Anda di halaman 1dari 26

A.

Latar Belakang

Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang disediakan bagi pemakai
informasi keuangan. Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik, sejalan dengan
berkembangnya perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum perusahaan. Dalam
perkembangan usahanya, baik perusahaan perorangan maupun berbagai perusahaan
berbentuk badan hukum yang lain tidak dapat menghindarkan diri dari penarikan dana dari
pihak luar, yang tidak selalu dalam bentuk penyertaan modal dari investor, tetapi berupa
penarikan pinjaman dari kreditur. Dengan demikian, pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap lapaoran keuangan perusahaan tidak lagi hanya terbatas pada para pemimpin
perusahaan, tetapi meluas kepada para investor dan kreditur serta calon investor dan calon
kreditur.
Pihak-pihak diluar perusahaan memerlukan informasi mengenai perusahaan untuk
pengambilan keputusan tentang hubungan mereka dengan perusahaan. Umumnya mereka
mendasarkan keputusan mereka berdasarkan informasi yang disajikan oleh managemen
dalam laporan keuangan keputusan mereka berdasarkan informasi yang disajikan oleh
managemen dalam laporan keuangan perusahaan. Dengan demikian, terdapat dua
kepentingan yang berlawanan. Disatu pihak, managemen perusahaan ingin menyampaikan
informasi mengenai pertanggungjawaban penegelolaan dana yang berasal dari pihak luar.
Semaentara itu, dipihak luar perusahaan ingin memperoleh informasi yang andal dari
managemen perusahaan mengenai pertanggungjawaban dana yang mereka investasikan.
Untuk mempertemukan kepentingan yang sama, managemen perusahaan memerlukan jasa
pihak ketiga agar pertanggungjawaban keuangan yang disajikan kepada pihak luar dapat
dipercaya, sedangkan pihak luar perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga untuk
memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh managemen perusahaan
dapat dipercaya sebagai dasar keputusan-keputusan yang diambil oleh mereka. Baik
managemen perusahaan maupun pihak luar perusahaan yang berkepentingan terhadap
perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga yang dapat dipercaya.
Pihak ketiga ini biasanya dilakukan oleh seorang auditor independen. Seorang auditor
independen ini memberikan jasa auditnya terhadap laporan keuangan perusahaan dan
memberikan pernyataan kewajaran terhadap laporan keuangan tersebut tanpa memihak
pihak-pihak yang berkepentingan.
LAPORAN AUDIT
Laporan Audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi pekerjaan
audit dana temuan audit secara komprehensif yang di berikan oleh tim audit kepada
organisasi audit yang bermanfaat bagi penggunan laporan audit (kreditur,investor dan lain-
lain ). Dalam laporan tersebut auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan
keuangan auditan yang disajikan dalan suatu laporan tertulis yang umumnya berupa laporan
audit baku.
Syarat-syarat Laporan Audit
Lengkap : harus memuat semua informasi yang di butuhkan untuk memenuhi tujuan
audit
Akurat : Laporan harus tersaji bukti yang benar dan menggambarkan temuan yang
tepat
Obyektif : laporan disajikan secara sembang dalam isi
Meyakinkan : laporan audit harus menyajikan tujuan dan temuan audit secara
persuasif
Jelas : laporan harus mudah di baca dan di pahami
Ringkasan: laporan harus ringkas untuk mendukung pesan
Bentuk dan bagian laporan audit
Judul Laporan
Alamat yang dituju
Paragraf pendahuluan
1. Berisi pernyataan sederhana bahwa KAP bersangkutan telah melakukan audit
2. Berisi laporan keuangan yang di audit, tanggal neraca dan periode akuntansu
untuk laporan rugi laba dan laporan arus kas
3. Laporan kuanagn merupakan tanggung jawab manajemen dan auditor
(menyatakan pencapat atas laporan keuangan berdasarkan audit )
Paragraf Ruang lingkup
Paragraf pendapat
Tanda tangan, nama dana nomor regristers akuntan publik
Tanggal laporan audit
Laporan Audit Keuangan
Jenis audit keuanagn, bertujuan menginformasikan kepada organisasi audit dan pemimpin
audit, tentang opini auditor,apakah laporan tersebut di sajikan telah sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum atau tidak sesuai .
Laporan Audi kepatuhan
Hal ini mengungkapkan ketidak patuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undanagn
termasuk pengungkapan atas penyimpangan admin, pelanggaran, penyimpangan dan ketidak
patuhan signifikan terhadap pelaksanaan undang undang .
laporan audit yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)
Laporan audit dengan nilai yang terbaik menurut auditor,laporan ini di gunakan apabila
kondisi berikut terpenuhi :
Semua laporan keuangan
Standar umum telah diikuti sepenuhnya dalam penguasan
Bahan bukti yang cukup dikumpulkan dan auditor telah melaksanakn penugasan dan
menyimpulkan standar umum telah terpenuhi
Laporan keuangan disajikan sesuai dengan standra akuntansu yang berlaku umu
Tidak terdapat situasi yang memerlukan penambahan paragrf penjelas dalam laporan
keuanagan
Laporan yang menyimpang dari bentuk standar
Kondisi yang menyebabkan terjadinya penyimpangan
Pembatasan ruang lingkup pemeriksaan auditor (terjadi apabila auditor tidak berhasil
mengumpulkan bukti yang mencukupi)
Laporan keuangan tidak disajiakan sesuai dengan GAAP
Perilkaan dengan pelapor terbatas
Auditor tidak independe
Perubahan akuntansi
Jenis jenis penyimpangan
Pendapatan wajar dengan pengecualaian (Qualified Opinion)
Laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua material, posisi
keuanagn,hasil usaha dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indoneisa. Dan
auditor menjelaskan semua alasan yang menguatkan dalam satu / lebih paragarf yang
terpisah tentang paragraf pendapat. Dimana harus di cantumkan kata kecuali untuk
pada paragraf pendapat.
Pendapat tidak wajar (Adverses Opinion)
Laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi kuangan, hasil usaha dana
arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku. Pendapat ini di berikan auditor
bahwa kelesuruhan laporan keuangan yang di sajikan memuat salah saji yang
material/ tidak wajar dan auditor memiliki bahan bukti yang memadahi melalui
penyeledikan ketidak sesuasian .Dan menyatakan pendapatan dengan jelas dalam
paragraf terpisah sebelum paragraf pendapat dalam laporannya, paragaraf berisi
perujukan langsung ke paragraf terpisah yang menjelaksan ketidak wajaran tersebut.
Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer Of Opinion)
Auditor tidak berhasil menyakinkan dirinya sendiri bahwa keseluruhan laporan
keuangan telah disajikan secara wajar, karena banyak pembatas rungang lingkup
audit/ hubungan tidak independen antara auditor dan klien menurut kode etik profesi.
Dari sini laporan audit harus memberikan semua alasan subtantud yang mendukung
pernyataannya.

