Anda di halaman 1dari 29

AKUNTANSI PERANKAN & LPD (EKA 334)

SAP 5
AKUNTANSI MODAL BANK

OLEH KELOMPOK 5 KELAS CP:

I DEWA GEDE PRADITYA C. 1506305129 Ab.08

IB PUTU SATRIYA WIBAWA P.G. 1506305133 Ab.11

NI WAYAN DEA DHARMALA 1506305148 Ab.15

DAN OLEH KELOMPOK 5 KELAS C1:

TEBUANA AGUNG PUTRA 1506305063 Ab.14

JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM S1 REGULER
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2017
AKUNTANSI MODAL BANK

Bank didirikan untuk jangka waktu tak terbatas, artinya manajemen bank akan berusaha
untuk menjaga keberlangsungan operasi bank. Untuk mempertahankan dan
mengembangkannya diperlukan daya saing yang memadai. Untuk dapat bersaing sebuah bank
harus bekerja pada tingkat efisiensi yang tinggi dan mampu mengelola risiko, mampu
menciptakan dan mengembangkan sistem dan prosedur pelayanan, serta sistem informasi yang
memungkinkan terselenggaranya kegiatan operasional bank serta memiliki modal yang cukup
dan sehat sebagai penggerak aktivitas.
Modal bank adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik dalam rangka pendirian
badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank di samping untuk
memenuhi regulasi yang ditetapkan oleh otoritas moneter. Ketentuan jumlah modal inti di bank
umum maupun modal disetor di BPR bisa berbeda, namun untuk rasio kecukupan modal adalah
8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko baik di BPR maupun Bank Umum. Rasio
kecukupan modal di bank harus memperhitungkan risiko pasar, karena itu akan dibahas
mengenai jenis modal dan akuntansinya serta teknis perhitungan rasio kecukupan modal di
BPR dan Bank Umum.

A. Klasifikasi Modal Bank


Pembagian jenis modal bank di Indonesia dapat diklasifikasikan sesuai Standar Bank
For International Settlements, yaitu :

A.1. Modal Inti (Tier 1)


Modal inti terdiri dari modal disetor, modal sumbangan, cadangan-cadangan yang
dibentuk dari laba setelah pajak dan laba diperoleh setelah perhitungan pajak.

a. Modal inti yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya.
b. Modal sumbangan, yaitu modal yang dieroleh kembali dari sumbangan saham,
termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan harga jual apabila saham tersebut
dijual. Modal ini sering disebut modal donasi.
c. Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan
atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapat persetujuan dari rapat
umum pemegang saham.
d. Cadangan tujuan, yaitu bagian laba yang dikurangi pajak yang disisihkan untuk
tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham.

1
e. Laba ditahan dimaksudkan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang
oleh rapat umum pemegang saham diputuskan untuk tidak dibagikan.
f. Laba tahun lalu adalah laba tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak yang belum
ditetapkan penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham.
g. Laba tahun berjalan setelah dikurangi dengan taksiran hutang pajak. Laba tahun lalu
berjalan ini hanya diperhitungkan sebagai modal inti sebesar 50%.

Modal inti merupakan modal yang disetor para pemilik bank dan modal yang berasal
dari cadangan yang dibentuk ditambah dengan laba yang ditahan. Porsi terbesar modal inti
terletak pada modal saham yang disetor. Sedangkan selebihnya sangat tergantung laba yang
diperoleh dan kebijakan Rapat Umum Pemegang Saham. Untuk modal disetor berupa saham
biasa. Pemegang saham basa memliki hak suara, sehingga dapat mengendalikan manajemen
bank. Pada saham preferen, pemegangnya tidak mempunyai hak suara namun pembagian
dividennya akan didahulukan sebelum membayar dividen saham biasa. Pencatatan modal
saham dilakukan sebesar harga nominal. Selisih harga saham diatas nilai nominal dicatat
sebagai agio saham. Selisih harga saham dibawah nilai nominal dicatat sebagai disagio saham.
Agio saham akan diamortisasi setiap akhir periode dan disagio saham akan diakumulasi setiap
akhir periode.
Harga saham atau nilai modal disetor (paid in capital) merupakan total yang dibayar
oleh pemegang saham kepada bank emiten untuk ditukarkan dengan saham preferen atau
saham biasa. Niai modal disetor merupakan penjumlahan nilai nominal ditambah dengan
disagio saham atau nilai nominal dikurangi disagio saham. Sedangkan nilai nominal
merupakan nilai kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham. Nilai nominal
ditentukan berkaitan dengan kepentingan hukum, misalnya untuk proteksi terhadap kreditur.
Dalam hal bank emiten menerbitkan saham biasa dan saham preferen, maka penyajian dalam
neraca saham preferen harus didahulukan. Contoh:

a. Tanggal 2 januari 2012 telah diterima setoran awal dana dari Bapak Surya Darma untuk
modal bank berupa uang tunai Rp 500.000.000, aktiva tetap berupa tanah senilai Rp
600.000.000, kendaraan baru dan belum disusut senilai Rp 200.000.000, inventaris
kantor senilai Rp 200.000.000. setoran ini dicatat dalam bentuk saham biasa untuk
150.000 lembar dengan nilai nominal Rp 10.000 per lembar, kurs 103%.
b. Tanggal 10 januari 2012 dijual saham biasa 10.000 lembar dengan nominal Rp 5000,
kurs 97%. Pembayaran diterima tunai.

2
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

2/1/2012 Dr. Kas 545.000.000

Dr. AT. Tanah 600.000.000

Dr. AT. Kendaraan 200.000.000

Dr. AT. inventaris kantor 200.000.000

Cr. Modal disetor saham biasa 1.500.000.000

Cr. Agio saham 45.000.000

Dr. Kas 48.500.000

Dr. Disagio saham 1.500.000

Cr. Modal disetor saham biasa 50.000.000

Bank yang mengeluarkan saham sering menerima pesanan saham dari calon investor.
Saham yang dijual secara pesanan harus diserahkan setelah dilunasi seluruhnya. Perlakuan
akuntansi untuk pemesanan saham adalah emiten akan mendebit piutang pemesan saham dan
mengkredit modal saham yang dipesan.

