 3, No. 1, hal. 550-564.

Hardiningsih, P., dan Yulianawati, P. (2011). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak.
Dinamika Keuangan dan Perbankan, Vol. 3. No. 1, hal. 126-142.

Indriantoro, N. dan Bambang, S. (2009). Metodologi Penelitian Bisnis untukAkuntansi dan Manajemen. BPFE
Yogyakarta. Yogyakarta.

Isroah. (2012). Perpajakan. UNY Press. Yogyakarta.

Jatmiko, A. N. (2006). Pengaruh Sikap Wajib Pajak pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan
Kesadaran Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris terhadap Wajib Pajak Orang
Pribadi di Kota Semarang). Doctoral dissertation. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
Semarang.(Tidak Dipublikasikan).

Kiryanto. (2000). Analisis Pengaruh Penerapan Struktur Pengendalian Intern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
bada Dalam Memenuhi Kewajiban Pajak Penghasilannya.EKOBIS, Vol. 1 No. 1, hal. 41 52.

Kumadji, S. (2014). Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Kualitas Pelayanan Fiskus dan Tarif Pajak Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak (Studi pada Wajib Pajak UMKM di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang
Utara).Doctoral dissertation. Universitas Brawijaya. Malang.(Tidak Dipublikasikan).

Mardiasmo. (2011). Perpajakan. Andi. Yogyakarta.

Marjan, R. M.(2014). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak terhadap Tingkat
Kepatuhan Formal Wajib Pajak. Doctoral dissertation. Universitas Hasanudin. Makasar.(Tidak
Dipublikasikan).

Mintarto, A., dan Rudy, P. (2015). Pengaruh Karateristik Individu Budaya dan Lingkungan Sosial Terhadap
Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan (Studi pada Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Malang Utara). Jurnal Mahasiswa Perpajakan, Vol. 5 No. 1, hal 41-48.

Muliari, N. K., dan Setiawan, P. E. (2011). Pengaruh Persepsi Tentang Sanksi Perpajakan Dan Kesadaran Wajib
Pajak Pada Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Denpasar Timur. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Bisnis, Vol. 6 No. 1, hal. 123.

Mustikasari, E. (2007). Kajian Empiris Tentang Kepatuhan Wajib Pajak Badan di Perusahaan Industri
Pengolahan di Surabaya. Simposium Nasional X, hal. 26-47.

Mutia, S. P. T. (2014). Pengaruh Sanksi Perpajakan, Kesadaran Perpajakan, Pelayanan Fiskus, dan Tingkat
Pemahaman Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Empiris pada Wajib Pajak Orang
Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Padang). Jurnal Akuntansi, Vol. 2. No. 1, hal. 1-30.

Nasution. (2006). Perpajakan. Bumi Aksara. Jakarta.

Nugroho, R. A. (2012). Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kemauan Untuk Membayar Pajak denan Kesadran
Membayar Pajka sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan
Pekerjaan Bebas Yang Terdaftar Di KPP Pratama Semarang Tengah Satu). Jurnal Akuntansi, Vol. 1 No.
28, hal. 111.

Nurmantu, S. (2005). Pengantar Perpajakan Ed.3. Granit. Jakarta.

Pemerintah Provinsi DIY. (2016). Kepatuhan Pajak DIY Urutan Kedua Se-Indonesia.
http://portal.jogjaprov.go.id/pemerintahan/kalender-kegiatan/view/kepatuhan-pajak-diy-urutan-kedua-
seindonesia, diakses 30 November 2016.

Purnaditya, R. R. (2015). Pengaruh Pemahaman Pajak, Kualitas Pelayanan dan Sanksi Pajak Terhadap
Kepatuhan Pajak (Studi Empiris Pada WP OP yang Melakukan Kegiatan Usaha di KPP Pratama
Semarang Candisari). Doctoral dissertation. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Semarang.(Tidak Dipublikasikan).

Putra, Ida Bagus Gede. (2011). Pengaruh Kualitas Pelayanan, Kesadaran Wajib Pajak, dan Persepsi Tentang
Sanksi Perpajakan pada Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak
Denpasar Timur. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Bali. (Tidak dipublikasikan)
Putri, S. (2013). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak
Kendaraan Bermotor di Denpasar. Doctoral dissertation. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Bali.
(Tidak dipublikasikan)

Rahman, A. (2010). Panduan Pelaksanaan Administrasi Pajak: UntukKaryawan, Pelaku Bisnis Dan
Perusahaan. Nuansa. Bandung.