Laporan audit merupakan sebuah hasil akhir dari pemeriksaan akuntansi, laporan audit ini
terbagi 2 yakni laporan audit intern untuk pihak-pihak dalam perusahaan dan laporan audit
ekstern yang mana laporan ini untuk pihak luar perusahaan, laporan audit juga akan
menghasilkan sebuah opini audit
Etika Profesi Akuntan Publik
Etika Profesi Akuntansi adalah Merupakan suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan
baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia terhadap pekerjaan
yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus sebagai
Akuntan. Dalam etika profesi, sebuah profesi memiliki komitmen moral yang tinggi yang
biasanya dituangkan dalam bentuk aturan khusus yang menjadi pegangan bagi setiap orang
yang mengembangkan profesi yang bersangkutan. Aturan ini merupakan aturan main dalam
menjalankan atau mengemban profesi tersebut yang biasanya disebut sebagai kode etik yang
harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi.
Standar Profesional Akuntan Publik
Standar Auditing : sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan
lapangan, dan standar pelaporan dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar
Auditing (PSA). Dengan demikian PSA merupakan penjabaran lebih lanjut masing-
masing standar yang tercantum di dalam standar auditing.
Standar Atestasi: pernyataan pendapat yang diberikan oleh seorang independen yang
kompeten menyatakan apakah asersi suatu entitas telah sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan. Standar atestasi membagi tiga tipe perikatan atestasi :
1. Pemeriksaan (examination)
2. Review
3. Prosedur yang disepakati (agreed-upon procedures).
Standar Jasa Akuntansi dan Review : Standar ini memberikan kerangka untuk fungsi
non-atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review.Sifat
pekerjaan ini tidak menyatakan pendapat dan tidak dapat dijadikan dasar untuk
menyatakan pendapat akuntan.
Standar Pengendalian Mutu : memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di
dalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya
dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional
Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI) dan Aturan Etika
Kompartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh IAPI.
Prinsip etika
Tanggung Jawab profesi
Kepentingan Publik
Integritas
Objektivitas
Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Kerahasiaan
Perilaku Profesional
Standar Teknis
Aturan Etika
Independensi, Integritas, Obyektivita
Dalam independensi tugas yang di jalakan, anggota KAP harus selalu
mempertahankan sikap mental independen, sikap tersebut harus independen dalam
fakta dan penampilan di dalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur
dalam standar profesional IAI. Tidak hanya itu, KAP harus mempertahankan
integritas dan objektivitas dimana bebas dari benturan kepentingan (conflict of
interst) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement)
yang diketahuinya atau mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangannya kepada
pihak lain.
Standar Umum dan Prinsip Akuntansi
Standar Umum
Kompetensi profesional.
Kecermatan dan keseksamaan profesional..
Perencanaan dan supervisi.
Data relevan yang memadai.
Prinsip Akuntansi
Anggota KAP tidak diperkenankan menyatakan pendapat atau memberikan penegasan
bahwa laporan keuangan /data keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum atau menemukan perlunya modifikasi material
yang harus dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku.
Tanggung Jawab kepada Klien
Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia,
tanpa persetujuan dari klien. Ketentuan ini tidak dimaksudkan untuk:
Membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya sesuai dengan
aturan etika kepatuhan terhadap standar dan prinsip-prinsip akuntansi.
Mempengaruhi kewajiban anggota KAP dengan cara apapun untuk mematuhi
peraturan perundang-undangan yang berlaku
Melarang review praktik profesional (review mutu) seorang anggota sesuai
dengan kewenangan IAI atau
Menghalangi anggota dari pengajuan pengaduan keluhan atau pemberian
komentar atas penyidikan yang dilakukan oleh badan yang dibentuk IAI-KAP.
Tanggungjawab kepada Rekan Seprofesi
Anggota wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan perkataan
dan perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi.
Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik pendahulu bila
akan mengadakan perikatan (engagement) untuk tahun buku yang sama
ditunjuk akuntan publik lain dengan jenis dan periode serta tujuan yang
berlainan.
Akuntan publik pendahulu wajib menanggapi secara tertulis permintaan
komunikasi dari akuntan pengganti secara memadai.
Akuntan publik tidak diperkenankan mengadakan perikataan atestasi yang
jenis atestasi dan periodenya sama dengan perikatan yang dilakukan oleh
akuntan yang lebih dahulu ditunjuk klien
Tanggungjawab dan Praktik Lain
Perbuatan dan Perkataan yang Mendiskreditkan
Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan/ mengucapkan perkataan
yang mencemarkan profesi. Iklan, Promosi, dan Kegiatan Pemasaran Lainnya
Anggota dalam menjalankan praktik akuntan publik diperkenankan mencari
klien melalui pemasangan iklan, melakukan promosi pemasaran dan kegiatan
pemasaran lainnya sepanjang tidak merendahkan citra profesi.
Dengan penjabaran pengertian etika, profesi, dan akuntansi secara terpisah dapat kita ambil
sebuah kesimpulan dari etika profesi akuntansi yang menyeluruh yaitu suatu ilmu yang
membahas perilaku perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh
pikiran manusia terhadap pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap
suatu pengetahuan khusus sebagai Akuntan.
Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung jawabnya dengan standar
profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi dengan orientasi kepada
kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat 4 kebutuhan dasar yang harus
terpenuhi :
Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi.
Profesionalisme. Diperluikan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh
pemakai jasa Akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi.Kualitas jasa. Terdapatnya
keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan diberikan dengan standar kinerja
tinggi. Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat
kerangka etika profesioanal yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.
KEWAJIBAN HUKUM
Lingkungan yang Berubah
Para profesional wajib berhati-hati dalam melaksanakan tugas untuk orang lain. Profesional
di bidang audit berkewajiban untuk memenuhi kontrak yang dibuat dengan kliennya yaitu
mencegah penipuan dan/atau pelanggaran kontrak yang dapat mempengaruhi hasil pekerjaan.
Disamping itu auditor juga memiliki kewajiban kepada pihak lain di luar klien dalam
beberapa situasi.

Faktor-faktor meningkatnya jumlah tuntutan:

Meningkatnya kesadaran pemakai laporan keuangan akan tanggung jawab akuntan


publik
Meningkatnya perhatian Bapepam sehubungan dengan tanggung jawab melindungi
kepentingan investor
Bertambahnya kompleksitas masalah auditing dan akuntansi
Meningkatnya penerimaan masyarakat atas gugatan-gugatan oleh pihak yang
dirugikan terhadap siapa saja yang dapat memberikan ganti rugi tanpa memandang
siapa yang bersalah (konsep kewajiban "deep pocket")
Kesediaan banyak kantor akuntan publik untuk menyelesaikan masalah hukum di luar
pengadilan
Banyaknya alternatif prinsip akuntansi yang dapat dipilih oleh klien

