Anda di halaman 1dari 116

PERATURAN TENTANG STTU (SANITASI TEMPAT-TEMPAT

UMUM)

Oleh :

NURUL KHOTIMAH (142110101037)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS JEMBER
2016
DAFTAR ISI

PERSYARATAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN .................. 3


PEDOMAN PENYELENGGARAAN PASAR SEHAT .......................................................... 49
PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN LINGKUNGAN ............................ 80
DI PUSKESMAS ......................................................................................................................... 80
PEDOMAN PENYELENGGARAAN KESEHATAN LINGKUNGAN SEKOLAH .......... 107
PERMENKES NO. 80/MENKES/PER/II/1990 ...................................................................... 121
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1098/MENKES/SK/VII/2003
TENTANG

PERSYARATAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa masyarakat perlu dilindungi dari makanan dan


minuman yang tidak memenuhi persyaratan hygiene
sanitasi yang dikelola rumah makan dan restoran agar
tidak membahayakan kesehatan ;
b. bahwa persyaratan kesehatan rumah makan dan
restoran yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 304/Menkes/ Per/X/1989 perlu
disempurnakan dan ditinjau kembali sesuai dengan
tuntutan kebutuhan masyarakat serta untuk mendukung
pelaksanaan otonomi daerah;
c. bahwa sehubungan dengan huruf a dan b tersebut
diatas perlu ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan
tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan
dan Restoran;

Mengingat : 1. Undang-undang Gangguan (Hinder Ordonnantie) 1926


Stbl Nomor 226 setelah diubah dan ditambah terakhir
dengan Stbl 1940 Nomor 14 dan Nomor 450;
2. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah
Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun 1984
Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3237);
3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);
4. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan
(Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3656);
5. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999
Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);
6. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);
3
Page

7. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang


3
Penangulangan Wabah Penyakit Menular (Lembaran
Negara Tahun 1991 Nomor 49 , Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3447);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi
sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun
2000 Nomor 54 , Tambahan Lembaran Negara Nomor
3952);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang
Standarisasi Nasional (Lembaran Negara Tahun 2000
Nomor 199, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4020);
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Kesehatan RI;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG


PERSYARATAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN
DAN RESTORAN

BAB I KETENTUAN
UMUM

Pasal 1
Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :
1. Rumah Makan adalah setiap tempat usaha komersial yang ruang lingkup
kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat
usahanya;
2. Restoran adalah salah satu jenis usaha jasa pangan yang bertempat di
sebagian atau seluruh bangunan yang permanen di lengkapi dengan peralatan
dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, penyajian dan
penjualan makanan dan minuman bagi umum di tempat usahanya;
3. Peralatan adalah segala macam alat yang digunakan untuk mengolah dan
menyajikan makanan;
4. Hygiene Sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan,
orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat
menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan.
5. Persyaratan Hygiene Sanitasi adalah ketentuan-ketentuan teknis yang
ditetapkan terhadap produk rumah makan dan restoran, personel dan
perlengkapannya yang meliputi persyaratan bakteriologis, kimia dan fisika.
6. Fasilitas sanitasi adalah sarana fisik bangunan dan perlengkapannya digunakan
untuk memelihara kualitas lingkungan atau mengendalikan faktor-faktor
4

lingkungan fisik yang dapat merugikan kesehatan manusia antara lain sarana air
Page

bersih, jamban, peturasan, saluran limbah, tempat cuci tangan, bak sampah,
4
kamar mandi, lemari pakaian kerja (locker), peralatan pencegahan terhadap
lalat, tikus dan hewan lainnya serta peralatan kebersihan;
7. Makanan jadi adalah makanan yang telah diolah dan siap dihidangkan/disajikan
oleh rumah makan dan restoran;
8. Penjamah Makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan
makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan,
pengangkutan sampai dengan penyajian.
9. Sanitarian adalah tenaga kesehatan lingkungan berpendidikan minimal Sarjana
(S1) yang telah mendapatkan pelatihan dibidang Hygiene Sanitasi Makanan.

BAB II
PENYELENGGARAAN

Pasal 2
(1) Setiap rumah makan dan restoran harus memiliki izin usaha dari Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Untuk memiliki izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) rumah makan
dan restoran harus memiliki sertifikat laik hygiene sanitasi rumah makan dan
restoran yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
(3) Sertifikat laik hygiene sanitasi rumah makan dan restoran sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setelah memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.
(4) Tatacara memperoleh sertifikat laik hygiene sanitasi rumah makan dan restoran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I keputusan ini.

Pasal 3.
(1) Setiap usaha rumah makan dan restoran harus mempekerjakan seorang
penanggung jawab yang mempunyai pengetahuan hygiene sanitasi makanan
dan memiliki sertifikat hygiene sanitasi makanan.
(2) Sertifikat hygiene sanitasi makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diperoleh dari institusi penyelenggara kursus sesuai dengan perundang
undangan yang berlaku.
(3) Pedoman penyelenggaraan kursus hygiene sanitasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) sebagaimana tercantum dalam Lampiran II keputusan ini.

Pasal 4
(1) Tenaga penjamah makanan yang bekerja pada usaha rumah makan dan
restoran harus berbadan sehat dan tidak menderita penyakit menular.
(2) Penjamah makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus melakukan
pemeriksaan kesehatannya secara berkala minimal 2 (dua) kali dalam satu
tahun.
(3) Penjamah makanan wajib memiliki sertifikat kursus penjamah makanan.
5
Page

5
(4) Sertifikat kursus penjamah makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diperoleh dari institusi penyelenggara kursus sesuai dengan perundang
undangan yang berlaku.
Pasal 5
Pengusaha dan/atau penanggung jawab rumah makan dan restoran wajib
menyelenggarakan rumah makan dan restoran yang memenuhi syarat hygiene
sanitasi sebagaimana ditetapkan dalam keputusan ini.

Pasal 6
Penanggung jawab rumah makan dan restoran yang menerima laporan atau
mengetahui adanya kejadian keracunan atau kematian yang diduga berasal dari
makanan yang diproduksinya wajib melaporkan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat guna dilakukan langkah-langkah penanggulangan.

BAB III PENETAPAN


TINGKAT MUTU

Pasal 7
(1) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pengujian mutu makanan dan
spesimen terhadap rumah makan dan restoran.
(2) Pengujian mutu makanan serta spesimen dari rumah makan dan restoran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dikerjakan oleh tenaga Sanitarian.
(3) Hasil pengujian mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan dasar
penetapan tingkat mutu hygiene sanitasi rumah makan dan restoran.
(4) Tata cara pengujian mutu dan penetapan tingkat mutu rumah makan dan
restoran dimaksud pada ayat (2) sebagaimana tercantum dalam Lampiran III
keputusan ini.
Pasal 8
(1) Pemeriksaan contoh makanan dan spesimen dari rumah makan dan restoran
dilakukan di laboratorium.
(2) Tata cara pemeriksaan contoh makanan dan spesimen dari rumah makan dan
restoran harus memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam Lampiran III
keputusan ini.
BAB IV PERSYARATAN HYGIENE
SANITASI

Pasal 9
(1) Rumah makan dan restoran dalam menjalankan usahanya harus memenuhi
persyaratan hygiene sanitasi.
(2) Persyaratan hygiene sanitasi yang harus dipenuhi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. persyaratan lokasi dan bangunan;
b. persyaratan fasilitas sanitasi;
c. persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan;
6

d. persyaratan bahan makanan dan makanan jadi;


Page

6
e. persyaratan pengolahan makanan;
f. persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi;
g. persyaratan penyajian makanan jadi;
h. persyaratan peralatan yang digunakan.
(3) Pedoman persyaratan hygiene sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
sebagaimana tercantum dalam lampiran IV Keputusan ini.

BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 10
(1) Pembinaan teknis penyelenggaraan rumah makan dan restoran dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
(2) Dalam rangka Pembinaan, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mengikut
sertakan Asosiasi rumah makan dan restoran, organisasi profesi dan instansi
terkait lainnya
Pasal 11
(1) Pengawasan pelaksanaan keputusan ini dilakukan oleh kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota.
(2) Kantor Kesehatan Pelabuhan secara fungsional melaksanakan pengawasan
terhadap rumah makan dan restoran yang berlokasi di wilayah pelabuhan.

Pasal 12
(1) Dalam hal kejadian luar biasa (wabah) dan/atau kejadian keracunan makanan
Pemerintah mengambil langkah-langkah penanggulangan seperlunya.
(2) Langkah penanggulangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
melalui pengambilan sample dan spesimen yang diperlukan, kegiatan
investigasi dan kegiatan surveilan lainnya.
(3) Pemeriksaan sample dan spesimen rumah makan dan restoran dilakukan di
laboratorium.
(4) Ketentuan pemeriksaan sample dan spesimen sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dilaksanakan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VI
SANKSI

Pasal 13
(1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mengambil tindakan
administratif terhadap rumah makan dan restoran yang melakukan pelanggaran
atas Keputusan ini.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
teguran lisan, terguran tertulis, sampai dengan pencabutan sertifikat laik hygiene
7

sanitasi rumah makan dan restoran.


Page

7
BAB VII KETENTUAN
PERALIHAN

Pasal 15
Rumah makan dan restoran yang telah melakukan kegiatan berdasarkan ketentuan
sebelum ditetapkannya Keputusan ini, agar menyesuaikan dengan ketentuan
sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan ini selambat lambatnya dalam jangka
waktu 1 (satu) tahun.
BAB XII KETENTUAN
PENUTUP

Pasal 16
Dengan ditetapkannya Keputusan Menteri ini, maka :
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 304/Menkes/Per/X/1989 tentang Persyaratan
Kesehatan Rumah Makan dan Restoran beserta peraturan pelaksanaannya.
dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 17
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 31 Juli 2003

MENTERI KESEHATAN,

ttd

Dr. ACHMAD SUJUDI


8
Page

8
LAMPIRAN I
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
Nomor : 1098/Menkes/SK/VII/2003
Tanggal : 31 Juli 2003

TATA CARA MEMPEROLEH SERTIFIKAT LAIK HYGIENE SANITASI RUMAH


MAKAN DAN RESTORAN

1. Permohonan Sertifikat
a. Untuk memperoleh sertifikat laik hygiene sanitasi rumah makan dan restoran,
pengusaha mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat.
b. Surat permohonan seperti dimaksud butir 1.a. di atas disertai lampiran sebagai
berikut :
1). Fotocopy KTP pemohon yang masih berlaku.
2). Peta situasi dan gambar denah bangunan.
3). Surat penunjukan penanggung jawab Rumah makan dan Restoran
4). Fotocopy sertifikat Kursus Hygiene Sanitasi Makanan bagi pengusaha.
5). Fotocopy sertifikat kursus hygiene sanitasi makanan bagi penjamah
makanan minimal 1 orang penjamah makanan.
6). Rekomendasi dari Asosiasi Rumah makan dan Restoran

2. Rekomendasi dari Asosiasi rumah makan dan restoran, yang menyatakan


bahwa :
a. Rumah makan dan restoran tersebut adalah Anggotanya.
b. Rumah makan dan restoran tersebut telah memenuhi persyaratan hygiene
sanitasi rumah makan dan restoran berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan oleh Asosiasi.
1). Persyaratan Asosiasi
a). Asosiasi adalah lembaga yang mewadahi usaha Rumah makan dan
restoran, berbentuk perorangan, yayasan atau badan hukum,
organisasi kemasyarakatan, dan terdaftar pada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota setempat;
b). Asosiasi yang telah disahkan sesuai perundang undangan yang
berlaku;dan,
c) Dalam melakukan pemeriksaan Asosiasi harus mempekerjakan
tenaga sanitarian atau tenaga kesehatan lingkungan berpendidikan
minimal, Sarjana Muda atau Diploma 3 (D3) yang telah mendapatkan
pelatihan dibidang Hygiene Sanitasi Makanan dan mendapat
9

rekomendasi dari Organisasi Profesi.


Page

9
3. Pemeriksaan hygiene sanitasi rumah makan dan restoran
a. Ketua Asosiasi rumah makan dan restoran menetapkan tim pemeriksa uji
kelaikan rumah makan dan restoran dengan surat keputusan.
b. Tim pemeriksa ini terdiri dari sanitarian dan ahli lain yang terkait dalam jumlah
ganjil, minimal 3 orang dan maksimal 5 orang yang bertugas melakukan
pemeriksaan lapangan dan menilai kelaikan rumah makan dan restoran.
c. Ketua Tim adalah Sanitarian.
d. Tim melakukan kunjungan dan Pemeriksaan hygiene sanitasi yang dilakukan
meliputi pemeriksaan lokasi dan bangunan, fasilitas sanitasi, dapur, ruang
makan, gudang penyimpanan, pengelolaan bahan makanan dan makanan
jadi, peraturan dan tenaga baik secara fisik, kimia maupun bakteriologis serta
pengawasan lalat, kecoa, tikus dan hewan peliharaan.
e. Tim dalam melakukan pemeriksaan menggunakan formulir RM.2
f. Tim pemeriksa melaksanakan tugasnya dengan penuh dedikasi dan moral
dan melaporkan hasilnya kepada Ketua Asosiasi rumah makan dan restoran
yang menugaskan.
g. Laporan tim dibuat dalam berita acara kelaikan fisik dan berita acara
pemeriksaan contoh/specimen.
4. Penilaian
a. Untuk tiap variabel yang tercantum dalam formulir RM.2 diberikan nilai sesuai
dengan keadaan kualitas variabel. Skore pemeriksaan diperoleh dengan cara
mengalikan bobot dengan nilai.
b. Batas laik hygiene sanitasi rumah makan dan restoran adalah bila jumlah
skore seluruh variabel/>/700.

5. Pemberian Sertifikat Laik Hygiene Sanitasi Jasaboga


Setelah menerima dan menilai kelengkapan surat permohonan Sertifikat Laik
Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran dari Pengusaha beserta dengan
lampirannya, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pemeriksaan
lapangan dan apabila telah memenuhi persyaratan kemudian dikeluarkan
Sertifikat Laik Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran.

6. Izin Usaha Rumah makan dan Restoran


Izin Usaha Rumah makan dan Restoran dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah
sesuai peraturan perundangan yang berlaku dilengkapi dengan Sertifikat Laik
Hygiene Sanitasi dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
10
Page

10
7. Masa Berlaku sertifikat
a. Sertifikat Laik Hygiene Sanitasi Rumah makan dan Restoran sementara
berlaku selama 6 (enam) bulan dan dapat diperpanjang sebanyak-
banyaknya 2 (dua) kali.
b. Sertifikat Laik Hygiene Sanitasi Rumah makan dan Restoran tetap berlaku
selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperbaharui atau menjadi batal bilamana
terjadi pergantian pemilik, pindah lokasi / alamat, tutup dan atau
menyebabkan terjadinya keracunan makanan/wabah dan Rumah makan dan
Restoran menjadi tidak laik hygiene sanitasi.
c. Sertifikat Laik Hygiene Sanitasi harus dipasang di dinding yang mudah dilihat
oleh petugas dan masyarakat konsumen.

11
Page

11
LAMPIRAN II
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
Nomor : 1098/Menkes/SK/VII/2003
Tanggal : 31 Juli 2003

PEDOMAN PENYELENGGARAAN DAN PEROLEHAN SERTIFIKAT KURSUS


HYGIENE SANITASI MAKANAN

1. Peserta, Penyelenggara, Penanggung Jawab dan Pembina Teknis

a. Peserta pelatihan adalah setiap orang dan atau Pengusaha/Penanggung


jawab dan penjamah makanan yang bekerja di rumah makan dan restoran.
b. Penyelenggara pelatihan adalah Pusat, Dinas Kesehatan Propinsi, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota atau Lembaga yang telah terdaftar di Pemerintah
Daerah setempat.
c. Penanggung jawab pelatihan adalah Ketua Penyelenggara Pelatihan.
d. Pembina teknis pelatihan adalah Direktur Penyehatan Air dan Sanitasi untuk
Tingkat Pusat dan Kepala Dinas Kesehatan sesuai dengan tingkat daerahnya.

2. Kurikulum, Materi dan Pengajar atau Tutor

a. Kurikulum pelatihan Hygiene Sanitasi Makanan bagi pengusaha/penanggung


jawab dan penjamah makanan sebagaimana tercantum di bawah ini.
b. Materi pelatihan mengacu kepada modul pelatihan yang diterbitkan oleh
Departemen Kesehatan.
c. Pengajar atau tutor pelatihan kursus hygiene sanitasi makanan dengan
kualifikasi sebagai berikut :
memiliki pengetahuan hygiene sanitasi makanan yang bersertifikat.
tenaga Profesi, Sanitarian.
berpengalaman bekerja dalam bidang terkait.
berpendidikan minimal S1 (Sarjana).

3. Tutorial dan Evaluasi

a. Peserta pelatihan yang belajar mandiri dapat dibantu dengan tutorial yang
dilakukan di Daerah tempat tinggal peserta bekerja, ataupun tempat lain yang
ditunjuk oleh penyelenggara pelatihan.
b. Peserta yang memenuhi syarat dalam pelatihan dapat mengikuti evaluasi
kursus Hygiene Sanitasi Makanan yang dilaksanakan secara tertulis.
c. Pelaksanaan evaluasi oleh Tim yang dibentuk oleh Penyelenggara Pelatihan.
d. Ketua Tim evaluasi adalah Tenaga Sanitarian yang ditunjuk oleh Ketua
Penyelenggara Pelatihan.
e. Tugas tim evaluasi adalah menyusun soal, mengawasi, memeriksa dan
12

menyampaikan hasil evaluasi kepada ketua tim evaluasi.


f. Ketua Tim evaluasi menetapkan peserta yang lulus dalam evaluasi.
Page

12
4. Sertifikat

a. Peserta pelatihan yang dinyatakan lulus diberikan sertifikat.


b. Sertifikat dikeluarkan dan ditandatangani oleh Ketua Penyelenggara Pelatihan.
c. Sertifikat kursus Hygiene Sanitasi Makanan berlaku secara nasional.
d. Sertifikat kursus Hygiene Sanitasi Makanan berlaku untuk jangka waktu tak
terbatas.
e. Bentuk sertifikat kursus Hygiene Sanitasi Makanan dibuat sesuai dengan
ketentuan sebagaimana pada contoh di bawah ini.

5. Kurikulum Kursus Hygiene Sanitasi Makanan bagi Pengusaha/Penanggung


jawab Makanan
Jam
BAGIAN No. Mata Pelajaran Pokok Bahasan
Pelajaran
1 2 3 4 5
A.MATERI DASAR 1. Peraturan a. UU No. 23/1992 tentang Kesehatan
Perundang-undangan b. Perundang-undangan dibidang Pangan
2 x 45
Hygiene sanitasi
Makanan
2. Persyaratan hygiene Kepmenkes No. /2002 tentang
sanitasi Tempat Persyaratan hygiene sanitasi Rumah Makan
2 x 45
Pengelolaan dan Restoran
Makanan (TPM)
B. MATERI INTI 3. Bahan Pencemar a. Rantai Perjalanan Makanan (Food
Terhadap Makanan Chain)
b. Perkembangan Bakteri Pada Makanan 1 x 45
c. Dosis Bakteri Pathogen
d. Cara Bakteri Menyebabkan Penyakit
4. Bahan Pencemar a. Virus
Makanan Lainnya b. Zat Asing & Bahan Fisik 1 x 45
c. Bahan Kimia
5. Penyakit Bawaan a. Penyebab Oleh Mikroba
Makanan b. Penyebab Oleh Bahan Kimia
2 x 45
c. Penyebab Oleh Zat Toksin
d. Penyebab Oleh Zat Alergi.
6. Prinsip HSMM a. Sumber dan Penyebaran Pencemar
Makanan
b. Aspek Sanitasi Makanan
c. Pemilihan Bahan
d. Penyimpanan Bahan
e. Pengolahan
f. Penyimpanan Makanan 4 x 45
g. Pengangkutan
h. Penyajian
i. Pengendalian Waktu dan Suhu
Makanan (Danger Zone)
j. Pencemaran Silang (Cross-
contamination)
7. Struktur dan Tata a. Bahan dan Konstruksi
Letak Dapur b. Ukuran dan Fungsi Ruang Kerja
c. Alur Makanan (Food Flow) 2 x 45
13

d. Denah Bangunan (Lay Out)


e. Kenyamanan (ergonomi)
Page

13
8. Pencucian dan a. Peralatan Masak Memasak
Penyimpanan b. Peralatan Makan Minum
Peralatan c. Sarana dan Cara Pencucian 2 x 45
Pengolahan d. Bahan Pencuci
Makanan e. Penyimpanan Peralatan
9. Pemeliharaan a. Air Bersih
Kebersihan b. Pembuangan Limbah dan Sampah
Lingkungan c. Pengendalian Serangga dan Tikus
6 x 45
d. Pemeliharaan dan Pembersihan
Ruangan
e. Fasilitas Sanitasi
10. Hygiene Perorangan a. Sumber Pencemar dari Tubuh
b. Pengamatan Kesehatan 2 x 45
c. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Sehat
d. Pakaian Pelindung Pencemaran
11. Penanganan Alat a. Sistem Pendinginan
Pendingin b. Karakteristik Alat Pendingin
2 x 45
c. Pelunakan Makanan Beku (Thawing)
d. Pengawasan dan Pemeliharaan
12. Proses Masak a. Cara Memasak Yang Sehat
Memasak Makanan b. Hubungan Suhu dan Pemusnahan
2 x 45
Bakteri
c. Pemanasan Ulang (Reheating)
13. Pengawetan dan a. Pemanasan, Pengeringan dan
Bahan Tambahan Pengasapan
Makanan b. Pengalengan dan Hampa Udara 2 x 45
c. Penggunaan Bahan Kimia dan Radiasi
d. Bahan Tambahan Makanan (BTM)
14. Pengendalian Mutu a. Pengendalian Mutu (Quality Control)
Mandiri b. Jaminan Mutu ( Quality Assurance)
c. Pengujian Mandiri ( Self Control)
2 x 45
d. Analisis Bahaya Titik Kendali Kritis
(ABTKK) Hazard Analysis Critical
Control Point (HACCP)
C. MATERI 15. Rangkuman Hygiene a. Ringkasan Materi (Capita Selecta)
1 x 45
PENUNJANG sanitasi Makanan b. Latihan Soal
16. Kepariwisataan a. Pengenalan Pariwisata
b. Pariwisata Dalam Pembangunan 1 x 45
c. Peran Makanan Sehat Dalam Pariwisata
17. Manajemen Hygiene a. Permodalan dan Pemasaran
sanitasi Makanan b. Peluang Bisnis dan Motivasi Kerja 1 x 45
c. Organisasi dan Asosiasi

JUMLAH 35 x 45

22
14
Page
6. Kurikulum Kursus Hygiene Sanitasi Makanan bagi Penjamah Makanan

Bagian No. Mata Pelajaran Pokok bahasan Jam Pelajaran


1 2 3 4 5
A. MATERI DASAR 1. Peraturan a. UU No. 23/1992 tentang
Perundang-undangan Kesehatan
Hygiene sanitasi b. Kepmenkes No. /2002
Makanan 1 x 45
tentang Persyaratan hygiene
sanitasi Rumah Makan /
Restoran
B. MATERI INTI 2. Bahan Pencemar a. Rantai Perjalanan Makanan
Terhadap Makanan (Food Chain)
b. Perkembangan Bakteri Pada
Makanan
c. Cara Bakteri Menyebabkan 1 x 45
Penyakit Pada Manusia
d. Mengenal pencemar lain :
virus, bahan kimia, parasit,
benda asing dan bahan fisik.
3. Penyakit Bawaan a. Penyebab Oleh Mikroba
Makanan b. Penyebab Oleh Bahan Kimia
2 x 45
c. Penyebab Oleh Zat Toksin
d. Penyebab Oleh Zat Alergi
4. Prinsip HSMM a. Sumber dan Penyebaran
Pencemar Makanan
b. Pemilihan, Penyimpanan,
Pengolahan, Pengangkutan,
Penyajian dan Konsumsi
2 x 45
c. Aspek Hygiene Sanitasi
Makanan
d. Pengendalian Waktu dan
Suhu Makanan (Danger
Zone)
5. Pencucian dan a. Peralatan Masak Memasak
Penyimpanan b. Peralatan Makan Minum
Peralatan c. Sarana dan Cara Pencucian 1 x 45
Pengolahan d. Bahan Pencuci
Makanan e. Penyimpanan Peralatan
6. Pemeliharaan a. Air Bersih
Kebersihan b. Pembuangan Limbah dan
Lingkungan Sampah
c. Pengendalian Serangga dan
2 x 45
Tikus
d. Pemeliharaan dan
Pembersihan Ruangan
e. Fasilitas Sanitasi
7. Hygiene Perorangan a. Sumber Pencemar dari 1 x 45
Tubuh
b. Pengamatan Kesehatan
c. Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Sehat
d. Pakaian Pelindung
Pencemaran
JUMLAH 10 x 45

23
15
Page
7. Contoh Sertifikat Kursus Hygiene Sanitasi Makanan

SERTIFIKAT KURSUS HYGIENE SANITASI MAKANAN


NOMOR : ---------------------------
---

Berdasarkan kepada Kepmenkes Nomor tahun 2003 tentang Persyaratan


Hygiene Sanitasi Rumah makan dan Restoran, telah dilaksanakan
Evaluasi/Kursus Hygiene sanitasi Makanan bagi pengusaha / penanggungjawab
yang diselenggarakan oleh , pada tanggal ,
bertempat di.., dan sesuai dengan Keputusan Ketua Tim
Evaluasi Nomor.., tanggal .., tentang Penetapan Peserta
Yang Lulus Evaluasi Kursus Hygiene sanitasi Makanan, dengan ini memberikan
sertifikat kepada :

Nama :
Tempat tanggal lahir :
Alamat :
Pekerjaan / Jabatan :
Perusahaan / Unit Kerja :

Pemegang Sertifikat ini telah memenuhi syarat dan dipandang cakap untuk
mengelola hygiene sanitasi makanan.

