UMUM)
Oleh :
MEMUTUSKAN :
BAB I KETENTUAN
UMUM
Pasal 1
Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :
1. Rumah Makan adalah setiap tempat usaha komersial yang ruang lingkup
kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat
usahanya;
2. Restoran adalah salah satu jenis usaha jasa pangan yang bertempat di
sebagian atau seluruh bangunan yang permanen di lengkapi dengan peralatan
dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, penyajian dan
penjualan makanan dan minuman bagi umum di tempat usahanya;
3. Peralatan adalah segala macam alat yang digunakan untuk mengolah dan
menyajikan makanan;
4. Hygiene Sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan,
orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat
menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan.
5. Persyaratan Hygiene Sanitasi adalah ketentuan-ketentuan teknis yang
ditetapkan terhadap produk rumah makan dan restoran, personel dan
perlengkapannya yang meliputi persyaratan bakteriologis, kimia dan fisika.
6. Fasilitas sanitasi adalah sarana fisik bangunan dan perlengkapannya digunakan
untuk memelihara kualitas lingkungan atau mengendalikan faktor-faktor
4
lingkungan fisik yang dapat merugikan kesehatan manusia antara lain sarana air
Page
bersih, jamban, peturasan, saluran limbah, tempat cuci tangan, bak sampah,
4
kamar mandi, lemari pakaian kerja (locker), peralatan pencegahan terhadap
lalat, tikus dan hewan lainnya serta peralatan kebersihan;
7. Makanan jadi adalah makanan yang telah diolah dan siap dihidangkan/disajikan
oleh rumah makan dan restoran;
8. Penjamah Makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan
makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan,
pengangkutan sampai dengan penyajian.
9. Sanitarian adalah tenaga kesehatan lingkungan berpendidikan minimal Sarjana
(S1) yang telah mendapatkan pelatihan dibidang Hygiene Sanitasi Makanan.
BAB II
PENYELENGGARAAN
Pasal 2
(1) Setiap rumah makan dan restoran harus memiliki izin usaha dari Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Untuk memiliki izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) rumah makan
dan restoran harus memiliki sertifikat laik hygiene sanitasi rumah makan dan
restoran yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
(3) Sertifikat laik hygiene sanitasi rumah makan dan restoran sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setelah memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.
(4) Tatacara memperoleh sertifikat laik hygiene sanitasi rumah makan dan restoran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I keputusan ini.
Pasal 3.
(1) Setiap usaha rumah makan dan restoran harus mempekerjakan seorang
penanggung jawab yang mempunyai pengetahuan hygiene sanitasi makanan
dan memiliki sertifikat hygiene sanitasi makanan.
(2) Sertifikat hygiene sanitasi makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diperoleh dari institusi penyelenggara kursus sesuai dengan perundang
undangan yang berlaku.
(3) Pedoman penyelenggaraan kursus hygiene sanitasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) sebagaimana tercantum dalam Lampiran II keputusan ini.
Pasal 4
(1) Tenaga penjamah makanan yang bekerja pada usaha rumah makan dan
restoran harus berbadan sehat dan tidak menderita penyakit menular.
(2) Penjamah makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus melakukan
pemeriksaan kesehatannya secara berkala minimal 2 (dua) kali dalam satu
tahun.
(3) Penjamah makanan wajib memiliki sertifikat kursus penjamah makanan.
5
Page
5
(4) Sertifikat kursus penjamah makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diperoleh dari institusi penyelenggara kursus sesuai dengan perundang
undangan yang berlaku.
Pasal 5
Pengusaha dan/atau penanggung jawab rumah makan dan restoran wajib
menyelenggarakan rumah makan dan restoran yang memenuhi syarat hygiene
sanitasi sebagaimana ditetapkan dalam keputusan ini.
Pasal 6
Penanggung jawab rumah makan dan restoran yang menerima laporan atau
mengetahui adanya kejadian keracunan atau kematian yang diduga berasal dari
makanan yang diproduksinya wajib melaporkan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat guna dilakukan langkah-langkah penanggulangan.
Pasal 7
(1) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pengujian mutu makanan dan
spesimen terhadap rumah makan dan restoran.
(2) Pengujian mutu makanan serta spesimen dari rumah makan dan restoran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dikerjakan oleh tenaga Sanitarian.
(3) Hasil pengujian mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan dasar
penetapan tingkat mutu hygiene sanitasi rumah makan dan restoran.
(4) Tata cara pengujian mutu dan penetapan tingkat mutu rumah makan dan
restoran dimaksud pada ayat (2) sebagaimana tercantum dalam Lampiran III
keputusan ini.
Pasal 8
(1) Pemeriksaan contoh makanan dan spesimen dari rumah makan dan restoran
dilakukan di laboratorium.
(2) Tata cara pemeriksaan contoh makanan dan spesimen dari rumah makan dan
restoran harus memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam Lampiran III
keputusan ini.
BAB IV PERSYARATAN HYGIENE
SANITASI
Pasal 9
(1) Rumah makan dan restoran dalam menjalankan usahanya harus memenuhi
persyaratan hygiene sanitasi.
(2) Persyaratan hygiene sanitasi yang harus dipenuhi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. persyaratan lokasi dan bangunan;
b. persyaratan fasilitas sanitasi;
c. persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan;
6
6
e. persyaratan pengolahan makanan;
f. persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi;
g. persyaratan penyajian makanan jadi;
h. persyaratan peralatan yang digunakan.
(3) Pedoman persyaratan hygiene sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
sebagaimana tercantum dalam lampiran IV Keputusan ini.
BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 10
(1) Pembinaan teknis penyelenggaraan rumah makan dan restoran dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
(2) Dalam rangka Pembinaan, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mengikut
sertakan Asosiasi rumah makan dan restoran, organisasi profesi dan instansi
terkait lainnya
Pasal 11
(1) Pengawasan pelaksanaan keputusan ini dilakukan oleh kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota.
(2) Kantor Kesehatan Pelabuhan secara fungsional melaksanakan pengawasan
terhadap rumah makan dan restoran yang berlokasi di wilayah pelabuhan.
Pasal 12
(1) Dalam hal kejadian luar biasa (wabah) dan/atau kejadian keracunan makanan
Pemerintah mengambil langkah-langkah penanggulangan seperlunya.
(2) Langkah penanggulangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
melalui pengambilan sample dan spesimen yang diperlukan, kegiatan
investigasi dan kegiatan surveilan lainnya.
(3) Pemeriksaan sample dan spesimen rumah makan dan restoran dilakukan di
laboratorium.
(4) Ketentuan pemeriksaan sample dan spesimen sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dilaksanakan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
BAB VI
SANKSI
Pasal 13
(1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mengambil tindakan
administratif terhadap rumah makan dan restoran yang melakukan pelanggaran
atas Keputusan ini.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
teguran lisan, terguran tertulis, sampai dengan pencabutan sertifikat laik hygiene
7
7
BAB VII KETENTUAN
PERALIHAN
Pasal 15
Rumah makan dan restoran yang telah melakukan kegiatan berdasarkan ketentuan
sebelum ditetapkannya Keputusan ini, agar menyesuaikan dengan ketentuan
sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan ini selambat lambatnya dalam jangka
waktu 1 (satu) tahun.
BAB XII KETENTUAN
PENUTUP
Pasal 16
Dengan ditetapkannya Keputusan Menteri ini, maka :
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 304/Menkes/Per/X/1989 tentang Persyaratan
Kesehatan Rumah Makan dan Restoran beserta peraturan pelaksanaannya.
dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 17
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 31 Juli 2003
MENTERI KESEHATAN,
ttd
8
LAMPIRAN I
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
Nomor : 1098/Menkes/SK/VII/2003
Tanggal : 31 Juli 2003
1. Permohonan Sertifikat
a. Untuk memperoleh sertifikat laik hygiene sanitasi rumah makan dan restoran,
pengusaha mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat.
b. Surat permohonan seperti dimaksud butir 1.a. di atas disertai lampiran sebagai
berikut :
1). Fotocopy KTP pemohon yang masih berlaku.
2). Peta situasi dan gambar denah bangunan.
3). Surat penunjukan penanggung jawab Rumah makan dan Restoran
4). Fotocopy sertifikat Kursus Hygiene Sanitasi Makanan bagi pengusaha.
5). Fotocopy sertifikat kursus hygiene sanitasi makanan bagi penjamah
makanan minimal 1 orang penjamah makanan.
6). Rekomendasi dari Asosiasi Rumah makan dan Restoran
9
3. Pemeriksaan hygiene sanitasi rumah makan dan restoran
a. Ketua Asosiasi rumah makan dan restoran menetapkan tim pemeriksa uji
kelaikan rumah makan dan restoran dengan surat keputusan.
b. Tim pemeriksa ini terdiri dari sanitarian dan ahli lain yang terkait dalam jumlah
ganjil, minimal 3 orang dan maksimal 5 orang yang bertugas melakukan
pemeriksaan lapangan dan menilai kelaikan rumah makan dan restoran.
c. Ketua Tim adalah Sanitarian.
d. Tim melakukan kunjungan dan Pemeriksaan hygiene sanitasi yang dilakukan
meliputi pemeriksaan lokasi dan bangunan, fasilitas sanitasi, dapur, ruang
makan, gudang penyimpanan, pengelolaan bahan makanan dan makanan
jadi, peraturan dan tenaga baik secara fisik, kimia maupun bakteriologis serta
pengawasan lalat, kecoa, tikus dan hewan peliharaan.
e. Tim dalam melakukan pemeriksaan menggunakan formulir RM.2
f. Tim pemeriksa melaksanakan tugasnya dengan penuh dedikasi dan moral
dan melaporkan hasilnya kepada Ketua Asosiasi rumah makan dan restoran
yang menugaskan.
g. Laporan tim dibuat dalam berita acara kelaikan fisik dan berita acara
pemeriksaan contoh/specimen.
4. Penilaian
a. Untuk tiap variabel yang tercantum dalam formulir RM.2 diberikan nilai sesuai
dengan keadaan kualitas variabel. Skore pemeriksaan diperoleh dengan cara
mengalikan bobot dengan nilai.
b. Batas laik hygiene sanitasi rumah makan dan restoran adalah bila jumlah
skore seluruh variabel/>/700.
10
7. Masa Berlaku sertifikat
a. Sertifikat Laik Hygiene Sanitasi Rumah makan dan Restoran sementara
berlaku selama 6 (enam) bulan dan dapat diperpanjang sebanyak-
banyaknya 2 (dua) kali.
b. Sertifikat Laik Hygiene Sanitasi Rumah makan dan Restoran tetap berlaku
selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperbaharui atau menjadi batal bilamana
terjadi pergantian pemilik, pindah lokasi / alamat, tutup dan atau
menyebabkan terjadinya keracunan makanan/wabah dan Rumah makan dan
Restoran menjadi tidak laik hygiene sanitasi.
c. Sertifikat Laik Hygiene Sanitasi harus dipasang di dinding yang mudah dilihat
oleh petugas dan masyarakat konsumen.