Perbedaan Kegagalan Bisnis, Kegagalan Audit dan Resiko Audit


Kegagalan Bisnis: Terjadi bila perusahaan tidak mampu membayar kembali utangnya atau
tidak mampu memenuhi harapan investornya karena kondisi ekonomi atau bisnis
Kegagalan Audit: Terjadi bila auditor mengeluarkan pendapat audit yang salah karena
gagal dalam memenuhi persyaratan standar auditing yang berlaku umum
Resiko Audit : menyimpulkan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar dan oleh
karenanya dapat dikeluarkan pendapat WTP namun kenyataannya laporan keuangan
tersebut mengandung salah saji secara material.
Konsep Hukum yang Mempengaruhi Kewajiban
Bidang kewajiban dalam audit dapat digolongkan menjadi
kewajiban terhadap klien
kewajiban perdata bagi pihak ketiga
kewajiban pidana bagi pihak ketiga
kewajiban kriminal
Definisi dari Terminologi- Terminologi Hukum
Kelalian dan Kecurangan
Kelalian Biasa (Ordinary Negligence).
Kelalian kotor (Gross Negligence)
Kelalian kontruktif (Constuctive Fraud)
Kesalahan karena Kelalaian (Tort Action for Action for Negligence)
Kecuragan (Fraud)
Hukum Kontrak
Pelanggaran Kontrak (Breach Of Contract)
Kepetingan Pihak Ketiga (Third Party Beneficiery)
Common Law
Hukum yang berkembang dan berasal dari keputusan pengadilan bukannya dari
peraturan pemerinta
Penilaian Proporsi dari Hutang
Joint and Several Liability
Separate and Propotionate

Kewajiban Kepada Klien


Kantor Akuntan Publik biasanya menggunakan satu atau kombinasi dari empat pembelaan
berikut bila terdapat tuntutan hukum oleh klien yaitu:
1. Tidak ada kewajiban (Lack of duty)
Kantor akuntan publik mengklaim bahwa tidak ada kontrak yang tersirat atau yang
dinyatakan. Misalnya KAP mengklaim bahwa kekeliruan itu tidak dapat diungkapkan
karena kantornya hanya melakukan jasa penelaahan, bukan audit .
2. Tidak ada kelalaian dalam pelaksanaan pekerjaan (Nonnegligent performance)
KAP mengklaim bahwa auditnya itu dilaksanakan sesuai dengan standar auditing
yang berlaku umum. Seandainya terdapat kesalahan, salah saji yang disengaja atau
salah pernyataan yang tidak ditemukan, auditor tidak bertanggung jawab jika auditnya
dilakukan secara benar.
3. Kelalaian kontribusi (Contributory negligence)
Pembelaan terhadap kelalaian kontribusi yang dilakukan oleh klien mengandung arti
KAP menjamin jika klien telah melaksanakan kewajiban tertentu , tidak akan terjadi
kerugian
4. Ketiadaan hubungan timbal balik (Absence of causal connection)
Agar sukses dalam tuntutan terhadap auditor, klien harus mampu menunjukkan
terdapat hubungan timbal balik yang dekat antara pelanggaran auditor terhadap
standar kesungguhan dengan kerugian yang dialami klien.

Tanggung Jawab Atas Kerahasiaan


Auditor terikat kepada aturan etika dan kadang-kadang aturan hukum untuk tidak
mengungkapkan masalah klien kepada orang luar. Seorang auditor tidak diperkenankan untuk
mengungkapkan setiap informasi rahasia yang diperoleh dalam perikatan kerja
profesionalnya kecuali atas seijin klien.

Tanggapan Profesi Terhadap Kewajiban Hukum


Beberapa langkah positif yang dapat dilaksanakan untuk mengurangi risiko terkena sanksi
hukum, yaitu :
Riset secara berkesinambungan
Penetapan standar dan aturan
Menetapkan persyaratan untuk melindungi auditor
Menetapkan persyaratan penelaahan sejawat,
Melawan hukum
Pendidikan bagi pemakai laporan
Memberi sanksi kepada anggota karena hasil kerja yang tak pantas
Perundingan untuk perubahan hukum

Tanggapan Akuntan Publik Terhadap Kewajiabn Hukum


Beberapa langkah yang dapat diambil, antara lain :
Hanya berurusan dengan klien yang memiliki integritas
Memperkerjakan staf yang kompeten dan melatih serta mengawasi mereka dengan
pantas
Memahami dan mengikuti standar profesi serta pedoman-pedoman kerja lainnya
Mempertahankan independensi
Memahami cara kerja industri dan operasi klien
Melaksanakan audit yang bermutu melalui bahan bukti yang cukup dan pertimbangan
yang tepat
Mendokumentasikan pekerjaan yang memadai
Mendapatkan surat penugasan dan surat pernyataan
Mempertahankan hubungan yang bersifat rahasia
Perlunya asuransi yang memadai dalam hal tuntutan hukum
Mencari bantuan hukum bial timbul masalah yang serius dalam suatu audit

Kesimpulan
Faktor-faktor yang mendorong makin meningkatnya jumlah tuntutan hukum maupun
besarnya tuntutan: Meningkatnya kesadaran pemakai laporan keuangan akan tanggung jawab
akuntan publik, Meningkatnya perhatian Bapepam sehubungan dengan tanggung jawab
melindungi kepentingan investor, Bertambahnya kompleksitas masalah auditing dan
akuntansi, Meningkatnya penerimaan masyarakat atas gugatan-gugatan oleh pihak yang
dirugikan terhadap siapa saja yang dapat memberikan ganti rugi tanpa memandang siapa
yang bersalah (konsep kewajiban "deep pocket"), Kesediaan banyak kantor akuntan publik
untuk menyelesaikan masalah hukum di luar pengadilan, Banyaknya alternatif prinsip
akuntansi yang dapat dipilih oleh klien.
Akuntan publik bertanggung jawab atas setiap aspek dari tugasnya, termasuk audit,
pajak, konsultansi manajemen, dan pelayanan akuntansi serta pembukuan. beberapa konsep
hukum dapat diterapkan pada segala macam gugatan terhadap akuntan publik. Konsep-
konsep ini adalah konsep kehati-hatian, kewajiban atas tindakan orang lain, dan terbatasnya
hak komunukasi istimewa. Banyak professional akuntansi dan hukum percaya bahwa
penyebab utama tuntutan hukum terhadap akuntan publik adalah kurangnya pemahaman
pemakai laporan keuangan tentang perbedaan antara kegagalan bisnis dan kegagalan audit,
dan antara kegagalan audit dan resiko audit. Ada Empat sumber kewajiban hukum yaitu:
Kewajiban kepada klien, Kewajiban kepada pihak ketiga meurut common law, Kewajiban
sipil menrut UU sekuritas federal, Kewajiban criminal.
TANGGUNG JAWAB DAN
TUJUAN AUDIT

Tujuan Pengauditan Laporan Keuangan


Pengauditan pada laporan keuangan bertujuan untuk memberikan suatu opini atas
laporan keuangan, apakah laporan keuangan tersebut telah di sajikan secara wajar atau
tidak, apakah laporan posisi keuangan,arus kas telah sesuai dengan rinsip akuntansi yang
telah berlaku umum di Indonesia.