, 20
PENYELENGGARA
Pas Photo PELATIHAN,
berwarna
ukuran
KETUA,
4x 6 cm
24
Page

24
HASIL EVALUASI HYGIENE SANITASI MAKANAN
MATERI PELAJARAN YANG DIIKUTI

Kelompok Dasar :
1. Perundang-undangan Hygiene Sanitasi Makanan
2. Persyaratan hygiene sanitasi Tempat Pengelolaan Makanan (TPM)

Kelompok Inti :
3. Bakteri Pencemar Terhadap Makanan
4. Bahan Pencemar Makanan Lainnya
5. Penyakit Bawaan Makanan
6. Prinsip Hygiene dan Sanitasi Makanan
7. Struktur dan Tata Letak Dapur
8. Pencucian dan Penyimpanan Peralatan Pengolahan Makanan
9. Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan
10. Hygiene Perorangan
11. Penanganan Alat Pendingin
12. Proses Masak Memasak Makanan
13. Pengawetan dan Bahan Tambahan Makanan
14. Pengendalian Mutu Mandiri

Kelompok Penunjang :
15.
16.
17.

NILAI EVALUASI RATA RATA : .,.200.


KETUA TIM EVALUASI
( KURSUS HYGIENE
) SANITASI MAKANAN,

---------------------------
25
Page

25
9. Contoh Sertifikat Kursus Penjamah Makanan

SERTIFIKAT KURSUS PENJAMAH MAKANAN


NOMOR : ---------------------------
---

Berdasarkan kepada Kepmenkes No. tahun 2003 tentang Persyaratan


Hygiene Sanitasi Rumah makan dan Restoran, telah dilaksanakan Evaluasi /
Kursus Hygiene Sanitasi Makanan bagi Penjamah Makanan yang
diselenggarakan oleh, pada tanggal , bertempat di , dan
sesuai dengan Keputusan Ketua Tim Evaluasi Nomor.., tanggal
.., tentang Penetapan Peserta Yang Lulus Evaluasi Kursus Hygiene
sanitasi Makanan, dengan ini memberikan sertifikat kepada :

Nama :
Tempat tanggal lahir :
Alamat :
Pekerjaan / Jabatan :
Perusahaan / Unit Kerja :

Pemegang Sertifikat ini telah memenuhi syarat dan dipandang cakap sebagai
Penjamah makanan (food handler).

, 20
Pas Photo PENYELENGGARA PELATIHAN
berwarna KETUA,
ukuran
4x 6 cm
26
Page

26
HASIL EVALUASI HYGIENE SANITASI MAKANAN
MATERI PELAJARAN YANG DIIKUTI

Kelompok Dasar :
1. Perundang-undangan di Bidang ---------.----------200---
Hygiene S KETUA TIM EVALUASI
anitasi Makanan
KURSUS HYGIENE
Kelompok Inti : SANITASI MAKANAN,
2. Bakteri Pencemar Terhadap Makanan
3. Penyakit Bawaan Makanan
4. Prinsip Hygiene dan Sanitasi Makanan
5. Pencucian dan Penyimpanan Peralatanngolahan Makanan
Pe
6. Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan
7. Hygiene Perorangan

Kelompok Penunjang :
8.
M. LAIN-LAIN
9.
Penanggung
10. jawab rumah makan atau restoran diwajibkan mengadakan
pemeriksaan dalam proses pengolahan bahan makanan dan atau makanan
NILAI EVALUASI RATA RATA :
sedemikian rupa sesuai dengan ajaran agama yang ada.
( )

MENTERI KESEHATAN

ttd
27

Dr. ACHMAD SUJUDI


Page

27
LAMPIRAN III
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
Nomor : 1098/Menkes/SK/VII/2003
Tanggal : 31 Juli 2003

PEDOMAN PENGUJIAN DAN PENETAPAN TINGKAT MUTU HYGIENE SANITASI


RUMAH MAKAN DAN RESTORAN

1. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melibatkan Asosiasi setempat melaksanakan


penetapan tingkat mutu hygiene sanitasi terhadap rumah makan dan restoran
yang telah memiliki sertifikat laik hygiene sanitasi.
2. Pelaksanaan penetapan tingkat mutu hygiene sanitasi rumah makan dan
restoran didahului dengan temu karya pengusaha oleh Asosiasi tentang Hygiene
sanitasi makanan.
3. Pemeriksaan untuk penetapan tingkat mutu Hygiene sanitasi rumah makan dan
restoran dengan menggunakan formulir RM. 2
4. Hasil pemeriksaan untuk penetapan tingkat mutu hygiene sanitasi rumah makan
dan restoran dibuatkan Berita Acara dengan menggunakan formulir RM. 5.
5. Keputusan penetapan tingkat mutu hygiene sanitasi rumah makan dan restoran
dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Asosiasi
setempat berdasarkan sebagaimana butir 3 dan 4.
6. Skore untuk penetapan tingkat mutu hygiene sanitasi rumah makan dan
restoran sebagaimana berikut :
a. Tingkat mutu C dengan skore : 700 800.
b. Tingkat mutu B dengan skore : 801 900.
c. Tingkat mutu A dengan skore : 901 1000.
7. Setiap rumah makan dan restoran yang memenuhi tingkat mutu sesuai dengan
skore yang diperoleh diberikan tanda plakad tingkat mutu sebagai berikut :
a. Tingkat mutu A dengan latar belakang putih dan huruf biru.
b. Tingkat mutu B dengan latar belakang cream dan huruf hijau.
c. Tingkat mutu C dengan latar belakang hijau dan huruf putih.
8. Plakad tingkat mutu yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan Asosiasi setempat harus dipasang pada bagian bangunan
rumah makan dan restoran yang mudah dilihat oleh pengunjung.
9. Tingkat mutu hygiene sanitasi rumah makan dan restoran berlaku selama 3 (tiga)
tahun dan akan ditinjau kembali setelah 12 (dua belas) bulan kemudian.
10. Pemeriksaan ulang tingkat mutu hygiene sanitasi dilakukan sewaktu-waktu yang
didahului dengan kursus-kursus hygiene sanitasi makanan.
11. Bilamana dari hasil pemeriksaan ulang menunjukkan penurunan berturut-turut
28

selama masa dua kali pemeriksaan, maka tingkat mutu hygiene sanitasi rumah
makan dan restoran dapat dicabut atau diturunkan.
Page

28
12. Bagi rumah makan dan restoran yang memperoleh skore di bawah persyaratan
tingkat mutu yang bersangkutan diberitahukan secara tertulis disertai dengan
saran perbaikan menggunakan formulir RM. 6.
13. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Asosiasi melaporkan hasil kegiatan
penetapan tingkat mutu secara berkala dengan menggunakan formulir RM. 7
kepada Bupati/Walikota setempat dan disebarluaskan kepada masyarakat.
14. Bupati/Walikota secara berkala setahun sekali dapat mempublikasikan rumah
makan dan restoran yang telah memiliki predikat tingkat mutu hygiene sanitasi
kepada masyarakat umum dengan menggunakan formulir RM. 8.
15. Skore hasil penilaian Pembinaan dan Pengawasan serta Penetapan Tingkat Mutu
atau Grade rumah makan dan restoran dari waktu ke waktu agar dicatat dan di
hari-hari besar tertentu dapat dipakai sebagai dasar penilaian lomba hygiene
sanitasi rumah makan dan restoran dan diumumkan secara resmi oleh
Bupati/Walikota atau Pejabat yang ditunjuk dalam suatu upacara hari besar.
(Reward System).
16. Contoh-contoh formulir dan pelakat tingkat mutu sebagai berikut :

29
Page

29
a. CONTOH FORMULIR RM. 5.

BERITA ACARA

Setelah dilakukan pemeriksaan hygiene sanitasi terhadap,


Nama rumah makan dan restoran : ....................................................................
Alamat :
....................................................................
....................................................................
Pada tanggal .., maka rumah makan dan restoran tersebut
dinyatakan memperoleh skore sebesar () dan predikat
tingkat mutu :
Demikian berita acara ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
., 200
Setuju Pengusaha/penanggung jawab
rumah makan/restoran Petugas Pemeriksa

Mengetahui
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
.. 30
Page

30
b. FORMULIR RM. 6.

.., .200
Nomor :
Lampiran : .....................................................

Kepada Yth.
Sdr.
Pengusaha/penanggung jawab Rumah makan dan
Restoran............................................................
Di_

Perihal : Pemberitahuan hasil pemeriksaan rumah makan dan restoran dalam


rangka penetapan tingkat mutu Hygiene sanitasi.

Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap rumah makan/restoran


. Pada tanggal yang
dilaksanakan oleh petugas Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota........... dan
Asosiasi.. dengan ini kami beritahukan bahwa penetapan tingkat mutu hygiene
sanitasi untuk rumah makan dan restoran Saudara belum dapat diberikan karena
tidak memenuhi Laik hygiene sanitasi.

Hal-hal yang belum memenuhi adalah sebagai berikut :

No Uraian Masalah
1 2 3

Demikianlah agar Saudara maklum.

Kepala Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota.

( )
31
Page

31
c. CONTOH FORMULIR RM. 7
., .. 200
Nomor :
Lampiran : 1 (satu) berkas
Kepada Yth.
Bapak Bupati/Walikota
.
Di_

Perihal Laporan hasil penetapan tingkat mutu hygiene sanitasi rumah makan
dan restoran.
Dengan hormat,
Bersama ini kami laporkan bahwa dalam rangka lebih meningkatkan keamanan
makanan yang dijual di rumah makan dan restoran khususnya dalam rangka lebih
menunjang kepariwisataan, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Asosiasi telah
mengadakan pemeriksaan Hygiene sanitasi untuk menetapkan tingkat mutu rumah
makan dan restoran yang berada di wilayah Kabupaten/Kota . Dari
sejumlah rumah makan dan restoran yang diperiksa, maka hasil
penetapan tingkat mutu adalah sebagai berikut :
rumah makan/restoran dengan tingkat mutu A : buah.
rumah makan/restoran dengan tingkat mutu B : buah.
rumah makan/restoran dengan tingkat mutu C : buah.
Perlu kami jelaskan bahwa tingkat mutu A adalah tingkat mutu terbaik bila ditinjau
dari segi hygiene sanitasi, sedangkan tingkat mutu C adalah merupakan tingkat mutu
minimal suatu rumah makan dan restoran untuk dapat dikatakan memenuhi Laik
Hygiene sanitasi. Sedangkan bagi yang belum memperoleh tingkat mutu, telah kami
adakan saran-saran/nasehat perbaikan.
Terlampir kami sampaikan daftar nama rumah makan dan restoran yang telah
memperoleh tingkat mutu tersebut.
Demikianlah laporan kami, agar Bapak maklum.

Kepala Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota

( )
Tembusan disampaikan kepada Yth :
1. Gubernur setempat
2. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat
3. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota setempat
4. Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan setempat.
5. Dir. Penyehatan Air dan Sanitasi Ditjen PPM & PL Depkes.
6. Asosiasi setempat.
32
Page

32
d. CONTOH FORMULIR RM. 8.

KABUPATEN/KOTA

PENETAPAN TINGKAT MUTU HYGIENE SANITASI


RUMAH MAKAN DAN RESTORAN
TAHUN :
Rumah Makan/ Pemilik/Penanggung Tingkat Mutu
No. Alamat
Restoran Jawab

..,200..
BUPATI / WALIKOTA

( )
33
Page

33
e. Contoh Plakat Tingkat Mutu

PLAKAT TINGKAT MUTU HYGIENE SANITASI


Placard of Hygiene Sanitation Quality Grade
KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DAN KETUA ASOSIASI: .
Director

MENERANGKAN BAHWA :
Certify that :

Jl. ...

TELAH DIPERIKSA HYGIENE SANITASI TERMASUK KESEHATAN KARYAWAN PENJAMAH MAKANAN


Has been inspected, based on hygiene sanitation included personel hygiene of employee SERTA
DINYATAKAN MEMILIKI TINGKAT MUTU :
With that result have grade :

SANGAT BAIK

A Very good

., .200..
KETUA ASOSIASI KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA
Director Director
.................................................................

34
Page
34
PLAKAT TINGKAT MUTU HYGIENE SANITASI
Placard of Hygiene Sanitation Quality Grade
KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DAN KETUA ASOSIASI : .
Director

MENERANGKAN BAHWA :
Certify that :

Jl. ...

TELAH DIPERIKSA HYGIENE SANITASI TERMASUK KESEHATAN KARYAWAN PENJAMAH MAKANAN


Has been inspected, based on hygiene sanitation included personel hygiene of employee SERTA
DINYATAKAN MEMILIKI TINGKAT MUTU :
With that result have grade :

BAIK

B Good

., .200..
KETUA ASOSIASI KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA
Director Director
.....................................................

35
Page
35
PLAKAT TINGKAT MUTU HYGIENE SANITASI
Placard of Hygiene Sanitation Quality Grade
KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DAN KETUA ASOSIASI ..
Director

MENERANGKAN BAHWA :
Certify that :

Jl. ...

TELAH DIPERIKSA HYGIENE SANITASI TERMASUK KESEHATAN KARYAWAN PENJAMAH MAKANAN


Has been inspected, based on hygiene sanitation included personel hygiene of employee SERTA
DINYATAKAN MEMILIKI TINGKAT MUTU :
With that result have grade :

CUKUP

KETUA ASOSIASI
C Fair

.., ...200..
KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA
Director Director
..................................................

36
Page
36
TATA CARA PEMERIKSAAN CONTOH MAKANAN DAN SPECIMEN DARI
RUMAH MAKAN DAN RESTORAN.

1. Contoh makanan dan specimen dari rumah makan dan restoran yang dimaksud
yaitu makanan, contoh usap alat makan, contoh usap alat masak, contoh air,
contoh usap dubur karyawan dan contoh lainnya yang diperlukan untuk
melakukan pengawasan rumah makan dan restoran.
2. Contoh makanan dan specimen dari rumah makan dan restoran
pengambilannya dilakukan oleh petugas yang bertugas untuk melakukan
pengawasan rumah makan dan restoran.
3. Contoh makanan dan specimen yang dikirim langsung oleh pengusaha rumah
makan dan restoran dapat dilayani bila pengambilannya dilakukan sesuai
dengan persyaratan pengambilan contoh makanan dan specimen.
4. Jenis pemeriksaan yang dilakukan oleh laboratorium sesuai dengan permintaan
pengirim.
5. Hasil pemeriksaan dikirim kepada pengirim dengan tembusan kepada Dinas
Kesehatan untuk keperluan pemantauan/pengawasan rumah makan dan
restoran.
6. Biaya pemeriksaan laboratorium untuk pemeriksaan contoh makanan dan
specimen yang dilakukan secara rutin menjadi tanggung jawab pengusaha
rumah makan dan restoran yang bersangkutan.
7. Biaya pemeriksaan laboratorium untuk pemeriksaan contoh makanan dan
specimen dalam rangka uji petik ditanggung oleh Pemerintah.

MENTERI KESEHATAN

ttd

Dr. ACHMAD SUJUDI


37
Page

37
LAMPIRAN IV
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
Nomor : 1098/Menkes/SK/VII/2003
Tanggal : 31 Juli 2003

PERSYARATAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN

A. PERSYARATAN LOKASI DAN BANGUNAN

1. Lokasi
Rumah makan dan restoran terletak pada lokasi yang terhindar dari
pencemaran yang diakibatkan antara lain oleh debu, asap, serangga dan tikus.
2. Bangunan
a. Umum
1). Bangunan dan rancang bangun harus dibuat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2). Terpisah dengan tempat tinggal.
b. Tata ruang
1). Pembagian ruang minimal terdiri dari dapur, gudang, ruang makan,
toilet, ruang karyawan dan ruang administrasi.
2). Setiap ruangan mempunyai batas dinding serta ruangan satu dan
lainnya dihubungkan dengan pintu.
3). Ruangan harus ditata sesuai dengan fungsinya, sehingga memudahkan
arus tamu, arus karyawan, arus bahan makanan dan makanan jadi
serta barang-barang lainnya yang dapat mencemari terhadap makanan.
c. Konstruksi
1). Lantai :
a). Lantai dibuat kedap air, rata, tidak licin dan mudah dibersihkan.
b). Pertemuan lantai dengan dinding harus conus atau tidak boleh
membuat sudut mati
2) Dinding :
a). Permukaan dinding sebelah dalam harus rata, mudah dibersihkan.
b). Konstruksi dinding tidak boleh dibuat rangkap.
c). Permukaan dinding yang terkena percikan air harus dibuat kedap air
atau dilapisi dengan bahan kedap air dan mudah dibersihkan seperti
porselen dan sejenisnya setinggi 2 (dua) meter dari lantai
3). Ventilasi
a). Ventilasi alam harus memenuhi syarat sebagai berikut :
Cukup menjamin peredaran udara dengan baik.
Dapat menghilangkan uap, gas, asap, bau dan debu dalam
38

ruangan.
Page

38
b). Ventilasi buatan diperlukan bila ventilasi alam tidak dapat memenuhi
persyaratan.
4). Pencahayaan :
a). Intensitas pencahayaan setiap ruangan harus cukup untuk
melakukan pekerjaan pengolahan makanan secara efektif dan
kegiatan pembersihan ruang.
b). Di setiap ruangan kerja seperti gudang, dapur, tempat cuci peralatan
dan tempat pencuci tangan, intensitas pencahayaan sedikitnya 10
foot candle.
c). Pencahayaan/penerangan harus tidak menyilaukan dan tersebar
merata sehingga sedapat mungkin tidak menimbulkan bayangan
yang nyata.
5). Atap
Tidak bocor, cukup landai dan tidak menjadi sarang tikus dan serangga
lainnya.
6). Langit-langit :
a). Permukaan rata, berwarna terang serta mudah dibersihkan.
b). Tidak terdapat lubang-lubang.
c). Tinggi langit-langit sekurang-kurangnya 2,4 meter.
7). Pintu
a). Pintu dibuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan.
b). Pintu dapat ditutup dengan baik dan membuka ke arah luar.
c). Setiap bagian bawah pintu setinggi 36 cm dilapisi logam.
d). Jarak antara pintu dan lantai tidak lebih dari 1 cm.

B. PERSYARATAN FASILITAS SANITASI


1. Air Bersih
a. Harus sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
yang berlaku
b. Jumlahnya cukup memadai untuk seluruh kegiatan dan tersedia pada
setiap tempat kegiatan.
2. Air Limbah
a. Sistem pembuangan air limbah harus baik, saluran terbuat dari bahan
kedap air, tidak merupakan sumber pencemaran, misalnya memakai
saluran tertutup, septick tank dan riol.
b. Sistem perpipaan pada bangunan bertingkat harus memenuhi persyaratan
menurut Pedoman Plumbing Indonesia.
c. Saluran iar limbah dari dapur harus dilengkapi perangkap lemak (grease
39

trap).
Page

39
3. Toilet
a. Letak tidak berhubungan langsung (terpisah) dengan dapur, ruang
persiapan makanan, ruang tamu dan gudang makanan.
b. Di dalam toilet harus tersedia jamban, peturasan dan bak air.
c. Toilet untuk wanita terpisah dengan toilet untuk pria.
d. Toilet untuk tenaga kerja terpisah dengan toilet untuk pengunjung.
e. Toilet dibersihkan dengan detergent dan alat pengering.
f. Tersedia cermin, tempat sampah, tempat abu rokok serta sabun.
g. Luas lantai cukup untuk memelihara kebersihan.
h. Lantai dibuat kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan dan kelandaiannya/
kemiringannya cukup.
i. Ventilasi dan penerangan baik.
j. Air limbah dibuang ke septick tank, roil atau lubang peresapan yang tidak
mencemari air tanah.
k. Saluran pembuangan terbuat dari bahan kedap air.
l. Tersedia tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan bak penampung dan
saluran pembuangan.
m. Di dalam kamar mandi harus tersedia bak dan air bersih dalam keadaan
cukup.
n. Peturasan dilengkapi dengan air mengalir.
o. Jamban harus dibuat dengan type leher angsa dan dilengkapi dengan air
penggelontoran yang cukup serta sapu tangan kertas (tissue).
p. Jumlah toilet untuk pengunjung pria dan wanita sebagai berikut :
Jumlah Luas Wanita Pria
bangunan Ket.
tempat WC Bak cuci WC Bak cuci
150
duduk (m2)
250 1 1 1 1
151 350 251 500 2 2 2 2
351 950 501 750 4 2 2 2
951 1500 751 1000 4 2 3 3
Tiap - 1 1 1 1
tambah
1000
orang
q. Jumlah toilet untuk tenaga kerja sebagai berikut :
ditambah
Wanita Pria
Wanita Pria WC Bak WC Bak Peturasan
cuci cuci
+ - 20 1 25 1 1 1 2 2
21 40 26 50 2 2 2 3 3
41 70 51 100 3 3 3 5 5
71 100 - 4 4 - - -
40

- Setiap Penambahan - - 1 2 1
50 100
Page

101 140 - 5 5 - - -
40
141 180 - 6 6 - - -
Setiap - 1 1 - - -
penambah
a n 40
r. Diberi100
tanda/tulisan pemberitahuan bahwa setiap pemakai harus mencuci
tangan dengan sabun sesudah menggunakan toilet.