Contoh transaksi pemesanan saham :

1. Tanggal 15 juni 2012 Bank Mitra Buana menerima pesanan saham 100.000 lembar
saham biasa dari PT Mirana dengan kurs 102. Harga nominal per lembar Rp 10.000. uang
muka pesanan saham diterima 60% tunai.
2. Tanggal 30 juni 2012 pesanan saham tersebut dilunasi secara tunai.
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

15/6-2012 Dr. Kas 612.000.000

Dr. Piutang- PT Mirana 408.000.000

Cr. Modal saham dipesan 1.000.000.000

3
Cr. Agio saham 20.000.000

30/6-2012 Dr. Kas 408.000.000

Dr. Modal saham dipesan 1.000.000.000

Cr. Piutang PT Mirana 408.000.000

Cr. Modal disetor-saham


1.000.000.000
biasa

Bila dikemudian hari pemesanan saham tidak mampu melunasi kekurangannya dan
bank selaku emiten harus mencatatnya sesuai dengan perjanjian yang disepakati awal.

Contoh :

Bila pesanan saham yang dilakukan oleh PT Mirana tidak dilunasi, dan bank Mitra
Buana mengembalikannya sebesar 80% dari nilai yang telah dibayar, maka jurnalnya:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

15/6-2012 Dr. Agio saham 20.000.000

Dr. modal saham yang dipesan 1.000.000.000

Cr. Piutang PT Mirana 408.000.000

Cr. Kas 489.000.000

Cr. Pendapatan lain-lain 122.400.000

Keterangan :

Telah Diterima Tunai = Rp 612.000.000

Dikembalikan 80% = Rp 489.600.000

Pendapatan lain-lain = Rp 122.400.000

4
Pembelian Kembali Saham

Pembelian kembali saham yang telah beredar dapat dilakukan dengan kerangka untuk
mempertahankan struktur kepemilikan, menghindari hostile takeover, memenuhi tuntutan
regulasi atau untuk mengimbangi penurunan skala operasi bank yang semakin menurun
sehingga tidak perlu modal besar. Saham yang dibeli kembali disebut saham treasuri.

Perlakuan akuntansi untuk saham treasuri terdiri dari dua macam. Yang pertama dicatat
berdasarkan harga perolehan dan cara lain saham dicatat sebesar harga nominal. Saham
yang diperoleh kembali dicatat sebesar harga perolehan, maka pada saat dijual kembali juga
dicatat atau dikreditkan sebesar harga perolehannya. Bila pembelian saham treasuri
dilakukan lebih dari satu kali, maka dapat digunakan Metode Masuk Terakhir Keluar
Pertama (MTKP). Dan disajikan sebagai pengurang modal saham. Pencatatan didasarkan
pada harga nominal. Pada metode ini saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar harga
nominal dan disajikan sebagai pengurang terhadap modal saham.

Contoh :

a. Tanggal 1 juni 2012 Bank ABC melakukan emisi saham biasa 100.000 lembar
dengan nominal Rp 5000 per lembar. Kurs 106.
b. Tanggal 30 juni 2012 Bank ABC membeli kembali 10.000 lembar sahamnya
dengan kurs 103.
c. Tanggal 30 juli 2012 Bank ABC menjual kembali saham treasuri sebanyak 10.000
lembar dengan kurs 104.
d. Tanggal 1 agustus 2012 Bank ABC menjual kembali 10.000 lembar saham
treasuri dengan kurs 96.
Jurnal untuk transaksi ini adalah :

Metode harga perolehan

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

1/6-2012 Dr. Kas 530.000.000

Cr. Modal saham 500.000.000

Cr. Agio saham 30.000.000

5
30/6-2012 Dr. saham treasuri 51.500.000

Cr. kas 51.500.000

30/7-2012 Dr. kas 52.000.000

Cr. Saham treasuri 51.500.000

Cr. Tambahan modal- ST 500.000

1/8-2012 Dr. kas 48.000.000

Dr. tambahan modal - ST 3.500.000

Cr. Saham treasuri 51.500.000

Metode harga nominal

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

1/6-2012 Dr. Kas 530.000.000

Cr. Modal saham 500.000.000

Cr. Agio saham 30.000.000

30/6-2012 Dr. saham treasuri 50.000.000

Dr. agio saham 1.500.000

Cr. kas 51.500.000

6
30/7-2012 Dr. kas 52.000.000

Cr. Saham treasuri 50.000.000

Cr. Agio modal saham 2.000.000

1/8-2012 Dr. kas 48.000.000

Dr. agio modal saham 2.000.000

Cr. Saham treasuri 50.000.000

Penarikan Kembali Saham Treasuri

Saham treasuri yang ditarik kembali, berarti saham tersebut tidak akan diedarkan
kembali. Perlakuan akuntansi untuk saham treasuri yang ditarik tergantung metode
pencatatan sebelumnya. Bila berdasarkan harga perolehan, sebagaimana kita perhatikan
sebelumnya bahwa bank tidak mengakui kenaikan ataupun penurunan modal dari saham
treasuri yang diperoleh, maka kenaikan atau penurunan saham treasuri harus diakui pada
saat saham tersebut ditarik kembali. Kalau sebelumnya diketahui bahwa harga saham
perolehan saham treasuri lebih kecil daripada harga saham ketika emisi maka kenaikan ini
dicatat dengan mengkredit rekening tambahan modal saham treasuri. Bila terjadi
sebaliknya, maka bank dapat mendebet rekening tambahan modal (agio saham) atau laba
ditahan.

Bagaimana kalau pencatatannya didasarkan pada harga nominal. Bila ini yang menjadi
dasar, maka bank telah mengakui kenaikan atau penurunannya, sehingga pada saat
penarikan tidak perlu mengakui selisih atau kenaikan/penurunan tersebut.

Contoh:

Misalkan setelah terjadi transaksi pembelian kembali saham treasuri di Bank ABC pada
tanggal 30 Juni 2008, Bank ABC menyatakan menarik 10.000 lembar saham treasuri
tersebut pada tanggal 15 Juli 2008. Maka pencatatannya adalah:

Berdasarkan Metode Harga Perolehan

7
Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)
15/6-08 Dr. Modal Saham 50.000.000
Dr. Agio Saham 3.000.000
Cr. Tambahan Modal -Sh.
Treasuri 1.500.000
Cr. Tambahan Saham
Treasuri 51.500.000

Berdasarkan Metode Harga Nominal

Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)


15/7-08 Dr. Modal Saham 50.000.000
Cr. Saham Treasuri 50.000.000

A.2. Modal Pelengkap (Tier 2)