11
Page
11
LAMPIRAN II
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
Nomor : 1098/Menkes/SK/VII/2003
Tanggal : 31 Juli 2003
a. Peserta pelatihan yang belajar mandiri dapat dibantu dengan tutorial yang
dilakukan di Daerah tempat tinggal peserta bekerja, ataupun tempat lain yang
ditunjuk oleh penyelenggara pelatihan.
b. Peserta yang memenuhi syarat dalam pelatihan dapat mengikuti evaluasi
kursus Hygiene Sanitasi Makanan yang dilaksanakan secara tertulis.
c. Pelaksanaan evaluasi oleh Tim yang dibentuk oleh Penyelenggara Pelatihan.
d. Ketua Tim evaluasi adalah Tenaga Sanitarian yang ditunjuk oleh Ketua
Penyelenggara Pelatihan.
e. Tugas tim evaluasi adalah menyusun soal, mengawasi, memeriksa dan
12
12
4. Sertifikat
13
8. Pencucian dan a. Peralatan Masak Memasak
Penyimpanan b. Peralatan Makan Minum
Peralatan c. Sarana dan Cara Pencucian 2 x 45
Pengolahan d. Bahan Pencuci
Makanan e. Penyimpanan Peralatan
9. Pemeliharaan a. Air Bersih
Kebersihan b. Pembuangan Limbah dan Sampah
Lingkungan c. Pengendalian Serangga dan Tikus
6 x 45
d. Pemeliharaan dan Pembersihan
Ruangan
e. Fasilitas Sanitasi
10. Hygiene Perorangan a. Sumber Pencemar dari Tubuh
b. Pengamatan Kesehatan 2 x 45
c. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Sehat
d. Pakaian Pelindung Pencemaran
11. Penanganan Alat a. Sistem Pendinginan
Pendingin b. Karakteristik Alat Pendingin
2 x 45
c. Pelunakan Makanan Beku (Thawing)
d. Pengawasan dan Pemeliharaan
12. Proses Masak a. Cara Memasak Yang Sehat
Memasak Makanan b. Hubungan Suhu dan Pemusnahan
2 x 45
Bakteri
c. Pemanasan Ulang (Reheating)
13. Pengawetan dan a. Pemanasan, Pengeringan dan
Bahan Tambahan Pengasapan
Makanan b. Pengalengan dan Hampa Udara 2 x 45
c. Penggunaan Bahan Kimia dan Radiasi
d. Bahan Tambahan Makanan (BTM)
14. Pengendalian Mutu a. Pengendalian Mutu (Quality Control)
Mandiri b. Jaminan Mutu ( Quality Assurance)
c. Pengujian Mandiri ( Self Control)
2 x 45
d. Analisis Bahaya Titik Kendali Kritis
(ABTKK) Hazard Analysis Critical
Control Point (HACCP)
C. MATERI 15. Rangkuman Hygiene a. Ringkasan Materi (Capita Selecta)
1 x 45
PENUNJANG sanitasi Makanan b. Latihan Soal
16. Kepariwisataan a. Pengenalan Pariwisata
b. Pariwisata Dalam Pembangunan 1 x 45
c. Peran Makanan Sehat Dalam Pariwisata
17. Manajemen Hygiene a. Permodalan dan Pemasaran
sanitasi Makanan b. Peluang Bisnis dan Motivasi Kerja 1 x 45
c. Organisasi dan Asosiasi
JUMLAH 35 x 45
22
14
Page
6. Kurikulum Kursus Hygiene Sanitasi Makanan bagi Penjamah Makanan
23
15
Page
7. Contoh Sertifikat Kursus Hygiene Sanitasi Makanan
Nama :
Tempat tanggal lahir :
Alamat :
Pekerjaan / Jabatan :
Perusahaan / Unit Kerja :
Pemegang Sertifikat ini telah memenuhi syarat dan dipandang cakap untuk
mengelola hygiene sanitasi makanan.
, 20
PENYELENGGARA
Pas Photo PELATIHAN,
berwarna
ukuran
KETUA,
4x 6 cm
24
Page
24
HASIL EVALUASI HYGIENE SANITASI MAKANAN
MATERI PELAJARAN YANG DIIKUTI
Kelompok Dasar :
1. Perundang-undangan Hygiene Sanitasi Makanan
2. Persyaratan hygiene sanitasi Tempat Pengelolaan Makanan (TPM)
Kelompok Inti :
3. Bakteri Pencemar Terhadap Makanan
4. Bahan Pencemar Makanan Lainnya
5. Penyakit Bawaan Makanan
6. Prinsip Hygiene dan Sanitasi Makanan
7. Struktur dan Tata Letak Dapur
8. Pencucian dan Penyimpanan Peralatan Pengolahan Makanan
9. Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan
10. Hygiene Perorangan
11. Penanganan Alat Pendingin
12. Proses Masak Memasak Makanan
13. Pengawetan dan Bahan Tambahan Makanan
14. Pengendalian Mutu Mandiri
Kelompok Penunjang :
15.
16.
17.
---------------------------
25
Page
25
9. Contoh Sertifikat Kursus Penjamah Makanan
Nama :
Tempat tanggal lahir :
Alamat :
Pekerjaan / Jabatan :
Perusahaan / Unit Kerja :
Pemegang Sertifikat ini telah memenuhi syarat dan dipandang cakap sebagai
Penjamah makanan (food handler).
, 20
Pas Photo PENYELENGGARA PELATIHAN
berwarna KETUA,
ukuran
4x 6 cm
26
Page
26
HASIL EVALUASI HYGIENE SANITASI MAKANAN
MATERI PELAJARAN YANG DIIKUTI
Kelompok Dasar :
1. Perundang-undangan di Bidang ---------.----------200---
Hygiene S KETUA TIM EVALUASI
anitasi Makanan
KURSUS HYGIENE
Kelompok Inti : SANITASI MAKANAN,
2. Bakteri Pencemar Terhadap Makanan
3. Penyakit Bawaan Makanan
4. Prinsip Hygiene dan Sanitasi Makanan
5. Pencucian dan Penyimpanan Peralatanngolahan Makanan
Pe
6. Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan
7. Hygiene Perorangan
Kelompok Penunjang :
8.
M. LAIN-LAIN
9.
Penanggung
10. jawab rumah makan atau restoran diwajibkan mengadakan
pemeriksaan dalam proses pengolahan bahan makanan dan atau makanan
NILAI EVALUASI RATA RATA :
sedemikian rupa sesuai dengan ajaran agama yang ada.
( )
MENTERI KESEHATAN
ttd
27
27
LAMPIRAN III
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
Nomor : 1098/Menkes/SK/VII/2003
Tanggal : 31 Juli 2003
selama masa dua kali pemeriksaan, maka tingkat mutu hygiene sanitasi rumah
makan dan restoran dapat dicabut atau diturunkan.
Page
28
12. Bagi rumah makan dan restoran yang memperoleh skore di bawah persyaratan
tingkat mutu yang bersangkutan diberitahukan secara tertulis disertai dengan
saran perbaikan menggunakan formulir RM. 6.
13. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Asosiasi melaporkan hasil kegiatan
penetapan tingkat mutu secara berkala dengan menggunakan formulir RM. 7
kepada Bupati/Walikota setempat dan disebarluaskan kepada masyarakat.
14. Bupati/Walikota secara berkala setahun sekali dapat mempublikasikan rumah
makan dan restoran yang telah memiliki predikat tingkat mutu hygiene sanitasi
kepada masyarakat umum dengan menggunakan formulir RM. 8.
15. Skore hasil penilaian Pembinaan dan Pengawasan serta Penetapan Tingkat Mutu
atau Grade rumah makan dan restoran dari waktu ke waktu agar dicatat dan di
hari-hari besar tertentu dapat dipakai sebagai dasar penilaian lomba hygiene
sanitasi rumah makan dan restoran dan diumumkan secara resmi oleh
Bupati/Walikota atau Pejabat yang ditunjuk dalam suatu upacara hari besar.
(Reward System).
16. Contoh-contoh formulir dan pelakat tingkat mutu sebagai berikut :
29
Page
29
a. CONTOH FORMULIR RM. 5.
BERITA ACARA
Mengetahui
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
.. 30
Page
30
b. FORMULIR RM. 6.
.., .200
Nomor :
Lampiran : .....................................................
Kepada Yth.
Sdr.
Pengusaha/penanggung jawab Rumah makan dan
Restoran............................................................
Di_
No Uraian Masalah
1 2 3
( )
31
Page
31
c. CONTOH FORMULIR RM. 7
., .. 200
Nomor :
Lampiran : 1 (satu) berkas
Kepada Yth.
Bapak Bupati/Walikota
.
Di_
Perihal Laporan hasil penetapan tingkat mutu hygiene sanitasi rumah makan
dan restoran.
Dengan hormat,
Bersama ini kami laporkan bahwa dalam rangka lebih meningkatkan keamanan
makanan yang dijual di rumah makan dan restoran khususnya dalam rangka lebih
menunjang kepariwisataan, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Asosiasi telah
mengadakan pemeriksaan Hygiene sanitasi untuk menetapkan tingkat mutu rumah
makan dan restoran yang berada di wilayah Kabupaten/Kota . Dari
sejumlah rumah makan dan restoran yang diperiksa, maka hasil
penetapan tingkat mutu adalah sebagai berikut :
rumah makan/restoran dengan tingkat mutu A : buah.
rumah makan/restoran dengan tingkat mutu B : buah.
rumah makan/restoran dengan tingkat mutu C : buah.
Perlu kami jelaskan bahwa tingkat mutu A adalah tingkat mutu terbaik bila ditinjau
dari segi hygiene sanitasi, sedangkan tingkat mutu C adalah merupakan tingkat mutu
minimal suatu rumah makan dan restoran untuk dapat dikatakan memenuhi Laik
Hygiene sanitasi. Sedangkan bagi yang belum memperoleh tingkat mutu, telah kami
adakan saran-saran/nasehat perbaikan.
Terlampir kami sampaikan daftar nama rumah makan dan restoran yang telah
memperoleh tingkat mutu tersebut.
Demikianlah laporan kami, agar Bapak maklum.
( )
Tembusan disampaikan kepada Yth :
1. Gubernur setempat
2. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat
3. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota setempat
4. Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan setempat.
5. Dir. Penyehatan Air dan Sanitasi Ditjen PPM & PL Depkes.
6. Asosiasi setempat.
32
Page
32
d. CONTOH FORMULIR RM. 8.
KABUPATEN/KOTA
..,200..
BUPATI / WALIKOTA
( )
33
Page
33
e. Contoh Plakat Tingkat Mutu
MENERANGKAN BAHWA :
Certify that :
Jl. ...
SANGAT BAIK
A Very good
., .200..
KETUA ASOSIASI KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA
Director Director
.................................................................
34
Page
34
PLAKAT TINGKAT MUTU HYGIENE SANITASI
Placard of Hygiene Sanitation Quality Grade
KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DAN KETUA ASOSIASI : .
Director
MENERANGKAN BAHWA :
Certify that :
Jl. ...
BAIK
B Good
., .200..
KETUA ASOSIASI KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA
Director Director
.....................................................
35
Page
35
PLAKAT TINGKAT MUTU HYGIENE SANITASI
Placard of Hygiene Sanitation Quality Grade
KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DAN KETUA ASOSIASI ..
Director
MENERANGKAN BAHWA :
Certify that :
Jl. ...
CUKUP
KETUA ASOSIASI
C Fair
.., ...200..
KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA
Director Director
..................................................