4. Tempat Sampah
a. Tempat sampah dibuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat.
Mempunyai tutup dan memakai kantong plastik khusus untuk sisa-sisa
bahan makanan dan makanan jadi yang cepat membusuk.
b. Jumlah dan volume tempat sampah disesuaikan dengan produk sampah
yang dihasilkan pada setiap tempat kegiatan.
c. Tersedia pada setiap tempat/ruang yang memproduksi sampah.
d. Sampah sudah harus dibuang dalam waktu 24 jam dari rumah makan dan
restoran.
e. Disediakan tempat pengumpul sementara yang terlindung dari seranga,
tikus atau hewan lain dan terletak di tempat yang mudah dijangkau oleh
kendaraan pengangkut sampah.

5. Tempat Cuci Tangan


a. Jumlah tempat cuci tangan untuk tamu disesuaikan dengan kapasitas
tempat duduk sebagai berikut :
Kapasitas tempat duduk Jumlah tempat cuci tangan (buah)
1 60 orang 1
61 120 orang 2
121 200 orang 3
Setiap penambahan 150 orang ditambah 1 buah
Tempat cuci tangan dilengkapi dengan sabun/sabun cair dan alat
pengering.
b. Apabila tidak tersedia fasilitas seperti butir (1) di atas dapat disediakan :
basah Sapu tangan kertas (tissue) yang mengandung alcohol 70%
Lap dengan suhu 43,3oC
Air hangat dengan suhu 43,3oC
c. Tersedia tempat cuci tangan khusus untuk karyawan dengan kelengkapan
seperti tempat cuci tangan pada butir (1) yang jumlahnya disesuaikan
dengan banyaknya karyawan sebagai berikut :
1 sampai 10 orang, 1 buah; dengan penambahan 1 (satu) buah untuk
41

setiap penambahan 10 orang atau kurang.


Page

41
d. Fasilitas cuci tangan di tempatkan sedemikian rupa sehingga mudah
dicapai oleh tamu atau karyawan.
e. Fasilitas cuci tangan dilengkapi dengan air yang mengalir, bak
penampungan yang permukaannya halus, mudah dibersihkan dan
limbahnya dialirkan ke saluran pembuangan yang tertutup.

6. Tempat mencuci Peralatan


a. Terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak berkarat dan mudah
dibersihkan.
b. Air untuk keperluan pencucian dilengkapi dengan air panas dengan suhu
40 C 80 C dan air dingin yang bertekanan 15 psi (1,2 kg/cm2).
c. Tempat pencucian peralatan dihubungkan dengan saluran pembuangan air
limbah.
d. Bak pencucian sedikitnya terdiri dari 3 (tiga) bilik/bak pencuci yaitu untuk
mengguyur, menyabun dan membilas.

7. Tempat Pencuci Bahan Makanan


a. Terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak berkarat dan mudah
dibersihkan.
b. Bahan makanan dicuci dengan air mengalir atau air yang mengandung
larutan Kalium Permanganat 0,02%.
c. Tempat pencucian dihubungkan dengan saluran pembuangan air limbah.

8. Fasilitas Penyimpanan Pakaian (Locker) Karyawan


a. Terbuat dari bahan yang kuat, aman, mudah dibersihkan dan tertutup
rapat.
b. Jumlah locker disesuaikan dengan jumlah karyawan.
c. Locker ditempatkan di ruangan yang terpisah dengan dapur dan gudang.
d. Locker untuk pria dan wanita dibuat terpisah.

9. Peralatan Pencegahan Masuknya Serangga dan Tikus


a. Tempat penyimpanan air bersih harus tertutup sehingga dapat menahan
masuknya tikus dan serangga termasuk juga nyamuk aedes Aegypti serta
Albopictos.
b. Setiap lubang pada bangunan harus dipasang alat yang dapat mencegah
masuknya serangga (kawat kassa berukuran 32 mata per inchi) dan tikus
(teralis dengan jarak 2 cm).
c. Setiap persilangan pipa dan dinding harus rapat sehingga tidak dapat
dimasuki serangga.
42
Page

42
C. PERSYARATAN DAPUR, RUANG MAKAN DAN GUDANG MAKANAN
1. Dapur
a. Luas dapur sekurang-kurangnya 40% dari ruang makan atau 27% dari luas
bangunan.
b. Permukaan lantai dibuat cukup landai ke arah saluran pembuangan air
limbah.
c. Permukaan langit-langit harus menutup seluruh atap ruang dapur,
permukaan rata, berwarna terang dan mudah dibersihkan.
d. Penghawaan dilengkapi dengan alat pengeluaran udara panas maupun
bau-bauan/exhauster yang dipasang setinggi 2 (dua) meter dari lantai dan
kapasitasnya disesuaikan dengan luas dapur.
e. Tungku dapur dilengkapi dengan sungkup asap (hood), alat perangkap
asap, cerobong asap, saringan dan saluran serta pengumpul lemak.
f. Semua tungku terletak di bawah sungkup asap (hood).
g. Pintu yang berhubungan dengan halaman luar dibuat rangkap, dengan
pintu bagian luar membuka ke arah luar.
h. Daun pintu bagian dalam dilengkapi dengan alat pencegah masuknya
serangga yang dapat menutup sendiri.
i. Ruangan dapur terdiri dari :
1). Tempat pencucian peralatan
2). Tempat penyimpanan bahan makanan
3). Tempat pengolahan
4). Tempat persiapan
5). Tempat administrasi
j. Intensitas pencahayaan alam maupun buatan minimal 10 foot candle (fc)
k. Pertukaran udara sekurang-kurangnya 15 kali per jam untuk menjamin
kenyamanan kerja di dapur, menghilangkan asap dan debu.
l. Ruang dapur harus bebas dari serangga, tikus dan hewan lainnya.
m. Udara di dapur tidak boleh mengandung angka kuman lebih dari 5
juta/gram.
n. Tersedia sedikitnya meja peracikan, peralatan, lemari/fasilitas
penyimpanan dingin, rak-rak peralatan, bak-bak pencucian yang berfungsi
dan terpelihara dengan baik.
o. Harus dipasang tulisan Cucilah tangan anda sebelum menjamah makanan
dan peralatan di tempat yang mudah dilihat.
p. Tidak boleh berhubungan langsung dengan jamban/WC, peturasan/urinoir
kamar mandi dan tempat tinggal.
2. Ruang Makan
43

a. Setiap kursi tersedia ruangan minimal 0,85m.


Page

43
b. Pintu yang berhubungan dengan halaman dibuat rangkap, pintu bagian luar
membuka ke arah luar.
c. Meja, kusi dan taplak meja harus dalam keadaan bersih.
d. Tempat untuk menyediakan//peragaan makanan jadi harus dibuat fasilitas
khusus yang menjamin tidak tercemarnya makanan.
e. Rumah makan dan restoran yang tidak mempunyai dinding harus terhindar
dari pencemaran.
f. Tidak boleh mengandung gas-gas beracun sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
g. Tidak boleh mengandung angka kuman lebih dari 5 juta/gram.
h. Tidak boleh berhubungan langsung dengan jamban/WC, peturasan/urinoir,
kamar mandi dan tempat tingal.
i. Harus bebas dari serangga, tikus dan hewan lainnya.
j. Lantai, dinding dan langit-langit harus selalu bersih, warna terang
k. Perlengkapan set kursi harus bersih
l. Perlengkapan set kursi tidak boleh mengandung kutu busuk/kepinding dan
serangga pengganggu lainnya.
3. Gudang Bahan Makanan
a. Jumlah bahan makanan yang disimpan disesuaikan dengan ukuran
gudang.
b. Gudang bahan makanan tidak boleh untuk menyimpan bahan lain selain
makanan.
c. Pencahayaan gudang minimal 4 foot candle pada bidang setinggi lutut.
d. Gudang dilengkapi dengan rak-rak tempat penyimpanan makanan.
e. Gudang dilengkapi dengan ventilasi yang menjamin sirkulasi udara.
f. Gudang harus dilengkapi dengan pelindung serangga dan tikus.

D. PERSYARATAN BAHAN MAKANAN DAN MAKANAN JADI


1. Bahan Makanan
a. Bahan makanan dalam kondisi baik, tidak rusak dan tidak membusuk.
b. Bahan makanan berasal dari sumber resmi yang terawasi.
c. Bahan makanan kemasan, bahan tambahan makanan dan bahan penolong
memenuhi persyaratan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
2. Makanan Jadi
a. Makanan jadi dalam kondisi baik, tidak rusak dan tidak busuk, makanan
dalam kaleng harus tidak boleh menunjukkan adanya penggembungan,
cekung dan kebocoran.
b. Angka kuman E. coli pada makanan 0 per gram contoh makanan.
44

c. Angka kuman E. coli pada miniman 0 per 100 ml contoh minuman.


Page

44
d. Jumlah kandungan logam berat dan residu pestisida dan cemaran lainnya
tidak boleh melebihi ambang batas yang diperkenankan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
e. Buah-buahan dicuci bersih dengan air yang memenuhi persyaratan,
khusus untuk sayuran yang dimakan mentah dicuci dengan air yang
mengandung larutan Kalium Permanganat 0,02% atau dimasukkan dalam
air mendidih untuk beberapa detik.

E. PERSYARATAN PENGOLAHAN MAKANAN


1. Semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara terlindung
dari kontak langsung dengan tubuh.
2. Perlindungan kontak langsung dengan makanan jadi dilakukan dengan :
a. Sarung tangan plastik.
b. Penjepit makanan.
c. Sendok garpu dan sejenisnya.
3. Setiap tenaga pengolah makanan pada saat bekerja harus memakai :
a. Celemek/apron.
b. Tutup rambut.
c. Sepatu dapur.
d. Berperilaku :
1). Tidak merokok.
2). Tidak makan atau mengunyah.
3). Tidak memakai perhiasan kecuali cincin kawin yang tidak berhias.
4). Tidak menggunakan peralatan dan fasilitas yang bukan untuk
keperluannya.
5). Selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan setelah keluar dari kamar
kecil.
6). Selalu memakai pakaian kerja dan pakaian pelindung dengan benar.
7). Selalu memakai pakaian kerja yang bersih yang tidak dipakai di luar
tempat rumah makan atau restoran.
4. Tenaga pengolah makanan harus memiliki sertifikat vaksinasi chotypa dan
buku kesehatan yang berlaku.

F. PERSYARATAN TEMPAT PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN DAN


MAKANAN JADI
1. Penyimpanan Bahan Makanan
a. Tempat penyimpanan bahan makanan selalu terpelihara dan dalam
keadaan bersih.
45

b. Penempatannya terpisah dengan makanan jadi.


Page

45
c. Penyimpanan bahan makanan diperlukan untuk setiap jenis bahan
makanan :
1). Dalam suhu yang sesuai.
2). Ketebalan bahan makanan padat tidak lebih dari 10 cm.
3). Kelembaban penyimpanan dalam ruang 80% - 90%.
d. Bila bahan makanan disimpan di gudang, cara penyimpanannya tidak
menempel pada lantai, dinding atau langit-langit dengan ketentuan sebagai
berikut :
1). Jarak makanan dengan lantai. 15 cm
2). Jarak makanan dengan dinding 5 cm
3). Jarak makanan dengan langit-langit 60 cm
e. Bahan makanan disimpan dalam aturan sejenis, disusun dalam rak-rak
sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan rusaknya bahan makanan,
bahan makanan yang masuknya lebih dahulu dikeluarkan belakangan
(FIFO = First In First Out).
2. Penyimpanan Makanan Jadi
a. Terlindung dari debu, bahan berbahaya, serangga, tikus dan hewan
lainnya.
b. Makanan cepat busuk disimpan dalam suhu panas 65,5oC atau lebih, atau
disimpan dalam suhu dingin 4oC atau kurang.
c. Makanan cepat busuk untuk penggunaan dalam waktu lama (lebih dari 6
jam) disimpan dalam suhu 5oC sampai 1oC.

G. PERSYARATAN PENYAJIAN MAKANAN


1. Cara menyajikan makanan harus terhindar dari pencemaran.
2. Peralatan yang dipergunakan untuk menyajikan harus terjaga kebersihannya.
3. Makanan jadi yang disajikan harus diwadahi dan dijamah dengan peralatan
yang bersih.
4. Makanan jadi yang disajikan dalam keadaan hangat ditempatkan pada fasilitas
penghangat makanan dengan suhu minimal 60oC.
5. Penyajian dilakukan dengan perilaku yang sehat dan pakaian bersih.
6. Penyajian makanan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Di tempat yang bersih.
b. Meja di mana makanan disajikan harus tertutup kain putih atau tutup plastik
berwarna menarik kecuali bila meja dibuat dari formica, taplak tidak mutlak
ada.
46

c. Tempat-tempat bumbu/merica, garam, cuka, tomato sauce, kecap, sambal


dan lain-lain perlu dijaga kebersihannya terutama mulut-mulutnya.
Page

46
d. Asbak tempat abu rokok yang tersedia di atas meja makan setiap saat
dibersihkan.
e. Peralatan makan dan minum yang telah dipakai paling lambat 5 menit
sudah dicuci.
H. PERSYARATAN PERALATAN
1. Peralatan yang kontak langsung dengan makanan tidak boleh mengeluarkan
zat beracun yang melebihi ambang batas sehingga membahayakan kesehatan
antara lain :
a. Timah (Pb)
b. Arsenikum (As)
c. Tembaga (Cu)
d. Seng (Zn)
e. Cadmium (Cd)
f. Antimony (Sb)
2. Peralatan tidak rusak, gompel, retak dan tidak menimbulkan pencemaran
terhadap makanan.
3. Permukaan yang kontak langsung dengan makanan harus conus atau tidak
ada sudut mati, rata, halus dan mudah dibersihkan.
4. Peralatan harus dalam keadaan bersih sebelum digunakan.
5. Peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan tidak
boleh mengandung angka kuman yang melebihi ambang batas dan tidak boleh
mengandung E. coli per cm2 permukaan alat.
6. Cara pencucian peralatan harus memenuhi ketentuan :
a. Pencucian peralatan harus menggunakan sabun/detergent air dingin, air
panas sampai bersih.
b. Dibebas hamakan sedikitnya dengan larutan kaporit 50 ppm atau iodophor
12,5 ppm, air panas 80oC, dilap dengan kain.
2. Pengeringan peralatan harus memenuhi ketentuan :
Peralatan yang sudah didesinfeksi harus ditiriskan pada rak-rak anti karat
sampai kering sendiri dengan bantuan sinar matahari atau sinar buatan/mesin
dan tidak boleh dilap dengan kain.
3. Penyimpanan peralatan harus memenuhi ketentuan :
a. Semua peralatan yang kontak dengan makanan harus disimpan dalam
47

keadaan kering dan bersih.


Page

47
b. Cangkir, mangkok, gelas dan sejenisnya cara penyimpanannya harus dibalik.
c. Rak-rak penyimpanan peralatan dibuat anti karat, rata dan tidak aus/rusak. d. Laci-laci penyimpanan
peralatan terpelihara kebersihannya.
e. Ruang penyimpanan peralatan tidak lembab, terlindung dari sumber pengotoran/kontaminasi
dan binatang perusak.

MENTERI KESEHATAN

ttd

Dr. ACHMAD SUJUDI

48
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 519/MENKES/SK/VI/2008

TENTANG

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PASAR SEHAT

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menindaklanjuti pengembangan Program


Kabupaten/Kota Sehat dan untuk mengantisipasi terjadinya
penyebaran dan penularan penyakit berpotensial wabah termasuk
Avian Influenza, perlu dikembangkan Program Pasar Sehat guna
mewujudkan pasar yang bersih, aman, nyaman dan sehat,
khususnya tradisional;

b. bahwa berdasarlan pertimbangan sebagaimana huruf a. perlu


ditetapkan Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat dengan keputusan
Menteri Kesehatan;

Mengingat : 1. Undang-Undang nomor : 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit


Menular (Lembaran Negara tahun 1992 nomor 1984 nomor 20.
Tambahan Lembaran Negara Nompr 3273)

2. Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara


tahun 1992 nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495)

3. Undang-Undang nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan (Lembaran Negara


tahun 1996 nomor 99, Tambahan lembaran Negara nomor 3564)

4. Undang-Undang nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan


Hidup (lembaran Negara RI tahun 1997 nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara RI nomor 3699)

5. Undang-Undang nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran


Negara tahun 2002 nomor 134, Tambahan Lembaran Negara nomor 4247)

6. Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah


(Lembaran Negara rtahun 2004 nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 8
tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang nomor 3 tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara tahun
2005 nomor 108, Tambahan Lembaran Negara nomor 4548)

7. Undang-Undang nomor 23 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara tahun 1999 nomor
70, Tambahan Lembaran Negara nomor 3848)

8. Peraturan Pemerintah nomor 40 tahun 1991 tentang Penanngulangan 49


Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara tahun 1994 nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara nomor 3447)

1
9. Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara tahun 2007 nomor
82, Tambahan Lembaran Negara nomor 8737)

10. Peraturan Pemetintah nomor 9 tahun 2005 tentang Tugas, Fungsi, Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia
sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah nomor 94 tahun
2006

11. Peraturan Pemetintah nomor 112 tahun 2007 tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern

12. Instruksi Presiden nomor 1 tahun 2007 tentang Penanganan dan


Pengendalian Virus Flu Burung (Avian Influenza)

13. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 416/Menkes/SK/IX/1990 tentang


Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih

14. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang


Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum

15. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 288/Menkes/SK/III/2003 tentang


Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum

16. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang


Pedoman Persyaratan Hugiene Sanitasi Makanan Jajanan

17. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1098/Menkes/SK/VIII/2003 tentang


Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Rerstoran

18. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan nomor 34
tahun 2005 dan nomor 1138/Menkes/PB/VIII/2005 tentang Penyelenggaraan
Kabupaten/Kota Sehat

19. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 1205/Menkes/Per/XII/2007

20. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1468/Menkes/SK/XII/2006 tentang


Rencana Pembangunan Kesehatan tahun 2006=2009

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

Pertama : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEDOMAN


PENYELENGGARAAN PASAR SEHAT

Kedua : Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat sebagaimana terlampir dalam


Lampiran Keputusan ini

50

2
Ketiga : Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua digunakan sebagai
acuan bagi petugas kesehatan yang membidangi kesehatan lingkungan dan
promosi kesehatan, lembaga pemerintah terkait, pengelola pasar, serta
pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat dalam penyelenggaraan
pasar sehat di Indonesia, khususnya pasart tradisonal

Keempat : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 6 Juni 2008

MENTERI KESEHATAN

Dr. dr. SITI FADILAH SUPARI, Sp.JP (K)

Lampiran
Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor : 519/Menkes/SK/VI/2008
Tanggal : 6 Juni 2008

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PASAR SEHAT

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Status kesehatan suatu populasi sangat ditentukan oleh kondisi tempat-tempat itu dan juga
ketersediaan layanan kesehatan. Peranan pasar tradisional sangat penting dalam pemenuhan
kebutuhan, terutama bagi golongan masyarakat menengah ke bawah. Pada saat yang sama,
pasar dapat menjadi jalur utama untuk penyebaran penyakit seperti kasus kolera di Amerika
Latin, SARS dan Flu Burung (Avian Influenza) di Asia. Konferensi gabungan WHO/ FAO/ OIE/
World Bank tentang flu burung dan pandemi flu pada manusia yang diadakan di Jenewa
(November 2005), menekankan pentingnya mencegah penyebaran flu burung H5N1 pada
sumbernya termasuk pasar tradisional. 1

Di Indonesia terdapat sekitar 13.650 pasar tradisional dengan 12.6 juta pedagang beraktivitas
di dalamnya (Kompas, 2 Maret 2005). Jika setiap pedagang memiliki empat anggota keluarga,
maka lebih dari 50 juta orang atau hampir 25% dari populasi total Indonesia beraktifitas di
pasar. Terlebih dengan banyaknya masyarakat yang membeli pangan di pasar tradisional.
Diperkirakan paling tidak 60% kebutuhan pangan bagi penduduk di daerah perkotaan
disediakan oleh pasar tradisional (Pertemuan Nasional Kota Sehat, 2006). 3 Pertumbuhan pasar
tradisional sangat memprihatinkan. Tahun 1985 dilaporkan bahwa pasar tradisional di Jakarta
berjumlah 151 (78%) sedangkan pasar modern hanya 42 pasar (22%). Tetapi pada Tahun 2005,
pasar modern melonjak menjadi 449 pasar (75%) sedangkan pasar tradisonal tetap berjumlah 51
151 atau 25% dari total pasar (Pasar Jaya, 2006).4 Nampaknya masyarakat cenderung lebih

3
menyukai pasar modern yang menjual pangan dengan pelayanan yang lebih baik, lebih bersih,
aman dan nyaman. Pengelolaan pasar tradisional di daerah bervariasi tergantung pemerintah
daerah setempat. Untuk itu, pemerintah saat ini sedang menyusun Peraturan Presiden tentang
Pasar Tradisional agar tertata dengan profesional, khususnya oleh Pemerintah Daerah dalam
menghadapi persaingan dengan hipermarket dan sejenisnya (Kompas, 2 Juni 2006). 5

Pasar memiliki posisi yang sangat penting untuk menyediakan pangan yang aman; dan pasar
tersebut dipengaruhi oleh keberadaan produsen hulu (penyedia bahan segar), pemasok,
penjual, konsumen, manajer pasar, petugas yang berhubungan dengan kesehatan dan tokoh
masyarakat4. Oleh karena itu, komitmen dan partisipasi aktif para stakeholder dibutuhkan
untuk mengembangkan Pasar Sehat.