Tanggung Jawab Manajemen


Manajemen berhak untuk menentukan apa saja yang dianggap penting dan tidak dalam
penyajian dan pengungkapan pada sebuah laporan. Jika seorang auditor menganggap
bahwa laporan tersebut tidak dapat diterima dan manajemen tetap ingin mengeluarkan
laporan tersebut makan seorang auditor berhak untuk memberikan opini tidak wajar atau
wajar tanpa pengecualian, atau mengundurkan diri dari kontrak kerja bila perlu.
Tanggung Jawab Auditor
Auditor bertanggung jawab untuk memeriksa atau menjalankan audit agar mendapatkan
informasi apakah laporan keuangan telah bebas dari kesalahan saji atau bahkan
kecurangan. standar-standar tentang tanggung jawab auditor untuk mendeteksi salah saji
yang material mencakup beberapa istilah dan frasa penting.

Salah Saji Material versus Tidak Material


Dianggap sebagai material apabila kesalahan-kesalahan tersebut belum di koreksi.
Keyakinan Memadai
Keyakinan yang memadai sebagai tingkat yang tinggi, karena sebagian bahan
audit merupakan sebagian dari sampel populasi,
Kesalahan versus Kecurangan
Kesalahan adalah salah saji dalam sebuah laporan keuangan yang tidak di sengaja
namun kecurangan adalah salah saji yang di sengaja
Skeptis Profesional
sikap kritis dalam penilaian atas bahan bukti dalam audit.
Tanggung jawab auditor dalam mendeteksi kesalahan saji
kesalahan yang tidak di sengaja dalam kesalahan-kesalahan perhitungan ,kealpaan
,kesalahpahaman dan kesalahan penerapan standart akuntansi
Tanggung jawab auditor dalam mendeteksi kecurangan material
Auditor harus mamapu mendapat keyakinan bahwa laporan keuangan telah bebas
dari salah saji material.
Tanggung jawab auditor untuk membongkar tindakan Ilegal
Sebuah tindakan pelanggaran hukum. Ada dua contoh tindakan ilegala :
pelanggaran terhadap peraturan perpajakan dan perlindungan lingkungan.
Tindakan ketika auditor mengetahui adanya tindakan illegal adalah
Mempertimbangkan terhadap laporan keuangan
Mempertimbangkan dampak dari tindakan ini terhadap hubngan KAP
dengan manajemen
Auditor harus mengkomunikasikan dengan komite audit untuk
meyakinkan bahwa mereka mengetahui adanya tindakan illegal tersebut.
Menetapkan Tujuan Pengauditan
Tujuan audit mengacu pada Tujuan audit terkait saldo ,Tujuan audit terkait
transaksi ,Tujuan audit terkait penyajian
Asersi Manajemen
Sebuah pernyataan yang tersirat atau pun tertulis oleh manajemen terkait kelompok
kelompok transaksi dan akun- akun terkait serta pengungkapannya dalam sebuah laporan
keuangan.
Asersi Manajemen untuk Setiap
Kategori Asersi
Asersi tentang kelas transaksi Asersi tentang Saldo Akun Asersi tentang Penyajian dan
dan peristiwa Pengungkapan
Keterjadian Transaksi dan Eksistensi Aktiva, kewajiban , Keterjadian dan hak serta
peristiwa yang dicatat telah dan ekuitas yang ada. kewajiban peristiwa dan transaksi
terjadi dan bersangkutan dengan yang diungkapkan telah terjadi dan
entitas tersebut. bersangkutan dengan entitas itu.

Kelengkapan Semua transaksi Kelengkapan Semua aktiva, Kelengkapan Semua


dan peristiwa yang harus dicatat kewajiban, dan kepentingan pengungkapan yang harus
telah dicatat. ekuitas yang harus dicatat sudah dimasukkan dalam laporan
dicatat. keuangan telah dicantumkan
Keakuratan Jumlah dan data Penilaian dan Alokasi Aktiva, Keakuratan dan penilaian
lain yang bersangkutan dengan kewajiban dan kepentingan ekuitas Informasi keuangan dan yang lain
transaksi dan peristiwa yang dimasukkan dalam laporan telah diungkapkan secara tepat dan
dicatat telah dicatat dengan keuangan pada jumlah yang tepat pada jumlah yang tepat.
benar. dan setiap hasil penyesuaian
penilaian dicatat dengan tepat.

Klasifikasi Transaksi dan Klasifikasi dan dapat dipahami


peristiwa telah dicatat dalam Informasi keuangan dan yang lain
akun yang tepat. telah disajikan dan diuraikan secara
tepat serta pengungkapan telah
dinyatakan dengan jelas.

Cutoff Transaksi dan peristiwa


telah dicatat dalam periode
akuntansi yang benar.
Hak dan Kewajiban Entitas itu
memegang hak atau kendali atas
aktiva dan kewajiban merupakan
kewajiban entitas itu

Tujuan Audit terkait Transaksi


Diharapkan dapat member kerangka untuk membantu auditor dalam mengumpulkan
bahan bukti audit yang memadai. Dimana Tujuan Umum terkait transaksi yang meliputi
kebenaran transaksi-transaksi yang telah di catat,kelengkapan dan akurasi transaksi yang
di sajikan,klasifikasi dan penetapan waktu.
Tujuan Audit yang Berkaitan dengan Saldo
Tujuan audit berkaitan dengan saldo serupa dengan tujuan audit yang berkaitan dengan
transaksi. Tetapi Ada perbedaan antara tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dengan
tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi:
Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo diterapkan pada saldo akun seperti
piutang usaha, persediaan, bukan kel;as transaksi seperti transaksi penjualan dan
pembelian persediaan.
Ada delapan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dibandingkan dengan enam
tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi.
Hillsburg Hardware Co: Asersi
Manajemen dan tujuan audit
yang berkaitan dengan transaksi
yang diterapkan pada transaksi
penjualan
Asersi Manajemen Tentang Tujuan Audit Umum yang Tujuan Audit Khusus yang
Kelas Transaksi dan Peristiwa Berkaitan dengan Transaksi Berkaitan dengan Transaksi
Keterjadian Keterjadian-Transaksi yang dicatat Penjualan yang dicatat adalah
memang ada. untuk pengiriman yang dilakukan
kepada pelanggan nonaktif.
Kelengkapan Kelengkapan- transaksi yang terjadi Transaksi penjualan yang ada
telah dicatat. sudah dicatat.
Keakuratan Keakuratan- Transaksi yang dicatat Penjualan yang dicatat adalah
dinyatakan pada jumlah yang untuk jumlah barang yang
benar. dikirimkan dan sudah ditagih dan
dicatat dengan benar.
Posting dan pengikhtisaran Transaksi penjualan telah
Transaksi yang dicatat dimasukkan dimasukkan secara layak dalam
ke dalam file induk dan file induk dan diikhtisarkan
diikhtisarkan dengan benar. dengan benar.
Klasifikasi Klasifikasi- Transaksi yang dicatat Transaksi penjualan telah
dalam jurnal klien telah diklasifikasikan dengan benar.
diklasifikasikan secara tepat.
cutoff Penetapan Waktu- Transaksi Transaksi penjualan telah dicatat
dicatat pada tanggal yang benar. pada tanggal yang benar.