36
Page
36
TATA CARA PEMERIKSAAN CONTOH MAKANAN DAN SPECIMEN DARI
RUMAH MAKAN DAN RESTORAN.
1. Contoh makanan dan specimen dari rumah makan dan restoran yang dimaksud
yaitu makanan, contoh usap alat makan, contoh usap alat masak, contoh air,
contoh usap dubur karyawan dan contoh lainnya yang diperlukan untuk
melakukan pengawasan rumah makan dan restoran.
2. Contoh makanan dan specimen dari rumah makan dan restoran
pengambilannya dilakukan oleh petugas yang bertugas untuk melakukan
pengawasan rumah makan dan restoran.
3. Contoh makanan dan specimen yang dikirim langsung oleh pengusaha rumah
makan dan restoran dapat dilayani bila pengambilannya dilakukan sesuai
dengan persyaratan pengambilan contoh makanan dan specimen.
4. Jenis pemeriksaan yang dilakukan oleh laboratorium sesuai dengan permintaan
pengirim.
5. Hasil pemeriksaan dikirim kepada pengirim dengan tembusan kepada Dinas
Kesehatan untuk keperluan pemantauan/pengawasan rumah makan dan
restoran.
6. Biaya pemeriksaan laboratorium untuk pemeriksaan contoh makanan dan
specimen yang dilakukan secara rutin menjadi tanggung jawab pengusaha
rumah makan dan restoran yang bersangkutan.
7. Biaya pemeriksaan laboratorium untuk pemeriksaan contoh makanan dan
specimen dalam rangka uji petik ditanggung oleh Pemerintah.
MENTERI KESEHATAN
ttd
37
LAMPIRAN IV
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
Nomor : 1098/Menkes/SK/VII/2003
Tanggal : 31 Juli 2003
1. Lokasi
Rumah makan dan restoran terletak pada lokasi yang terhindar dari
pencemaran yang diakibatkan antara lain oleh debu, asap, serangga dan tikus.
2. Bangunan
a. Umum
1). Bangunan dan rancang bangun harus dibuat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2). Terpisah dengan tempat tinggal.
b. Tata ruang
1). Pembagian ruang minimal terdiri dari dapur, gudang, ruang makan,
toilet, ruang karyawan dan ruang administrasi.
2). Setiap ruangan mempunyai batas dinding serta ruangan satu dan
lainnya dihubungkan dengan pintu.
3). Ruangan harus ditata sesuai dengan fungsinya, sehingga memudahkan
arus tamu, arus karyawan, arus bahan makanan dan makanan jadi
serta barang-barang lainnya yang dapat mencemari terhadap makanan.
c. Konstruksi
1). Lantai :
a). Lantai dibuat kedap air, rata, tidak licin dan mudah dibersihkan.
b). Pertemuan lantai dengan dinding harus conus atau tidak boleh
membuat sudut mati
2) Dinding :
a). Permukaan dinding sebelah dalam harus rata, mudah dibersihkan.
b). Konstruksi dinding tidak boleh dibuat rangkap.
c). Permukaan dinding yang terkena percikan air harus dibuat kedap air
atau dilapisi dengan bahan kedap air dan mudah dibersihkan seperti
porselen dan sejenisnya setinggi 2 (dua) meter dari lantai
3). Ventilasi
a). Ventilasi alam harus memenuhi syarat sebagai berikut :
Cukup menjamin peredaran udara dengan baik.
Dapat menghilangkan uap, gas, asap, bau dan debu dalam
38
ruangan.
Page
38
b). Ventilasi buatan diperlukan bila ventilasi alam tidak dapat memenuhi
persyaratan.
4). Pencahayaan :
a). Intensitas pencahayaan setiap ruangan harus cukup untuk
melakukan pekerjaan pengolahan makanan secara efektif dan
kegiatan pembersihan ruang.
b). Di setiap ruangan kerja seperti gudang, dapur, tempat cuci peralatan
dan tempat pencuci tangan, intensitas pencahayaan sedikitnya 10
foot candle.
c). Pencahayaan/penerangan harus tidak menyilaukan dan tersebar
merata sehingga sedapat mungkin tidak menimbulkan bayangan
yang nyata.
5). Atap
Tidak bocor, cukup landai dan tidak menjadi sarang tikus dan serangga
lainnya.
6). Langit-langit :
a). Permukaan rata, berwarna terang serta mudah dibersihkan.
b). Tidak terdapat lubang-lubang.
c). Tinggi langit-langit sekurang-kurangnya 2,4 meter.
7). Pintu
a). Pintu dibuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan.
b). Pintu dapat ditutup dengan baik dan membuka ke arah luar.
c). Setiap bagian bawah pintu setinggi 36 cm dilapisi logam.
d). Jarak antara pintu dan lantai tidak lebih dari 1 cm.
trap).
Page
39
3. Toilet
a. Letak tidak berhubungan langsung (terpisah) dengan dapur, ruang
persiapan makanan, ruang tamu dan gudang makanan.
b. Di dalam toilet harus tersedia jamban, peturasan dan bak air.
c. Toilet untuk wanita terpisah dengan toilet untuk pria.
d. Toilet untuk tenaga kerja terpisah dengan toilet untuk pengunjung.
e. Toilet dibersihkan dengan detergent dan alat pengering.
f. Tersedia cermin, tempat sampah, tempat abu rokok serta sabun.
g. Luas lantai cukup untuk memelihara kebersihan.
h. Lantai dibuat kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan dan kelandaiannya/
kemiringannya cukup.
i. Ventilasi dan penerangan baik.
j. Air limbah dibuang ke septick tank, roil atau lubang peresapan yang tidak
mencemari air tanah.
k. Saluran pembuangan terbuat dari bahan kedap air.
l. Tersedia tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan bak penampung dan
saluran pembuangan.
m. Di dalam kamar mandi harus tersedia bak dan air bersih dalam keadaan
cukup.
n. Peturasan dilengkapi dengan air mengalir.
o. Jamban harus dibuat dengan type leher angsa dan dilengkapi dengan air
penggelontoran yang cukup serta sapu tangan kertas (tissue).
p. Jumlah toilet untuk pengunjung pria dan wanita sebagai berikut :
Jumlah Luas Wanita Pria
bangunan Ket.
tempat WC Bak cuci WC Bak cuci
150
duduk (m2)
250 1 1 1 1
151 350 251 500 2 2 2 2
351 950 501 750 4 2 2 2
951 1500 751 1000 4 2 3 3
Tiap - 1 1 1 1
tambah
1000
orang
q. Jumlah toilet untuk tenaga kerja sebagai berikut :
ditambah
Wanita Pria
Wanita Pria WC Bak WC Bak Peturasan
cuci cuci
+ - 20 1 25 1 1 1 2 2
21 40 26 50 2 2 2 3 3
41 70 51 100 3 3 3 5 5
71 100 - 4 4 - - -
40
- Setiap Penambahan - - 1 2 1
50 100
Page
101 140 - 5 5 - - -
40
141 180 - 6 6 - - -
Setiap - 1 1 - - -
penambah
a n 40
r. Diberi100
tanda/tulisan pemberitahuan bahwa setiap pemakai harus mencuci
tangan dengan sabun sesudah menggunakan toilet.
4. Tempat Sampah
a. Tempat sampah dibuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat.
Mempunyai tutup dan memakai kantong plastik khusus untuk sisa-sisa
bahan makanan dan makanan jadi yang cepat membusuk.
b. Jumlah dan volume tempat sampah disesuaikan dengan produk sampah
yang dihasilkan pada setiap tempat kegiatan.
c. Tersedia pada setiap tempat/ruang yang memproduksi sampah.
d. Sampah sudah harus dibuang dalam waktu 24 jam dari rumah makan dan
restoran.
e. Disediakan tempat pengumpul sementara yang terlindung dari seranga,
tikus atau hewan lain dan terletak di tempat yang mudah dijangkau oleh
kendaraan pengangkut sampah.
41
d. Fasilitas cuci tangan di tempatkan sedemikian rupa sehingga mudah
dicapai oleh tamu atau karyawan.
e. Fasilitas cuci tangan dilengkapi dengan air yang mengalir, bak
penampungan yang permukaannya halus, mudah dibersihkan dan
limbahnya dialirkan ke saluran pembuangan yang tertutup.
42
C. PERSYARATAN DAPUR, RUANG MAKAN DAN GUDANG MAKANAN
1. Dapur
a. Luas dapur sekurang-kurangnya 40% dari ruang makan atau 27% dari luas
bangunan.
b. Permukaan lantai dibuat cukup landai ke arah saluran pembuangan air
limbah.
c. Permukaan langit-langit harus menutup seluruh atap ruang dapur,
permukaan rata, berwarna terang dan mudah dibersihkan.
d. Penghawaan dilengkapi dengan alat pengeluaran udara panas maupun
bau-bauan/exhauster yang dipasang setinggi 2 (dua) meter dari lantai dan
kapasitasnya disesuaikan dengan luas dapur.
e. Tungku dapur dilengkapi dengan sungkup asap (hood), alat perangkap
asap, cerobong asap, saringan dan saluran serta pengumpul lemak.
f. Semua tungku terletak di bawah sungkup asap (hood).
g. Pintu yang berhubungan dengan halaman luar dibuat rangkap, dengan
pintu bagian luar membuka ke arah luar.
h. Daun pintu bagian dalam dilengkapi dengan alat pencegah masuknya
serangga yang dapat menutup sendiri.
i. Ruangan dapur terdiri dari :
1). Tempat pencucian peralatan
2). Tempat penyimpanan bahan makanan
3). Tempat pengolahan
4). Tempat persiapan
5). Tempat administrasi
j. Intensitas pencahayaan alam maupun buatan minimal 10 foot candle (fc)
k. Pertukaran udara sekurang-kurangnya 15 kali per jam untuk menjamin
kenyamanan kerja di dapur, menghilangkan asap dan debu.
l. Ruang dapur harus bebas dari serangga, tikus dan hewan lainnya.
m. Udara di dapur tidak boleh mengandung angka kuman lebih dari 5
juta/gram.
n. Tersedia sedikitnya meja peracikan, peralatan, lemari/fasilitas
penyimpanan dingin, rak-rak peralatan, bak-bak pencucian yang berfungsi
dan terpelihara dengan baik.
o. Harus dipasang tulisan Cucilah tangan anda sebelum menjamah makanan
dan peralatan di tempat yang mudah dilihat.
p. Tidak boleh berhubungan langsung dengan jamban/WC, peturasan/urinoir
kamar mandi dan tempat tinggal.
2. Ruang Makan
43
43
b. Pintu yang berhubungan dengan halaman dibuat rangkap, pintu bagian luar
membuka ke arah luar.
c. Meja, kusi dan taplak meja harus dalam keadaan bersih.
d. Tempat untuk menyediakan//peragaan makanan jadi harus dibuat fasilitas
khusus yang menjamin tidak tercemarnya makanan.
e. Rumah makan dan restoran yang tidak mempunyai dinding harus terhindar
dari pencemaran.
f. Tidak boleh mengandung gas-gas beracun sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
g. Tidak boleh mengandung angka kuman lebih dari 5 juta/gram.
h. Tidak boleh berhubungan langsung dengan jamban/WC, peturasan/urinoir,
kamar mandi dan tempat tingal.
i. Harus bebas dari serangga, tikus dan hewan lainnya.
j. Lantai, dinding dan langit-langit harus selalu bersih, warna terang
k. Perlengkapan set kursi harus bersih
l. Perlengkapan set kursi tidak boleh mengandung kutu busuk/kepinding dan
serangga pengganggu lainnya.