Pengembangan Pasar Sehat adalah strategis sebagai upaya memperkuat biosekuriti pada rantai
pangan yang akan (i) meningkatkan keamanan pangan sejak produksi hingga konsumsi, (ii)
mendidik produsen, pemasok, pedagang, dan konsumen, dan (iii) sebagai konsekuensinya,
kesadaran mereka akan meningkat terhadap risiko keamanan pangan, seperti kontaminasi
silang, penularan flu burung dan penyakit-penyakit lain yang dihantarkan pangan, dan perilaku
berisiko tinggi.

Biosekuriti dimaksudkan sebagai suatu rangkaian praktek-praktek manajemen seluruh faktor


resiko kesehatan biologis dan lingkungan yang berhubungan dengan kejadian penyakit untuk
mengurangi potensi penularan/penyebarannya terhadap dan antar tempat, hewan dan
manusia.

Untuk mewujudkan hal diatas perlu disusun pedoman penyelengaraan Pasar Sehat bagi
stakeholder yang terlibat dalam Pasar Sehat di Indonesia, seperti lembaga terkait yang
berwenang di jajaran Pemerintah Pusat dan Daerah, konsultan, lembaga donor dan
stakeholder kunci pada komunitas pasar antara lain manajer pasar.

B. PENGERTIAN

1. Pasar tradisional adalah pasar yang sebagian besar dagangannya adalah kebutuhan
dasar sehari-hari dengan praktek perdagangan yang masih sederhana dengan fasilitas
infrastukturnya juga masih sangat sederhana dan belum mengindahkan kaidah
kesehatan.

2. Pasar Sehat adalah kondisi pasar yang bersih, nyaman, aman dan sehat melalui
kerjasama seluruh stakeholder terkait dalam menyediakan pangan yang aman dan
bergizi bagi masyarakat.

3. Stakeholder adalah unit terkait di pasar antara lain pemerintah pusat, pemerintah
setempat, pengelola pasar, pemasok, penjual, pekerja pasar lainnya, dan juga
konsumen.

4. Infrastruktur pasar adalah sarana dan prasarana di pasar antara lain bangunan, kios-
kios, perlengkapan transportasi pangan dan bahan pangan, perlengkapan kebersihan
pasar, perlengkapan pendukung lainnya.

5. Pengelola pasar adalah organisasi atau pihak pengelola pasar yang bertanggung jawab
terhadap operasional harian pasar, keamanan, kebersihan pasar, dan lain-lain.
Pengelola pasar ini bisa merupakan pihak pemerintah setempat atau organisasi swadaya
masyarakat.

52

4
6. Promosi Higiene Sanitasi adalah suatu pendekatan sebagai upaya untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat yang sesuai dengan prinsip-prinsip hygiene
sanitasi terhadap baik individu, keluarga maupun masyarakat.

II. TUJUAN, MANFAAT DAN SASARAN

Pasar sehat merupakan tempat dimana semua pihak-pihak terkait bekerjasama untuk
menyediakan pangan yang aman, bergizi dan lingkungan yang memenuhi persyaratan
kesehatan.

A. TUJUAN

Umum :

Terwujudnya pasar yang bersih, aman, nyaman, dan sehat melalui kemandirian komunitas
pasar

Khusus :

1. Tersedianya pasar dengan infrastuktur yang memenuhi persyaratan kesehatan


2. Terselenggaranya pengelolaan pasar yang memenuhi persyaratan kesehatan dan
berkesinambungan
3. Perilaku pedagang, pengelola dan pengunjung untuk hidup bersih, sehat dan higienis

B. MANFAAT

Berbagai pihak yang diuntungkan dengan adanya pasar sehat adalah :


No Pihak Pemanfaat Manfaat
1 Produsen primer Meningkatnya praktek produksi pangan yang berkualitas
(petani & nelayan) Meningkatnya kualitas dan nilai jual produk
Pangsa pasar yang lebih besar
Lebih ekonomis karena berkurangnya biaya akibat penarikan
kembali pangan atau pangan yang terbuang / tidak laku.
2 Pedagang Meningkatnya penjualan
Meningkatnya kualitas produk
Lebih ekonomis karena berkurangnya biaya akibat penarikan
kembali atau produk yang terbuang / tidak laku
Lingkungan kerja yang lebih sehat dan ergonomis
Pemberdayaan yang lebih luas
Meningkatnya kepuasan kerja, dan
Lestarinya budaya dan tradisi pasar tradisional

3 Pemerintah Menurunnya angka penyakit yang disebabkan pangan


daerah Meningkatnya status gizi masyarakat;
Menurunnya biaya perawatan kesehatan; dan
Merupakan akses efektif untuk promosi dan perlindungan
kesehatan pada masyarakat luas.
Meningkatnya pendapatan daerah

4 Manajer pasar Meningkatnya perdagangan pangan ;


Meningkatnya hubungan kerjasama antara para pedagang,
kontraktor dan konsumen;
Pemahaman yang lebih baik tentang isu perlindungan

53

5
kesehatan memahami praktek yang sesuai di dalam dan di
luar lingkungan pasar;
Perhatian yang lebih baik akan tanggungjawab atas masalah
keamanan pangan dan kesehatan;
Berlangsungnya sistem yang lebih efektif; dan

5 Masyarakat sekitar Meningkatnya sumber pangan aman dan bergizi;


Meningkatnya kesehatan masyarakat;
Berkurangnya biaya perawatan kesehatan masyarakat;
Meningkatnya tingkat pengetahuan (khususnya tentang
keamanan pangan serta higiene dasar, kesehatan, dan
manajemen); dan
Meningkatnya peranan kaum wanita dalam mengahadapi
permasalahan di masyarakat.

6 Masyarakat umum Meningkatnya kesadaran masyarakat akan komitmen


kesehatan
dan kesejahteraan masyarakat;
Meningkatnya status gizi dan kesehatan masyarakat;
Menurunnya biaya perawatan kesehatan masyarakat;
Menguatnya ekonomi masyarakat melalui penjualan yang
meningkat dan jumlah turis yang lebih banyak; dan
Adanya kegiatan sebagai sumber pendapatan baru dan
peningkatan standar sosial ekonomi dan lingkungan.
7 Konsumen Akses untuk memperoleh pangan yang lebih aman dan
bergizi;
Meningkatnya pemahaman bagaimana memilih pangan yang
aman dan bergizi;
Meningkatnya pengetahuan tentang praktek keamanan
pangan
di rumah;
Lingkungan belanja yang aman dan sehat;
Akses terhadap fasilitas higiene dan sanitasi ;
Mendapatkan informasi / pesan-pesan promosi higiene
sanitasi
;
Status kesehatan dan gizi yang lebih baik bagi diri sendiri
dan
anggota keluarganya.

B. SASARAN
1. Pedoman ini dibuat untuk petugas kesehatan yang membidangi kesehatan lingkungan dan
promosi kesehatan baik di Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Lembaga Pemerintah
terkait, pengelola pasar, asosiasi pedagang, asosiasi pasar, asosiasi pasar serta pemangku
kepentingan lainnya.
2. Pedoman ini dibuat untuk pengembangan perilaku hugiene bagi komunitas pasar,
infrastruktur pasar, operasional pasar khususnya pada pasar tradisional.

III. KEBIJAKAN DAN STRATEGI

A. KEBIJAKAN

1. Mengembangkan jejaring kerja dan jalinan kemitraan antar sektor terkait baik
pihak pemerintah (pusat, propinsi dan Kab./Kota), swasta, asosiasi, LSM sebagai
upaya untuk membangun komitmen dan berperan dalam penyelenggaraan pasar
sehat
54

6
2. Meningkatkan peran pihak-pihak terkait dalam penyelenggaraan pasar sehat yang
didukung oleh peraturan perundangan sebagai landasan kerja pelaksanaan kegiatan
pihak terkait

3. Penyelenggaraan pasar sehat dilaksanakan dengan menempatkan pengelola dan


pedagang sebagai pelaku melalui pembentukan kelompok atau memanfaatkan
kelompok yang ada yang disepakati oleh pengelola dan pedagang

4. Mewujudkan pasar sehat secara bertahap dan berkesinambungan yang difasilitasi


Pemerintah Daerah dan instansi terkait.

5. Penyelenggaraan pasar sehat sepenuhnya dibiayai dan dilaksanakan oleh pemerintah


daerah dan pihak terkait di daerah dengan menggunakan pendekatan pemberdayaan

6. Mengembangkan pasar sebagai media pembelajaran bagi pemerintah daerah,


pengelola, pedagang dan pengunjung agar berperilaku hidup bersih dan sehat

B. STRATEGI

1. Mengembangkan pasar sehat merupakan bagian dari tatanan Sarana dan Prasarana
Permukiman dalam penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat

2. Mengembangkan pasar sehat melalui Pemberdayaan Komunitas pasar dengan


pembentukan Gugus Tugas/Kelompok Kerja/Tim Inti atau sejenisnya yang berasal
dari unit-unit di pasar sebagai kelompok inti dengan pembagian tanggung jawab dan
tugas yang disepakati bersama sebagai penggerak dalam penyelenggaraan pasar
sehat

3. Melakukan advokasi kepada pimpinan lembaga eksekutif Gubernur, Bupati, Walikota


serta lembaga legislative, pimpinan dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di
provinsi dan Kabupaten/Kota

4. Melakukan sosialisasi kepada instansi pemerintah, swasta dan masyarakat di pusat


sampai dengan kabupaten/kota yan terkait dalam penyelenggaraan dan
pengembangan pasar sehat

5. Menyelenggarakan pasar sehat melalui tahapan percontohan, pengembangan,


pemantapan dan penghargaan

6. Meningkatkan profesionalisme petugas kesehatan yang membidangi kesehatan


lingkungan dan promosi kesehatan dan pengelola pasar melalui peningkatan
kapasitas sumber daya agar mampu memfasilitasi penyelenggaraan pasar sehat

7. Meningkatkan koordinasi antara pemerintah, swasta, asosiasi pedagang, LSM untuk


mendukung terselenggaranya pasar sehat

8. Mengembangkan teknologi tepat guna antara lain pengelolaan limbah, pengelolaan


makanan dan bahan pangan, pengelolan air bersih serta aspek-aspek lain yang dapat
diterapkan di pasar

9. Mengembangkan penyuluhan dan promosi kesehatan yang tepat sasaran bagi


pengelola, pedagang dan pengunjung pasar
55
10. Mengupayakan berbagai sumber dana dalam penyelengaraan pasar sehat

7
11. Mengembangkan surveilans kesehatan lingkungan termasuk bahan pangan dalam
rangka dalam rangka mewujudkan pasar sehat

12. Melengkapi infrastruktur serta sarana dan prasarana yang diperlukan dalam
penyelenggaraan pasar sehat.

IV. PENYELENGGARAAN PASAR SEHAT

Sebagian besar masyarakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pangan/bahan pangan masih
memanfaatkan pasar tardisional, maka penyelenggaraan pasar sehat lebih difokuskan pada
pasar tradisional

Untuk dapat terselenggara secara berkesinambungan perlu dibentuk Tim Pembina Pasar Sehat
baik di Propinsi maupun di Kabupaten/Kota. Dalam rangka efisiensi, Tim pembina pasar sehat
propinsi dan tim pembina pasar sehat kabupaten/kota diintegrasikan ke dalam tim pembina
provinsi atau tim pembina kabupaten/kota sehat yang sudah ada

A. Pengorganisasian

Penyelenggaraan pasar sehat melibatkan banyak sektor, baik sektor pemerintah maupun
swasta yang saling mendukung satu sama lain sesuai dengan peran dan fungsinya

1. PUSAT

Tim Pembina Pusat terdiri dari instansi atau lembaga yang membidangi sarana dan prasarana,
komoditi pedagangan dan industri, komoditi pertanian dan peternakan, kesehatan,
kelembagaan, pengawasan makanan minuman dan bahan pangan, pasar, perlindungan dan
pemberdayaan konsumen dan asosiasi pedagang

2. PROVINSI

Tim pembina provinsi tediri dari instansi atau lembaga yang membidangi sarana dan
prasarana, komoditi pedagangan dan industri, komoditi pertanian dan peternakan, kesehatan,
kelembagaan, pengawasan makanan minuman dan bahan pangan, pasar, perlindungan dan
pemberdayaan konsumen dan asosiasi yang terkait dengan pasar antara lain asosiasi pengelola
pasar tardisional, asosiasi pedagang, assosiasi perunggasan

3. KABUPATEN/ KOTA

Tim pembina kabupaten/kota terdiri dari instansi atau lembaga yang membidangi sarana dan
prasarana, komoditi pedagangan dan industri, komoditi pertanian dan peternakan,
pengawasan kualitas kesehatan lingkungan, pengawasan kualitas makanan dan bahan pangan,
promosi hygiene sanitasi, kelembagaan pasar, perlindungan dan pemberdayaan konsumen,
penyediaan air minum, kebersihan, pelayanan pencegahan dan penangguangan kebakaran ,
ketentaman, kemananan dan ketertiban pasar dan asosiasi yang terkait dengan pasar antara
lain asosiasi pengelola pasar tardisional, asosiasi pedagang, asosiasi perunggasan dan
sebagainya

4. KELOMPOK KERJA/GUGUS TUGAS/TIM INTI PASAR

Tim pembina kab/kota membentuk kelompok kerja/gugus tugas/tim inti yang keanggotaannya56
terdiri dari pengelola pasar/perusahaan daerah pasar/unit pelaksana teknis daerah, pedagang,

8
asosiasi peagang pasar dan pemasok yang akan berperan secara langsung dalam pengelolaan
pasar sehat, penerapam perilaku higienis serta pembinaan dan fasilitasi pedagang.

B. LANGKAH-LANGKAH PENYELENGGARAAN

Dalam mewujudkan pasar sehat memerlukan kesepakatan dan dukungan penuh dari
stakeholder yang terkait didalamnya mulai dari pedagang, pekerja, pengelola, asosiasi,
pemasok, pihak swasta, LSM dan pemerintah setempat yang dilakukan secara
berkesinambungan

Pedoman penyelengaraan pasar sehat ini memberikan panduan mengenai langkah-langkah


penyelenggaraan, kriteria pasar sehat, pengorganisasian, monitoring dan evaluasi.

Untuk dapat terselenggaranya secara berkesinambungan perlu dibentuk tim pembina pasar
sehat baik di propinsi maupun di kabupaten/kota. Dalam rangka efisiensi ti pembina pasar
sehat propinsi dan kabupaten/kota diintegrasikan kedalam tim pembina propinsi atau tim
pembina Kabupaten/Kota Sehat yang sudah ada.

LANGKAH 1: Advokasi dan Sosialisasi

1. Advokasi dilaksanakan untuk memperoleh dukungan politis dari pengambil kebijakan,


misalnya peraturan daerah, pembiayaan dan dukungan lainnya.
2. Sasaran advokasi adalah pimpinan lembaga eksekutif gubernur, bupati, walikota serta
lembaga legislatif, pimpinan dan anggota DPR di propinsi dan kabupaten/kota
3. Advokasi dilaksanakan sebagai langkah awal mulai dari pusat, propinsi dan
kabupaten/kota
4. Sosialisasi terhadap seluruh pihak terkait dalam pengembangan pasar sehat yang dilakukan
secara terus menerus untuk memperoleh pemahaman yang sama
5. Tim pembina kabupaten/kota sehat memfasilitasi pembentukan kelompok kerja / gugus
tugas / tim inti atau nama lain yang disepakati yang secara operasional akan
melaksanakan dan mengembangkan pasar sehat

LANGKAH 2: Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia

1. Sebagai upaya peningkatan kapasitas dilakukan pelatihan pengembangan pasar sehat


melalui pelatihan pelatih (TOT)
2. TOT dilaksanakn secara berjenjang mulai dari pusat, propinsi, kabupaten/kota hingga
pasar
3. Sebagai fasilitator pelatihan adalah Tim Pembina Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota

LANGKAH 3: Analisis situasi

1. Melakukan survei pendahuluan (kondisi fisik, operasional, kebutuhan komunitas pasar dan
identifikasi mitra kerja) untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi pasar oleh tim
pembina kab/kota
2. Melakukan analisa data dan hasilnya disampaikan kepada tim pembina pusat, propinsi,
kabupaten dan kelmpok kerja / gugus tugas / tim inti
3. Hasil analisa merupakan bahan pengambilan keputusan dalam rencana tindak lanjut
(percontohan, pelatihan, pembinaan, pengawasan, pemantauan)

LANGKAH 4: Prioritas rencana kerja

Tim pembina memfasilitasi kelompok kerja pada lokasi pasar untuk memperoleh rumusan
57
dan komitmen antara lain :

9
1. menetapkan prioritas masalah yang akan ditangani
2. menetapkan sumber daya yang akan digunakan
3. menetapkan rencana kerja

menetapkan peran pihak-pihak terkait


Membuat daftar dan Mengidentifikasi anggaran biaya dan sumber
memprioritaskan yang diperlukan untuk aktivitas prioritas
aktivitas berdasarkan
kesenjangan yang
Asosiasi Pasar
teridentifikasi
pengumpulan dana
dana dari biaya
Mengidentifikasi penggunaan fasilitas
Menetapkan tujuan, sumber dan
tahapan kerja, dan target mengerahkan dana Mobilisasi dana dari
untuk setiap aktivitas untuk penyusunan para anggota pasar
prioritas anggaran program
prioritas Pemerintah/ donor/
pinjaman

Membuat jadwal kegiatan dan


mengidentifikasi siapa
Menetapkan indikator untuk melakukan apa dan kapan
pemantauan dan evaluasi untuk setiap aktivitas yang
setiap aktivitas diprioritaskan
LANGKAH 5:Implementasikan rencana kerja

LANGKAH 5 : Implementasi Renacan Kerja

Upaya yang dilaksanakan dalam pasar sehat berdasarkan rencana kerja yang dibuat antara
lainadalah sebagai berikut :
1. Perbaikan infra struktur
2. Perbaikan Operasional
3. Promosi hugiene sanitasi

LANGKAH 6 : Pembinaan dan Pengawasan

1. Tim pembina kabupaten/kota membuat target yang akan dicapai dalam jangka pendek,
menengah dan panjang dengan penetapan indikator yang terukur
2. Pokja/gugus tugas/tim inti pasar membuat target yang akan dicapai dalam jangka pendek,
menengah dan panjang dengan penetapan indikator yang terukur
3. Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan oleh seluruh pihak terkait sesuai bidang tugasnya,
misal pemantauan kandungan formalin dalam makanan/bahan pangan, pemantauan
kondisi lingkungan, perilaku pedagang, karyawan dan pengunjung
4. Pembinaan dan pengawasan dibidang teknis yang berhubungan dengan kesehatan
lingkungan terhadap penyelenggaraan pasar sehat dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan
Kab/Kota, dalam hal ini sebagai pelaksana penilaian adalah tenaga kesehatan lingkungan
danpromosi kesehatan dengan menggnakan Formulir Inspeksi Pasar (FORM I) yang
dilakukan minimal setiap enam (6) bulan sekali
5. Tenaga kesehatan lingkungan bertanggung jawab terhadap pembinaan dan pengawasan
kondisi kesehatan lingkungan pasar dan tenaga promosi kesehatan melakukan pembinaan
dan pengawasan terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masayarakat/komunitas
pasar. Tenaga kesehatan lingkungan dan tenaga promosi kesehatan memberikan
rekomendasi terhadap hasil pembinaan dan pengawasan tersebut
6. Pemantauan dan evaluasi untuk mengathui kondisi pasar dan perilaku masyarakat pasar
dilakukan oleh pokja/gugus tugas/tim inti pasar/komunitas pasar dengan menggunakan58
Formulir Penilaian Pasar (FORM II) yang dilakukan setiap tiga (3) bulan sekali

10
7. Pengeola pasar perlu diberdayakan untuk memonitor implementasi seluruh kegiatan
pengembangan dan mengambil tindakan perbaikan apabila diperlukan. Tindakan perbaikan
perlu dikembangkan untuk setiap pengawasan bersama pihak yg melakukan pengawasan
8. Pengawasan dan pembinaan terhadap penyelenggaraanpasar sehat harus dilakukan secara
berkesinambungan oleh pengelola pasar guna mewujudkan pasar yang bersih, aman,
nyaman dan sehat melalui kemandirian komunitas pasar

LANGKAH 7 : Mekanisme Pelaporan

1. Hasil pemantauan dan evaluasi yang dilaksanakan oleh pokja/gugu tugas/ tim inti
komunitas pasar dilaporkan kepada tim pembina pasar sehat kab/kota
2. Hasil pemantauan dan evaluasi yang dilaksanakan oleh pokja/gugu tugas/ tim inti
komunitas pasar direkaptulasi dan dianalisa oleh tim pembina pasar sehat kab/kota
kemudian hasilnya dilaporkan kepada Bupati/Walikota setempat dengan tembusan tim
pembina propinsi
3. Tim pembina propinsi melakukan rekapitulasi dan menganalisis laporan dari tim pembina
pasar sehat kab/kota kemudian hasilnya dilaporkan kepada Gubernur tembusan tim
pembina pusat

V. PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN PASAR

A. Lokasi

1. Lokasi sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang setempat (RUTR)


2. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti: bantaran sungai, aliran lahar,
rawan longsor, banjir dsb
3. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan atau daerah jalur pendaratan
penerbangan termasuk sempadan jalan
4. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir sampah atau bekas lokasi
pertambangan
5. Mempunyai batas wilayah yg jelas, antara pasar dan lingkungannya

B. Bangunan

1. Umum
Bangunan dan rancang bangun harus dibuat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku

2. Penataan Ruang dagang


a. pembagian area sesuai dengan jenis komoditi, sesuai dengan sifat dan klasifikasinya
seperti : basah, kering, penjualan unggas hidup, pemotongan unggas
b. pembagian zoning diberi indentitas yg jelas
c. tempat penjualan daging, karkas unggas, ikan ditempatkan di tempat khusus
d. setiap los (area berdasarkan zoning) memiliki lorong yg lebarnya minimal 1,5 meter
e. setiap los/kios memiliki papan identitas yaitu nomor, nama pemilik dan mudah
dilihat
f. jarak tempat penampungan dan pemotongan unggas dengan bangunan pasar utama
minimal 10 m atau dibatasi tembok pembatas dengan ketinggian minimal 1,5 m
59

11
g. khusus untuk jenis pestisida, bahan berbahaya dan beracun (B3) dan bahan
berbahaya lainnya ditempatkan terpisah dan tidak berdampingan dengan zona
makanan dan bahan pangan

3. Ruang Kantor Pengelola


a. Ruang kantor memiliki venilasi minimal 20 % dari luas lantai
b. Tingkat pencahayaan ruangan minimal 200 lux
c. Tersedia ruangan kantor pengelola dengan tinggi langit2 dari lantai sesuai ketentuan
yang berlaku
d. Tersedia toilet terpisah bagi laki2 dan perempuan
e. Tersedia tempat cuci tangan dilengkapi dengan sabun dan air yang mengalir