Modal pelengkap terdiri dari atas cadangan-cadangan yang dibentuk tidak berasal dari
laba, modal pinjaman serta pinjaman subordinasi. Secara rinci, modal pelengkap dapat
dijelaskan sebagai berikut:

a. Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian
kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari Direktorat Jenderal pajak.
b. Penyisihan penghapusan Aktiva Produktif yang dibentuk dengan cara membebani
laba rugi tahun berjalan, dengan maksud untuk menampung kerugian yang mungkin
timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva
produktifnya.
c. Modal Pinjaman, yaitu hutang yang didukung oleh instrumen atau warkat yang
memiliki sifat-sifat seperti modal dan mempunyai ciri-ciri tidak dijamin oleh bank
yang bersangkutan, tidak dapat ditarik atau dilunasi atas inisiatif pemilik tanpa
persetujuan BI, mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah
kerugian bank melebihi laba ditahan dan cadangan-cadangan yang termasuk modal
inti, meskipun bank belum dilikuidasi, dan pembayaran bunga dapat ditangguhkan
apabila bank dalam keadaan rugi atau labanya tidak mendukung untuk membayar
bunga tersebut.
Modal pinjaman sebelumnya disebut modal kuasi. Dalam perhitungan CAR, modal
pinjaman termasuk komponen modal pelengkap. Untuk itu, sifat modal pinjaman mempunyai

8
kedudukan sama dengan modal pada umumnya. Modal pinjaman dimaksud adalah pinjaman
yang didukung dengan menggunakan instrumen yang disebut capital assets, loan stock, atau
warkat lain yang dipersamakan dengan itu dan mempunyai sifat seperti modal. Modal pinjaman
memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1. Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan, dipersamakan dengan modal (pinjaman
subordinasi) dan telah dibayar penuh.
2. Tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiatif pemilik tanpa persetujuan Bank
Indonesia.
3. Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah kerugian bank
melebihi laba yang ditahan dan cadangan-cadangan yang termasuk modal inti,
meskipun bank belum dilikuidasi.
4. Pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila bank dalam keadaan rugi atau
labanya tidak mendukung untuk membayar bunga tersebut.
Pembayaran modal pinjaman dimulai saat penerbitan atau penjualan warkat modal
pinjaman. Modal pinjaman dicatat sebesar nilai nominal. Biaya-biaya penerbitan warkat modal
pinjaman dapat ditangguhkan dan diamortisasi secara sistematis selama taksiran jangka
waktunya, yang selama-lamanya 5 tahun.

Debet Kredit
Tgl/Keterangan Rekening (Rp) (Rp)
Saat Penerbitan
(penjualan warkat) Dr. Giro bank-bank lain Rp
Dr. Biaya Penerbitan Modal
Pinjaman Dibayar Dimuka Rp
Cr. Modal Pinjaman Rp

Saat Amortisasi Dr. Biaya Penerbitan Modal


Biaya Penerbitan Pinjaman Rp
Cr. Biaya Penerbitan
MP Dibayar Dimuka Rp

Saat Penyesuaian
bunga Dr. Biaya Bunga Rp
Cr. Bunga MP masih
harus dibayar Rp

Saat Pembayaran Dr. Bunga MP masih harus


Bunga dibayar Rp
Cr. Kas/Giro bank-
bank lain/ Giro BI Rp

9
Saat Pelunasan
Pokok Pinjaman Dr. Modal Pinjaman Rp
Cr. Giro BI/kas/Giro
bank lain-lain Rp

d. Pinjaman Subordinasi, yaitu pinjaman yang memenuhi syarat-syarat ada perjanjian


tertulis, mendapat persetujuan Bank Indonesia dan tidak dijamin oleh bank yang
bersangkutan dan telah disetor penuh dengan minimal jangka waktu 5 tahun,
pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapatkan persetujuan BI serta hak tagih
berada pada urutan paling akhir dalam hal bank dilikuidasi.
Sumber dana ini dapat dikatakan sama dengan kedudukannya dengan modal
bank karena jangka waktunya sangat panjang dan mempunyai hak tagih paling akhir.
Dengan kata lain pinjaman subordinasi adalah pinjaman yang hak tagihnya dalam
hal terjadi likuidasi berlaku paling akhir dari segala pinjaman yang ada. Pinjaman
subordinasi ini diperhitungkan dalam komponen Capital Adequacy Ratio sebesar
50% dari modal inti. Modal inti terdiri dari modal disetor, modal disumbangkan,
cadangan umum, cadangan tujuan, laba ditahan, laba tahun-tahun lalu, 50% laba
tahun berjalan, goodwill, yang telah dikurangi dengan kerugian tahun lalu dan tahun
berjalan.

Pinjaman yang diterima bank dapat dikelompokkan pinjaman subordinasi bila


memenuhi persyaratan:

1. Ada perjanjian tertulis antara bank dengan pemberi pinjaman.


2. Mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia. Dalam hal ini
bank yang mengajukan permohonan persetujuan harus menyampaikan
program pembayaran kembali pinjaman subordinasi tersebut.
3. Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah dibayar penuh,
4. Jangka waktu pinjaman minimal 5 tahun.
5. Pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari Bank
Indonesia, dan dengan pelunasan tersebut permodalan bank yang
bersangkutan tetap sehat.
6. Hak tagihnya berlaku paling akhir dalam hal terjadi likuidasi
(kedudukannya sama dengan modal bank)

10
Akuntansi Pinjaman Subordinasi

Akuntansi untuk pos ini prinsipnya sama dengan akuntansi pinjaman diterima.
Pencatatan dimulai dari komitmen disepakati, kemudian pada saat realisasi dan pencatatan
selama periode pinjaman subordinasi berupa angsuran pokok dan bunga.

Debet Kredit
Tgl/Keterangan Rekening (Rp) (Rp)
Dr. Fasilitas Pinjaman
Komitmen Subordinasi Disetujui dan
Ditandatangani belum direalisasi

Cr. Fasilitas Pinjaman


Subordinasi Disetujui
dan belum direalisasi

Saat Pinjaman
direalisasi Dr. Giro BI
Cr. Pinjaman
Subordinasi

Penyesuaian
Bunga akhir
setiap Akhir
Periode Dr. Biaya Bunga
Cr. Bunga yang
Masih Harus Dibayar

Pembayaran
bunga setelah Dr. Bunga yang Masih
penyesuaian Harus Dibayar
Cr. Giro BI/Bank-
bank lain

Saat Pelunasan Dr. Pinjaman Subordinasi


Cr. Giro BI/Bank-
bank lain

A.3. Modal Pelengkap Tambahan (Tier 3)

1. Bank dapat memperhitungkan Modal Pelengkap Tambahan (tier 3) untuk tujuan


perhitungan Kebutuhan Penyediaan Modal Minimum (KPMM) atau Capital
Adequacy Ratio (CAR) secara individual dan/atau secara konsolidasi dengan
Perusahaan Anak.