Republik Indonesia. (2007). Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan. Sekretariat Negara. Jakarta.

________________. (2008). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan
Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Sekretariat Negara.
Jakarta.

________________. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2009 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat
Atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Menjadi
Undang-Undang. Sekretariat Negara. Jakarta.

Rohmawati, A. N., dan Rasmini, N. K. (2012). Pengaruh Kesadaran, Penyuluhan, Pelayanan, dan Sanksi
Perpajakan Pada Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Jurnal Akuntansi, Vol. 1. No. 2, hal. 11751188.

Rohmawati, L., Prasetyo, Y., dan Rimawati. (2013). Pengaruh Sosialisasi dan Pengetahuan Perpajakan terhadap
Tingkat Kesadaran dan Kepatuhan Wajib Pajak. Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4.

Santi, A. N. (2012). Analisis Pengaruh Kesadaran Perpajakan, Sikap Rasional, Lingkungan, Sanksi Dendadan
Sikap Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris Pada WPOP di Wilayah KPP Pratama
Semarang). Doctoral dissertation. Fakultas Ekonomika dan BisnisUniversitas Diponegoro. Semarang.
(Tidak Dipublikasikan).

Sekaran, Uma. (1992). Research Methods For Business: Skill-Building Approach2nd Editon. John Wiley &
Sons, Inc.

Siti, R. (2009). Perpajakan Teori Dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.

Soemarso. (2007). Perpajakan. Salemba Empat. Jakarta.

Suandy, E. (2011). Perencanaan Pajak. Salemba Empat. Jakarta.

Suara Pemuda Jogja. (2015). Kanwil DJP DIY Laporkan Kinerja Penerimaan Pajak Tahun 2015.
http://suarapemudajogja.ukmsite.com/2016/01/08/kanwil-djp-diy-laporkan-kinerja-penerimaan-pajak-
tahun-2015/, diakses 30 November 2016.

Sugiyono. (2008). Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.

_______. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Alfabeta. Bandung.

_______. (2012). Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung.

Suliyanto. (2006). Metode Riset Bisnis. Penerbit Andi. Yogyakarta.

_______. (2011). Ekonometrika Terapan teori dan Aplikasi dengan SPSS. Penerbit ANDI. Yogyakarta.

Supriyati, N. H. (2008). Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak dan Persepsi Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak. Jurnal Akuntansi dan Teknik Informatika, Vol. 7. No. 1, Hal.41-50.
Suyatmin, S. (2004). Pengaruh Sikap Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan WAHB Pajakdalam Pembayaran Pajak
Bumi dan Bangunan Studi Empirisdi Wilayah KP. PBB S (Jakarta). Doctoral dissertation. Program
Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang. (Tidak dipublikasikan).

Tiraada, T. A. (2013). Kesadaran Perpajakan, Sanksi Pajak, Sikap Fiskus terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi di Kota Minahasa. Jurnal EMBA, Vol. 1. No. 3, hal. 999-1008.

Umar, Husein. 2004. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Utami, S. R., dan Ayu N. S. (2012). Pengaruh Faktor-Faktor Eksternal Terhadap Tingkat Kpetuhan Wajib Pajak.
Proceeding Simposium Nasional Akuntansi XV. Banjarmasin.

Widayati dan Nurlis. (2010). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Untuk Membayar Pajak Wajib
Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas (Studi Kasus Pada Kpp Pratama Gambir Tiga).
Makalah Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.

Winerungan, O. L. (2013). Sosialisasi Perpajakan, Pelayanan Fiskus dan Sanksi Perpajakan Terhadap
Kepatuhan WPOP di KPP Manado dan KPP Bitung. Jurnal EMBA, Vol.1 No.3, Hal. 960-970.

Witono, B. (2008). Peranan Pengetahuan Pajak pada Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Akuntansi dan Keuangan,
Vol. 6. No. 2, hal. 196-208.

Anda mungkin juga menyukai