4. Tempat Penjualan Bahan Pangan dan Makanan


a. Tempat penjualan bahan pangan basah
1. mempunyai meja tempat penjualan dengan permukaan yang rata dengan
kemiringan yg cukup shg tidak menimbulkan genangan air dan tersedia lubang
pembuangan air, setiap sisi memiliki sekat pembatas dan mudah dibersihkan dg
tinggi minimal 60 cm dari lantai dan terbuat dari bhn tahan karat dan bukan dari
kayu
2. penyajian karkas daging harus digantung
3. alas pemotong (telenan) tidak terbuat dari bahan kayu, tidak mengandung bahan
beracun, kedap air dan mudah dibersihkan
4. pisau untuk memotong bahan mentah harus berbeda dan tidak berkarat
5. tersedia tempat penyimpanan bahan pangan, seperti : ikan dan daging
menggunakan rantai dingin (cold chain) atau bersuhu rendah (4-10 C)
6. tersedia tempat untuk pencucian bahan pangan dan peralatan
7. tersedia tempat cuci tangan yg dilengkapi dg sabun dan air yg mengalir
8. saluran pembuangan limbah tertutup, dg kemiringan sesuai ketentuan yg berlaku
sehingga memudahkan aliran limbah serta tidak melewati area penjualan
9. tersedia tempat sampah kering dan basah, kedap air, tertutup dan mudah
diangkat
10. tempat penjualan bebas vektor penular penyakit dan tempat perindukannya,
seperti : lalat, kecoa, tikus, nyamuk

b. Tempat penjualan bahan pangan kering


1. mempunyai meja tempat penjualan dengan permukaan yg rata dan mudah
dibersihkan, dengan tinggi minimal 60 cm dari lantai
2. meja tempat penjualan terbuat dari bahan yg tahan karat dan bukan dari kayu
3. tersedia tempat sampah kering dan basah, kedap air, tertutup dan mudah
diangkat
4. tersedia tempat cuci tangan yg dilengkapi dg sabun dan air yg mengalir
5. tempat penjualan bebas binatang penular penyakit (vektor) dan tempat
perindukannya (tempat berkembang biak) seperti : lalat, kecoa, tikus, nyamuk

c. Tempat Penjualan Makanan Jadi/Siap Saji


1. tempat penyajian makanan tertutup dengan permukaan yg rata dan mudah
dibersihkan, dengan tinggi minimal 60 cm dari lantai dan terbuat bahan yg tahan
karat dan bukan dari kayu
2. tersedia tempat cuci tangan yg dilengkapi dg sabun dan air yg mengalir
3. tersedia tempat cuci peralatan dari bahan yg kuat, aman, tidak mudah berkarat
dan mudah dibersihkan
4. saluran pembuangan air limbah dari tempat pencucian harus tertutup dengan
kemiringan yg cukup
5. tersedia tempat sampah kering dan basah, kedap air, tertutup dan mudah
60
diangkat

12
6. tempat penjualan bebas vektor penular penyakit dan tempat perindukannya,
seperti : lalat, kecoa, tikus, nyamuk
7. pisau yg digunakan untuk memotong bahan makanan basah/matang tidak boleh
digunakan untuk makanan kering/mentah

5. Area Parkir
a. Adanya pemisah yg jelas pada batas wilayah pasar
b. Adanya parkir yg terpisah berdasarkan jenis alat angkut, seperti : mobil, motor,
sepeda, andong/delman dan becak
c. Tersedia area parkir khususu untuk pengangkut hewan hidup dan hewan mati
d. Tersedia area bongkar muat khusus yg terpisah dari tempat parkir pengunjung
e. Tidak ada genangan air
f. Tersedia tempat sampah yg terpisah antara sampah kering dan basah dalam jumlah
yg cukup, minimal setiap radius 10 m
g. Ada tanda masuk dan keluar kendaraan secara jelas, yg berbeda antara jalur masuk
dan keluar
h. Adanya tanaman penghijauan
i. Adanya area resapan air di pelataran parkir

6. Konstruksi
a. Atap
1. atap harus kuat, tidak bocor dan tidak menjadi tempat berkembangbiaknya
binatang penular penyakit
2. kemiringan atap harus sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan terjadinya
genangan air pada atap dan langit2
3. ketinggian atap sesuai ketentuan yang berlaku
4. atap yg mempunyai ketinggian 10 m atau lebih harus dilengkapi dengan
penangkal petir

b. Dinding
1. permukaan dinding harus bersih, tidak lembab dan berwarna terang
2. permukaan dinding yg selalu terkena percikan air harus terbuat dari bahan yg
kuat dan kedap air
3. pertemuan lantai dengan dinding, serta pertemuan dua dindinglainnya harus
berbentuk lengkung (conus)

c. Lantai
1. lantai terbuat dari bahan yg kedap air, permukaan rata, tidak licin, tidak retak
dan mudah dibersihkan
2. lantai yg selalu terkena air, misalnya kamar mandi, tempat cuci dan sejenisnya
harus mempunyai kemiringan ke arah saluran dan pembuangan air sesuai
ketentuan yg berlaku sehingga tidak terjadi genangan air

7. Tangga
a. Tinggi, lebar dan kemiringan anak tangga sesuai dengan ketentuan yang berlaku
b. Ada pegangan tangan di kanan dan kiri tangga
c. Terbuat dari bahan yg kyat dan tidak licin
d. Memiliki pencahayaan minimal 100 lux

8. Ventilasi
Ventilasi harus memenuhi syarat minimal 20 % dari luas lantai dan saling berhadapan
(cross ventilation)

9. Pencahayaan 61

13
a. Intensitas pencahayaan setiap ruangan harus cukup untuk melakukan pekerjaan
pengelolaan bahan makanan secara efektif dan kegiatan pembersihan makanan
b. Pencahayaan cukup terang dan dapat melihat barang dagangan dengan jelas
minimal 100 lux

10. Pintu
Khusus untuk pintu los penjualan daging, ikan dan bahan makanan yang berbau tajam
agar menggunakan pintu yg dapat membuka dan menutup sendiri (self closed) atau tirai
plastik untuk menghalangi binatang penular penyakit (vektor) seperti lalat atau
serangga lain masuk

C. Sanitasi

1. Air Bersih
a. Tersedia air bersih dengan jumlah yg cukup setiap hari secara berkesinambungan,
minimal 40 liter per pedagang
b. Kualitas air bersih yg tersedia memenuhi persyaratan
c. Tersedia tendon air yang menjaminn kesinambungan ketersediaan air dan dilengkapi
dengan kran yg tidak bocor
d. Jarak sumber air bersih dengan pembuangan limbah minimal 10 m
e. Kualitas air bersih diperika setiap enam (6) bulan sekali

2. Kamar Mandi dan Toilet


a. No Jumlah Pedagang
Harus tersedia Jumlah kamar
toilet laki2 dan perempuan mandi dilengkapi
yg terpisah Jumlah Toilet
dengan
1tanda/simbols/dyg25jelas dengan proporsi sbb1 : 1
2 25 s/d 50 2 2
3 51 s/d 100 3 3
Setiap penambahan 40-100 orang harus ditambah satu kamar mandi dan
satu toilet

b. Didalam kamar mandi harus tersedia bak dan air bersih dalam jumlah yg cukup dan
bebas jentik
c. Didalam toilet harus tersedia jamban leher angsa, peturasan dan bak air
d. Tersedia tempat cuci tangan dengan jumlah yg cukup yg dilengkapi dengan sabun
dan air yg mengalir
e. Air limbah dibuang ke septic tank (multi chamber), riol atau lubang peresapan yg
tidak mencemari air tanah dg jarak 10 m dari sumber air bersih
f. Lantai dibuat kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan dg kemiringan sesuai
ketentuan yg berlaku sehingga tidak terjadi genangan
g. Letak toilet terpisah minimal 10 meter dengan tempat penjualan makanan dan
bahan pangan
h. Luas ventilasi minimal 20 % dari luas lantai dan pencahayaan 100 lux
i. Tersedia tempat sampah yg cukup

3. Pengelolaan Sampah
a. Setiap kios/los/lorong terseia tempat sampah basah dan kering
b. Terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat, kuat, tertutup, dan mudah
dibersihkan 62
c. Tersedia alat angkut sampah yg kuat, mudah dibersihkan dan mudah dipindahkan

14
d. Tersedia tempat pembuangan sampah sementara (TPS), kedap air, kuat, kedap air
atau kontainer, mudah dibersihkan dan mudah dijangkau petugas pengangkut
sampah
e. TPS tidak menjadi tempat perindukan binatang (vektor) penular penyakit
f. Lokasi TPS tidak berada di jalur utama pasar dan berjarak minimal 10 m dari bangunan
pasar
g. Sampah diangkut minimal 1 x 24 jam
4. Drainase
a. Selokan/drainase sekitar pasar tertutup dengan kisi yg terbuat dari logam sehingga mudah
dibersihkan
b. Limbah cair yg berasal dari setiap kios disalurkan ke instalasi pengolahan air limbah (IPAL),
sebelum akhirnya dibuang ke saluran pembuangan umum
c. Kualitas limbah outlet harus memenuhi baku mutu sebagaimana diatur dalam Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup nomor 112 tahun 2003 tentang kualitas air limbah
d. Saluran drainase memiliki kemiringan sesuai dg ketentuan yg berlaku sehingga mencegah
genangan air
e. Tidak ada bangunan los/kios diatas saluran drainase
f. Dilakukan pengujian koalitas air limbah cair secara berkala setiap 6 bulan sekali

5. Tempat cuci tangan


a. Fasilitas cuci tangan ditempatkan di lokasi yg mudah dijangkau
b. Fasilitas cuci tangan dilengakpi dengan sabun dan air yg mengalir dan limbahnya dialirkan
ke saluran pembuangan yg tertutup

6. Binatang penular penyakit (vektor)


a. Pada los makanan siap saji dan bahan pangan harus bebas dari lalat, kecoa dan tikus
b. Pada area pasar angka kepadatan tikus harus nol
c. Angka kepadatan kecoa maksimal 2 ekor per plate di titik pengukuran sesuai dengan area
pasar
d. Angka kepadatan lalat di tempat sampah dan drainase maksimal 30 per gril net
e. Container Index (CI) jentik nyamuk aedes aegypty tidak melebihi 5 %

7. Kualitas Makanan dan Bahan Pangan


a. Tidak basi
b. Tidak mengandung bahan berbahaya seperti pengawet borax, formalin, pewarna textil yg
berbahaya sesuai dengan peraturan yg berlaku
c. Tidak mengandung residu pestisida diatas ambang batas
d. Kualitas makanan siap saji sesuai dengan Kepmenkes nomor 942 tahu 2003 tentang makanan
jajanan
e. Makanan dalam kemasan tertutup disimpan dalm suhu rendah (4-10C), tidak kadaluwarsa
dan berlabel jelas
f. Ikan, daging dan olahannya disimpan dalam suhu 0 s/d 4C; sayur, buah dan minuman
disimpan dalam suhu 10 C; telur, susu dan olahannya disimpan dalam suhu 5-7 C
g. Penyimanan bahan makanan harus ada jarak dg lantai, dinding dan langit-langit : jarak dg
lantai 15 cm, dg dinding 5 cm, dg langit2 60 cm
h. Kebersihan peralatan makanan ditentukan angka total kuman nol maksimal 100 kuman per
cm3 permukaan dan kuman esdhericiacoli adalah nol

8. Desinfeksi Pasar
a. Desinfeksi pasar harus dilakukan secara menyeluruh 1 hari dalam sebulan
b. Bahan desinfektan yg digunakan tidak mencemari lingkungan

D. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

1. Pedagang dan Pekerja


a. Bagi pedagang karkas daging/unggas, ikan dan pemotong unggas menggunakan alat
pelindung diri sesuai dg pekerjaanannya (sepatu boot, sarung tangan, celemek,63penutup
rambut dll)

15
b. Berpola hidup bersih dan sehat (cuci tangn dg sabun, tidak merokok, mandi sebelum pulang
terutama bagi pedagang dan pemotong unggas, tidak buang sampah sebarangan, tidak
meludah dan buang dahak sembarangan dll)
c. Dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi pedagang secara berkala. Minimal 6 bulan sekali
d. Pedagang makanan siap saji tidak sedang menderita penyakit menular langsung, seperti :
diare, hepatitis, TBC, kudis, ISPA dll

2. Pengunjung
a. Berpola hidup bersih dan sehat, seperti : tidak buang sampah sebarangan, tidak merokok,
tidak meludah dan buang dahak sembarangan dll
b. Cuci tangan dengan sabun terutama setalah memegang unggas/hewan hidup, daging, ikan

3. Pengelola
Mempunyai pengetahuan dan keterampilan dibidang hygiene sanitasi dan keamanan pangan

E. Keamanan

1. Pemadam Kebakaran
a. Tersedia peralatan pemadam kebakaran yg cukup dan berfungsi serta tidak kadaluwarsa
b. Tersdia hidran air dg jumlah cukup menurut ketentuan berlaku
c. Letak peralatan pemadam kebakaran mudah dijangkau dan ada petunjuk arah
penyelamatan diri
d. Adanya petunjuk prosedur penggunaan alat pemadam kebakaran

2. Keamanan
Tersedia pos keamanan dilengkapi dengan personil dan peralatannya

F. Fasilitas Lain

1. Tempat Sarana Ibadah


a. Tersedia tempat ibadah dan tempat wudlu dg lokasi yg mudah dijangkau dengan sarana yg
bersih dan tidak lembab
b. Tersedia air bersih dengan jumlah dan kualitas yg cukup
c. Ventilasi dan pencahayaan sesuai dg persyaratan

2. Tempat Penjualan Unggas Hidup


a. Tersedia tempat khusus yang terpisah dari pasar utam
b. Mempunyai akses masuk dan keluar kendaraan pengangkut unggas tersendiri
c. Kandang tempat penampungan sementara unggas terbuat dari bahan yg kuat dan mudah
dibersihkan
d. Tersedia fasilitas pemotongan unggas umum yg memenuhi persyaratan yg ditetapkan oleh
Departemen Pertanian
e. Tersedia sarana cuci tangan dilengkapi dg sabun dan air besih yg cukup
f. Tersedia saluran pembuangan limbah cair khusus
g. Tersedia penampungan sampah yg terpisah dari sampah pasar
h. Tersedia peralatan desinfektan khusus untuk membersihkan kendaraan pengangkut dan
kandang unggas

3. Pos Pelayanan Kesehatan


Tersedia pos pelayanan kesehatan yg mudah dijangkau dan peralatan pertolongan pertama pada
kecelakaan (P3K) yg memadai

64

16
VI. PENUTUP

Dengan ditetapkannya Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat ini, maka diharapkan


masyarakat/komunitas pasar dapat berperilaku hidup bersih dan sehat sehingga dapat
mewujudkan kondisi pasar yang aman, nyaman, bersih dan sehat dan dapat menurunkan resiko
penularan penyakit berbasis linkungan yan ditularkan di lingkungan pasar.

MENTERI KESEHATAN

Dr. dr. SITI FADILAH SUPARI, Sp.JP (K)

65

17
FORM I

FORMULIR INSPEKSI PASAR


( UNTUK PETUGAS )

I. DATA UMUM :

1. NAMA PASAR :
2. ALAMAT PASAR :

3. NAMA PENGELOLA PASAR :


( PENANNGGUNGJAWAB )
4. JUMLAH KIOS / LOS :
5. JUMLAH PEDAGANG :
6. JUMLAH ASOSIASI/KELOMPOK
PEDAGANG :
NO VARIABEL BOBO KOMPONEN YANG DINILAI NILA SCORE
II. DATA FISIK :
UPAYA T I
1 2 3 4 5 6
A LOKASI 5
(Nilai maksimal 500)
1. Sesuai Rencana UmumTata Ruang 20
2. Tidak terletak pada daerah rawan 20
bencana
3. Tidak terletak pada daerah rawan
kecelakaan 20
4. Tidak terletak pada daerah bekas 20
5. Mempunyai batas wilayah yang jelas 20
B BANGUNAN PASAR 20
(Nilai maksimal 2000)
1 Umum 0,5 100
Bangunan dan rancang bangun sesuai
dengan peraturan yang berlaku
2 Penataan ruang 4 25
1. Pembagian area sesuai dengan
dagang
peruntukannya (zoning)
2. Zoning dengan identitas lengkap 5
3. Lebar lorong antar los minimal 1,5 15
4. Jarak tempat penampungan dan
meter 0
pemotongan unggas dengan bangunan
pasar minimal 10 meter atau dibatasi
tembok
15
5. Pestisida dan bahan berbahaya
beracun
3 Ruang kantor 0,5 terpisah dengan zona makanan dan 40
pengelola bahan
1. Ventilasi minimal 20 % dari luas lantai
pangan 40
2. Pencahayaan minimal 100 lux
3. Tersedia toilet dan tempat cuci tangan 20
4 Tempat penjualan 15

66

18
bahan pangan dan
makanan
4.1 Tempat penjualan 4 1. Meja tempat penjualan (nilai 10)
bahan pangan basah
a. Tahan Karat 4
b. Rata 2
c. Kemiringan 2
d. Tinggi 60 cm 2
2. Karkas daging digantung 4
15
3. Alas pemotong (talenan) tidak terbuat
dari kayu, tidak beracun, kedap air dan
mudah dibersihkan
15
4. Tempat penyimpanan bahan pangan
dengan rantai dingin (cold chain) bersuhu
(4-10 0C)
8
5. Tersedia tempat pencucian bahan
pangan dan peralatan
6. Tempat cuci tangan dilengkapi (nilai
14):
a. Sabun 6
b. Air mengalir 8
7. Saluran pembuangan limbah (nilai 10) :
a. Tertutup 5
b. Kemiringan 5
8. Tempat sampah (nilai 10) :
a. Terpisah (sampah basah & kering) 4
b. Kedap air 3
c. Tertutup 3
10
9 Bebas binatang penular penyakit
(vektor) & tempat perindukannya
4.2 Tempat penjualan 3 1. Meja tempat penjualan dengan:
bahan pangan kering
permukaan rata, mudah
dibersihkan, dengan tinggi minimal
60 cm (nilai 20)
a. Permukaan rata 10
b. Mudah dibersihkan 5
c. Tinggi minimal 60 cm 5
2. Meja terbuat dari bahan tahan 20
3. Tempat sampah (nilai 20) :
a. Terpisah basah dan kering 0
b. Kedap air 5
c. Bertutup 5
4. Tempat cuci tangan dilengkapi (nilai
20) :
a. Dengan sabun 0
b. Air mengalir 14 67
5. Bebas vektor penular penyakit dan 20

19
4.3 Tempat penjualan 3 1. Tempat penyajian makanan
makanan matang/ (nilai 20) :
siap saji
a. Tertutup 4
b. Bahan Tahan Karat 3
c. Permukaan Rata 3
d. Mudah dibersihkan 3
e. Tinggi Minimal 60 cm 3
2. Tempat cuci tangan dilengkapi (nilai 20)
:
a. Dengan sabun 6
b. Air mengalir 14
3. Tempat cuci peralatan (nilai 20) :
a. Kuat 6
b. Aman 4
c. Tidak berkarat 4
d. Mudah dibersihkan 6
10
7. Pisau yang digunakan untuk memotong
bahan mentah dan bahan matang berbeda
dan tidak berkarat
8. Saluran pembuangan limbah
(nilai 10 ):
a. Tertutup 5
b. Kemiringan 5
6. Tempat sampah (nilai 10) :
a. Terpisah basah dan kering 0
b. Kedap air 2
c. Bertutup 2
10
7. Bebas vektor penular penyakit dan
tempat perindukannya
4.4 Area Parkir 1 15
1. Ada pemisah yang jelas dengan batas
wilayah pasar
10
2. Parkir mobil, motor, sepeda,
andong/delman, becak terpisah
3. Tersedia area parkir khusus kendaraan 10
pengangkut hewan hidup
4. Tersedia area khusus bongkar muat 0
barang
5. Tidak ada genangan air 10
6. Tersedia tempat sampah setiap radius
10 meter 15
7. Ada jalur dan tanda masuk dan keluar
kendaraan yang jelas 10
8. Ada tanaman penghijauan 10
9. Adanya area resapan air 10 68
4.5 Konstruksi : 4

20
4.5.1 Atap 0,5 1. Atap (nilai 40) :
a. Kuat 20
b. Tidak bocor 10
c. Tidak menjadi tempat perindukan
vector 10
40
2. Kemiringan atap cukup dan tidak
memungkinkan genangan air
3. Atap dengan ketinggian lebih 10 meter
dilengkapi penangkal petir 20
4.5.2 Dinding 0,5 1. Keadaan dinding (nilai 40)
a. Bersih 15
b. Tidak lembab 15
c. Berwarna terang 10
2. Permukaan dinding yang selalu
terkena percikan air terbuat dari (nilai 40) :
a. Bahan yang kuat 20
b. Kedap air 20
3. Pertemuan lantai dengan dinding harus
lengkung (conus) 0
4.5.3 Lantai 0,5 1. Keadaan lantai (nilai 70) :
a. Kedap air 15
b. Rata 15
c. Tidak licin 15
d. Tidak retak 10
e. Mudah dibersihkan 15

2. Lantai kamar mandi, tempat cuci dan


sejenisnya mempunyai kemiringan ke
saluran pembuangan 30
4.5.4 Tangga 0,5
1. Tinggi, lebar, kemiringan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku 40
2. Terdapat pegangan tangan, 20
3. Kuat dan tidak licin 20
4. Pencahayaan minimal 100 lux 20
4.5.5 Ventilasi 1 Minimal 20% dari luas lantai 100
4.5.6 Pencahayaan 0,5 Intensitas pencahayaan cukup untuk 100
melakukan pekerjaan pengelolaan dan
pembersihan bahan makanan minimal 100
lux
4.5.7 Pintu 0,5 Khusus kios/los penjual daging, ikan, dan 0
sejenisnya menggunakan pintu yang dapat
membuka dan menutup sendiri atau tirai
plastik untuk menghalangi binatang atau
serangga penular penyakit
SANITASI 30
(Nilai maksimal 3000)
C.
1. Air Bersih 4 40
1. Air bersih selalu tersedia dalam jumlah
yang cukup (minimal 40 liter per pedagang) 69

21
30
2. Kualitas air bersih memenuhi syarat
kesehatan
3. Jarak sumber air bersih dengan septick 20
tank minimal 10 meter
4. Pengujian air bersih dilakukan 6 bulan 10
sekali
2. Kamar mandi dan 4 1. Toilet : laki-laki dan perempuan terpisah
toilet
dengan jumlah cukup (nilai 10)
a. Terpisah 5
b. Jumlah cukup 5
10
2. Tersedia bak dan air bersih dengan
jumlah cukup dan bebas jentik
3. Toilet dengan leher angsa 10
4. Tersedia tempat cuci tangan dan sabun 0
5. Tersedia tempat sampah yang tertutup 10
10
6. Tersedia septik tank dengan lubang
peresapan yang memenuhi syarat
kesehatan
7. Letak toilet minimal 10 meter dari 10
tempat penjualan makanan dan bahan
pangan
8. Ventilasi minimal 20% dari luas lantai 10
9. Pencahayaan minimal 100 lux 10
10
10. Lantai kedap air, tidak licin, mudah
dibersihkan, dengan kemiringan cukup
3. Pengelolaan sampah 4 1. Setiap kios/lorong/los tersedia tempat 0
sampah basah dan kering
2. Tempat sampah terbuat dari (nilai 20) :
a. Bahan kedap air 5
b. Tidak mudah berkarat 5
c. Kuat 4
d. Tertutup 3
e. Mudah dibersihkan 3