11
2. Modal Pelengkap Tambahan (tier 3) dalam perhitungan KPMM hanya dapat
digunakan untuk memperhitungkan Risiko Pasar.
3. Pos yang dapat diperhitungkan sebagai Modal Pelengkap Tambahan (tier 3) adalah
Pinjaman Subordinasi Jangka Pendek yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Tidak dijamin oleh Bank atau Perusahaan Anak yang bersangkutan dan telah
disetor penuh;
b. Memiliki jangka waktu perjanjian sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun;
c. Tidak dapat dibayar sebelum jadwal waktu yang ditetapkan dalam perjanjian
pinjaman kecuali dengan persetujuan Bank Indonesia.
d. Terdapat klausa yang mengikat (lock-in clause) yang menyatakan bahwa tidak
dapat dilakukan pembayaran pokok atau bunga, termasuk pembayaran pada saat
jatuh tempo, apabila pembayaran dimaksud dapat menyebabkan KPMM secara
individual atau secara konsolidasi dengan Perusahaan Anak tidak memenuhi
ketentuan yang berlaku;
e. Terdapat perjanjian pinjaman yang jelas termasuk jadwal pelunasannya; dan
f. Memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia.
4. Modal Pelengkap Tambahan (tier 3) untuk memperhitungkan Risiko Pasar hanya
dapat digunakan dengan memenuhi kriteria:
a. Tidak melebihi 250% (dua ratus lima puluh perseratus) dari bagian Modal Inti
yang dialokasikan untuk memperhitungkan Risiko Pasar;
b. Jumlah Modal Pelengkap (tier 2) yang tidak digunakan dapat ditambahkan untuk
Modal Pelengkap Tambahan (tier 3) dengan memenuhi persyaratan pada poin 4
ini.
5. Pinjaman Subordinasi sebagaimana diatur dalam ketentuan yang berlaku dan melebihi
50% (lima puluh perseratus). Modal Inti, dapat digunakan sebagai komponen Modal
Pelengkap Tambahan (tier 3) dengan tetap memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud pada poin 4 ini.

C. Rasio Kecukupan Modal Bank Perkreditan Rakyat

Tata cara perhitungan kecukupan modal bank perkreditan rakyat dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
1. Dalam menghitung Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), pospos aktiva
diberikan bobot risiko yang besarnya didasarkan pada risiko yang terkandung pada

12
aktiva itu sendiri atau risiko yang didasarkan pada jenis aktiva, golongan debitur,
penjamin atau sifat barang jaminan.
2. Dengan memperhatikan prinsip pada angka 1 maka rincian bobot risiko adalah sebagai
berikut:

a. Kas
b. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
c. Kredit dengan agunan berupa SBI, tabungan dan deposito yang diblokir
0% pada BPR yang bersangkutan disertai dengan surat kuasa pencairan
emas dan logam mulia, sebesar nilai terendah antara agunan dan baki
debet.
d. Kredit kepada Pemerintah Pusat.
a. Giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan serta tagihan
lainnya kepada bank lain.
20%
b. Kredit kepada atau yang dijamin oleh bank lain atau Pemerintah
Daerah.

40% Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang dijamin oleh hak tanggungan pertama
dengan tujuan untuk dihuni.
a. Kredit kepada atau yang dijamin oleh Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Yang dimaksud
dengan BUMN sebagai penjamin adalah lembaga penjamin kredit milik
Pemerintah Pusat. Yang dimaksud dengan BUMD sebagai penjamin
adalah BUMD yang melakukan usaha sebagai perusahaan penjamin dan
melakukan perjanjian kerjasama penjaminan kredit dengan lembaga
50%
penjamin kredit milik Pemerintah Pusat.
b. Kredit kepada pegawai atau pensiunan, yang memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
1. Pegawai/pensiunan yang menerima kredit adalah:
a. Pegawai negeri sipil (PNS), anggota TNI/POLRI, pegawai
lembaga negara atau pegawai BUMN/BUMD;
b. Pensiunan PNS, pensiunan anggota TNI/POLRI, pensiunan
pegawai lembaga negara atau pensiunan pegawai
BUMN/BUMD;
2. Pegawai/pensiunan dijamin dengan asuransi jiwa dari perusahaan
asuransi yang memiliki kriteria:
a. Memiliki izin usaha dari instansi yang berwenang;
b. Laporan keuangan terakhir telah diaudit oleh akuntan publik dan
memenuhi ketentuan tingkat solvabilitas minimun sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku; dan
c. Tidak merupakan pihak terkait dengan BPR.
3. Pembayaran angsuran/pelunasan kredit bersumber daru gaji/pensiun
berdasarkan Surat Kuasa Memotong Gaji/Pensiun kepada BPR.

13
Dalam hal pembayaran gaji/pensiun dilakukan melalui bank lain
atau BUMN lain, maka BPR harus memiliki perjanjian kerjasama
dengan bank lain atau BUMN lain pembayar gaji/pensiun untuk
melakukan pemotongan gaj/pensiun dalam rangka pembayaran
angsuran/pelunasan kredit; dan
4. BPR manyimpan asli surat pengangkatan pegawai atau surat
keputusan pensiun atau Kartu Registrasi Induk Pensiun (KARIP)
dan polis pertanggungan asuransi jiwa debitur.
Kredit kepada usaha mikro dan kecil. Kredit kepada usaha mikro adalah
85% kredit dengan plafon sampai dengan Rp. 50.000.000,00 (Lima puluh juta
rupiah) sampai dengan Rp. 500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah)
a. Kredit kepada atau yang dijamin oleh perorangan, koperasi atau kelompok
dengan perusahaan lainnya.
100% b. Aktiva tetap dan inventaris (nilai buku).
c. Aktiva lainnya selain tersebut diatas.
3. Aktiva produktif dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan atau Macet dalam
perhitungan. ATMR dinilai sebesar nilai buku yaitu setelah dikurangi dengan
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) khusus dari aktiva produktif dengan
kualitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet. Penilaian kualitas aktiva produktif
(KAP) dan PPAP mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai
KAP dan PPAP BPR.