3. Gudang Bahan Makanan
a. Jumlah bahan makanan yang disimpan disesuaikan dengan ukuran
gudang.
b. Gudang bahan makanan tidak boleh untuk menyimpan bahan lain selain
makanan.
c. Pencahayaan gudang minimal 4 foot candle pada bidang setinggi lutut.
d. Gudang dilengkapi dengan rak-rak tempat penyimpanan makanan.
e. Gudang dilengkapi dengan ventilasi yang menjamin sirkulasi udara.
f. Gudang harus dilengkapi dengan pelindung serangga dan tikus.
44
d. Jumlah kandungan logam berat dan residu pestisida dan cemaran lainnya
tidak boleh melebihi ambang batas yang diperkenankan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
e. Buah-buahan dicuci bersih dengan air yang memenuhi persyaratan,
khusus untuk sayuran yang dimakan mentah dicuci dengan air yang
mengandung larutan Kalium Permanganat 0,02% atau dimasukkan dalam
air mendidih untuk beberapa detik.
45
c. Penyimpanan bahan makanan diperlukan untuk setiap jenis bahan
makanan :
1). Dalam suhu yang sesuai.
2). Ketebalan bahan makanan padat tidak lebih dari 10 cm.
3). Kelembaban penyimpanan dalam ruang 80% - 90%.
d. Bila bahan makanan disimpan di gudang, cara penyimpanannya tidak
menempel pada lantai, dinding atau langit-langit dengan ketentuan sebagai
berikut :
1). Jarak makanan dengan lantai. 15 cm
2). Jarak makanan dengan dinding 5 cm
3). Jarak makanan dengan langit-langit 60 cm
e. Bahan makanan disimpan dalam aturan sejenis, disusun dalam rak-rak
sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan rusaknya bahan makanan,
bahan makanan yang masuknya lebih dahulu dikeluarkan belakangan
(FIFO = First In First Out).
2. Penyimpanan Makanan Jadi
a. Terlindung dari debu, bahan berbahaya, serangga, tikus dan hewan
lainnya.
b. Makanan cepat busuk disimpan dalam suhu panas 65,5oC atau lebih, atau
disimpan dalam suhu dingin 4oC atau kurang.
c. Makanan cepat busuk untuk penggunaan dalam waktu lama (lebih dari 6
jam) disimpan dalam suhu 5oC sampai 1oC.
46
d. Asbak tempat abu rokok yang tersedia di atas meja makan setiap saat
dibersihkan.
e. Peralatan makan dan minum yang telah dipakai paling lambat 5 menit
sudah dicuci.
H. PERSYARATAN PERALATAN
1. Peralatan yang kontak langsung dengan makanan tidak boleh mengeluarkan
zat beracun yang melebihi ambang batas sehingga membahayakan kesehatan
antara lain :
a. Timah (Pb)
b. Arsenikum (As)
c. Tembaga (Cu)
d. Seng (Zn)
e. Cadmium (Cd)
f. Antimony (Sb)
2. Peralatan tidak rusak, gompel, retak dan tidak menimbulkan pencemaran
terhadap makanan.
3. Permukaan yang kontak langsung dengan makanan harus conus atau tidak
ada sudut mati, rata, halus dan mudah dibersihkan.
4. Peralatan harus dalam keadaan bersih sebelum digunakan.
5. Peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan tidak
boleh mengandung angka kuman yang melebihi ambang batas dan tidak boleh
mengandung E. coli per cm2 permukaan alat.
6. Cara pencucian peralatan harus memenuhi ketentuan :
a. Pencucian peralatan harus menggunakan sabun/detergent air dingin, air
panas sampai bersih.
b. Dibebas hamakan sedikitnya dengan larutan kaporit 50 ppm atau iodophor
12,5 ppm, air panas 80oC, dilap dengan kain.
2. Pengeringan peralatan harus memenuhi ketentuan :
Peralatan yang sudah didesinfeksi harus ditiriskan pada rak-rak anti karat
sampai kering sendiri dengan bantuan sinar matahari atau sinar buatan/mesin
dan tidak boleh dilap dengan kain.
3. Penyimpanan peralatan harus memenuhi ketentuan :
a. Semua peralatan yang kontak dengan makanan harus disimpan dalam
47
47
b. Cangkir, mangkok, gelas dan sejenisnya cara penyimpanannya harus dibalik.
c. Rak-rak penyimpanan peralatan dibuat anti karat, rata dan tidak aus/rusak. d. Laci-laci penyimpanan
peralatan terpelihara kebersihannya.
e. Ruang penyimpanan peralatan tidak lembab, terlindung dari sumber pengotoran/kontaminasi
dan binatang perusak.
MENTERI KESEHATAN
ttd
48
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 519/MENKES/SK/VI/2008
TENTANG
1
9. Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara tahun 2007 nomor
82, Tambahan Lembaran Negara nomor 8737)
10. Peraturan Pemetintah nomor 9 tahun 2005 tentang Tugas, Fungsi, Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia
sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah nomor 94 tahun
2006
11. Peraturan Pemetintah nomor 112 tahun 2007 tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern
18. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan nomor 34
tahun 2005 dan nomor 1138/Menkes/PB/VIII/2005 tentang Penyelenggaraan
Kabupaten/Kota Sehat
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
50
2
Ketiga : Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua digunakan sebagai
acuan bagi petugas kesehatan yang membidangi kesehatan lingkungan dan
promosi kesehatan, lembaga pemerintah terkait, pengelola pasar, serta
pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat dalam penyelenggaraan
pasar sehat di Indonesia, khususnya pasart tradisonal
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 6 Juni 2008
MENTERI KESEHATAN
Lampiran
Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor : 519/Menkes/SK/VI/2008
Tanggal : 6 Juni 2008
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Status kesehatan suatu populasi sangat ditentukan oleh kondisi tempat-tempat itu dan juga
ketersediaan layanan kesehatan. Peranan pasar tradisional sangat penting dalam pemenuhan
kebutuhan, terutama bagi golongan masyarakat menengah ke bawah. Pada saat yang sama,
pasar dapat menjadi jalur utama untuk penyebaran penyakit seperti kasus kolera di Amerika
Latin, SARS dan Flu Burung (Avian Influenza) di Asia. Konferensi gabungan WHO/ FAO/ OIE/
World Bank tentang flu burung dan pandemi flu pada manusia yang diadakan di Jenewa
(November 2005), menekankan pentingnya mencegah penyebaran flu burung H5N1 pada
sumbernya termasuk pasar tradisional. 1
Di Indonesia terdapat sekitar 13.650 pasar tradisional dengan 12.6 juta pedagang beraktivitas
di dalamnya (Kompas, 2 Maret 2005). Jika setiap pedagang memiliki empat anggota keluarga,
maka lebih dari 50 juta orang atau hampir 25% dari populasi total Indonesia beraktifitas di
pasar. Terlebih dengan banyaknya masyarakat yang membeli pangan di pasar tradisional.
Diperkirakan paling tidak 60% kebutuhan pangan bagi penduduk di daerah perkotaan
disediakan oleh pasar tradisional (Pertemuan Nasional Kota Sehat, 2006). 3 Pertumbuhan pasar
tradisional sangat memprihatinkan. Tahun 1985 dilaporkan bahwa pasar tradisional di Jakarta
berjumlah 151 (78%) sedangkan pasar modern hanya 42 pasar (22%). Tetapi pada Tahun 2005,
pasar modern melonjak menjadi 449 pasar (75%) sedangkan pasar tradisonal tetap berjumlah 51
151 atau 25% dari total pasar (Pasar Jaya, 2006).4 Nampaknya masyarakat cenderung lebih
3
menyukai pasar modern yang menjual pangan dengan pelayanan yang lebih baik, lebih bersih,
aman dan nyaman. Pengelolaan pasar tradisional di daerah bervariasi tergantung pemerintah
daerah setempat. Untuk itu, pemerintah saat ini sedang menyusun Peraturan Presiden tentang
Pasar Tradisional agar tertata dengan profesional, khususnya oleh Pemerintah Daerah dalam
menghadapi persaingan dengan hipermarket dan sejenisnya (Kompas, 2 Juni 2006). 5
Pasar memiliki posisi yang sangat penting untuk menyediakan pangan yang aman; dan pasar
tersebut dipengaruhi oleh keberadaan produsen hulu (penyedia bahan segar), pemasok,
penjual, konsumen, manajer pasar, petugas yang berhubungan dengan kesehatan dan tokoh
masyarakat4. Oleh karena itu, komitmen dan partisipasi aktif para stakeholder dibutuhkan
untuk mengembangkan Pasar Sehat.
Pengembangan Pasar Sehat adalah strategis sebagai upaya memperkuat biosekuriti pada rantai
pangan yang akan (i) meningkatkan keamanan pangan sejak produksi hingga konsumsi, (ii)
mendidik produsen, pemasok, pedagang, dan konsumen, dan (iii) sebagai konsekuensinya,
kesadaran mereka akan meningkat terhadap risiko keamanan pangan, seperti kontaminasi
silang, penularan flu burung dan penyakit-penyakit lain yang dihantarkan pangan, dan perilaku
berisiko tinggi.
Untuk mewujudkan hal diatas perlu disusun pedoman penyelengaraan Pasar Sehat bagi
stakeholder yang terlibat dalam Pasar Sehat di Indonesia, seperti lembaga terkait yang
berwenang di jajaran Pemerintah Pusat dan Daerah, konsultan, lembaga donor dan
stakeholder kunci pada komunitas pasar antara lain manajer pasar.
B. PENGERTIAN
1. Pasar tradisional adalah pasar yang sebagian besar dagangannya adalah kebutuhan
dasar sehari-hari dengan praktek perdagangan yang masih sederhana dengan fasilitas
infrastukturnya juga masih sangat sederhana dan belum mengindahkan kaidah
kesehatan.
2. Pasar Sehat adalah kondisi pasar yang bersih, nyaman, aman dan sehat melalui
kerjasama seluruh stakeholder terkait dalam menyediakan pangan yang aman dan
bergizi bagi masyarakat.
3. Stakeholder adalah unit terkait di pasar antara lain pemerintah pusat, pemerintah
setempat, pengelola pasar, pemasok, penjual, pekerja pasar lainnya, dan juga
konsumen.
4. Infrastruktur pasar adalah sarana dan prasarana di pasar antara lain bangunan, kios-
kios, perlengkapan transportasi pangan dan bahan pangan, perlengkapan kebersihan
pasar, perlengkapan pendukung lainnya.
5. Pengelola pasar adalah organisasi atau pihak pengelola pasar yang bertanggung jawab
terhadap operasional harian pasar, keamanan, kebersihan pasar, dan lain-lain.
Pengelola pasar ini bisa merupakan pihak pemerintah setempat atau organisasi swadaya
masyarakat.
52
4
6. Promosi Higiene Sanitasi adalah suatu pendekatan sebagai upaya untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat yang sesuai dengan prinsip-prinsip hygiene
sanitasi terhadap baik individu, keluarga maupun masyarakat.