Tujuan Audit yang Berkaitan dengan Penyajian dan Pengungkapan


Identik dengan asersi manajemen untuk penyajian dan pengungkapan yang diterapkan
pada tujuan audit yang berkaitan dengan saldo. Tujuan ini menghubungkan empat tujuan
audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan dengan asersi manajemen atas
penyajian dan pengungkapan.
Hillsburg Hardware Co: Asersi
Manajemen dan tujuan audit
yang berkaitan dengan penyajian
dan pengungkapan yang
diterapkan pada wesel bayar
Asersi Manajemen Tujuan audit umum yang Tujuan Audit Khusus yang Berkaitan
Tentang penyajian dan berkaitan dengan penyajian dan dengan penyajian dan
pengungkapan pengungkapan pengungkapan yang diterapkan pada
wesel bayar
Keterjadian serta hak Keterjadian serta hak dan Wesel bayar sebagaimna diuraikan
dan kewajiban kewajiban dalam catatan kaki ada dan merupakan
kewajiban perusahaan.
Kelengkapan Kelengkapan Semua pengungkapan yang diperlukan
yang terkait dengan wesel bayar telah
dicatat dalam catatan atas laporan
keuangan
Penilaian dan alokasi Penilaian dan alokasi Pengungkapan catatan kaki yang
berkaitan dengan wesel bayar sudah
akurat
Klasifikasi dan dapat Klasifikasi dan dapat dipahami Wesel bayar secara tepat
dipahami diklasifikasikan sebagai kewajiban
jangka pendek dan jangka panjang dan
pengungkapan laporan keuangan yang
berkaitan dapat dipahami

Bagaimana Memenuhi Tujuan Audit


Auditor harus memutuskan tujuan audit yang tepat dan bukti yang harus dikumpulkan
untuk memenuhi tujuan tersebut pada setiap audit. Dengan cara auditor mengikuti suatu
proses audit, yaitu metodologi yang telah didefinisikan dengan baik untuk untuk menata
audit guna memastikan bahwa bukti yang telah diperoleh sudah mencukupi serta tepat,
dan bahwa semua tujuan audit yang disyaratkan sudah ditetapkan dan dipenuhi.
Ada empat fase audit laporan keuangan :

Makalah ini telah membahas tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan
dan pengendalian internal serta tanggung jawab auditor untuk mengaudit laporan
keuangan dan keefektifan pengendalian internal atas laporan keuangan, makalah ini
juga membahas asersi manajemen dan tujuan yang berkaitan dengan audit, serta cara
auditor memilih audit untuk menghasilkan suatu tujuan audit khusus. Kemudian
mengumplkan bukti untuk memperoleh kepastian bahwa setiap tujuan dari audit telah
di penuhi.
BUKTI BUKTI AUDIT
Bukti Audit
Sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, auditor
mengumpulkan bukti audit dengan melakukan pengamatan langsung terhadap perhitungan
fisik persediaan, mengajukan permintaan keterangan, dan mendapatkan bukti dari berbagai
sumber di luar perusahaan klien.
Keputusan Bukti Audit
Menentukan jenis dan jumlah bukti yang tepat, yang diperlukan untuk memenuhi keyakinan
bahwa komponen laporan keuangan klien dan keseluruhan laporan telah disajikan secara
wajar. Ada empat keputusan mengenai bukti:
Prosedur audit yang digunakan
Berapa ukuran sampel yang akan dipilih untuk prosedur tersebut.
Item item mana yang akan dipilih dari populasi
Kapan melaksanakan prosedur tersebut.
Tipe Bukti Audit
Tipe Data Akuntansi
Pengendalian Intern Sebagai Bukti
Pengendalian dibentuk dalam setiap kegiatan perusahaan yang dapat digunakan
untuk mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi.
Catatan Akuntansi Sebagai Bukti
Auditor melakukan verifikasi terhadap suatu jumlah yang tercantum dalam
laporan keuangan.Dengan demikian, catatan akuntansi merupakan bukti audit bagi
auditor mengenai pengolahan transakasi keuangan yang telah dilakukan oleh
klien.
Tipe Informasi Penguat
Bukti Fisik :bukti audit yang diperoleh dengan cara inspeksi atau perhitungan
aktiva berwujud.
Bukti Dokumenter : bukti yang terbuat dari kertas bertuliskan huruf dan atau
angka atau symbol-simbol yang lain.
Bukti Lisan : Dalam rangka mengumpulkan bukti, auditor banyak meminta
keterangan secara lisan dari klien terutama para manajer. Jawaban lisan yang
diperoleh dari permintaan keterangan tersebut merupakan tipe bukti lisan.
Perbandingan : Untuk menentukan akun atau transaksi yang akan dipisahkan
guna penyelidikan yang lebih intensif, auditor melakukan analis terhadap
perbandingan setiap aktiva, utang, penghasilan, dan biaya dengan saldo yang
berkaitan dalam tahun sebelumnya.
Bukti dari Spesialis : Pada umumnya spesialis yang digunakan oleh auditor
bukan orang atau perusahaan yang mempunyai hubungan dengan klien. Penentuan
persyaratan keahlian dan nama baik spesialis sepenuhnya berada ditangan auditor.
Prosedur Audit
Prosedur audit yang biasa dilakukan oleh auditor meliputi:
Inspeksi : Pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen atau kondisi fisik sesuatu.
Pengamatan : Prosedur audit yang digunakan oleh auditor untuk melihat
pelaksanaan suatu kegiatan.
Konfirmasi : Bentuk penyelidikan yang memungkinkan auditor memperoleh
informasi secara langsung dari pihak ketiga yang bebas.
Permintaan keterangan : Prosedur audit yang dilakukan dengan meminta
keterangan secara lisan. Bukti audit yang dihasilkan dari prosedur ini adalah bukti
lisan dan dokumenter.
Penelusuran : Dalam melaksanakan prosedur audit,auditor melakukan
penelurusan informasi data, dan data tersebut direkam pertama kali dalam
dokumen, dilanjutkan dengan pelacakan pengolahan data tersebut dalam proses
akuntansi.
Pemeriksaan dokumen pendukung : Inspeksi terhadap dokumen-dokumen yang
mendukung suatu transaksi untuk menentukan kewajaran dan kebenarannya. Dan
juga pembandingan dokumen dengan catatan akuntansi yang terkaitan.
Perhitungan : Perhitungan fisik terhadap sumber daya berwujud seperti kas atau
sediaan di tangan dan pertanggung jawaban semua formulir bernomor urut
tercetak.
Scanning : review secara cepat terhadap dokumen, catatan dan daftar untuk
mendeteksi unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan penyelidikkan
lebih mendalam.
Pelaksanaan ulang : Prosedur audit yang melakukan pengulangan aktivitas yang
dilaksanakan oleh klien. Umumnya pelaksanaan ulang diterapkan pada
perhitungan dan rekonsiliasi yang telah dilakukan oleh klien.
Teknik audit berbantuan komputer (computer-assisted audit techniques)