3. Tersedia alat pengangkut sampah (nilai


15) :
a. Kuat 8
b. Mudah dibersihkan 7

4. Tersedia tempat pembuangan sampah


sementara (TPS) (nilai 15) :
a. Kuat 4
b. Kedap air 4
c. Mudah dibersihkan 4
d. Mudah dijangkau 3
10
5. TPS tidak menjadi tempat perindukan
binatang penular penyakit 70

22
10
6. TPS tidak di jalur utama pasar dan
berjarak minimal 10 meter dari bangunan
pasar
7. Sampah diangkut minimal 1 x 24 jam 10
4. Drainage 4 30
1. Tertutup dengan kisi-kisi, terbuat dari
logam dan mudah dibersihkan
2. Limbah cair mengalir lancar 30
3. Limbah cair harus memenuhi baku 10
mutu
4. Tidak ada bangunan di atas saluran 10
10
5. Pengujian kualitas limbah cair berkala
setiap 6 bulan sekali
5. Tempat cuci tangan 4 1. Lokasi mudah dijangkau 40
2. Dilengkapi sabun 0
3. Tersedia air mengalir 40
6. Binatang penular 3 1. Los makanan siap saji dan bahan 15
penyakit /vektor pangan harus bebas dari lalat, kecoa, dan
tikus
2. Angka kepadatan tikus nol 20
20
3. Angka kepadatan kecoa maksimal 2
ekor per plate di titik pengukuran
4. Angka kepadatan lalat maksimal 30 per 20
gril net di tempat sampah dan drainage
20
5. Container Indeks (CI) jentik nyamuk
aedes tidak melebihi 5%
7. Kualitas makanan 4 20
dan bahan pangan 1. Tidak basi
2. Tidak mengandung bahan berbahaya 10
10
3. Tidak mengandung residu pestisida di
atas ambang batas
5
4. Kualitas makanan siap saji sesuai
dengan peraturan
10
5. Makanan dalam kemasan tertutup
disimpan dalam suhu 4-10oC
10
6. Ikan, daging, dan olahannya disimpan
dalam suhu 0 s/d 4 C
10
7. Sayur dan buah disimpan dalam suhu
10 C, telor, susu dan olahannya disimpan
dalam suhu 5-7C
8. Penyimpanan bahan makanan dengan 10
jarak 15 cm dari lantai, 5 cm dari dinding,
dan 60 cm dari langit-langit
10
9. Kebersihan peralatan makanan
maksimal 100 kuman per cm2 permukaan
dan E-coli nol
8. Desinfeksi pasar 3 1. Dilakukan secara menyeluruh 1 hari 50
dalam sebulan 71

23
50
2. Bahan desinfeksi tidak mencemari
lingkungan
D PERILAKU HIDUP 30
BERSIH DAN SEHAT
(Nilai maksimal 3000)
1. 15 5
Pedagang dan 1. Pedagang daging/unggas dan ikan
pekerja menggunakan alat pelindung diri
2. Berperilaku hidup bersih dan sehat 20
(PHBS)
3. Dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi 0
pedagang secara berkala minimal 6 bulan
sekali
40
4. Pedagang makanan siap saji tidak
sedang menderita penyakit menular
langsung seperti : diare, hepatitis, TBC,
kudis, dll
2. Pengunjung 10 50
1. Berperilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS)
2. Cuci tangan dengan sabun setelah 0
memegang unggas/hewan hidup, daging
atau ikan
3. Pengelola 5 Memahami dan mempunyai keterampilan 50
tentang hygiene sanitasi dan keamanan
pangan (pernah mengikuti kursus/pelatihan
di bidang sanitasi dan hygiene makanan
dan pangan)
E. KEAMANAN 5
(Nilai maksimal 1000)
1. Pemadam kebakaran 3
1. Tersedia peralatan pemadam
kebakaran dengan jumlah cukup dan
berfungsi (nilai 40) :
a. Ada 20
b. Jumlah cukup 10
c. 80 % berfungsi 10
2. Tersedia hidran air 30
20
3. Letak peralatan pemadaman kebakaran
mudah dijangkau dan ada petunjuk arah
penyelamatan
4. Adanya SOP penggunaan alat 10
pemadam kebakaran
2. Keamanan 2 1. Ada Pos Keamanan 50
2. Ada personil/petugas keamanan 50
F. FASILITAS LAIN 10
(Nilai maksimal 1000)
1. Tempat / sarana 2 40
ibadah 1. Tersedia tempat ibadah yang bersih,
dan tempat wudhu
2. Tersedia air dengan jumlah yang cukup 40
20
3. Ventilasi dan pencahayaan sesuai
dengan persyaratan 72

24
2. Tempat penjualan 5 20
unggas hidup 1. Tersedia tempat khusus yang terpisah
dari pasar utama
2. Mempunyai akses masuk dan keluar 10
kendaraan pengangkut unggas tersendiri
3. Kandang tempat penampungan unggas 10
kuat dan mudah dibersihkan
10
4. Tersedia fasilitas pemotongan unggas
umum yang memenuhi syarat
10
5. Tersedia sarana cuci tangan dengan
sabun dan air bersih
6. Tersedia saluran pembuangan limbah 10
10
7. Tersedia penampungan sampah
terpisah dari sampah pasar
20
8. Tersedia sarana desinfeksi khusus di
pintu masuk
3. Tersedia pos pelayan 3 50
kesehatan dan
Pertolongan Pertama Tersedia ruang/pos pelayanan kesehatan
Pada Kecelakaan dan Pertolongan Pertama Pada
(P3K) Kecelakaan (P3K)
JUMLAH 100

Penilaian ini dilakukan oleh Tim Pembina Pasar setiap enam (6) bulan sekali

................................., 20......

Mengetahui :
Pengelola Pasar Tim Penilai :

1. ......................................
2. ......................................
3. ......................................
( ........................................ ) 4. ......................................

CATATAN :

Tidak sehat : total score < 6.000


Kurang Sehat : total score 6.000 7.499
Sehat : total score 7.500 10.000
73

25
FORM II

FORMULIR PENILAIAN PASAR


( UNTUK POKJA/GUGUS TUGAS/TIM INTI )
I. DATA UMUM :

1. NAMA PASAR :
2. ALAMAT PASAR :

3. NAMA PENGELOLA PASAR :


( PENANNGGUNGJAWAB )
4. JUMLAH KIOS / LOS :
5. JUMLAH PEDAGANG :
6. JUMLAH ASOSIASI/KELOMPOK
PEDAGANG :

II. DATA FISIK :

No. PENILAIAN
SUBSTANSI YANG DINILAI
YA TIDAK
1 2 3 4

A BANGUNAN PASAR

1 Bangunan pasar terpelihara


2 Lingkungan Pasar bersih setiap hari
3 Jalan dan lorong dalam pasar tidak ada sampah berserakan
4 Pasar tidak bau, tidak gelap, tidak pengap, memiliki lubang angin
/ ventilasi dan pencahayaan yg baik (tdk panas & terang)
5 Lantai tidak retak, rata, tidak licin, dan mudah dibersihkan
6 Lantai tidak ada genangan air
7 Semua bahan dan peralatan yang digunakan diletakkan pada
tempatnya dan tidak menghalangi jalan/lorong.
8 Semua fasilitas pasar terawat baik dan bersih
9 Lorong pasar tidak digunakan untuk berjualan

B BANGUNAN KIOS / LOS

1 Setiap kios/los bersih dan tdk ada sampah berserakan


2 Tidak ada sampah menumpuk dan membusuk
3 Ada meja tempat berjualan dan kondisi bersih

C TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH

1 Mempunyai Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS)


2 TPS tidak bau, tdk ada sampah berserakan
3 Tersedia tempat sampah di setiap kios
4 Tersedia tempat sampah di setiap los pasar
5 Ada pemilahan sampah basah dan sampah kering

74

26
No. PENILAIAN
SUBSTANSI YANG DINILAI
YA TIDAK
1 2 3 4

D SALURAN LIMBAH DAN DRAINAGE

1 Seluruh saluran limbah cair/drainase harus disemen dan ditutup


dengan kisi-kisi dari logam
2 Aliran limbah / drainase lancar
3 Selokan/saluran air di los basah (ikan, daging, unggas potong,
sayur mayor, tempat pemarutan kelapa) tdk ada genangan air

E TOILET

1 Tersedia toilet untuk laki-laki dan perempuan dan tdk antri


2 Toilet bersih, tidak bau, tdk ada jentik nyamuk
3 Mempunyai lubang angin/ventilasi dan cukup cahaya
4 Tersedia air yg cukup
5 Tersedia tempat cuci tangan yg dilengkapi dg sabun
6 Ada penanggung jawab pemeliharaan dan kebersihan toilet

F AIR BERSIH

1 Tersedua air dengan jumlah yang cukup mengalir dg lancar


2 Kran air terletak di tempat strategis dan mudah dijangkau
3 Air yang digunakan harus bersih, tidak berwarna, tidak berbau
dan tidak berasa

G TEMPAT PENJUALAN MAKANAN DAN BAHAN PANGAN

1 Loss tempat penjualan makanan dan bahan pangan tersedia


tempat cuci tangan dengan air mengalir yg dilengkapi dg sabun
2 Meja/tempat penjualan makanan dan bahan makanan memiliki
ketinggian minimal 60 cm dari lantai
3 Tempat pemotongan ayam berada dilokasi khusus diluar
bangunan pasar
4 Tempat penjualan makanan dan bahan pangan tidak terbuat dari
bahan yang tahan karat dan bukan dari kayu
5 Alat pemotong (telenan) makanan dan bahan pangan tidak
terbuat dari kayu
6 Tersedia air pendingin atau menggunakan es batu untuk tempat
penyimpanan ikan segar dan daging dan unggas potong yang
akan dijual
7 Penyajian dagangan dikelompokkan sesuai jenisnya
8 Pernah dilakukan pengambilan contoh makanan untuk
pemeriksaan lab oleh petugas
9 Untuk pedagang makanan siap saji pernah dilakukan usap dubur
oleh petugas kesehatan

75

27
No. SUBSTANSI YANG DINILAI PENILAIAN
YA TIDAK
1 2 3 4

H PENGENDALIAN BINATANG PENULAR PENYAKIT/VEKTOR

1 Dilakukan penyemprotan lalat, nyamuk, kecoa dan tikus


dilakukan secara berkala minimal 2 kali setahun
2 Tidak ada lalat di tempat penjualan makanan matang (siap saji)
3 Tidak ada binatang peliharaan (kucing/anjing) berkeliaran
didalam pasar

I KEAMANAN PASAR

1 Pengelola pasar harus menjaga keamanan pasar


2 Alat pemadam kebakaran tersedia dalam jumlah cukup,
diletakkan ditempat yang startegis dan mudah dijangkau

J PENCAHAYAAN, SUHU DAN KELEMBABAN

1 Pencahayaan alam dan buatan cukup terang untuk melakukan


kegiatan
2 Suhu di setiap kios/los minimal tidak panas dan tidak pengap

K TEMPAT CUCI TANGAN

1 Tersedia tempat cuci tangan dengan air mengalir dengan jumlah


yang cukup
2 Dilengkapi sabun, dijaga kebersihannya dan terletak dilokasi yg
mudah dijangkau

L TEMPAT PARKIR

1 Tersedia tempat parkir untuk kendaraan roda dua, roda tiga, roda
empat dan tempat bongkar muat barang dagangan
2 Tempat parkir kendaraan pengangkut unggas hidup harus
terpisah dari kendaraan lain
3 Jalur masuk dan keluar terpisah dengan jelas

M PEDAGANG/KARYAWAN

1 Pedagang dan atau karyawan menggunakan pakaian kerja dan


alat pelindung diri (APD) seperti : celemek, alas kaki, sepatu
boot, penutup rambut, sarung tangan
2 Ada kelompok atau asosiasi pedagang pasar
3 Ada pelatihan dalam rangka meningkatkan kebersihan,
keamanan dan kesehatan pasar bagi pedagang dan pengella
pasar dalam tiga (3) bulan terakhir
4 Tidak merokok pd saat berjualan
5 Tidak meludah sembarangan
6 Pedagang daging, ikan dan unggas potong dan unggas hidup

76

28
No. SUBSTANSI YANG DINILAI PENILAIAN
YA TIDAK
1 2 3 4

selalu mencuci tangan dengan air dan sabun setelah menjamah


barang dagangannya
7 Kuku pedagang pedek dan bersih

N PENGUNJUNG

1 Tersedia himbauan/slogan untuk masyarakat pengunjung


2 Pengunjung/pembeli berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
misal : cuci tangan pakai sabun setelah menjamah ikan, daging,
unggas potong, unggas hidup dan makanan matang, tidak buang
sampah sembarangan, tidak meludah sembarangan dll)

JUMLAH

77

29
PETUNJUK PENGISIAN FORM II

1. Penilai pasar adalah pokja / gugus tugas / tim inti atau apapun nama yg sdh disepakati
dg FORM II untuk mengetahui kondisi pasar dan komunitas pasar, pengunjung dll

2. Isian hanya memberi tanda pada kolom YA atau TIDAK

3. Pelaksanaan penilaian dengan mengamati :


a. kios/los tersebut dibawah ini, masing-masing 1 kios :
- kios/los basah (kios daging, kios ikan, kios unggas potong)
- kios/los makanan matang (siap saji)
- kios/los sayur mayur
- kios/los buah
- kios/los barang dagangan kering (beras, kelontong, baju)
- tempat penjualan unggas hidup

b. Perilaku pedagang dari masing-masing kios/los (butir a) 1 orang pedagang

c. Pengunjung kios/los tersebut

4. Formulir II terdiri dari 59 item yg harus diamati kondisinya

5. Kategori hasil penilaian diklasifikasikan dg melihat jumlah jawaban YA sbb :

a. Jawaban YA : 47 ( 80 % ) : Baik
b. Jawaban YA : 38 46 (65 % - 79 % ) : Cukup
c, Jawaban YA : 37 ( 64 % ) : Kurang

78
6. Hasil pengamatan dikomunikasikan kepada pengelola pasar

7. Tindak lanjut dari hasil penilaian pasar yang telah dilakukan :


a. pasar dg kategori baik ( 80 % ) pembinaan tetap dilakukan untuk
mempertahankan kondisi pasar
b. Pasar dg kategori kurang ( 64 % ) sampai dg cukup (65 % - 79 %) perlu
dilakukan identifikasi komponen/bagian2 yg belum memenuhi syarat untuk
ditindaklanjuti secara langsung atau melalui pengelola pasar untuk meningkatkan
kondisi pasar
c. Pengelola pasar agar bermusyawarah dg para pedagang dan asosiasi pedagang
dalam mengatasi permasalahan yg dihadapi
d. Untuk penyelesaian masalah yg memerlukan bantuan dari pemerintah
kabupaten/kota, pengelola pasar agar melakukan komunikasi dg tim pembina
kab/kota setempat

30

79
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 13 TAHUN 2015

TENTANG

PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN LINGKUNGAN

DI PUSKESMAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang


sehat dan mencegah penyakit dan/atau gangguan
kesehatan dari faktor risiko lingkungan serta dalam
rangka mendukung pencapaian standar pelayanan
minimal kabupaten/kota bidang kesehatan, perlu
diselenggarakan pelayanan kesehatan lingkungan di
Puskesmas;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan
di Puskesmas;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang


Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3273);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang 80
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun
2014 Nomor 298,
Tambahan
Lembaran Negara
Republik Indonesia
Nomor 5607);
5
.

P
e
r
a
t
u
r
a
n
.
.
.

81
-2-

5. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 tentang


Sistem Informasi Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5542);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Lingkungan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 184, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5570);
7. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang
Sistem Kesehatan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 193);
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang Pedoman Teknis
Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
374/Menkes/Per/III/2010 tentang Pengendalian
Vektor;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
736/Menkes/Per/VI/2010 tentang Tatalaksana
Pengawasan Kualitas Air Minum;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1077/Menkes/Per/V/2011 tentang Pedoman
Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1096/Menkes/Per/VI/2011 tentang Higiene Sanitasi
Jasa Boga;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2013
tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga
Sanitarian (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2013 Nomor 648);
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1676);
82
MEMUTUSKAN...
-3-

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN
KESEHATAN LINGKUNGAN DI PUSKESMAS.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:


1. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyakarat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif
tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya.
2. Pelayanan Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan atau serangkaian
kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan
yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial guna
mencegah penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan
oleh faktor risiko lingkungan.
3. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah
kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan,
baik secara langsung maupun tidak langsung di Puskesmas.
4. Faktor Risiko Lingkungan adalah hal, keadaan, atau peristiwa yang
berkaitan dengan kualitas media lingkungan yang mempengaruhi
atau berkontribusi terhadap terjadinya penyakit dan/atau gangguan
kesehatan.
5. Konseling adalah hubungan komunikasi antara Tenaga Kesehatan
Lingkungan dengan pasien yang bertujuan untuk mengenali dan
memecahkan masalah kesehatan lingkungan yang dihadapi.
6. Inspeksi Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan pemeriksaan dan
pengamatan secara langsung terhadap media lingkungan dalam
rangka pengawasan berdasarkan standar, norma, dan baku mutu
yang berlaku untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang sehat.

83
7. Intervensi...
-4-

7. Intervensi Kesehatan Lingkungan adalah tindakan penyehatan,


pengamanan, dan pengendalian untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun
sosial.
8. Tenaga Kesehatan Lingkungan adalah setiap orang yang telah lulus
pendidikan minimal Diploma Tiga di bidang kesehatan lingkungan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan.
9. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan.

BAB II
PENYELENGGARAAN

Pasal 2

(1) Setiap Puskesmas wajib menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan


Lingkungan.
(2) Pelayanan Kesehatan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan bagian dari pelayanan kesehatan paripurna yang
diberikan kepada Pasien.

Pasal 3

Kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan dilakukan dalam bentuk:


a. Konseling;
b. Inspeksi Kesehatan Lingkungan; dan/atau
c. Intervensi Kesehatan Lingkungan.

Pasal 4

(1) Konseling dilakukan terhadap Pasien.


(2) Konseling sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
Tenaga Kesehatan Lingkungan.
(3) Konseling terhadap Pasien yang menderita penyakit dan/atau
gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh Faktor Risiko Lingkungan
dilaksanakan secara terintegrasi dengan pelayanan pengobatan
dan/atau perawatan.

(4) Dalam... 84
-5-

(4) Dalam hal Pasien yang menderita penyakit dan/atau gangguan


kesehatan yang diakibatkan oleh Faktor Risiko Lingkungan tidak
memungkinkan untuk menerima Konseling, Konseling dapat
dilakukan terhadap keluarga atau pihak yang mendampingi.
(5) Konseling dapat menggunakan alat peraga, percontohan, dan media
informasi cetak atau elektronik.

Pasal 5

Pelayanan Konseling di Puskesmas harus dilaksanakan setiap hari kerja.

Pasal 6

(1) Berdasarkan Konseling terhadap Pasien dan/atau hasil surveilans


kesehatan yang menunjukan kecenderungan berkembang atau
meluasnya penyakit atau kejadian kesakitan akibat Faktor Risiko
Lingkungan, Tenaga Kesehatan Lingkungan harus melakukan
Inspeksi Kesehatan Lingkungan terhadap media lingkungan.
(2) Inspeksi Kesehatan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan cara:
a. pengamatan fisik media lingkungan;
b. pengukuran media lingkungan di tempat;
c. uji laboratorium; dan/atau
d. analisis risiko kesehatan lingkungan.

Pasal 7

(1) Berdasarkan hasil Inspeksi Kesehatan Lingkungan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 6 dapat ditetapkan Intervensi Kesehatan
Lingkungan yang dapat dilaksanakan secara mandiri atau
bekerjasama dengan pemangku kepentingan dan pihak terkait
lainnya.
(2) Intervensi Kesehatan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat berupa:
a. komunikasi, informasi, dan edukasi, serta
penggerakan/pemberdayaan masyarakat;
b. perbaikan dan pembangunan sarana;
c. pengembangan teknologi tepat guna; dan/atau
d. rekayasa lingkungan.

85
Pasal 8...
-6-

Pasal 8

Kegiatan Inspeksi Kesehatan Lingkungan dan Intervensi Kesehatan


Lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 dapat
dilaksanakan di luar jam kerja Puskesmas.

Pasal 9

(1) Dalam rangka melaksanakan program kesehatan, pengawasan


kualitas media lingkungan secara berkala, atau penanggulangan
kejadian luar biasa/wabah, Tenaga Kesehatan Lingkungan di
Puskesmas harus melakukan Inspeksi Kesehatan Lingkungan
dan/atau Intervensi Kesehatan Lingkungan pada permukiman,
tempat kerja, tempat rekreasi, dan tempat dan fasilitas umum sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Kegiatan Inspeksi Kesehatan Lingkungan dan/atau Intervensi
Kesehatan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan secara terintegrasi dengan kegiatan lintas program dan
lintas sektor yang terkait.
(3) Dalam melaksanakan program kesehatan atau pengawasan kualitas
media lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Tenaga
Kesehatan Lingkungan berhak atas:
a. akses informasi yang diperlukan;
b. akses memasuki tempat yang dicurigai memiliki potensi
berkembangnya Faktor Risiko Lingkungan; dan
c. pengambilan dan pengujian sampel media lingkungan dan/atau
spesimen biomarker.

Pasal 10

(1) Apabila hasil analisis Faktor Risiko Lingkungan dalam pelaksanaan


Inspeksi Kesehatan Lingkungan menunjukkan besar dan luasnya
potensi risiko sampai di luar wilayah kerjanya, Tenaga Kesehatan
Lingkungan wajib menyampaikan laporan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat melalui kepala Puskesmas
untuk dilakukan Intervensi Kesehatan Lingkungan secara
terintegrasi.
(2) Dalam hal Intervensi Kesehatan Lingkungan secara terintegrasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memerlukan koordinasi lintas
sektor, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat wajib
melaporkan kepada Bupati/Walikota. 86
Pasal 11...

-7-

Pasal 11

Ketentuan lebih lanjut mengenai Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan


Lingkungan di Puskesmas tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

BAB III
SUMBER DAYA

Pasal 12

(1) Untuk terselenggaranya kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan


di Puskesmas harus didukung dengan ketersediaan:
a. sumber daya manusia;
b. sarana dan prasarana yang diperlukan; dan
c. pendanaan yang memadai.
(2) Sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
paling sedikit 1 (satu) orang Tenaga Kesehatan Lingkungan yang
memiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
paling sedikit meliputi:
a. ruang untuk Konseling yang terintegrasi dengan layanan
Konseling lain;
b. laboratorium kesehatan lingkungan yang terintegrasi dengan
laboratorium yang ada Puskesmas;
c. peralatan yang dibutuhkan dalam Intervensi Kesehatan
Lingkungan; dan
d. media komunikasi, informasi, dan edukasi.
(4) Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a merupakan
ruangan promosi kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(5) Pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dibebankan
pada anggaran Pemerintah, pemerintah daerah dan/atau sumber lain
yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB IV...