14
Tabel 3.1 Perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) BPR

Bobot
Komponen Nominal ATMR
Risiko (%)
ATMR
I Aktiva Neraca
1.1 Kas 0
1.2 Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 0
1.3 Kredit dengan agunan berupa SBI, tabungan dan 0
deposito yang diblokir pada BPR yang bersangkutan
disertai dengan surat kuasa pencairan emas dan logam
mulia, sebesar nilai terendah antara agunan dan baki debet
1.4 Kredit kepada Pemerintah Pusat. *) 0
1.5 Giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan **) 20
serta tagihan lainnya kepada bank lain
1.6 Kredit kepada atau yang dijamin oleh bank lain atau *) 20
Pemerintah Daerah
1.7 Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang dijamin oleh hak *) 40
tanggungan pertama dengan tujuan untuk dihuni.
1.8 Kredit kepada atau yang dijamin oleh bank lain atau *) 50
BUMN/BUMD
1.9 Kredit kepada pegawai atau pensiunan *) 50
1.10 Kredit kepada usaha mikro dan kecil *) 85
1.11 Kredit kepada atau yang dijamin oleh *) 100
a. Perorangan
b. Koperasi
c. Kelompok dan perusahaan lainnya
1.12 Aktiva tetap & inventaris (nilai buku) *) 100
1.13 Aktiva lainnya selain tersebut diatas *) 100

II JUMLAH ATMR

Tata Cara Perhitungan Kebutuhan Modal Minimum


Perhitungan kebutuhan modal minimum Bank Perkreditan Rakyat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
1. Perhitungan kebutuhan modal didasarkan pada ATMR yang dihitung dengan cara
mengalikan nilai nominal pos-pos aktiva dengan bobot risiko masing-masing.
Perhitungan ATMR bagi aktiva produktif dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan
atau Macet dilakukan dengan cara mengalikan nilai buku dengan bobot risiko masing-
masing. Dalam hal ini ATMR mengacu pada SE no. 8/28/DPBI/2006 dan untuk Kualitas
Aktiva Produktif mengacu pada PBI no. 8/19/PBI/2006.
15
2. Menjumlahkan ATMR dari masing-masing pos aktiva.
3. Menjumlahkan modal inti dan modal pelengkap untuk mengetahui jumlah modal BPR.
4. Menghitung modal minimum dengan cara mengalikan jumlah ATMR dengan 8%
(delapan perseratus).
5. Menghitung kekurangan modal dengan cara membandingkan jumlah modal minimum
pada angka 4 dengan jumlah modal pada angka 3.
6. Menghitung KPMM dengan cara membandingkan jumlah modal BPR pada angka 3
dengan ATMR pada angka 2.

Contoh:
BPR XYZ mempunyai laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi per 31
Desember 2014 seperti pada tabel 3.2 dan 3.3 sebagai berikut:

Tabel 3.2. Neraca BPR XYZ per 31 Desember 2014


A Aktiva: Jumlah (Rp)
1 Kas 63.647.000
2 Antar Bank Aktiva 21.869.000
3 Wesel Promes dan Tagihan Lainnya
4 Efek-Efek
5 Kredit Diberikan 6.158.978.000
6 Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif -205.541.000
7 Aktiva Tetap dan Inventaris 295.233.000
8 Akumulasi Aktiva Tetap dan Inventaris -40.750.000
9 Rupa-Rupa Aktiva 25.028.000
Jumlah Aktiva 6.318.464.000

B Pasiva:
1 Kewajiban Segera Dibayar:
a. Pemerintah
b. Lainnya 11.800.000
2 Tabungan 125.091.000
3 Deposito Berjangka 3.885.000.000
4 Pinjaman Diterima Pihak III Bukan Bank 650.000.000
5 Antar Bank Pasiva
a. Pinjaman Diterima 498.484.000
b. Deposito Berjangka 510.000.000
6 Rupa-Rupa Pasiva 104.000
7 Modal Disetor:
a. Modal Dasar 500.000.000
b. Belum Disetor
8 Laba/Rugi (Ditahan) 137.985.000
6.318.464.000

16
Tabel 3.3. Laporan Laba/Rugi BPR XYZ Per 31 Desember 2014
No. Rekening Jumlah (Rp)
1 Pendapatan Operasional:
a. Pendapatan Bunga 1.660.100.000
b. Provisi dan Komisi 100.462.000
c. Pendapatan Lainnya 13.230.000
Jumlah Pendapatan Operasional 1.773.792.000
2 Pendapatan Non Operasional 9.750.000
Jumlah Pendapatan 1.783.542.000
3 Biaya Operasional:
a. Biaya Bunga 1.390.409.000
b. Biaya Tenaga Kerja 75.525.000
c. Biaya Sewa Gedung Kantor 2.500.000
d. Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan 16.130.000
e. Biaya Pengadaan Barang dan Jasa Pihak III 19.996.000
f. Biaya Honorarium 150.000
g. Biaya Penyisihan Penghapusan AP 123.500.000
h. Biaya Penyusutan 50.270.000
i. Biaya Operasional Lainnya 39.694.000
Jumlah Biaya Operasional 1.718.174.000
4 Biaya Non Operasional 4.520.000
Jumlah Biaya 1.722.694.000
5 Rugi/Laba Tahun Berjalan Sebelum Pajak (Laba) 60.848.000
6 Sisa Rugi/Laba Tahun Lalu Sebelum Pajak (Laba) 77.137.000
7 Jumlah Laba 137.985.000
Tabel 3.4 Hasil perhitungan ATMR BPR XYZ Per 31 Desember 2014
Bobot
Jumlah ATMR (Rp)
No. Keterangan risiko
(a) axb
(b)
Aktiva tertimbang menurut risiko
I
(ATMR)
Aktiva neraca:
1. Kas 63.647.000
2. Sertifkat bank indonesia 0
3. Kredit dengan agunan berupa SBI,
tabungan dan deposito yang
diblokir pada BPR yang
bersangkutan disertai dengan surat 0
kusa pencairan emas dan logam
mulia, sebesar nilai terendah antara
agunan dan baki debet.
4. Kredit kepada pemerintah pusat 0
5. Giro, deposito berjangka, sertifikat
deposito tabungan serta tagihan 21.869.000 20 4.373.800
lainnya

17
6. Kredit kepada atau yang dijamin
20
bank lain/pemerintah daerah
7. KPR yang dijamin oleh hipotik/hak
tanggungan pertama dengan tujuan 40
huni
8. Kredit kepada atau yang dijamin
oleh bumn/bumd
9. Kredit kepada pegawai/perusahaan 50
10. Kredit kepada pegawai/pensiunan 50
11. kredit kepada usaha mikro dan 6.158.978.00
85 5.235.131.300
kecil 0
12. Tagihan kepada atau tagihan yang
dijamin oleh
a. BUMD 100
b. Perorangan 100
c. Koperasi 100
d. Perusahaan lainnya 100
e. Lain-lain 100
13. Aktiva tetap dan inventaris (nilai
244.483.000 100 244.483.000
buku)
14. Aktiva lainnya selain disebut di
25.028.000 100 25.028.000
atas
Jumlah ATMR 5.509.016.100

Tabel 3.5 Hasil Perhitungan CAR BPR XYZ Per 31 Desember 2014
Jumlah per
No. Keterangan Jumlah (Rp)
komponen (RP)
II Modal