Pasar sehat merupakan tempat dimana semua pihak-pihak terkait bekerjasama untuk
menyediakan pangan yang aman, bergizi dan lingkungan yang memenuhi persyaratan
kesehatan.
A. TUJUAN
Umum :
Terwujudnya pasar yang bersih, aman, nyaman, dan sehat melalui kemandirian komunitas
pasar
Khusus :
B. MANFAAT
53
5
kesehatan memahami praktek yang sesuai di dalam dan di
luar lingkungan pasar;
Perhatian yang lebih baik akan tanggungjawab atas masalah
keamanan pangan dan kesehatan;
Berlangsungnya sistem yang lebih efektif; dan
B. SASARAN
1. Pedoman ini dibuat untuk petugas kesehatan yang membidangi kesehatan lingkungan dan
promosi kesehatan baik di Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Lembaga Pemerintah
terkait, pengelola pasar, asosiasi pedagang, asosiasi pasar, asosiasi pasar serta pemangku
kepentingan lainnya.
2. Pedoman ini dibuat untuk pengembangan perilaku hugiene bagi komunitas pasar,
infrastruktur pasar, operasional pasar khususnya pada pasar tradisional.
A. KEBIJAKAN
1. Mengembangkan jejaring kerja dan jalinan kemitraan antar sektor terkait baik
pihak pemerintah (pusat, propinsi dan Kab./Kota), swasta, asosiasi, LSM sebagai
upaya untuk membangun komitmen dan berperan dalam penyelenggaraan pasar
sehat
54
6
2. Meningkatkan peran pihak-pihak terkait dalam penyelenggaraan pasar sehat yang
didukung oleh peraturan perundangan sebagai landasan kerja pelaksanaan kegiatan
pihak terkait
B. STRATEGI
1. Mengembangkan pasar sehat merupakan bagian dari tatanan Sarana dan Prasarana
Permukiman dalam penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat
7
11. Mengembangkan surveilans kesehatan lingkungan termasuk bahan pangan dalam
rangka dalam rangka mewujudkan pasar sehat
12. Melengkapi infrastruktur serta sarana dan prasarana yang diperlukan dalam
penyelenggaraan pasar sehat.
Sebagian besar masyarakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pangan/bahan pangan masih
memanfaatkan pasar tardisional, maka penyelenggaraan pasar sehat lebih difokuskan pada
pasar tradisional
Untuk dapat terselenggara secara berkesinambungan perlu dibentuk Tim Pembina Pasar Sehat
baik di Propinsi maupun di Kabupaten/Kota. Dalam rangka efisiensi, Tim pembina pasar sehat
propinsi dan tim pembina pasar sehat kabupaten/kota diintegrasikan ke dalam tim pembina
provinsi atau tim pembina kabupaten/kota sehat yang sudah ada
A. Pengorganisasian
Penyelenggaraan pasar sehat melibatkan banyak sektor, baik sektor pemerintah maupun
swasta yang saling mendukung satu sama lain sesuai dengan peran dan fungsinya
1. PUSAT
Tim Pembina Pusat terdiri dari instansi atau lembaga yang membidangi sarana dan prasarana,
komoditi pedagangan dan industri, komoditi pertanian dan peternakan, kesehatan,
kelembagaan, pengawasan makanan minuman dan bahan pangan, pasar, perlindungan dan
pemberdayaan konsumen dan asosiasi pedagang
2. PROVINSI
Tim pembina provinsi tediri dari instansi atau lembaga yang membidangi sarana dan
prasarana, komoditi pedagangan dan industri, komoditi pertanian dan peternakan, kesehatan,
kelembagaan, pengawasan makanan minuman dan bahan pangan, pasar, perlindungan dan
pemberdayaan konsumen dan asosiasi yang terkait dengan pasar antara lain asosiasi pengelola
pasar tardisional, asosiasi pedagang, assosiasi perunggasan
3. KABUPATEN/ KOTA
Tim pembina kabupaten/kota terdiri dari instansi atau lembaga yang membidangi sarana dan
prasarana, komoditi pedagangan dan industri, komoditi pertanian dan peternakan,
pengawasan kualitas kesehatan lingkungan, pengawasan kualitas makanan dan bahan pangan,
promosi hygiene sanitasi, kelembagaan pasar, perlindungan dan pemberdayaan konsumen,
penyediaan air minum, kebersihan, pelayanan pencegahan dan penangguangan kebakaran ,
ketentaman, kemananan dan ketertiban pasar dan asosiasi yang terkait dengan pasar antara
lain asosiasi pengelola pasar tardisional, asosiasi pedagang, asosiasi perunggasan dan
sebagainya
Tim pembina kab/kota membentuk kelompok kerja/gugus tugas/tim inti yang keanggotaannya56
terdiri dari pengelola pasar/perusahaan daerah pasar/unit pelaksana teknis daerah, pedagang,
8
asosiasi peagang pasar dan pemasok yang akan berperan secara langsung dalam pengelolaan
pasar sehat, penerapam perilaku higienis serta pembinaan dan fasilitasi pedagang.
B. LANGKAH-LANGKAH PENYELENGGARAAN
Dalam mewujudkan pasar sehat memerlukan kesepakatan dan dukungan penuh dari
stakeholder yang terkait didalamnya mulai dari pedagang, pekerja, pengelola, asosiasi,
pemasok, pihak swasta, LSM dan pemerintah setempat yang dilakukan secara
berkesinambungan
Untuk dapat terselenggaranya secara berkesinambungan perlu dibentuk tim pembina pasar
sehat baik di propinsi maupun di kabupaten/kota. Dalam rangka efisiensi ti pembina pasar
sehat propinsi dan kabupaten/kota diintegrasikan kedalam tim pembina propinsi atau tim
pembina Kabupaten/Kota Sehat yang sudah ada.
1. Melakukan survei pendahuluan (kondisi fisik, operasional, kebutuhan komunitas pasar dan
identifikasi mitra kerja) untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi pasar oleh tim
pembina kab/kota
2. Melakukan analisa data dan hasilnya disampaikan kepada tim pembina pusat, propinsi,
kabupaten dan kelmpok kerja / gugus tugas / tim inti
3. Hasil analisa merupakan bahan pengambilan keputusan dalam rencana tindak lanjut
(percontohan, pelatihan, pembinaan, pengawasan, pemantauan)
Tim pembina memfasilitasi kelompok kerja pada lokasi pasar untuk memperoleh rumusan
57
dan komitmen antara lain :
9
1. menetapkan prioritas masalah yang akan ditangani
2. menetapkan sumber daya yang akan digunakan
3. menetapkan rencana kerja
Upaya yang dilaksanakan dalam pasar sehat berdasarkan rencana kerja yang dibuat antara
lainadalah sebagai berikut :
1. Perbaikan infra struktur
2. Perbaikan Operasional
3. Promosi hugiene sanitasi
1. Tim pembina kabupaten/kota membuat target yang akan dicapai dalam jangka pendek,
menengah dan panjang dengan penetapan indikator yang terukur
2. Pokja/gugus tugas/tim inti pasar membuat target yang akan dicapai dalam jangka pendek,
menengah dan panjang dengan penetapan indikator yang terukur
3. Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan oleh seluruh pihak terkait sesuai bidang tugasnya,
misal pemantauan kandungan formalin dalam makanan/bahan pangan, pemantauan
kondisi lingkungan, perilaku pedagang, karyawan dan pengunjung
4. Pembinaan dan pengawasan dibidang teknis yang berhubungan dengan kesehatan
lingkungan terhadap penyelenggaraan pasar sehat dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan
Kab/Kota, dalam hal ini sebagai pelaksana penilaian adalah tenaga kesehatan lingkungan
danpromosi kesehatan dengan menggnakan Formulir Inspeksi Pasar (FORM I) yang
dilakukan minimal setiap enam (6) bulan sekali
5. Tenaga kesehatan lingkungan bertanggung jawab terhadap pembinaan dan pengawasan
kondisi kesehatan lingkungan pasar dan tenaga promosi kesehatan melakukan pembinaan
dan pengawasan terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masayarakat/komunitas
pasar. Tenaga kesehatan lingkungan dan tenaga promosi kesehatan memberikan
rekomendasi terhadap hasil pembinaan dan pengawasan tersebut
6. Pemantauan dan evaluasi untuk mengathui kondisi pasar dan perilaku masyarakat pasar
dilakukan oleh pokja/gugus tugas/tim inti pasar/komunitas pasar dengan menggunakan58
Formulir Penilaian Pasar (FORM II) yang dilakukan setiap tiga (3) bulan sekali
10
7. Pengeola pasar perlu diberdayakan untuk memonitor implementasi seluruh kegiatan
pengembangan dan mengambil tindakan perbaikan apabila diperlukan. Tindakan perbaikan
perlu dikembangkan untuk setiap pengawasan bersama pihak yg melakukan pengawasan
8. Pengawasan dan pembinaan terhadap penyelenggaraanpasar sehat harus dilakukan secara
berkesinambungan oleh pengelola pasar guna mewujudkan pasar yang bersih, aman,
nyaman dan sehat melalui kemandirian komunitas pasar
1. Hasil pemantauan dan evaluasi yang dilaksanakan oleh pokja/gugu tugas/ tim inti
komunitas pasar dilaporkan kepada tim pembina pasar sehat kab/kota
2. Hasil pemantauan dan evaluasi yang dilaksanakan oleh pokja/gugu tugas/ tim inti
komunitas pasar direkaptulasi dan dianalisa oleh tim pembina pasar sehat kab/kota
kemudian hasilnya dilaporkan kepada Bupati/Walikota setempat dengan tembusan tim
pembina propinsi
3. Tim pembina propinsi melakukan rekapitulasi dan menganalisis laporan dari tim pembina
pasar sehat kab/kota kemudian hasilnya dilaporkan kepada Gubernur tembusan tim
pembina pusat
A. Lokasi
B. Bangunan
1. Umum
Bangunan dan rancang bangun harus dibuat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
11
g. khusus untuk jenis pestisida, bahan berbahaya dan beracun (B3) dan bahan
berbahaya lainnya ditempatkan terpisah dan tidak berdampingan dengan zona
makanan dan bahan pangan
12
6. tempat penjualan bebas vektor penular penyakit dan tempat perindukannya,
seperti : lalat, kecoa, tikus, nyamuk
7. pisau yg digunakan untuk memotong bahan makanan basah/matang tidak boleh
digunakan untuk makanan kering/mentah
5. Area Parkir
a. Adanya pemisah yg jelas pada batas wilayah pasar
b. Adanya parkir yg terpisah berdasarkan jenis alat angkut, seperti : mobil, motor,
sepeda, andong/delman dan becak
c. Tersedia area parkir khususu untuk pengangkut hewan hidup dan hewan mati
d. Tersedia area bongkar muat khusus yg terpisah dari tempat parkir pengunjung
e. Tidak ada genangan air
f. Tersedia tempat sampah yg terpisah antara sampah kering dan basah dalam jumlah