Situasi Audit yang Mengandung Resiko


Dalam situasi tertentu , resiko terjadinya kesalahan dan penyajian yang salah dalam akun dan
di dalam laporan keuangan jauh lebih besar dibandingkan dengan situasi yang biasa. Oleh itu
, auditor harus waspada jika menghadapi situasi audit yang mengandung risiko besar seperti:
Pengendalian Intern yang Lemah.
Kondisi Keuangan yang tidak Sehat
Manajemen yang tidak dapat Dipercaya
Penggantian Auditor
Perubahan Tarif atau Peraturan Pajak atas Laba
Usaha yang Bersifat Spekulatif
Transaksi perusahaan yang Kompleks

Keputusan yang Harus Diambil Oleh Auditor Berkaitan Dengan Bukti Audit

Dalam proses pengumpulan bukti audit,auditor melakukan 4 pengambilan keputusan yang


saling berkaitan, yaitu:
Penentuan prosedur audit yang akan digunakan
Penentuan Besarnya Sampel
Penentuan Unsur Tertentu yang Dipilih Sebagai Anggota Sampel
Penentuan Waktu yang Cocok untuk Melaksanakan Prosedur Audit

A. KESIMPULAN
Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang
disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk
menyatakan pendapatnya. Standar pekerjaan lapangan ketiga mewajibkan auditor untuk
memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten sebagai dasar untuk menyatakan pendapat
atas laporan keuangan yang diauditnya. Isi standar tersebut adalah sebagai berikut: Bukti
kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, tanya jawab, dan
konfirmasi sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan
yang diperiksa.
Cukup atau tidaknya bukti audit menyangkut kuantitas bukti yang harus diperoleh auditor
dalam auditnya,sedangkan kompetensi bukti audit menyangkut kualitas atau keandalan bukti
yang dipengaruhi oleh tiga faktor berikut ini: sumber bukti, pengendalian intern, dan cara
untuk memperoleh bukti.
Ada delapan tipe bukti audit yang harus diperoleh auditor dalam auditnya: pengendalian
intern, bukti fisik, bukti dokumenter, catatan akuntansi, perhitungan, bukti lisan,
perbandingan dan ratio, serta bukti dari spesialis.
Untuk memperoleh bukti audit, auditor melaksanakan prosedur audit yang merupakan
instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat
tertentu dalam audit. Prosedur audit yang dipakai oleh auditor untuk memperoleh bukti audit
adalah inspeksi, pengamatan, wawancara, konfirmasi, penelusuran, pemeriksaan bukti,
pendukung, penghitungan dan scanning.
Dalam situasi tertentu, resiko terjadinya kesalahan dan penyajian yang salah dalam akun dan
laporan keuangan jauh lebih besar dibandingkan dengan situasi yang biasa. Oleh karena itu
auditor harus waspada jika menghadapi situasi audit yang mengandung resiko besar seperti
contoh berikut ini: pengendalian intern yang lemah, kondisi keuangan yang tidak sehat,
manajemen yang tidak dapat dipercaya, penggantian auditor publik yang dilakukan oleh klien
tanpa alasan yang jelas, perubahan tarif atau peraturan pajak atas laba, usaha yang bersifat
spekulatif, dan transaksi perusahaan yang kompleks. Kewaspadaan ini perlu dimiliki oleh
auditor untuk menghindarkan dirinya dari pernyataan pendapat wajar atas laporan keuangan
klien yang berisi ketidakjujuran.
Dalam proses pengumpulan bukti audit, auditor melakukan empat pengambilan keputusan
yang saling berkaitan yaitu: penentuan prosedur audit yang akan digunakan, penentuan
besarnya sampel untuk waktu yang cocok untuk melaksanakan prosedur audit tertentu.
PERENCANAAN AUDIT DAN PROSEDUR ANALITIS
Perencanaan Audit
Pengembangan strategi pelaksanaan secara menyeluruh dan Lingkup Audit yang diharapkan.
Dalam hal ini, auditor harus mempertimbangkan sifat, lingkup, dan pada saat pekerjaan harus
dilaksanakan yaitu membuat suatu program audit secara tertulis (satu set program audit
tertulis) untuk setiap audit. Dalam perencanaan Audit, Auditor harus mempertimbangkan hal
hal sebagai berikut:
Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang menjadi tempat
usaha entitas tersebut.
Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut.
Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolah informasi akuntansi
yang signifikan
Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.
Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit
Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan peyesuaian
Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit
Sifat laporan Auditor yang diharapkan akan diserahkan
Perencanaan audit diperlukan untuk :
Meyakinkan diperolehnya bahan bukti kompeten yang mencukupi.
Mengurangi biaya audit
Mencegah salah pengertian dengan klien.
Tujuh utama dalam perencanaan audit
Memperoleh informasi mengenai latar belakang
Memperoleh informasi mengenai kewajiban hukum klien
Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan
Menentukan materialitas dan risiko
Memahami struktur pengendalian intern
Mengembangkan rencana dan program audit secara menyeluruh
Memperoleh Infromasi Mengenai Latar Belakang
Informasi mengenai latar belakang didapat dengan berbagai cara, diantaranya adalah sbagai
berikut:
Memahami Bidang Usaha dan Industri Klien
Ada tiga alasan mengapa diperlukan pemahaman yang baik atas industry klien, yakni
sebagai berikut.
Banyak industry mempunyai aturan akuntansi yang khas yang harus dipahami auditor
Auditor sering dapat mengidentifikasikan risiko dalam industri yang akan mempengaruhi
penetapan risiko audit yang dapat diterima
Terdapat risiko bawaan yang pada hakikatnya sama bagi seluruh klien dalam industry
yang bersangkutan.
Meninjau Pabrik dan Kantor
Meninjau Pabrik dan Kantor
Peninjauan atas fasilitas klien bermanfaat untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik
mengenai bidang usaha dan operasi klien karena akan diproleh kesempatan untuk
menemui pegawai kunci dan mengamati operasi dari tangan pertama.
Menelaah Kebijakan Perusahaan
Keputusan-keputusan dasar yang menyangkut kebijakan seperti kebijakan tentang
pengendalian intern, pelepasan sebagian dari usaha, kebijakan kredit, pinjaman ke
perusahaan afiliasi, dan kebijakan akuntansi untuk mencatat aktiva dan pengakuan
pendapatan.
Mengidentifikasi Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa
Hubungan istimewa didefinisikan sebagai perusahaan afiliasi, pemilik utama perusahaan
klien, atau pihak lainnya yang berhubungan dengan klien, dimana salah satu pihak dapat
mempengaruhi manajemen atau kebijakan operasi pihak lainnya..
Mengevaluasi Kebutuhan akan Spesialis dari Luar
Jika auditor mengahadapi situasi yang memerlukan pengetahuan khusus, mungkin perlu
baginya untuk menghubungi seorang spesialis