1. Modal inti
1.1 Modal disetor 500.000.000
1.2 Modal disumbangkan
1.3 Cadangan umum
1.4 Cadangan tujuan
1.5 Laba ditahan
1.6 Laba tahun-tahun lalu 77.137.000
1.7 Rugi tahun-tahun lalu -/-
1.8 Laba tahun berjalan (50%) 30.424.000
1.9 Rugi tahun berjalan -/-
1.10 Sub total 607.561.000
1.11 Good will -/-
1.12 Jumlah modal inti 607.561.000
2. Modal Pelengkap
2.1 Cad. Rev. aktiva tetap
2.2 Penyisihan penghapusan aktiva
80.410.785
produktif (maks. 1.25% ATMR)
2.3 Modal kuasi

18
2.4 Pinjaman subordinasi, (maks.
50% modal inti)
2.5 Jumlah modal pelengkap 80.410.785
2.6 Jumlah modal pelengkap yang
diperhitungkan (maks. 100% dari 80.410.785
modal inti)
Jumlah modal (1.12+2.6) 687.971.785

III Modal Maksimum (8% ATMR) 440.721.288

IV Kelebihan atau kekurangan modal 247.250.497

CAR = (Jumlah modal / ATMR) x


V 12,49%
100%

D. Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio) Bank Umum

Perhitungan rasio kecukupan modal pada bank umum memiliki perbedaan dengan tata
cara perhitungan (Capital Adequacy Ratio(CAR)) pada Bank Perkreditan Rakyat. Pada bank
umum, untuk menentukan kecukupan modal perlu memasukkan risiko pasar. Untuk
menentukan besaran risiko pasar dalam perhitungan kecukupan modal dapat menggunakan
metode standard dan metode internal.
Metode standar menawarkan pendekatan pengukuran risiko pasar serta perhitungan
kecukupan modal yang terstandardisir untuk seluruh bank sejak tahun 2003. Namun
berdasarkan perkembangan dan tuntutan yang ada termasuk sejalan dengan perkembangan
instrumen keuangan dan semakin kompleksnya usaha bank, maka telah dilakukan
penyempurnaan kembali terhadap penggunaan metode standar dalam perhitungan Kewajiban
Penyediaan Modal Minimum dengan memperhatikan risiko pasar.
Penggunaan metode standar dalam perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum (KPMM) Bank Umum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar dituangkan dalam
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/33/DPNP tanggal 18 Desember 2007. Pada intinya
pendekatan ini adalah :
1. Perhitungan KPMM dengan memperhitungkan risiko kredit dan risiko pasar
dilakukan dengan formula sebagai berikut :

19
2. Sebelum mengalokasikan beban modal untuk risiko pasar sebagaimana dimaksud
pada angka 1, bank wajib memenuhi KPMM untuk risiko kredit yaitu minimal
sebesar 8% sesuai ketentuan yang berlaku dengan formula :
( 1 + 2)
= = 8%()
( )
3. Dalam perhitungan KPMM secara konsolidasi, perhitungan modal, risiko kredit,
dan risiko pasar dilakukan terhadap data/posisi secara konsolidasi.
4. Dalam melakukan perhitungan sebagaimana dimaksud pada angka 1, bank harus
melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menghitung Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk risiko
kredit sesuai ketentuan yang berlaku.
b. Menghitung jumlah beban modal untuk seluruh jenis risiko pasar.
c. Untuk menghindari duplikasi perhitungan risiko terhadap surat berharga,
eksposur yang termasuk dalam trading book yang telah diperhitungkan
risiko spesifik untuk risiko suku bunga, seperti obligasi yang diterbitkan
oleh BUMN/Swasta dikeluarkan dari perhitungan ATMR berdasarkan
risiko kredit.
d. Menghitung eksposur tertimbang menurut risiko pasar (market risk
weighted exposures), dengan cara menkonversikan jumlah beban modal
untuk seluruh jenis risiko pasar sebagaimana dimaksud pada huruf b
menjadi ekuivalen dengan ATMR (dikalikan dengan angka 12,5, yaitu
100/8).
e. Menjumlahkan ATMR untuk risiko kredit dengan eksposur tertimbang
menurut risiko pasar.
f. Menghitung modal yang terdiri atas Modal Inti (tier 1), Modal Pelengkap
(tier 2), dan Modal Pelengkap Tambahan (tier 3) yang dialokasikan untuk
menutup risiko pasar setelah dikurangi penyertaan. Dalam perhitungan
KPMM secara konsolidasi, penyertaan yang menjadi pengurang modal
adalah penyertaan bank kepada perusahaan anak yang tidak wajib
dikonsolidasikan sesuai ketentuan yang berlaku.
g. Membagi total modal sebagaimana dimaksud pada huruf f dengan jumlah
ATMR dan eksposur tertimbang sebagaimana dimaksud pada huruf e, yang
hasilnya dinyatakan dalam persentase.

20
5. Modal Pelengkap Tambahan (tier 3) yang digunakan dalam perhitungan rasio
KPMM adalah sebesar modal yang dibutuhkan untuk menutup risiko pasar.
6. Modal Pelengkap Tambahan (tier 3) yang memenuhi persyaratan namun tidak
digunakan dalam perhitungan rasio KPMM sebagaimana dimaksud pada angka 4,
dihitung sebagai rasio kelebihan Modal Pelengkap Tambahan (excess tier 3 capital
ratio), dengan formula:

Dengan demikian perhitungan rasio kecukupan modal atau kebutuhan penyediaan


modal minimum (KPMM) dapat dihitung menggunakan formulir 11.8 (untuk bank tidak
memiliki anak perusahaan dan table 11.9 untuk bank umum yang memiliki anak perusahaan).