yg cukup, minimal setiap radius 10 m
g. Ada tanda masuk dan keluar kendaraan secara jelas, yg berbeda antara jalur masuk
dan keluar
h. Adanya tanaman penghijauan
i. Adanya area resapan air di pelataran parkir
6. Konstruksi
a. Atap
1. atap harus kuat, tidak bocor dan tidak menjadi tempat berkembangbiaknya
binatang penular penyakit
2. kemiringan atap harus sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan terjadinya
genangan air pada atap dan langit2
3. ketinggian atap sesuai ketentuan yang berlaku
4. atap yg mempunyai ketinggian 10 m atau lebih harus dilengkapi dengan
penangkal petir
b. Dinding
1. permukaan dinding harus bersih, tidak lembab dan berwarna terang
2. permukaan dinding yg selalu terkena percikan air harus terbuat dari bahan yg
kuat dan kedap air
3. pertemuan lantai dengan dinding, serta pertemuan dua dindinglainnya harus
berbentuk lengkung (conus)
c. Lantai
1. lantai terbuat dari bahan yg kedap air, permukaan rata, tidak licin, tidak retak
dan mudah dibersihkan
2. lantai yg selalu terkena air, misalnya kamar mandi, tempat cuci dan sejenisnya
harus mempunyai kemiringan ke arah saluran dan pembuangan air sesuai
ketentuan yg berlaku sehingga tidak terjadi genangan air
7. Tangga
a. Tinggi, lebar dan kemiringan anak tangga sesuai dengan ketentuan yang berlaku
b. Ada pegangan tangan di kanan dan kiri tangga
c. Terbuat dari bahan yg kyat dan tidak licin
d. Memiliki pencahayaan minimal 100 lux
8. Ventilasi
Ventilasi harus memenuhi syarat minimal 20 % dari luas lantai dan saling berhadapan
(cross ventilation)
9. Pencahayaan 61
13
a. Intensitas pencahayaan setiap ruangan harus cukup untuk melakukan pekerjaan
pengelolaan bahan makanan secara efektif dan kegiatan pembersihan makanan
b. Pencahayaan cukup terang dan dapat melihat barang dagangan dengan jelas
minimal 100 lux
10. Pintu
Khusus untuk pintu los penjualan daging, ikan dan bahan makanan yang berbau tajam
agar menggunakan pintu yg dapat membuka dan menutup sendiri (self closed) atau tirai
plastik untuk menghalangi binatang penular penyakit (vektor) seperti lalat atau
serangga lain masuk
C. Sanitasi
1. Air Bersih
a. Tersedia air bersih dengan jumlah yg cukup setiap hari secara berkesinambungan,
minimal 40 liter per pedagang
b. Kualitas air bersih yg tersedia memenuhi persyaratan
c. Tersedia tendon air yang menjaminn kesinambungan ketersediaan air dan dilengkapi
dengan kran yg tidak bocor
d. Jarak sumber air bersih dengan pembuangan limbah minimal 10 m
e. Kualitas air bersih diperika setiap enam (6) bulan sekali
b. Didalam kamar mandi harus tersedia bak dan air bersih dalam jumlah yg cukup dan
bebas jentik
c. Didalam toilet harus tersedia jamban leher angsa, peturasan dan bak air
d. Tersedia tempat cuci tangan dengan jumlah yg cukup yg dilengkapi dengan sabun
dan air yg mengalir
e. Air limbah dibuang ke septic tank (multi chamber), riol atau lubang peresapan yg
tidak mencemari air tanah dg jarak 10 m dari sumber air bersih
f. Lantai dibuat kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan dg kemiringan sesuai
ketentuan yg berlaku sehingga tidak terjadi genangan
g. Letak toilet terpisah minimal 10 meter dengan tempat penjualan makanan dan
bahan pangan
h. Luas ventilasi minimal 20 % dari luas lantai dan pencahayaan 100 lux
i. Tersedia tempat sampah yg cukup
3. Pengelolaan Sampah
a. Setiap kios/los/lorong terseia tempat sampah basah dan kering
b. Terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat, kuat, tertutup, dan mudah
dibersihkan 62
c. Tersedia alat angkut sampah yg kuat, mudah dibersihkan dan mudah dipindahkan
14
d. Tersedia tempat pembuangan sampah sementara (TPS), kedap air, kuat, kedap air
atau kontainer, mudah dibersihkan dan mudah dijangkau petugas pengangkut
sampah
e. TPS tidak menjadi tempat perindukan binatang (vektor) penular penyakit
f. Lokasi TPS tidak berada di jalur utama pasar dan berjarak minimal 10 m dari bangunan
pasar
g. Sampah diangkut minimal 1 x 24 jam
4. Drainase
a. Selokan/drainase sekitar pasar tertutup dengan kisi yg terbuat dari logam sehingga mudah
dibersihkan
b. Limbah cair yg berasal dari setiap kios disalurkan ke instalasi pengolahan air limbah (IPAL),
sebelum akhirnya dibuang ke saluran pembuangan umum
c. Kualitas limbah outlet harus memenuhi baku mutu sebagaimana diatur dalam Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup nomor 112 tahun 2003 tentang kualitas air limbah
d. Saluran drainase memiliki kemiringan sesuai dg ketentuan yg berlaku sehingga mencegah
genangan air
e. Tidak ada bangunan los/kios diatas saluran drainase
f. Dilakukan pengujian koalitas air limbah cair secara berkala setiap 6 bulan sekali
8. Desinfeksi Pasar
a. Desinfeksi pasar harus dilakukan secara menyeluruh 1 hari dalam sebulan
b. Bahan desinfektan yg digunakan tidak mencemari lingkungan
15
b. Berpola hidup bersih dan sehat (cuci tangn dg sabun, tidak merokok, mandi sebelum pulang
terutama bagi pedagang dan pemotong unggas, tidak buang sampah sebarangan, tidak
meludah dan buang dahak sembarangan dll)
c. Dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi pedagang secara berkala. Minimal 6 bulan sekali
d. Pedagang makanan siap saji tidak sedang menderita penyakit menular langsung, seperti :
diare, hepatitis, TBC, kudis, ISPA dll
2. Pengunjung
a. Berpola hidup bersih dan sehat, seperti : tidak buang sampah sebarangan, tidak merokok,
tidak meludah dan buang dahak sembarangan dll
b. Cuci tangan dengan sabun terutama setalah memegang unggas/hewan hidup, daging, ikan
3. Pengelola
Mempunyai pengetahuan dan keterampilan dibidang hygiene sanitasi dan keamanan pangan
E. Keamanan
1. Pemadam Kebakaran
a. Tersedia peralatan pemadam kebakaran yg cukup dan berfungsi serta tidak kadaluwarsa
b. Tersdia hidran air dg jumlah cukup menurut ketentuan berlaku
c. Letak peralatan pemadam kebakaran mudah dijangkau dan ada petunjuk arah
penyelamatan diri
d. Adanya petunjuk prosedur penggunaan alat pemadam kebakaran
2. Keamanan
Tersedia pos keamanan dilengkapi dengan personil dan peralatannya
F. Fasilitas Lain
64
16
VI. PENUTUP
MENTERI KESEHATAN
65
17
FORM I
I. DATA UMUM :
1. NAMA PASAR :
2. ALAMAT PASAR :
66
18
bahan pangan dan
makanan
4.1 Tempat penjualan 4 1. Meja tempat penjualan (nilai 10)
bahan pangan basah
a. Tahan Karat 4
b. Rata 2
c. Kemiringan 2
d. Tinggi 60 cm 2
2. Karkas daging digantung 4
15
3. Alas pemotong (talenan) tidak terbuat
dari kayu, tidak beracun, kedap air dan
mudah dibersihkan
15
4. Tempat penyimpanan bahan pangan
dengan rantai dingin (cold chain) bersuhu
(4-10 0C)
8
5. Tersedia tempat pencucian bahan
pangan dan peralatan
6. Tempat cuci tangan dilengkapi (nilai
14):
a. Sabun 6
b. Air mengalir 8
7. Saluran pembuangan limbah (nilai 10) :
a. Tertutup 5
b. Kemiringan 5
8. Tempat sampah (nilai 10) :
a. Terpisah (sampah basah & kering) 4
b. Kedap air 3
c. Tertutup 3
10
9 Bebas binatang penular penyakit
(vektor) & tempat perindukannya
4.2 Tempat penjualan 3 1. Meja tempat penjualan dengan:
bahan pangan kering
permukaan rata, mudah
dibersihkan, dengan tinggi minimal
60 cm (nilai 20)
a. Permukaan rata 10
b. Mudah dibersihkan 5
c. Tinggi minimal 60 cm 5
2. Meja terbuat dari bahan tahan 20
3. Tempat sampah (nilai 20) :
a. Terpisah basah dan kering 0
b. Kedap air 5
c. Bertutup 5
4. Tempat cuci tangan dilengkapi (nilai
20) :
a. Dengan sabun 0
b. Air mengalir 14 67
5. Bebas vektor penular penyakit dan 20
19
4.3 Tempat penjualan 3 1. Tempat penyajian makanan
makanan matang/ (nilai 20) :
siap saji
a. Tertutup 4
b. Bahan Tahan Karat 3
c. Permukaan Rata 3
d. Mudah dibersihkan 3
e. Tinggi Minimal 60 cm 3
2. Tempat cuci tangan dilengkapi (nilai 20)
:
a. Dengan sabun 6
b. Air mengalir 14
3. Tempat cuci peralatan (nilai 20) :
a. Kuat 6
b. Aman 4
c. Tidak berkarat 4
d. Mudah dibersihkan 6
10
7. Pisau yang digunakan untuk memotong
bahan mentah dan bahan matang berbeda
dan tidak berkarat
8. Saluran pembuangan limbah
(nilai 10 ):
a. Tertutup 5
b. Kemiringan 5
6. Tempat sampah (nilai 10) :
a. Terpisah basah dan kering 0
b. Kedap air 2
c. Bertutup 2
10
7. Bebas vektor penular penyakit dan
tempat perindukannya
4.4 Area Parkir 1 15
1. Ada pemisah yang jelas dengan batas
wilayah pasar
10
2. Parkir mobil, motor, sepeda,
andong/delman, becak terpisah
3. Tersedia area parkir khusus kendaraan 10
pengangkut hewan hidup
4. Tersedia area khusus bongkar muat 0
barang
5. Tidak ada genangan air 10
6. Tersedia tempat sampah setiap radius
10 meter 15
7. Ada jalur dan tanda masuk dan keluar
kendaraan yang jelas 10
8. Ada tanaman penghijauan 10
9. Adanya area resapan air 10 68
4.5 Konstruksi : 4
20
4.5.1 Atap 0,5 1. Atap (nilai 40) :
a. Kuat 20
b. Tidak bocor 10
c. Tidak menjadi tempat perindukan
vector 10
40
2. Kemiringan atap cukup dan tidak
memungkinkan genangan air
3. Atap dengan ketinggian lebih 10 meter
dilengkapi penangkal petir 20
4.5.2 Dinding 0,5 1. Keadaan dinding (nilai 40)
a. Bersih 15
b. Tidak lembab 15
c. Berwarna terang 10
2. Permukaan dinding yang selalu
terkena percikan air terbuat dari (nilai 40) :
a. Bahan yang kuat 20
b. Kedap air 20
3. Pertemuan lantai dengan dinding harus
lengkung (conus) 0
4.5.3 Lantai 0,5 1. Keadaan lantai (nilai 70) :
a. Kedap air 15
b. Rata 15
c. Tidak licin 15
d. Tidak retak 10
e. Mudah dibersihkan 15
21
30
2. Kualitas air bersih memenuhi syarat
kesehatan
3. Jarak sumber air bersih dengan septick 20
tank minimal 10 meter
4. Pengujian air bersih dilakukan 6 bulan 10
sekali