Memperoleh Informasi Mengenai Kewajiban Hukum Klien


a. Memahami bidang usaha dan industri klien, diperlukan untuk mengetahui kekhasan
aturan akuntansi,menidentifikasi risiko industri dan risiko bawaan.
b. Memperoleh informasi mengenai kewajiban hukum klien.
c. Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan.
d. Menentukan materialitas dan menetapkan risiko audit yang dapat diterima dan risiko
bawaan .
e. Memahami struktur pengendalian intern dan menetapkan risiko pengendalian .
f. Mengembangkan rencana audit dan program audit menyeluruh .
Melaksanakan Prosedur Analisis Pendahuluan
Tujuan pelaksanaan prosedur analisis :
Memahami bidang usaha klien
Penetapan kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
Indikasi adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan
Mengurangu pengujian audit yang terinci
Menentukan materialistis dan risiko
Langkah-langkah dalam penetapan materialistas sebagai berikut :
menetukan pertimbangan awal mengenai materialistas
mengalokasikan pertimbangan awal mengenai materialistas
mengestimasikan total salah saji dalam segmen
mengestimasikan salah saji gabungan
membandingkan estimasi salah saji gabungan dengan pertimbangan awal mengenai
meterialistas.
Memahami struktur pengendalian interen
Empat masalah spesifik perencanaan,yakni :
Auditability
Potensi salah saji yang material
Risiko penemuan
Perancangan pengujian
Mengembangkan rencana dan program audit menyeluruh
prosedur untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian intern,pengujian atas
pengendalian,pengujian substantive atas transaksi,prosedur analisis dan pengujian terinci atas
saldo.
D. Prosedur analisis
Prosedur analitis ini menggunakan perbandingan dan hubungan untuk menilai apakah saldo akun atau
data lain terlibat wajar berkaitan dengan ekspektasi auditor
Prosedur analitis dapat dilaksanakan pada salah satu dari ketiga waktu selama penugasan,
yaitu :
Prosedur analitis diwajibkan dalam tahap perencanaan
Prosedur analitis sering kali dilakukan selama tahap pengujian audit
Prosedur analitis juga diwajibkan selama tahap penyelesaian audit.

Kegunaan prosedur analitis


sebagai bukti audit sangat bergantung pada auditor yang mengembangkan ekspektasi tentang berapa
saldo akun atau rasio yang harus dicatat, tanpa memperhatikan jenis prosedur analitis yang digunakan,
Dalam setiap kasus, auditor akan membandingkan data auditor dengan :
Data industry
Data periode sebelumnya yang serupa
Hasil yang diharapkan yang ditentukan klien
Hasil yang diharapkan yang ditentukan auditor
Hasil yang diharapkan dengan menggunakan data non keuangan.
MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT
Materialitas

Besarnya suatu pengabaian atau salah saji informasi akuntansi yang diluar keadaan di
sekitarnya, memungkinkan bahwa pertimbangan seseorang yang bergantung pada informasi
tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh pengabaian atau salah saji tersebut
Tahap Tahap Materialitas Dalam Proses Audit
Tahap Auditor melaksanakan
Risk assessment Menentukan dua macam materialitas, yakni
(penilaian risiko) materialitas untuk laporan keuangan secara
menyeluruh dan performance materiality
(materialitas pelaksanaan)
Merencanakan prosedur penilaian risiko apa yang
harus dilaksanakan
Mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji yang
material.
Risk response Menentukan sifat (nature), waktu (timing), dan
(menanggapi risiko) luasnya (extent) prosedur audit slanjutnya (further
audit procedures).
Merevisi angka materialitas karena adanya
perubahan situasi (change in circumstances)
selama audit berlangsung.
Reporting (pelaporan) Mengevaluasi salah saji yang belum dikoreksi oleh
entitas itu.
Merumuskan pendapat auditor.
Konsep Materilalitas Pada Dua Tingkat
Dalam merencanakan suatu audit, auditor harus menilai materialitas pada dua
tingkat berikut:
Tingkat laporan keuangan karena pendapat auditor mengenai kewajaran meluas
sampai laporan keuangan secara keseluruhan.
Tingkat saldo akun karena auditor menguji saldo akun dalam memperoleh
kesimpulan keseluruhan atas kewajaran laporan keuangan.
Materialitas pada tingkat laporan keuangan
Salah saji agregat minimum dalam suatu laporan keuangan yang cukup pentinguntuk
mencegah laporan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum
Materialitas pada tingkat saldo akun
Salah saji minimum yang dapat muncul dalam suatu saldo akun hingga dianggap
mengandung salah saji material. Salah saji hingga tingkat tersebut dikenal sebagai salah saji
yang dapat ditolerir (torerable misstatement).
KONSEP MATERIALITAS
Overall materiality Overall materiality didasarkan atas apa yang
layaknya diharapkan berdampak terhadap
keputusan yang dibuat pengguna laporan
keuangan. Jika auditor memperoleh informasi
yang menyebaban ia menentukan angka
materialitas yang berbeda dari yang
ditetapkannya semula, angka materialitas
semuala seharusnya direvisi
Overall performance materiality Performance materiality ditetapkan lebih
rendah dari overall materiality. Performance
materiality memungkinkan auditor menanggapi
penilaian resiko tertentu (tanpa mengubah
overall materiality), dan menurunkan ke
tingkat rendah yang tepat (appropriately low
level) probabilitas salah saji yang tidak
dikoreksi dan salah saji yang tidak terdeteksi
secara agregat (aggregate of uncorrected and
undetected misstatements) melampui overall
materiality. Performance materiality perlu
diuba berdasarkan temuan audit
Specific materiality Specific materiality untuk jenis transaksi, saldo
akun atau disclosure tertentu dimana jumlah
salah sajinya akan lebih rendah dari overall
materiality
Specific performance materiality Specific performance materiality ditetapkan
lebih rendah dari specific materiality. Hal ini
memungkin auditor menanggapi penilaian
resiko tertentu, dan memperhitungkan
kemungkinan adanya salah saji yang tidak
terdeteksi dan salah saji yang tidak material,
yang secara agregat dapat berjumlah
materiality.
A. RISIKO AUDIT
kemungkinan auditor memberikan pendapat yang keliru (inappropriate audit opinion) atas
laporan keuangan yang mengandung asalah saji yang material.
Komponen Risiko Audit
RMM (risiko salah saji yang material) RMM adalah resiko dimana laporan keuangan
disalah sajikan secara material sebelum audit
dimulai. Risiko-risiko ini diperhitungkan atau
menjadi pertimbangan di tingkat laporan
keuangan (financial statement level) dan pada
tingkat asersi (assertion level). RMM
merupakan kombinasi dari risiko bawaan atau
inherent risk (IR) dan resiko pengendalian
atau control risk (CR), atau dirumuskan
sebagai IRxCR= RMM.
Detection Risk Detection Risk adalah risiko dimana auditor
gagal mendeteksi suatu salah saji dalam asersi
yang bisa berdampak material. Detection risk
(DR) ditangani melalui:
Perencanaan audit dengan baik (sound
audit planning)
Pelaksanaan prosedur audit yang tepat
sebagai tanggapan terhadap RMM
yang diidentifikasi
Pembagian tugas yang tepat di antara
anggota tim audit
Supervisi dan review atas pekerjaan
audit