87
BAB IV
PEMANTAUAN DAN EVALUASI

Pasal 13

(1) Kepala Puskesmas bertanggung jawab untuk meningkatkan mutu


Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas.
(2) Untuk meningkatkan mutu Pelayanan Kesehatan Lingkungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan pemantauan dan
evaluasi Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas.
(3) Pemantauan dan evaluasi Pelayanan Kesehatan Lingkungan di
Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup
Pelayanan Kesehatan Lingkungan Puskesmas dan pelaksanaan
pengawasan kualitas media lingkungan dalam rangka program
kesehatan.
(4) Hasil pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dibahas dalam pertemuan integrasi lintas program Puskesmas secara
berkala.

Pasal 14

Hasil pemantauan dan evaluasi digunakan untuk mengukur kinerja


Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas yang sekaligus menjadi
indikator dalam penilaian akreditasi Puskesmas.

BAB V
PENCATATAN DAN PELAPORAN

Pasal 15

(1) Setiap Pasien yang diberikan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di


Puskesmas wajib dicatat dalam lembar status Kesehatan Lingkungan
Pasien dengan menggunakan contoh sebagaimana terlampir.
(2) Lembar status Kesehatan Lingkungan Pasien sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan resume/kesimpulan hasil Konseling, hasil
Inspeksi Kesehatan Lingkungan yang dilakukan terhadap Pasien, dan
Intervensi Kesehatan Lingkungan yang dilakukan.

Pasal 16...

88
Pasal 16

(1) Puskesmas wajib menyampaikan laporan kegiatan Pelayanan


Kesehatan Lingkungan secara berkala kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
(2) Laporan kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan bahan pertimbangan untuk
menetapkan kebijakan kesehatan lingkungan dalam skala
kabupaten/kota.

Pasal 17

Dalam hal Pasien yang diberikan Pelayanan Kesehatan Lingkungan


adalah anggota masyarakat yang bertempat tinggal di luar wilayah
Puskesmas, maka Kepala Puskesmas wajib melaporkan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat untuk ditindaklanjuti.

Pasal 18

Pencatatan dan pelaporan kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di


Puskesmas terintegrasi dengan sistem informasi Puskesmas sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 19

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Puskesmas yang belum
memiliki sumber daya dalam penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Lingkungan harus menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan Menteri
ini dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun sejak Peraturan
Menteri ini mulai berlaku.

BAB VII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 20

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar...

89
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 26 Februari 2015

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

NILA FARID MOELOEK

Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 18 Maret 2015

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

ttd

YASONNA H LAOLY

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 403

90
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 13 TAHUN 2015
TENTANG
PENYELENGGARAAN PELAYANAN
KESEHATAN LINGKUNGAN DI
PUSKESMAS

PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN LINGKUNGAN


DI PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan lingkungan sebagai salah satu upaya kesehatan ditujukan
untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia,
biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, sebagaimana tercantum
dalam Pasal 162 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan. Ketentuan mengenai penyelenggaraan kesehatan
lingkungan selanjutnya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66
Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan, yang pengaturannya
ditujukan dalam rangka terwujudnya kualitas lingkungan yang sehat
tersebut melalui upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan
kesehatan dari faktor risiko kesehatan lingkungan di permukiman,
tempat kerja, tempat rekreasi serta tempat dan fasilitas umum.

Sampai saat ini penyakit yang terkait kualitas lingkungan masih


merupakan masalah kesehatan masyarakat, antara lain Malaria pada
tahun 2012 sebanyak 417.819 kasus dan Anual Parasite Incident
Malaria di Indonesia sebesar 1,69 per1.000 penduduk. Demam
Berdarah Dengue pada tahun 2012 sebanyak 90.245 kasus dengan
jumlah kematian 816 (IR= 37,11 dan CFR= 0.9). Sedangkan
penemuan Pneumonia Balita pada tahun 2012 cakupannya sebesar
22,12 %. Angka kesakitan diare pada semua umur menurun tidak
signifikan dari 423 per 1000 penduduk pada tahun 2006 menjadi 411
per 1000 penduduk pada tahun 2010, hasil survey morbiditas tahun
2006 dan tahun 2010 memperlihatkan bahwa tidak ada perubahan
episode diare pada balita sebesar 1,3 kali (Hasil kajian morbiditas
diare, Depkes, 2012).

91
- 12 -

WHO melaporkan sementara ini Indonesia pada peringkat 5 dunia


jumlah penderita TB Paru (WHO Global Tuberculosis Control 2010).

Disamping itu perubahan iklim (climate change) diperkirakan akan


berdampak buruk terhadap lingkungan sehingga dapat terjadi
peningkatan permasalahan terhadap penyakit. Hal lain yang
menyebabkan meningkatnya permasalahan penyakit juga diakibatkan
oleh keterbatasan akses masyarakat terhadap kualitas air minum
yang sehat sebesar 63 % dan penggunaan jamban sehat sebanyak
69% (sekretariat STBM, Bappenas, Tahun 2012).

Untuk mengatasi permasalahan kesehatan masyarakat terutama


karena meningkatnya penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh Faktor Risiko Lingkungan, Pemerintah telah
menetapkan Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan
terdepan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perorangan tingkat pertama dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Dalam pengaturan Puskesmas ditegaskan bahwa salah satu upaya
kesehatan masyarakat yang bersifat esensial adalah berupa Pelayanan
Kesehatan Lingkungan. Upaya kesehatan masyarakat esensial
tersebut harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas untuk
mendukung pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten/kota
bidang kesehatan.

Untuk memperjelas lingkup penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan


Lingkungan di Puskesmas perlu diatur mengenai uraian kegiatan
Pelayanan Kesehatan Lingkungan sebagai acuan bagi petugas
Puskesmas dan masyarakat yang membutuhkan pelayanan tersebut.

B. Tujuan
1. Umum
Dengan terselenggaranya Pelayanan Kesehatan Lingkungan di
Puskesmas diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat melalui upaya preventif, promotif, dan kuratif yang
dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan.
2. Khusus
a. Menurunkan angka penyakit dan/atau gangguan kesehatan
yang diakibatkan oleh Faktor Risiko Lingkungan dan
meningkatnya kualitas kesehatan lingkungan.
92
- 13 -

b. Meningkatnya pengetahuan, kesadaran, kemampuan, dan


perilaku masyarakat untuk mencegah penyakit dan/atau
gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh Faktor Risiko
Lingkungan, serta untuk mewujudkan perilaku hidup bersih
dan sehat.
c. Terciptanya keterpaduan kegiatan lintas program dan lintas
sektor dalam pengendalian penyakit dan penyehatan
lingkungan dengan memberdayakan masyarakat.
- 14 -

BAB II
ALUR KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN LINGKUNGAN PUSKESMAS

Kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan Puskesmas dilaksanakan di


dalam gedung dan luar gedung Puskesmas, meliputi:
1. Konseling;
2. Inspeksi Kesehatan Lingkungan; dan
3. Intervensi/tindakan kesehatan lingkungan.

Alur kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan Puskesmas dapat dilihat


pada skema dengan uraian berikut:
1. Pelayanan Pasien yang menderita penyakit dan/atau gangguan
kesehatan yang diakibatkan oleh Faktor Risiko Lingkungan
- Pasien mendaftar di ruang pendaftaran.
- Petugas pendaftaran mencatat/mengisi kartu status.
- Petugas pendaftaran mengantarkan kartu status tersebut ke
petugas ruang pemeriksaan umum.
- Petugas di ruang pemeriksaan umum Puskesmas (Dokter, Bidan,
Perawat) melakukan pemeriksaan terhadap Pasien.
- Pasien selanjutnya menuju Ruang Promosi Kesehatan untuk
mendapatkan pelayanan Konseling.
- Untuk melaksanakan Konseling tersebut, Tenaga Kesehatan
Lingkungan mengacu pada Contoh Bagan dan Daftar Pertanyaan
Konseling (terlampir).
- Hasil Konseling dicatat dalam formulir pencatatan status
kesehatan lingkungan dan selanjutnya Tenaga Kesehatan
Lingkungan memberikan lembar saran/tindak lanjut dan formulir
tindak lanjut Konseling kepada Pasien.
- Pasien diminta untuk mengisi dan menandatangani formulir tindak
lanjut Konseling.
- Dalam hal diperlukan berdasarkan hasil Konseling dan/atau hasil
surveilans kesehatan menunjukkan kecenderungan berkembang
atau meluasnya penyakit atau kejadian kesakitan akibat Faktor
Risiko Lingkungan, Tenaga Kesehatan Lingkungan membuat janji
Inspeksi Kesehatan Lingkungan.
- Setelah Konseling di Ruang Promosi Kesehatan, Pasien dapat
mengambil obat di Ruang Farmasi dan selanjutnya Pasien pulang.
93
2. Pelayanan Pasien yang datang untuk berkonsultasi masalah
kesehatan lingkungan (dapat disebut Klien)
- Pasien mendaftar di Ruang Pendaftaran.
- Petugas pendaftaran memberikan kartu pengantar dan meminta
Pasien menuju ke Ruang Promosi Kesehatan.

- 15 -

- Pasien melakukan konsultasi terkait masalah kesehatan


lingkungan atau penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh Faktor Risiko Lingkungan.
- Tenaga Kesehatan Lingkungan mencatat hasil Konseling dalam
formulir pencatatan status kesehatan lingkungan, dan selanjutnya
memberikan lembar saran atau rekomendasi dan formulir tindak
lanjut Konseling untuk ditindak lanjuti oleh Pasien.
- Pasien diminta untuk mengisi dan menandatangani formulir tindak
lanjut Konseling.
- Dalam hal diperlukan berdasarkan hasil Konseling dan/atau
kecenderungan berkembang atau meluasnya penyakit atau
kejadian kesakitan akibat Faktor Risiko Lingkungan, Tenaga
Kesehatan Lingkungan membuat janji dengan Pasien untuk
dilakukan Inspeksi Kesehatan Lingkungan dan selanjutnya Pasien
dapat pulang.

94
SKEMA ALUR KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN LINGKUNGAN

R. Laboratorium Gudang Umum Dapur


- R.16
Rapat
- R. Administrasi Kantor
R. Kepala
Puskesmas

R.KIA, KB
R. Sterilisasi &
Imunisasi

KM/WC R. ASI

R. Promosi Ruang Pendaftaran dan R. Rawat Pasca


Kesehatan Rekam Medik Persalinan

R. Kesehatan
KM/WC
Gigi & Mulut

R. Pasien Klien
Pemeriksaan R. Persalinan
Umum

Pintu Masuk /
R.Farmasi R. Tindakan
Keluar
Puskesmas

Dalam Rangka Inspeksi Kesehatan Lingkungan

Koordinasi Perangkat Koordinasi Lintas Program Koordinasi Lintas Sektor


Desa/Kelurahan Kecamatan
Kepala Desa/Lurah Puskesmas Pembantu Agama
Sekretaris Polindes Pendidikan
Kepala Dusun/Ketua Rt/RW Bidan Desa
Pekerjaan Umum -
Perumahan
Pertanian
Lingkungan Hidup

Pemeriksaan/Pengamatan Lingkungan,
Pengamatan Perilaku, Inspeksi Kesling dan
Konseling

Penemuan Penderita dan Pemetaan


Populasi Berisiko

Memberikan Saran Tindak Lanjut Kepada


Pasien / Klien

Analisis Risiko Kesling

95
BAB III
KONSELING

A. Pengertian Konseling
Konseling adalah hubungan komunikasi antara Tenaga Kesehatan
Lingkungan dengan Pasien yang bertujuan untuk mengenali dan
memecahkan masalah kesehatan lingkungan yang dihadapi.

Dalam Konseling, pengambilan keputusan adalah tanggung jawab


Pasien. Pada waktu Tenaga Kesehatan Lingkungan membantu Pasien
terjadi langkah-langkah komunikasi secara timbal balik yang saling
berkaitan (komunikasi interpersonal) untuk membantu Pasien
membuat keputusan. Tugas pertama Tenaga Kesehatan Lingkungan
adalah menciptakan hubungan dengan Pasien, dengan menunjukkan
perhatian dan penerimaan melalui tingkah laku verbal dan non verbal
yang akan mempengaruhi keberhasilan pertemuan tersebut.
Konseling tidak semata-mata dialog, melainkan juga proses sadar
yang memberdayakan orang agar mampu mengendalikan hidupnya
dan bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya.

Ciri-ciri Konseling meliputi :


1. Konseling sebagai proses yang dapat membantu Pasien dalam:
a. memperoleh informasi tentang masalah kesehatan keluarga
yang benar;
b. memahami dirinya dengan lebih baik;
c. menghadapi masalah-masalahnya sehubungan dengan masalah
kesehatan keluarga yang dihadapinya;
d. mengutarakan isi hatinya terutama hal-hal yang bersifat sensitif
dan sangat pribadi;
e. mengantisipasi harapan-harapan, kerelaan dan kapasitas
merubah perilaku;
f. meningkatkan dan memperkuat motivasi untuk merubah
perilakunya; dan/atau
g. menghadapi rasa kecemasan dan ketakutan sehubungan
dengan masalah kesehatan keluarganya.
2. Konseling bukan percakapan tanpa tujuan
Konseling diadakan untuk mencapai tujuan tertentu antara lain
membantu Pasien untuk berani mengambil keputusan dalam
memecahkan masalahnya.
3. Konseling bukan berarti memberi nasihat atau instruksi pada
Pasien untuk sesuatu sesuai kehendak Tenaga Kesehatan
Lingkungan.

96
4. Konseling berbeda dengan konsultasi maupun penyuluhan
Dalam konsultasi, pemberi nasehat memberikan nasehat seakan-
akan dia seorang ahli" dan memikul tanggung jawab yang lebih
besar terhadap tingkah laku atau tindakan Pasien, serta yang
dihadapi adalah masalah. Sedangkan penyuluhan merupakan
proses penyampaian informasi kepada kelompok sasaran dengan
tujuan meningkatkan kesadaran masyarakat.

B. Langkah-Langkah Konseling
Pelaksanaan Konseling dilakukan dengan fokus pada permasalahan
kesehatan yang dihadapi Pasien.

Langkah-langkah kegiatan Konseling sebagai berikut:


1. Persiapan (P1)
a. menyiapkan tempat yang aman, nyaman dan tenang;
b. menyiapkan daftar pertanyaan untuk mendapatkan informasi
yang dibutuhkan;
c. menyiapkan media informasi dan alat peraga bila diperlukan
seperti poster, lembar balik, leaflet, maket (rumah sehat,
jamban sehat, dan lain-lain) serta alat peraga lainnya.

2. Pelaksanaan (P2)
Dalam pelaksanaan, Tenaga Kesehatan Lingkungan menggali
data/informasi kepada Pasien atau keluarganya, sebagai berikut:
1. umum, berupa data individu/keluarga dan data lingkungan;
2. khusus, meliputi:
a. identifikasi prilaku/kebiasaan;
b. identifikasi kondisi kualitas kesehatan lingkungan;
c. dugaan penyebab; dan
d. saran dan rencana tindak lanjut.

Ada enam langkah dalam melaksanakan Konseling yang biasa


disingkat dengan "SATU TUJU" yaitu :
SA = Salam, Sambut:

97
- 19 -

a. Beri salam, sambut Pasien dengan hangat.


b. Tunjukkan bahwa Anda memperhatikannya, mengerti
keadaan dan keperluannya, bersedia menolongnya dan mau
meluangkan waktu.
c. Tunjukkan sikap ramah.
d. Perkenalkan diri dan tugas Anda.
e. Yakinkan dia, bahwa Anda bisa dipercaya dan akan menjaga
kerahasiaan percakapan anda dengan Pasien.
f. Tumbuhkan keberaniannya untuk dapat mengungkapkan diri.

T - tanyakan :

a. Tanyakan bagaimana keadaan atau minta Pasien untuk


menyampaikan masalahnya pada Anda.
b. Dengarkan penuh perhatian dan rasa empati.
c. Tanyakan apa peluang yang dimilikinya.
d. Tanyakan apa hambatan yang dihadapinya.
e. Beritahukan bahwa semua keterangan itu diperlukan untuk
menolong mencari cara pemecahan masalah yang terbaik bagi
Pasien.

U-Uraikan :

Uraikan tentang hal-hal yang ingin diketahuinya atau anda


menganggap perlu diketahuinya agar lebih memahami dirinya,
keadaan dan kebutuhannya untuk memecahkan masalah. Dalam
menguraikan anda bisa menggunakan media Komunikasi,
Informasi, dan Edukasi (KIE) supaya lebih mudah dipahami.

TU Bantu :
Bantu Pasien mencocokkan keadaannya dengan berbagai
kemungkinan yang bisa dipilihnya untuk memperbaiki keadaannya
atau mengatasi masalahnya.

J - Jelaskan :
Berikan penjelasan yang lebih lengkap mengenai cara mengatasi
permasalahan yang dihadapi Pasien dari segi positif dan negatif
serta diskusikan upaya untuk mengatasi hambatan yang mungkin
terjadi. Jelaskan berbagai pelayanan yang dapat dimanfaatkan
untuk memecahkan masalah tersebut.

98
U - Ulangi:
Ulangi pokok-pokok yang perlu diketahui dan diingatnya. Yakinkan
bahwa anda selalu bersedia membantunya. Kalau Pasien
memerlukan percakapan lebih lanjut yakinkan dia bahwa anda
siap menerimanya.

Setelah proses SATU TUJU dilaksanakan, Tenaga Kesehatan


Lingkungan menindaklanjuti dengan:
1. melakukan penilaian terhadap komitmen Pasien (Formulir
tindak lanjut konseling) yang telah diisi dan ditandatangani
untuk mengambil keputusan yang disarankan, dan besaran
masalah yang dihadapi;
2. menyusun rencana kunjungan untuk Inspeksi Kesehatan
Lingkungan sesuai hasil Konseling; dan
3. menyiapkan langkah-langkah untuk intervensi.

Dalam melaksanakan Konseling kepada Pasien, Tenaga Kesehatan


Lingkungan menggunakan panduan Konseling sebagaimana
contoh bagan dan daftar pertanyaan terlampir. Tenaga Kesehatan
Lingkungan dapat mengembangkan daftar pertanyaan terhadap
Pasien dengan diagnosis penyakit lain atau sesuai kebutuhan.
Tenaga Kesehatan Lingkungan dalam memberikan saran tindak
lanjut sesuai dengan permasalahan kesehatan lingkungan yang
dihadapi berdasarkan pedoman teknis yang berlaku.
- 22 -

BAB IV
INSPEKSI KESEHATAN LINGKUNGAN

A. Pengertian
Inspeksi Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan pemeriksaan dan
pengamatan secara langsung terhadap media lingkungan dalam
rangka pengawasan berdasarkan standar, norma dan baku mutu
yang berlaku untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang sehat.
Inspeksi Kesehatan Lingkungan dilaksanakan berdasarkan hasil
Konseling terhadap Pasien dan/atau kecenderungan berkembang
atau meluasnya penyakit dan/atau kejadian kesakitan akibat Faktor
Risiko Lingkungan. Inspeksi Kesehatan Lingkungan juga dilakukan
secara berkala, dalam rangka investigasi Kejadian Luar Biasa (KLB)
dan program kesehatan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

B. Pelaksanaan Inspeksi Kesehatan Lingkungan


1. Petugas Inspeksi Kesehatan Lingkungan
Inspeksi Kesehatan Lingkungan dilaksanakan oleh Tenaga
Kesehatan Lingkungan (sanitarian, entomolog dan mikrobiolog)
yang membawa surat tugas dari Kepala Puskesmas dengan rincian
tugas yang lengkap.
Dalam pelaksanaan Inspeksi Kesehatan Lingkungan Tenaga
Kesehatan Lingkungan sedapat mungkin mengikutsertakan 99
petugas Puskesmas yang menangani program terkait atau
mengajak serta petugas dari Puskesmas Pembantu, Poskesdes,
atau Bidan di desa. Terkait hal ini Lintas Program Puskesmas
berperan dalam:
1) Melakukan sinergisme dan kerja sama sehingga upaya promotif,
preventif dan kuratif dapat terintegrasi.
2) Membantu melakukan Konseling dan pada waktu kunjungan
rumah dan lingkungan.
3) Apabila di lapangan menemukan penderita penyakit karena
Faktor Risiko Lingkungan, harus melaporkan pada waktu
lokakarya mini Puskesmas, untuk diketahui dan ditindaklanjuti.
2. Waktu Pelaksanaan Inspeksi Kesehatan Lingkungan
Waktu pelaksanaan Inspeksi Kesehatan Lingkungan sebagai tindak
lanjut hasil Konseling sesuai dengan kesepakatan antara Tenaga
Kesehatan Lingkungan dengan Pasien, yang diupayakan dilakukan
paling lambat 24 (dua puluh empat) jam setelah Konseling.
3. Metode Inspeksi Kesehatan Lingkungan
Inspeksi Kesehatan Lingkungan dilakukan dengan cara/metode
sebagai berikut:
a. pengamatan fisik media lingkungan;
b. pengukuran media lingkungan di tempat;
c. uji laboratorium; dan/atau
d. analisis risiko kesehatan lingkungan.
Inspeksi Kesehatan Lingkungan dilakukan terhadap media air,
udara, tanah, pangan, sarana dan bangunan, serta vektor dan
binatang pembawa penyakit. Dalam pelaksanaannya mengacu
pada pedoman pengawasan kualitas media lingkungan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

1) Pengamatan fisik media lingkungan


Secara garis besar, pengamatan fisik terhadap media
lingkungan dilakukan sebagai berikut:
a) Air
- Mengamati sarana (jenis dan kondisi) penyediaan air
minum dan air untuk keperluan higiene sanitasi (sumur
gali/sumur pompa tangan/KU/perpipaan/penampungan
air hujan).
- Mengamati kualitas air secara fisik, apakah berasa,
berwarna, atau berbau.
- Mengetahui kepemilikan sarana penyediaan air minum
dan air untuk keperluan higiene sanitasi, apakah milik
sendiri atau bersama.

b) Udara
- Mengamati ketersediaan dan kondisi kebersihan ventilasi.
- Mengukur luas ventilasi permanen (minimal 10% dari
luas lantai), khusus ventilasi dapur minimal 20% dari
luas lantai dapur, asap harus keluar dengan sempurna
atau dengan ada exhaust fan atau peralatan lain.

c) Tanah
Mengamati kondisi kualitas tanah yang berpotensi sebagai
media penularan penyakit, antara lain tanah bekas Tempat
Pembuangan Akhir/TPA Sampah, terletak di daerah banjir,
bantaran sungai/aliran sungai/longsor, dan bekas lokasi 10
pertambangan. 0
d) Pangan
Mengamati kondisi kualitas media pangan, yang memenuhi
prinsip-prinsip higiene sanitasi dalam pengelolaan pangan
mulai dari pemilihan dan penyimpanan bahan makanan,
pengolahan makanan, penyimpanan makanan masak,
pengangkutan makanan, dan penyajian makanan.

e) Sarana dan Bangunan


Mengamati dan memeriksa kondisi kualitas bangunan dan
sarana pada rumah/tempat tinggal Pasien, seperti atap,
langit-langit, dinding, lantai, jendela, pencahayaan, jamban,
sarana pembuangan air limbah, dan sarana pembuangan
sampah.
f) Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
Mengamati adanya tanda-tanda kehidupan vektor dan
binatang pembawa penyakit, antara lain tempat berkembang
biaknya jentik, nyamuk, dan jejak tikus.