2. Kamar mandi dan 4 1. Toilet : laki-laki dan perempuan terpisah
toilet
dengan jumlah cukup (nilai 10)
a. Terpisah 5
b. Jumlah cukup 5
10
2. Tersedia bak dan air bersih dengan
jumlah cukup dan bebas jentik
3. Toilet dengan leher angsa 10
4. Tersedia tempat cuci tangan dan sabun 0
5. Tersedia tempat sampah yang tertutup 10
10
6. Tersedia septik tank dengan lubang
peresapan yang memenuhi syarat
kesehatan
7. Letak toilet minimal 10 meter dari 10
tempat penjualan makanan dan bahan
pangan
8. Ventilasi minimal 20% dari luas lantai 10
9. Pencahayaan minimal 100 lux 10
10
10. Lantai kedap air, tidak licin, mudah
dibersihkan, dengan kemiringan cukup
3. Pengelolaan sampah 4 1. Setiap kios/lorong/los tersedia tempat 0
sampah basah dan kering
2. Tempat sampah terbuat dari (nilai 20) :
a. Bahan kedap air 5
b. Tidak mudah berkarat 5
c. Kuat 4
d. Tertutup 3
e. Mudah dibersihkan 3
22
10
6. TPS tidak di jalur utama pasar dan
berjarak minimal 10 meter dari bangunan
pasar
7. Sampah diangkut minimal 1 x 24 jam 10
4. Drainage 4 30
1. Tertutup dengan kisi-kisi, terbuat dari
logam dan mudah dibersihkan
2. Limbah cair mengalir lancar 30
3. Limbah cair harus memenuhi baku 10
mutu
4. Tidak ada bangunan di atas saluran 10
10
5. Pengujian kualitas limbah cair berkala
setiap 6 bulan sekali
5. Tempat cuci tangan 4 1. Lokasi mudah dijangkau 40
2. Dilengkapi sabun 0
3. Tersedia air mengalir 40
6. Binatang penular 3 1. Los makanan siap saji dan bahan 15
penyakit /vektor pangan harus bebas dari lalat, kecoa, dan
tikus
2. Angka kepadatan tikus nol 20
20
3. Angka kepadatan kecoa maksimal 2
ekor per plate di titik pengukuran
4. Angka kepadatan lalat maksimal 30 per 20
gril net di tempat sampah dan drainage
20
5. Container Indeks (CI) jentik nyamuk
aedes tidak melebihi 5%
7. Kualitas makanan 4 20
dan bahan pangan 1. Tidak basi
2. Tidak mengandung bahan berbahaya 10
10
3. Tidak mengandung residu pestisida di
atas ambang batas
5
4. Kualitas makanan siap saji sesuai
dengan peraturan
10
5. Makanan dalam kemasan tertutup
disimpan dalam suhu 4-10oC
10
6. Ikan, daging, dan olahannya disimpan
dalam suhu 0 s/d 4 C
10
7. Sayur dan buah disimpan dalam suhu
10 C, telor, susu dan olahannya disimpan
dalam suhu 5-7C
8. Penyimpanan bahan makanan dengan 10
jarak 15 cm dari lantai, 5 cm dari dinding,
dan 60 cm dari langit-langit
10
9. Kebersihan peralatan makanan
maksimal 100 kuman per cm2 permukaan
dan E-coli nol
8. Desinfeksi pasar 3 1. Dilakukan secara menyeluruh 1 hari 50
dalam sebulan 71
23
50
2. Bahan desinfeksi tidak mencemari
lingkungan
D PERILAKU HIDUP 30
BERSIH DAN SEHAT
(Nilai maksimal 3000)
1. 15 5
Pedagang dan 1. Pedagang daging/unggas dan ikan
pekerja menggunakan alat pelindung diri
2. Berperilaku hidup bersih dan sehat 20
(PHBS)
3. Dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi 0
pedagang secara berkala minimal 6 bulan
sekali
40
4. Pedagang makanan siap saji tidak
sedang menderita penyakit menular
langsung seperti : diare, hepatitis, TBC,
kudis, dll
2. Pengunjung 10 50
1. Berperilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS)
2. Cuci tangan dengan sabun setelah 0
memegang unggas/hewan hidup, daging
atau ikan
3. Pengelola 5 Memahami dan mempunyai keterampilan 50
tentang hygiene sanitasi dan keamanan
pangan (pernah mengikuti kursus/pelatihan
di bidang sanitasi dan hygiene makanan
dan pangan)
E. KEAMANAN 5
(Nilai maksimal 1000)
1. Pemadam kebakaran 3
1. Tersedia peralatan pemadam
kebakaran dengan jumlah cukup dan
berfungsi (nilai 40) :
a. Ada 20
b. Jumlah cukup 10
c. 80 % berfungsi 10
2. Tersedia hidran air 30
20
3. Letak peralatan pemadaman kebakaran
mudah dijangkau dan ada petunjuk arah
penyelamatan
4. Adanya SOP penggunaan alat 10
pemadam kebakaran
2. Keamanan 2 1. Ada Pos Keamanan 50
2. Ada personil/petugas keamanan 50
F. FASILITAS LAIN 10
(Nilai maksimal 1000)
1. Tempat / sarana 2 40
ibadah 1. Tersedia tempat ibadah yang bersih,
dan tempat wudhu
2. Tersedia air dengan jumlah yang cukup 40
20
3. Ventilasi dan pencahayaan sesuai
dengan persyaratan 72
24
2. Tempat penjualan 5 20
unggas hidup 1. Tersedia tempat khusus yang terpisah
dari pasar utama
2. Mempunyai akses masuk dan keluar 10
kendaraan pengangkut unggas tersendiri
3. Kandang tempat penampungan unggas 10
kuat dan mudah dibersihkan
10
4. Tersedia fasilitas pemotongan unggas
umum yang memenuhi syarat
10
5. Tersedia sarana cuci tangan dengan
sabun dan air bersih
6. Tersedia saluran pembuangan limbah 10
10
7. Tersedia penampungan sampah
terpisah dari sampah pasar
20
8. Tersedia sarana desinfeksi khusus di
pintu masuk
3. Tersedia pos pelayan 3 50
kesehatan dan
Pertolongan Pertama Tersedia ruang/pos pelayanan kesehatan
Pada Kecelakaan dan Pertolongan Pertama Pada
(P3K) Kecelakaan (P3K)
JUMLAH 100
Penilaian ini dilakukan oleh Tim Pembina Pasar setiap enam (6) bulan sekali
................................., 20......
Mengetahui :
Pengelola Pasar Tim Penilai :
1. ......................................
2. ......................................
3. ......................................
( ........................................ ) 4. ......................................
CATATAN :
25
FORM II
1. NAMA PASAR :
2. ALAMAT PASAR :
No. PENILAIAN
SUBSTANSI YANG DINILAI
YA TIDAK
1 2 3 4
A BANGUNAN PASAR
74
26
No. PENILAIAN
SUBSTANSI YANG DINILAI
YA TIDAK
1 2 3 4
E TOILET
F AIR BERSIH
75
27
No. SUBSTANSI YANG DINILAI PENILAIAN
YA TIDAK
1 2 3 4
I KEAMANAN PASAR
L TEMPAT PARKIR
1 Tersedia tempat parkir untuk kendaraan roda dua, roda tiga, roda
empat dan tempat bongkar muat barang dagangan
2 Tempat parkir kendaraan pengangkut unggas hidup harus
terpisah dari kendaraan lain
3 Jalur masuk dan keluar terpisah dengan jelas
M PEDAGANG/KARYAWAN
76
28
No. SUBSTANSI YANG DINILAI PENILAIAN
YA TIDAK
1 2 3 4
N PENGUNJUNG
JUMLAH
77
29
PETUNJUK PENGISIAN FORM II
1. Penilai pasar adalah pokja / gugus tugas / tim inti atau apapun nama yg sdh disepakati
dg FORM II untuk mengetahui kondisi pasar dan komunitas pasar, pengunjung dll
a. Jawaban YA : 47 ( 80 % ) : Baik
b. Jawaban YA : 38 46 (65 % - 79 % ) : Cukup
c, Jawaban YA : 37 ( 64 % ) : Kurang
78
6. Hasil pengamatan dikomunikasikan kepada pengelola pasar
30
79
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
DI PUSKESMAS
P
e
r
a
t
u
r
a
n
.
.
.
81
-2-
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
83
7. Intervensi...
-4-
BAB II
PENYELENGGARAAN
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
(4) Dalam... 84
-5-
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
85
Pasal 8...
-6-
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
-7-
Pasal 11
BAB III
SUMBER DAYA
Pasal 12
BAB IV...
87
BAB IV
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Pasal 13
Pasal 14
BAB V
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pasal 15
Pasal 16...
88
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 19
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Puskesmas yang belum
memiliki sumber daya dalam penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Lingkungan harus menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan Menteri
ini dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun sejak Peraturan
Menteri ini mulai berlaku.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 20
Agar...
89
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 26 Februari 2015
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 18 Maret 2015
ttd
YASONNA H LAOLY
90
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 13 TAHUN 2015
TENTANG
PENYELENGGARAAN PELAYANAN
KESEHATAN LINGKUNGAN DI
PUSKESMAS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan lingkungan sebagai salah satu upaya kesehatan ditujukan
untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia,
biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, sebagaimana tercantum
dalam Pasal 162 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan. Ketentuan mengenai penyelenggaraan kesehatan
lingkungan selanjutnya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66
Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan, yang pengaturannya
ditujukan dalam rangka terwujudnya kualitas lingkungan yang sehat
tersebut melalui upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan
kesehatan dari faktor risiko kesehatan lingkungan di permukiman,
tempat kerja, tempat rekreasi serta tempat dan fasilitas umum.
91
- 12 -
B. Tujuan
1. Umum
Dengan terselenggaranya Pelayanan Kesehatan Lingkungan di
Puskesmas diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat melalui upaya preventif, promotif, dan kuratif yang
dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan.
2. Khusus
a. Menurunkan angka penyakit dan/atau gangguan kesehatan
yang diakibatkan oleh Faktor Risiko Lingkungan dan
meningkatnya kualitas kesehatan lingkungan.
92
- 13 -
BAB II
ALUR KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN LINGKUNGAN PUSKESMAS
- 15 -
94
SKEMA ALUR KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN LINGKUNGAN
R.KIA, KB
R. Sterilisasi &
Imunisasi
KM/WC R. ASI
R. Kesehatan
KM/WC
Gigi & Mulut
R. Pasien Klien
Pemeriksaan R. Persalinan
Umum
Pintu Masuk /
R.Farmasi R. Tindakan
Keluar
Puskesmas
Pemeriksaan/Pengamatan Lingkungan,
Pengamatan Perilaku, Inspeksi Kesling dan
Konseling
95
BAB III
KONSELING
A. Pengertian Konseling
Konseling adalah hubungan komunikasi antara Tenaga Kesehatan
Lingkungan dengan Pasien yang bertujuan untuk mengenali dan
memecahkan masalah kesehatan lingkungan yang dihadapi.