21
Tabel 11.7. Formulir Perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko sesuai SE BI
no.8/3/DPNP per 30 Januari 2006
Nominal Bobot
No. Aktiva Administratif ATMR
(Rp) Risiko (%)
A AKTIVA NERACA (Rupiah dan Valas)
1. Kas 0
2. Emas dan Commemorative Coins :
2.1. Emas dan Mata uang Emas 0
2.2. Commemorative Coins 0

3. Bank Indonesia
3.1. Giro Pada Bank Indonesia 0
3.2. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 0
3.3. Call Money 0
3.4. Lainnya 0

4. Tagihan pada Bank Lain :


4.1. Pada Bank Sentral Negara Lain *) 0
4.2. Pada Bank Lain yang Dijamin oleh Pemerintah Pusat dan Bank *) 0
4.3. Pada Bank Lain *) 20

5. Surat Berharga yang dimiliki :


5.1. Treasury Bill negara lain *) 0
5.2. Sertifikat bank Sentral Negara Lain *) 0
5.3. Surat Berharga Pasar Uang/Pasar Modal dll *) 0
5.3.1. Yang diterbitkan dan dijamin oleh Bank Sentral dan
*) 0
Pemerintah Pusat
5.3.2.
Yang diterbitkan dan dijamin dengan uang kas, uang kertas
*) 0
asing, emas, mata uang emas, serta giro, deposito tabungan
pada bank bersangkutan, sebesar nilai dari jaminan tersebut
5.3.3. Yang diterbitkan atau dijamin oleh bank lain, pemerintah
daerah, lembaga non departemen di Indonesia, dan bank *) 20
pembangunan Multilateral
5.3.4. Yang diterbitkan dan dijamin oleh BUMN dan perusahaan
*) 50
milik pemerintah pusat negara lain
5.3.5. Yang diterbitkan dan dijamin oleh swasta lainnya *) 100

6. Kredit
6.1. Kredit yang diberikan kepada atau dijamin oleh/dengan :
6.1.1. Bank Sentral *) 0
6.1.2. Pemerintah Pusat *) 0
6.1.3. Uang Kas, uang kertas asing, emas, mata uang emas, serta
giro, deposito tabungan pada bank bersangkutan, sebesar *) 0
nilai dari jaminan tersebut
6.1.4. Bank lain, pemerintah daerah, lembaga non departemen di
**) 20
Indonesia, dan bank pembangunan Multilateral
6.1.5.
*),**) 50
BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat negara lain
6.1.6. Pihak-pihak lainnya *),**) 100

22
6.2. KPR yang dijamin oleh hak tanggungan pertama dengan tujuan *),**) 40
6.3. Kredit Pegawai/Pensiunan *) 50
6.4. Kredit Usaha Kecil *),**) 85

7. Tagihan Lainnya
7.1. Tagihan lainnya kepada atau dijamin *) 0
7.1.1 Bank Sentral *) 0
7.1.2 Pemerintah Pusat *) 0
7.1.3 Uang Kas, uang kertas asing, emas, mata uang emas, serta
giro, deposito tabungan pada bank bersangkutan, sebesar *) 0
nilai dari jaminan tersebut
7.1.4 Bank lain, pemerintah daerah, lembaga non departemen di
*) 20
Indonesia, dan bank pembangunan Multilateral
7.1.5
*) 50
BUMN dan Perusahaan milik pemerintah pusat negara lain
7.1.6 Pihak-pihak lainnya *) 100

8. Penyertaan
Penyertaan pada anak perusahaan -/- 100

9. 9. Aktiva tetap dan Inventaris (nilai buku)


9.1. Tanah dan Gedung +/+
9.2. Akumulasi Penyusutan Gedung -/- 100
9.3. Inventaris +/+
9.4. Akumulasi Penyusutan Inventaris -/- 100

10. Antar Kantor Aktiva (netto)


10.1. Kegiatan Operasional di Indonesia (Aktiva) 100
10.2. Kegiatan Operasional di Indonesia (Passiva) 100
10.3. Kegiatan Operasional di luar Indonesia (Aktiva) 100
10.4. Kegiatan Operasional di luar Indonesia (Passiva) 100

11. Rupa-rupa Aktiva 100

12. Tidak terinci 100

13. ATMR Aktiva Neraca

B REKENING ADMINISTRATIF (Rupiah dan Valas)


1. Fasilitas kredit yang belum digunakan yang disediakan sampai dengan
akhir tahun takwim berjalan yang disediakan bagi, atau dijamin
oleh/dengan, atau yang dijamin surat berharga yang diterbitkan oleh :
1.1. Fasilitas Kredit yang diberikan/dijamin
1.1.1. Bank Sentral *) 0
1.1.2. Pemerintah Pusat *) 0
1.1.3. Uang Kas, uang kertas asing, emas, mata uang emas, serta
giro, deposito tabungan pada bank bersangkutan, sebesar *) 0
nilai dari jaminan tersebut
1.1.4. Bank lain, pemerintah daerah, lembaga non departemen di
*) 10
Indonesia, dan bank pembangunan Multilateral
1.1.5.
*) 25
BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat negara lain
1.1.6. Pihak-pihak lainnya *) 50

23
1.2.
KPR yang dijamin oleh hipotik pertama dengan tujuan untuk dihuni *) 20
1.3. Kredit Pegawai/Pensiunan *) 25
1.4. Kredit Usaha Kecil *) 42,5

2. Jaminan Bank :
2.1. Dalam Rangka pemberian kredit termasuk standby L/C dan risk
sharing serta endosemen atau aval surat-surat berharga
2.1.1. Bank Sentral dan Pemerintah Pusat *) 0
2.1.2. Uang Kas, uang kertas asing, emas, mata uang emas, serta
giro, deposito tabungan pada bank bersangkutan, sebesar *) 20
nilai dari jaminan tersebut
2.1.3.
*) 50
BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat negara lain
2.1.4. Pihak-pihak lainnya *) 100

2.2. Bukan dalam rangka pemberian kredit, seperti bid bonds,


performance bonds dan advanced bonds yang diberikan atas
permintaan :
2.2.1. Bank Sentral dan Pemerintah Pusat *) 0
2.2.2. Uang Kas, uang kertas asing, emas, mata uang emas, serta
giro, deposito tabungan pada bank bersangkutan, sebesar *) 10
nilai dari jaminan tersebut
2.2.3.
*) 25
BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat negara lain
2.2.4. Pihak-pihak lainnya *) 50

2.3. L/C yang masih berlaku (tidak termasuk Standby L/C) yang
diberikan atas permintaan:
2.3.1. Bank Sentral dan Pemerintah Pusat *) 0
2.3.2. Uang Kas, uang kertas asing, emas, mata uang emas, serta
giro, deposito tabungan pada bank bersangkutan, sebesar *) 4
nilai dari jaminan tersebut
2.3.3.
*) 10
BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat negara lain
2.3.4. Pihak-pihak lainnya *) 20

3. Jumlah ATMR rekening administratif

C Jumlah ATMR (A13 + B.3)

Keterangan :
*) Diisi dengan jumlah nominal setelah dikurangi cadangan khusus penyisihan penghapusan
aktiva yang telah dibentuk oleh bank
**) Diisi dengan jumlah setelah dikurangi dengan penyisihan dalam rangka restrukturisasi
kredit dan pendapatan yang ditangguhkan yang berasal dari restrukturisasi kredit