2) Pengukuran Media Lingkungan di Tempat


Pengukuran media lingkungan di tempat dilakukan dengan
menggunakan alat in situ untuk mengetahui kualitas media
lingkungan yang hasilnya langsung diketahui di lapangan. Pada
saat pengukuran media lingkungan, jika diperlukan juga dapat
dilakukan pengambilan sampel yang diperuntukkan untuk
pemeriksaan lanjutan di laboratorium.

3) Uji Laboratorium
Apabila hasil pengukuran in situ memerlukan penegasan lebih
lanjut, dilakukan uji laboratorium. Uji laboratorium dilaksanakan
di laboratorium yang terakreditasi sesuai parameternya. Apabila
diperlukan, uji laboratorium dapat dilengkapi dengan pengambilan
spesimen biomarker pada manusia, fauna, dan flora.

4) Analisis risiko kesehatan lingkungan


Analisis risiko kesehatan lingkungan merupakan pendekatan
dengan mengkaji atau menelaah secara mendalam untuk
mengenal, memahami dan memprediksi kondisi dan karakterisktik
lingkungan yang berpotensi terhadap timbulnya risiko kesehatan,
dengan mengembangkan tata laksana terhadap sumber perubahan
media lingkungan, masyarakat terpajan dan dampak kesehatan
yang terjadi.

Analisis risiko kesehatan lingkungan juga dilakukan untuk


mencermati besarnya risiko yang dimulai dengan mendiskrisikan
masalah kesehatan lingkungan yang telah dikenal dan melibatkan
penetapan risiko pada kesehatan manusia yang berkaitan dengan
masalah kesehatan lingkungan yang bersangkutan.

10
1
Analisis risiko kesehatan lingkungan dilakukan melalui:
a) Identifikasi bahaya
Mengenal dampak buruk kesehatan yang disebabkan oleh
pemajanan suatu bahan dan memastikan mutu serta kekuatan
bukti yang mendukungnya.
b) Evaluasi dosis respon
Melihat daya racun yang terkandung dalam suatu bahan atau
untuk menjelaskan bagaimana suatu kondisi pemajanan (cara,
dosis, frekuensi, dan durasi) oleh suatu bahan yang berdampak
terhadap kesehatan.
c) Pengukuran pemajanan
Perkiraan besaran, frekuensi dan lamanya pemajanan pada
manusia oleh suatu bahan melalui semua jalur dan
menghasilkan perkiraan pemajanan.
d) Penetapan Risiko.
Mengintegrasikan daya racun dan pemajanan kedalam
perkiraan batas atas risiko kesehatan yang terkandung dalam
suatu bahan.

Hasil analisis risiko kesehatan lingkungan ditindaklanjuti dengan


komunikasi risiko dan pengelolaan risiko dalam rencana tindak
lanjut yang berupa Intervensi Kesehatan Lingkungan.

4. Langkah-Langkah Inspeksi Kesehatan Lingkungan


a. Persiapan:
1) Mempelajari hasil Konseling.
2) Tenaga Kesehatan Lingkungan membuat janji kunjungan
rumah dan lingkungannya dengan Pasien dan keluarganya.
3) Menyiapkan dan membawa berbagai peralatan dan
kelengkapan lapangan yang diperlukan (formulir Inspeksi
Kesehatan Lingkungan, formulir pencatatan status
kesehatan lingkungan, media penyuluhan, alat pengukur
parameter kualitas lingkungan)
4) Melakukan koordinasi dengan perangkat desa/kelurahan
(kepala desa/lurah, sekretaris, kepala dusun atau ketua
RW/RT) dan petugas kesehatan/bidan di desa.
b. Pelaksanaan:
1) Melakukan pengamatan media lingkungan dan perilaku
masyarakat.
2) Melakukan pengukuran media lingkungan di tempat, uji
laboratorium, dan analisis risiko sesuai kebutuhan.
3) Melakukan penemuan penderita lainnya.
4) Melakukan pemetaan populasi berisiko.
5) Memberikan saran tindak lanjut kepada sasaran (keluarga
pasien dan keluarga sekitar). Saran tindak lanjut dapat
berupa Intervensi Kesehatan Lingkungan yang bersifat
segera. Saran tindak lanjut disertai dengan pertimbangan
tingkat kesulitan, efektifitas dan biaya.
Dalam melaksanakan Inspeksi Kesehatan Lingkungan, Tenaga
Kesehatan Lingkungan menggunakan panduan Inspeksi Kesehatan
Lingkungan berupa bagan dan daftar pertanyaan untuk setiap
penyakit sebagaimana contoh daftar pertanyaan terlampir. Tenaga
Kesehatan Lingkungan dapat mengembangkan daftar pertanyaan
tersebut sesuai kebutuhan. Hasil Inspeksi Kesehatan Lingkungan 10
dilanjutkan dengan rencana tindak lanjut berupa Intervensi 2
Kesehatan Lingkungan.
BAB IV
INTERVENSI KESEHATAN LINGKUNGAN

Intervensi Kesehatan Lingkungan adalah tindakan penyehatan,


pengamanan, dan pengendalian untuk mewujudkan kualitas lingkungan
yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial, yang
dapat berupa:
a. komunikasi, informasi, dan edukasi, serta
penggerakan/pemberdayaan masyarakat;
b. perbaikan dan pembangunan sarana;
c. pengembangan teknologi tepat guna; dan
d. rekayasa lingkungan.
Dalam pelaksanaannya Intervensi Kesehatan Lingkungan harus
mempertimbangkan tingkat risiko berdasarkan hasil Inspeksi Kesehatan
Lingkungan. Pada prinsipnya pelaksanaan Intervensi Kesehatan

10
3
Lingkungan dilakukan oleh Pasien sendiri. Dalam hal cakupan Intervensi
Kesehatan Lingkungan menjadi luas, maka pelaksanaannya dilakukan
bersama pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat/swasta.

A. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi, serta


Penggerakan/Pemberdayaan Masyarakat.
Pelaksanaan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) dilakukan
untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan prilaku
masyarakat terhadap masalah kesehatan dan upaya yang diperlukan
sehingga dapat mencegah penyakit dan/atau gangguan kesehatan
akibat Faktor Risiko Lingkungan. KIE dilaksanakan secara bertahap
agar masyarakat umum mengenal lebih dulu, kemudian menjadi
mengetahui, setelah itu mau melakukan dengan pilihan/opsi yang
sudah disepakati bersama.

Pelaksanaan penggerakan/pemberdayaan masyarakat dilakukan


untuk memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan melalui
kerja bersama (gotong royong) melibatkan semua unsur masyarakat
termasuk perangkat pemerintahan setempat dan dilakukan secara
berkala.
Contoh:
- Pemasangan dan/atau penayangan media promosi kesehatan
lingkungan pada permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, dan
tempat dan fasilitas umum;
- Pelatihan masyarakat untuk 3M (menutup, menguras, dan
mengubur), pembuatan sarana sanitasi dan sarana pengendalian
vektor;

- Pemicuan, pendampingan, dan percontohan untuk menuju


Sanitasi Total pada kegiatan Kegiatan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat/STBM;
- Gerakan bersih desa;

B. Perbaikan dan Pembangunan Sarana


Perbaikan dan pembangunan sarana diperlukan apabila pada hasil
Inspeksi Kesehatan Lingkungan menunjukkan adanya Faktor Risiko
Lingkungan penyebab penyakit dan/atau gangguan kesehatan pada
lingkungan dan/atau rumah Pasien. Perbaikan dan pembangunan
sarana dilakukan untuk meningkatkan akses terhadap air minum,
sanitasi, sarana perumahan, sarana pembuangan air limbah dan
sampah, serta sarana kesehatan lingkungan lainnya yang memenuhi
standar dan persyaratan kesehatan lingkungan.

Tenaga Kesehatan Lingkungan dapat memberikan desain untuk


perbaikan dan pembangunan sarana sesuai dengan tingkat risiko,
dan standar atau persyaratan kesehatan lingkungan, dengan
mengutamakan material lokal.

Contoh perbaikan dan pembangunan sarana sebagai berikut:


- penyediaan sarana cuci tangan dengan material bambu;
- pembuatan saringan air sederhana;
- pembuatan pasangan/cincin pada bibir sumur untuk mencegah
kontaminasi air dan berkembangbiaknya vektor;
- pemasangan genteng kaca untuk pencahayaan ruangan;
10
- pembuatan tangki septik, pembuatan ventilasi, plesteran semen 4
pada lantai tanah, dan pembuatan sarana air bersih yang tertutup.

C. Pengembangan Teknologi Tepat Guna


Pengembangan teknologi tepat guna merupakan upaya alternatif
untuk mengurangi atau menghilangkan faktor risiko penyebab
penyakit dan/atau gangguan kesehatan. Pengembangan teknologi
tepat guna dilakukan dengan mempertimbangkan permasalahan yang
ada dan ketersediaan sumber daya setempat sesuai kearifan lokal.

Pengembangan teknologi tepat guna secara umum harus dapat


dimanfaatkan oleh masyarakat setempat, memanfaatkan sumber daya
yang ada, dibuat sesuai kebutuhan, bersifat efektif dan efisien, praktis
dan mudah diterapkan/dioperasionalkan, pemeliharaannya mudah,
serta mudah dikembangkan.
Contoh:
- pembuatan saringan pasir cepat/lambat untuk mengurangi
kekeruhan dan/atau kandungan logam berat dalam air;
pembuatan kompos dari sampah organik;
- pengolahan air limbah rumah tangga untuk ternak ikan;

D. Rekayasa Lingkungan
Rekayasa lingkungan merupakan upaya mengubah media lingkungan
atau kondisi lingkungan untuk mencegah pajanan agen penyakit baik
yang bersifat fisik, biologi, maupun kimia serta gangguan dari vektor
dan binatang pembawa penyakit.
Contoh rekayasa lingkungan:
- menanam tanaman anti nyamuk dan anti tikus;
- pemeliharaan ikan kepala timah atau guppy;
- pemberian bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang
tidak tertutup;
- membuat saluran air dari laguna ke laut agar ada peningkatan
salinitas.

BAB V
PEMANTAUAN DAN EVALUASI

Untuk meningkatkan mutu Pelayanan Kesehatan Lingkungan, setiap


Puskesmas harus melakukan pemantauan dan evaluasi Pelayanan
Kesehatan Lingkungan. Pemantauan dan evaluasi mencakup Pelayanan
Kesehatan Lingkungan Puskesmas dan pelaksanaan pengawasan
kualitas media lingkungan dalam rangka program kesehatan. Hasil
pemantauan dan evaluasi digunakan untuk mengukur kinerja Pelayanan
Kesehatan Lingkungan di Puskesmas yang sekaligus menjadi indikator
dalam penilaian akreditasi Puskesmas.
Pemantauan dan evaluasi dilakukan untuk memperoleh gambaran hasil
Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas terhadap akses
masyarakat untuk memperoleh Pelayanan Kesehatan Lingkungan,
kualitas Pelayanan Kesehatan Lingkungan Puskesmas, masalah yang
dihadapi, dan dampak kesehatan masyarakat.
Indikator pemantauan dan evaluasi kinerja Puskesmas meliputi:
1. Akses masyarakat untuk memperoleh Pelayanan Kesehatan
Lingkungan.
2. Kualitas Pelayanan Kesehatan Lingkungan Puskesmas.
3. Masalah yang dihadapi dalam Pelayanan Kesehatan Lingkungan. 10
4. Dampak yang dapat terjadi. 5
Cara mengukur indikator tersebut dapat menggunakan perhitungan
sebagai berikut:
1. Akses masyarakat untuk memperoleh Pelayanan Kesehatan
Lingkungan: Jumlah Pasien yang mendapat Pelayanan Kesehatan
Lingkungan dibanding Pasien yang membutuhkan Pelayanan
Kesehatan Lingkungan.
2. Kualitas Pelayanan Kesehatan Lingkungan Puskesmas:
a. Jumlah Pasien yang menindaklanjuti hasil rekomendasi Konseling
dibanding jumlah seluruh Pasien yang melakukan Konseling.
b. Jumlah Pasien yang menindaklanjuti hasil rekomendasi Inspeksi
Kesehatan Lingkungan dibanding jumlah seluruh Pasien yang
dikunjungi.
3. Masalah yang dihadapi dalam Pelayanan Kesehatan Lingkungan:
Hasil penilaian akses masyarakat untuk memperoleh Pelayanan
Kesehatan Lingkungan dikurangi Hasil penilaian kualitas Pelayanan
Kesehatan Lingkungan Puskesmas.
4. Dampak yang dapat terjadi:
Peningkatan atau penurunan insidens dan prevalensi penyakit
dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan Faktor Risiko
Lingkungan.

BAB VI
PENUTUP

Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas diarahkan untuk


mengendalikan faktor risiko penyakit dan/atau gangguan kesehatan
akibat buruknya kondisi kesehatan lingkungan melalui upaya promotif
dan preventif, serta spesifik proteksi.

Peran Puskesmas selain memberikan pelayanan yang bersifat upaya


kesehatan perseorangan, juga pada upaya kesehatan masyarakat melalui
Pelayanan Kesehatan Lingkungan, sehingga memperkuat Puskesmas
sebagai pusat pembangunan kesehatan terdepan. Dengan demikian
peran Puskesmas sangat penting dalam mendukung pembangunan
kesehatan yang langsung dirasakan oleh masyarakat.

Pelayanan kesehatan di Puskesmas ini juga menjadi bagian penting dari


standar pelayanan minimal kabupaten/kota yang merupakan indikator
bagi pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan terhadap
masyarakatnya. Diharapkan dengan ditetapkannya pengaturan mengenai
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas,
masyarakat akan semakin mendapat kemudahan akses dari fasilitas
pelayanan kesehatan dalam memperoleh kebutuhan untuk mendukung
dan meningkatkan derajat kesehatan setinggi-tingginya.

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd
10
NILA FARID MOELOEK 6
PEDOMAN PENYELENGGARAAN KESEHATAN LINGKUNGAN SEKOLAH

107
Page
Page 108
Page 109
Page 110
Page 111
Page 112
Page 113
Page 114
Page 115
Page 116
Page 117
Page 118
Page 119
Page 120
PERMENKES NO. 80/MENKES/PER/II/1990

A. Persyaratan Lingkungan dan Bangunan Hotel, Kamar/ Ruang, dan Fasilitas Sanitasi
Menurut Permenkes RI No. 80 / Menkes / Per / II / 1990
1. Persyaratan Kesehatan Lingkungan dan Bangunan Hotel
a. Umum
1) Lingkungan dan bangunan hotel selalu dalam keadaan bersih
2) Lingkungan dan konstruksi bangunan hotel tidak memungkinkan sebagai tempat bersarang dan
berkembang biaknya serangga dan bintang pengerat
3) Bangunan hotel harus kuat, utuh dan dapat mencegah penularan penyakit serta kecelakaan
b. Tata Ruang
Pembagian ruang hotel harus ditata dan dipergunakan sesuai dengan fungsinya, serta memenuhi
persyaratan kesehatan.
c. Kontruksi
1) Lantai
a) Terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin dan mudah dibersihkan.
b) Lantai yang kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang cukup (2 3 persen) ke
arah saluran pembuangan air limbah.
2) Dinding
a) Permukaan dinding sebelah dalam harus mudah dibersihkan.
b) Permukaan dinding yang selalu terkena percikan air harus terbuat dari bahan yang kuat dan
kedap air.

3) Ventilasi
a) Ventilasi dapat menjamin peredaran udara di dalam kamar / ruang dengan baik.
b) Bila ventilasi alam tidak memenuhi persyaratan harus dilengkapi dengan ventilasi mekanis.
4) Atap
Tidak bocor dan tidak memungkinkan terjadinya genangan air.
5) Langit langit
a) Mudah dibersihkan.
b) Tinggi minimal 2,5 meter dari lantai.
6) Pintu
Dapat mencegah masuknya serangga, tikus dan binatang pengganggu lain.
7) Pencahayaan
Di dalam lingkungan hotel dan di setiap kamar / ruang harus tersedia sarana pencahayaan
dengan intensitas berdasarkan fungsinya sebagaimana tercantum dalam table berikut ini:
121

No Fungsi Kamar / Hotel Intensitas Cahaya Keterangan


1 Tidur Kurang dari 5 Secara keselurahaan
Page

2 Relaks Minimal 30 tidak menyebabkan


3 Bercakap cakap Minimal 60 silau
4 Membaca Lebih dari 100
Untuk kegiatan yang memerlukan
5 Lebih dari 200
sedikit ketelitian
Untuk kegiatan dengan resiko
6 Lebih dari 300
kecelakaan yang tinggi
Untuk kegiatan yang memerlukan
7 Lebih dari 500
ketelitian yang tinggi
2. Persyaratan Kesehatan Kamar / Ruang Hotel
a. Umum
Setiap kamar / ruang hotel harus :
1) Selalu dalam keadaan bersih.
2) Tersedia tempat sampah yang cukup.
3) Bebas dari gangguan serangga dan tikus.
4) Udara di dalam kamar/ruang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a) Tidak berbau (terutama untuk H2S dan amoniak ).
b) Tidak berdebu atau berasap / berasap (kadar debu kurang dari 0,26 mg / m3).
c) Mempunyai suhu 18 28 derajat Celcius.
d) Mempunyai kelembaban 40 70 %.
e) Tidak terdapat kuman alpha streptococcous haemoliticus dan kuman pathogen.
f) Kadar gas beracun tidak melebihi nilai ambang batas.
No. Jenis Kegiatan Tingkat Kebisingan Keterangan
1. Tidur Kurang dari 40
2. Kantor Kurang dari 75 Maksimal pemaparan 8
3. Dapur Kurang dari 80 jam
4. Pertunjukan Kurang dari 90

b. Khusus
1) Kamar Tidur
a) Dinding, pintu dan jendela kamar tidur yang tembus pandang harus dilengkapi dengan tirai yang
tidak tembus sinar dari luar.
b) Perbandingan jumlah tempat tidur Single (untuk satu orang dengan luas lantai kamar tidur,
sebagaimana tercantum dalam tabel berikut :
No. Jumlah Tempat Tidur Luas Lantai Minimal ( m2 )
122

1. 1 4,5
2. 2 8
Page

3. 3 12
4. 4 17
5. 5 20
Setiap penambahan tempat tidur harus ditambah 5 m2
2) Ruang Istirahat Karyawan
a) Ruang karyawan wanita harus terpisah dengan ruang karyawan pria.
b) Tersedia lemari (locker) yang aman untuk penyimpanan pakaian karyawan sesuai dengan
kebutuhan.
c) Dilengkapi dengan kamar mandi, jamban dan peturasaan yang terpisah antara pria dan
wanita.
d) Perbandingan jumlah karyawan dengan jumlah kamar mandi, jumlah jamban dan jumlah
peturasaan.

3) Ruang Pengelolaan Makanan dan Minuman


Harus mempunyai persyaratan kesehatan sesuai dengan ketentuan Perundang undangan yang
berlaku.
4) Ruang Cuci
Tidak memungkinkan tercampurnya lena bersih dan kotor.
5) Gudang
a) Gudang untuk menyimpan bahan makanan, bahan berbahaya, alat kantor, alat rumah tangga,
dll harus terpisah.
b) Gudang untuk menyimpan bahan makanan dan bahan berbahaya harus memenuhi
persyaratan kesehatan sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku.
c) Dilengkapi rak rak dengan tinggi minimal 20 cm dari lantai dan tangga serta peralatan lain
sesuai dengan kebutuhan.
3. Persyaratan Kesehatan Fasilitas Hotel
a. Penyediaan air
1) Tersedia air dengan kualitas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan yang
berlaku.
2) Kapasitas air harus memenuhi persyaratan yang berlaku.
3) Air tersedia pada setiap tempat kegiatan secara berkesinambungan.
4) Distribusi air di hotel harus menggunakan sistem perpipaan dan mengalir dengan tekanan
positif serta terhindar dari cemaran silang.
b. Pembuangan Air Limbah
1) SPAL harus menggunakan sistem tertutup, kedap air, dan air dapat mengalir dengan lancar.
2) Tiap air limbah harus diolah sehingga mutu effluent sesuai dengan ketentuan perundangan
123

yang berlaku.
c. Toilet dan Kamar Mandi
Page

1) Di dalam toilet harus tersedia jamban, peturasan, dan tempat cuci tangan.
2) Harus selalu dalam keadaan bersih.
3) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, dan mudah dibersihkan.
4) Dilengkapi dengan penahan bau (bowl atau leher angsa).
5) Letaknya tidak berhubungan langsung (harus terdapat ruang antara) dengan tempat
pengelolaan makanan, kamar tamu, dan kamar tidur.
6) Toilet wanita harus terpisah dengan toilet pria.
7) Toilet tenaga kerja harus terpisah dengan toilet pengunjung.
8) Tersedia kaca rias, tempat sampah, tempat abu rokok, tissue, gantungan baju, pengharum
ruangan, ember, dan alat pengering tangan.
9) Harus dilengkapi dengan tanda tanda sanitasi yang berisi pesan mengenai kebersihan
/ kesehatan.
10) Setiap kamar tidur harus dilengkapi dengan kamar mandi dan jamban.
d. Tempat Sampah
1) Harus terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan mempunyai
permukaan halus bagian dalamnya.
2) Mempunyai tutup yang mudah dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan.
3) Mudah diisi dan dikosongkan.
4) Jumlah dan volume tempat sampah disesuaikan dengan produksi sampah yang dihasilkan pad
setiap tempat kegiatan.
5) Sampah dari setiap ruangan harus dibuang setiap hari.
6) Harus tersedia TPS.
7) TPS harus terletak di tempat yang mudah dijangkau oleh kendaraan pengangkut sampah dan
minimal setiap 3 kali 24 jam harus dikosongkan.
e. Peralatan Pencegah Masuknya Serangga
1) Sarana penyimpanan air harus tertutup dan bebas jentik nyamuk.
2) Pada titik tembus pipa dengan dinding harus rapat.
3) Setiap bangunan hotel harus dilengkapi dengan alat yang dapat mencegah masuknya serangga
dan tikus.

124
Page

Anda mungkin juga menyukai