96
4. Konseling berbeda dengan konsultasi maupun penyuluhan
Dalam konsultasi, pemberi nasehat memberikan nasehat seakan-
akan dia seorang ahli" dan memikul tanggung jawab yang lebih
besar terhadap tingkah laku atau tindakan Pasien, serta yang
dihadapi adalah masalah. Sedangkan penyuluhan merupakan
proses penyampaian informasi kepada kelompok sasaran dengan
tujuan meningkatkan kesadaran masyarakat.
B. Langkah-Langkah Konseling
Pelaksanaan Konseling dilakukan dengan fokus pada permasalahan
kesehatan yang dihadapi Pasien.
2. Pelaksanaan (P2)
Dalam pelaksanaan, Tenaga Kesehatan Lingkungan menggali
data/informasi kepada Pasien atau keluarganya, sebagai berikut:
1. umum, berupa data individu/keluarga dan data lingkungan;
2. khusus, meliputi:
a. identifikasi prilaku/kebiasaan;
b. identifikasi kondisi kualitas kesehatan lingkungan;
c. dugaan penyebab; dan
d. saran dan rencana tindak lanjut.
97
- 19 -
T - tanyakan :
U-Uraikan :
TU Bantu :
Bantu Pasien mencocokkan keadaannya dengan berbagai
kemungkinan yang bisa dipilihnya untuk memperbaiki keadaannya
atau mengatasi masalahnya.
J - Jelaskan :
Berikan penjelasan yang lebih lengkap mengenai cara mengatasi
permasalahan yang dihadapi Pasien dari segi positif dan negatif
serta diskusikan upaya untuk mengatasi hambatan yang mungkin
terjadi. Jelaskan berbagai pelayanan yang dapat dimanfaatkan
untuk memecahkan masalah tersebut.
98
U - Ulangi:
Ulangi pokok-pokok yang perlu diketahui dan diingatnya. Yakinkan
bahwa anda selalu bersedia membantunya. Kalau Pasien
memerlukan percakapan lebih lanjut yakinkan dia bahwa anda
siap menerimanya.
BAB IV
INSPEKSI KESEHATAN LINGKUNGAN
A. Pengertian
Inspeksi Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan pemeriksaan dan
pengamatan secara langsung terhadap media lingkungan dalam
rangka pengawasan berdasarkan standar, norma dan baku mutu
yang berlaku untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang sehat.
Inspeksi Kesehatan Lingkungan dilaksanakan berdasarkan hasil
Konseling terhadap Pasien dan/atau kecenderungan berkembang
atau meluasnya penyakit dan/atau kejadian kesakitan akibat Faktor
Risiko Lingkungan. Inspeksi Kesehatan Lingkungan juga dilakukan
secara berkala, dalam rangka investigasi Kejadian Luar Biasa (KLB)
dan program kesehatan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b) Udara
- Mengamati ketersediaan dan kondisi kebersihan ventilasi.
- Mengukur luas ventilasi permanen (minimal 10% dari
luas lantai), khusus ventilasi dapur minimal 20% dari
luas lantai dapur, asap harus keluar dengan sempurna
atau dengan ada exhaust fan atau peralatan lain.
c) Tanah
Mengamati kondisi kualitas tanah yang berpotensi sebagai
media penularan penyakit, antara lain tanah bekas Tempat
Pembuangan Akhir/TPA Sampah, terletak di daerah banjir,
bantaran sungai/aliran sungai/longsor, dan bekas lokasi 10
pertambangan. 0
d) Pangan
Mengamati kondisi kualitas media pangan, yang memenuhi
prinsip-prinsip higiene sanitasi dalam pengelolaan pangan
mulai dari pemilihan dan penyimpanan bahan makanan,
pengolahan makanan, penyimpanan makanan masak,
pengangkutan makanan, dan penyajian makanan.
3) Uji Laboratorium
Apabila hasil pengukuran in situ memerlukan penegasan lebih
lanjut, dilakukan uji laboratorium. Uji laboratorium dilaksanakan
di laboratorium yang terakreditasi sesuai parameternya. Apabila
diperlukan, uji laboratorium dapat dilengkapi dengan pengambilan
spesimen biomarker pada manusia, fauna, dan flora.
10
1
Analisis risiko kesehatan lingkungan dilakukan melalui:
a) Identifikasi bahaya
Mengenal dampak buruk kesehatan yang disebabkan oleh
pemajanan suatu bahan dan memastikan mutu serta kekuatan
bukti yang mendukungnya.
b) Evaluasi dosis respon
Melihat daya racun yang terkandung dalam suatu bahan atau
untuk menjelaskan bagaimana suatu kondisi pemajanan (cara,
dosis, frekuensi, dan durasi) oleh suatu bahan yang berdampak
terhadap kesehatan.
c) Pengukuran pemajanan
Perkiraan besaran, frekuensi dan lamanya pemajanan pada
manusia oleh suatu bahan melalui semua jalur dan
menghasilkan perkiraan pemajanan.
d) Penetapan Risiko.
Mengintegrasikan daya racun dan pemajanan kedalam
perkiraan batas atas risiko kesehatan yang terkandung dalam
suatu bahan.
10
3
Lingkungan dilakukan oleh Pasien sendiri. Dalam hal cakupan Intervensi
Kesehatan Lingkungan menjadi luas, maka pelaksanaannya dilakukan
bersama pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat/swasta.
D. Rekayasa Lingkungan
Rekayasa lingkungan merupakan upaya mengubah media lingkungan
atau kondisi lingkungan untuk mencegah pajanan agen penyakit baik
yang bersifat fisik, biologi, maupun kimia serta gangguan dari vektor
dan binatang pembawa penyakit.
Contoh rekayasa lingkungan:
- menanam tanaman anti nyamuk dan anti tikus;
- pemeliharaan ikan kepala timah atau guppy;
- pemberian bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang
tidak tertutup;
- membuat saluran air dari laguna ke laut agar ada peningkatan
salinitas.
BAB V
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
BAB VI
PENUTUP
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
10
NILA FARID MOELOEK 6
PEDOMAN PENYELENGGARAAN KESEHATAN LINGKUNGAN SEKOLAH
107
Page
Page 108
Page 109
Page 110
Page 111
Page 112
Page 113
Page 114
Page 115
Page 116
Page 117
Page 118
Page 119
Page 120
PERMENKES NO. 80/MENKES/PER/II/1990
A. Persyaratan Lingkungan dan Bangunan Hotel, Kamar/ Ruang, dan Fasilitas Sanitasi
Menurut Permenkes RI No. 80 / Menkes / Per / II / 1990
1. Persyaratan Kesehatan Lingkungan dan Bangunan Hotel
a. Umum
1) Lingkungan dan bangunan hotel selalu dalam keadaan bersih
2) Lingkungan dan konstruksi bangunan hotel tidak memungkinkan sebagai tempat bersarang dan
berkembang biaknya serangga dan bintang pengerat
3) Bangunan hotel harus kuat, utuh dan dapat mencegah penularan penyakit serta kecelakaan
b. Tata Ruang
Pembagian ruang hotel harus ditata dan dipergunakan sesuai dengan fungsinya, serta memenuhi
persyaratan kesehatan.
c. Kontruksi
1) Lantai
a) Terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin dan mudah dibersihkan.
b) Lantai yang kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang cukup (2 3 persen) ke
arah saluran pembuangan air limbah.
2) Dinding
a) Permukaan dinding sebelah dalam harus mudah dibersihkan.
b) Permukaan dinding yang selalu terkena percikan air harus terbuat dari bahan yang kuat dan
kedap air.
3) Ventilasi
a) Ventilasi dapat menjamin peredaran udara di dalam kamar / ruang dengan baik.
b) Bila ventilasi alam tidak memenuhi persyaratan harus dilengkapi dengan ventilasi mekanis.
4) Atap
Tidak bocor dan tidak memungkinkan terjadinya genangan air.
5) Langit langit
a) Mudah dibersihkan.
b) Tinggi minimal 2,5 meter dari lantai.
6) Pintu
Dapat mencegah masuknya serangga, tikus dan binatang pengganggu lain.
7) Pencahayaan
Di dalam lingkungan hotel dan di setiap kamar / ruang harus tersedia sarana pencahayaan
dengan intensitas berdasarkan fungsinya sebagaimana tercantum dalam table berikut ini:
121
b. Khusus
1) Kamar Tidur
a) Dinding, pintu dan jendela kamar tidur yang tembus pandang harus dilengkapi dengan tirai yang
tidak tembus sinar dari luar.
b) Perbandingan jumlah tempat tidur Single (untuk satu orang dengan luas lantai kamar tidur,
sebagaimana tercantum dalam tabel berikut :
No. Jumlah Tempat Tidur Luas Lantai Minimal ( m2 )
122
1. 1 4,5
2. 2 8
Page
3. 3 12
4. 4 17
5. 5 20
Setiap penambahan tempat tidur harus ditambah 5 m2
2) Ruang Istirahat Karyawan
a) Ruang karyawan wanita harus terpisah dengan ruang karyawan pria.
b) Tersedia lemari (locker) yang aman untuk penyimpanan pakaian karyawan sesuai dengan
kebutuhan.
c) Dilengkapi dengan kamar mandi, jamban dan peturasaan yang terpisah antara pria dan
wanita.
d) Perbandingan jumlah karyawan dengan jumlah kamar mandi, jumlah jamban dan jumlah
peturasaan.
yang berlaku.
c. Toilet dan Kamar Mandi
Page
1) Di dalam toilet harus tersedia jamban, peturasan, dan tempat cuci tangan.
2) Harus selalu dalam keadaan bersih.
3) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, dan mudah dibersihkan.
4) Dilengkapi dengan penahan bau (bowl atau leher angsa).
5) Letaknya tidak berhubungan langsung (harus terdapat ruang antara) dengan tempat
pengelolaan makanan, kamar tamu, dan kamar tidur.
6) Toilet wanita harus terpisah dengan toilet pria.
7) Toilet tenaga kerja harus terpisah dengan toilet pengunjung.
8) Tersedia kaca rias, tempat sampah, tempat abu rokok, tissue, gantungan baju, pengharum
ruangan, ember, dan alat pengering tangan.
9) Harus dilengkapi dengan tanda tanda sanitasi yang berisi pesan mengenai kebersihan
/ kesehatan.
10) Setiap kamar tidur harus dilengkapi dengan kamar mandi dan jamban.
d. Tempat Sampah
1) Harus terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan mempunyai
permukaan halus bagian dalamnya.
2) Mempunyai tutup yang mudah dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan.
3) Mudah diisi dan dikosongkan.
4) Jumlah dan volume tempat sampah disesuaikan dengan produksi sampah yang dihasilkan pad
setiap tempat kegiatan.
5) Sampah dari setiap ruangan harus dibuang setiap hari.
6) Harus tersedia TPS.
7) TPS harus terletak di tempat yang mudah dijangkau oleh kendaraan pengangkut sampah dan
minimal setiap 3 kali 24 jam harus dikosongkan.
e. Peralatan Pencegah Masuknya Serangga
1) Sarana penyimpanan air harus tertutup dan bebas jentik nyamuk.
2) Pada titik tembus pipa dengan dinding harus rapat.
3) Setiap bangunan hotel harus dilengkapi dengan alat yang dapat mencegah masuknya serangga
dan tikus.
124
Page