Risiko audit atau audit risk (AR) dapat dirumuskan sebagai berikut :

AR = RMM X DR

Materialitas dan risiko audit rik terus diperhatikan sepanjang audit, dengan:
Mengidentifikasi dan menilai RMM
Menetukan sifat, waktu, dan luasnya prosedur audit lanjutan
Menetukan revisi atas materialitas (overall materiality maupun performance
materiality) dengan informasi baru yang diperoleh selama audit
Mengevaluasi dampak salah saji yang tidak dikoreksi (uncorrected misstatements),
terhadap laporan keuangan dan merumuskan pendapat auditor
PROSEDUR PENILAIAN RISIKO
Ada tiga prosedur penilaian risiko yang terdiri atas:
a. Prosedur menanyakan kepada manajemen dan pihak lain (inquiries of
management and others);
b. Pengamatan dan inspeksi (observation and inspection); and
c. Prosedur analytical (analytical procedures).

Kesimpulan
Materialitas adalah besarnya suatu penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang,
dengan memperhitungkan situasinya, menyebabkan pertimbangan yang dilakukan oleh orang
yang mengandalkan pada informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh
penghapusan atau salah saji tersebut. Materialitas merupakan satu di antara berbagai faktor
yang mempengaruhi pertimbangan auditor tentang kecukupan bukti audit.
Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya,
semakin rendah risiko audit yang auditor bersedia untuk menanggungnya. Berbagai
kemungkinan hubungan antara materialitas, bukti audit, dan risiko audit, yakni (1) Jika
auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi, auditor harus
menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan. (2) Jika auditor mempertahankan tingkat
materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit
menjadi meningkat.(3) Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit.

Pengendalian Internal Audit

PengertianPengendalian Interal

Suatu perencanaan yang meliputi struktur organisasi dan semua metode dan alat-alat yang
dikoordinasikan yang digunakan di dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta
milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi, mendorong efisiensi, dan
membantu mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen yang telah ditetapkan.
sistem pengendalian internal dapat dibagi menjadi dua yaitu
1. Pengendalian Internal Akuntansi : Menjaga kekayaan perusahaan dan memeriksa keakuratan data
akuntansi. Contoh : adanya pemisahan fungsi dan tanggung jawab antar unit organisasi.
2. Pengendalian Administratif : Mendorong dilakukannya efisiensi dan mendorong dipatuhinya
kebijakkan manajemen. Contoh : pemeriksaan laporan untuk mencari penyimpangan yang ada, untuk
kemudian diambil tindakan.
Keterbatasan Pengendalian Intern Suatu Entitas

Berikut ini adalah keterbatasan bawaan yang melekat dalam setiap pengendalian intern :
1. Kesalahan dalam pertimbangan
2. Gangguan
3. Kolusi
4. Pengabaian dalam manajemen
5. Biaya lawan manfaat

Pengendalian intern terdiri atas lima komponen yang saling terkait berikut ini :

1. Lingkungan Pengendalian
2. Komitmen terhadap kompetensi
3. Partisipasi dewan komisaris atau komite audit
4. Struktur organisasi
5. Pemberian wewenang dan tanggung jawab
6. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia

Tujuan Sistem Pengendalian Internal

Pengendalian dalam suatu perusahaan merupakan sistem yang dapat membantu pemimpin
perusahaan dalam melaksanakan kegiatannya, sehingga dapat diarahkan pada tingkat
yang paling efisiensi dan efektif guna mencegah kecurangan, penyelewengan dan
pemborosan . Pengendalian ini berfungsi apabila di dalamnya tercakup tujuan yang
merupakan arah dalam pelaksanaan kegiatan.

Tujuan sistem informasi akuntansi

Dalam memenuhi kebutuhan informasi, baik untuk kebutuhan internal dan eksternal,
sistem informasi akuntansi harus di disain sedemikian rupa sehingga memenuhi
fungsinya.

Fungsi Sistem Informasi Akuntans

melakukan pengawasan yang memadai untuk menjamin bahwa informasi yang dihasilkan
dapat dipercaya, aktivitas bisnis yang dilaksanakan secara efesien dan sesuai dengan
tujuan manajemen, serta sejalan dengan peraturan yang telah digariskan, me;lindungi dan
menjaga aktiva organisasi termasuk data yang diberikan perusahaan.

Hubungan Sistem Pengendalian Internal dengan Sistem Informasi Akuntansi


Sistem informasi akuntansi ini dirancang sedemikian rupa oleh suatu perusahaan sehingga
dapat memenuhi fungsinya yaitu menghasilkan informasi akuntansi yang tepat waktu,
relevan dan dapat dipercaya. Dalam suatu sistem informasi akuntansi terkandung unsur-
unsur pengendalian, maka baik buruknya sistem informasi akuntansi sangat
mempengaruhi fungsi manajemen dalam melakukan pengendalian internal, karena
informasi yang dihasilkannya akan dijadikan salah satu dasar dalam pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan. Mengingat begitu pentingnya
penerapan sistem informasi akuntansi dalam suatu perusahaan, maka tidak dapat
dibayangkan bagaimana jadinya kalau suatu perusahaan tidak memiliki sistem informasi
akuntansi yang memadai.

Audit Kecurangan
Jenis-Jenis Kecurangan
Kecurangan dalam Laporan Keuangan
merupakan salah saji atau penghapusan terhadap jumlah atau pun pengungkapan
yang disengaja dilakukan dengan tujuan untuk mengelabui para penggunanya.
Sebagian besar kasus melibatkan salah saji terhadap jumlah yang dilaporkan
dibandingkan terhadap pengungkapan.
Penyalahgunaan Aset
kecurangan yang melibatkan pencurian atas aset milik suatu entitas. Dalam banyak
kasus, namun tidak semuanya, jumlah nominal yang terlibat tidak material terhadap
laporan keuangan. Istilah penyalahgunaan aset seringkali digunakan untuk mengacu
pada pencurian yang dilakukan oleh pegawai dan pihak-pihak internal lainnya di
dalam suatu organisasi.
Kondisi yang Menyebabkan Terjadinya Kecurangan

Insentif/Tekanan

Kesempatan Sikap / Rasionalisasi

1. Insentif/tekanan. Manajemen atau pegawai lainnya memilik insentif atau tekanan


untuk melakukan kecurangan.
2. Kesempatan. Situasi yang memberikan kesempatan bagi manajemen atau pegawai
untuk melakukan kecurangan.
3. Sikap/rasionalisasi. Adanya suatu sikap, karakter, atau seperangkat nilai-nilai etika
yang memungkinkan menajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang
tidak jujur

Anda mungkin juga menyukai