24
Tabel 11.8. Formulir Perhitungan Rasio Kecukupan Modal Minimum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar (Tanpa Atau Tidak Ada Anak
Perusahaan)
1 Total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk Risiko Kredit (sesuai ketentuan yang berlaku mengenai KPMM)* A
2 Modal Inti (setelah diperhitungkan faktor pengurang, sesuai ketentuan yang berlaku mengenai KPMM)* B
3 Modal Pelengkap (setelah diperhitungkan faktor pengurang, sesuai ketentuan yang berlaku mengenai KPMM)* C
4 Penyertaan yang dilakukan bank D
5 Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (CAR) untuk Risiko Kredit E
6 Total ATMR Risiko Pasar
Risiko Suku Bunga Risiko Perubahan Harga Option 12,5 x Total
Risiko Nilai Tukar Total
Risiko Spesifik Risiko Umum Risiko Suku Bunga Risiko Nilai Tukar (Ekuivalen ATMR)
F G H I J K L

7
M
Modal Inti yang dialokasikan untuk mengantisipasi Risiko Pasar (minimum 28,5% x total beban modal)
8 Modal Pelengkap yang dialokasikan untuk mengantisipasi Risiko Pasar (yaitu yang dapat ditambahkan untuk Modal Pelengkap
N
Tambahan)
9 Modal Pelengkap tambahan yang memenuhi persyaratan O
Kelebihan pinjaman subordinasi yang tidak dapat diperhitungkan dalam Modal Pelengkap
Pinjaman subordinasi sengan maturitas awal minimum 2 tahun dan memenuhi kriteria pinjaman subordinasi yang dapat
diperhitungkan sebagai komponen modal
10 Modal pelengkap tambahan yang dialokasikan untuk mengantisipasi risiko pasar P
11 Total Modal (Modal inti + modal pelengkap + Modal Pelengkap Tambahan) Q
12 Dikurangi : ATMR untuk risiko kredit atas seluruh surat berharga dalam Trading Book yang telah diperhitungkan Risiko
R
Spesifik
13 TOTAL ATMR (RISIKO KREDIT + RISIKO PASAR) S
14
T
Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum setelah memperhitungkan Risiko Kredit dan Risiko Pasar
15 Rasio Kelebihan Modal Pelengkap Tambahan U

25
Tabel 11.9. Formulir Perhitungan Rasio Kecukupan Modal Minimum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar (Konsolidasi Atau Ada Anak
Perusahaan)
1 Total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk Risiko Kredit (sesuai ketentuan yang berlaku mengenai KPMM)* A
2 Modal Inti (setelah diperhitungkan faktor pengurang, sesuai ketentuan yang berlaku mengenai KPMM)* B
3 Modal Pelengkap (setelah diperhitungkan faktor pengurang, sesuai ketentuan yang berlaku mengenai KPMM)* C
4 Penyertaan yang dilakukan bank D
5 Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (CAR) untuk Risiko Kredit E
6 Total ATMR Risiko Pasar
Risiko Suku Bunga Risiko Risiko Ekuitas Risiko Risiko Perubahan Harga Option 12,5 x Total
Total
Risiko Spesifik Risiko Umum Nilai Tukar Risiko Spesifik Risiko Umum Komoditas Risiko Suku Bunga Risiko Nilai Tukar Risiko Ekuitas Risiko Komoditas (Ekuivalen ATMR)
F G H I J K L M N O P Q

7
R
Modal Inti yang dialokasikan untuk mengantisipasi Risiko Pasar (minimum 28,5% x total beban modal)
8 Modal Pelengkap yang dialokasikan untuk mengantisipasi Risiko Pasar (yaitu yang dapat ditambahkan untuk Modal Pelengkap Tambahan) S
9 Modal Pelengkap tambahan yang memenuhi persyaratan T
Kelebihan pinjaman subordinasi yang tidak dapat diperhitungkan dalam Modal Pelengkap
Pinjaman subordinasi sengan maturitas awal minimum 2 tahun dan memenuhi kriteria pinjaman subordinasi yang dapat diperhitungkan sebagai komponen modal
10 Modal pelengkap tambahan yang dialokasikan untuk mengantisipasi risiko pasar U
11 Total Modal (Modal inti + modal pelengkap + Modal Pelengkap Tambahan) V
12 Dikurangi : ATMR untuk risiko kredit atas seluruh surat berharga dalam Trading Book yang telah diperhitungkan Risiko Spesifik W
13 TOTAL ATMR (RISIKO KREDIT + RISIKO PASAR) X
14 Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum setelah memperhitungkan Risiko Kredit dan Risiko Pasar Y
15 Rasio Kelebihan Modal Pelengkap Tambahan Z

Keterangan :
11.8) E=((B+C)-D)/A; K=F+G+H+I+J; L=12,5 x K; S=A+L; T=Q/S; U=(O-P)/Q
11.9) E=((B+C)-D)/A; P=F+G+H+I+J+K+L+M+N+O; Q=12,5 x P; X=A+Q; Y=V/X; Z=(T-U)/V

26
Contoh Perhitungan KPPM Bank Umum
30 Juni 2006
No. Aktiva Administratif
(diaudit)
I Komponen Modal
A. Modal Inti 2,146,553
1. Modal disetor 811,494
2. Cadangan tambahan modal (Disclosed Reserves)
a. Agio Saham 9,779,667
b. Disagio (-/-) -
c. Modal Sumbangan -
d. Cadangan Umum dan Tujuan 265,096
e. Laba tahun lalu setelah diperhitungkan pajak -
f. Rugi tahun-tahun lalu -/- (8,824,362)
g. Laba tahun berjalan setelah diperhitungkan pajak 114,658
h. Rugi tahun berjalan -/- -
i. Selisih penjabaran laporan keuangan kantor cabang luar negeri
1. Selisih Lebih -
2. Selisih Kurang (-/-) -
j. Dana setoran modal -
k. Penurunan nilai penyertaan pada portofolio tersedia untuk dijual (-/-) -
3. Goodwill -/- -
4. Selisih Penilaian aktiva dan kewajiban akibat kuarsi reorganisasi -
B. Modal Pelengkap (Maksimal 100% dari modal inti) 847,253
1. Cadangan revaluasi Aktiva Tetap 633,300
2. Selisih Penilaian aktiva dan kewajiban akibat kuarsi reorganisasi -
3. Cadangan umum Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif/PPAP (maksimum
172,554
1,25% dari ATMR)
4. Modal Pinjaman -
5. Pinjaman Subordinasi, (maksimum 50% dari modal Inti) 41,399
6. Peningkatan harga saham pada portofolio tersedia untuk dijual (45%) -
C. Modal Pelengkap Tambahan yang memenuhi persyaratan -
D. Modal Pelengkap Tambahan yang Dialokasikan untuk mengantisipasi risiko pasar -

II Total Modal Inti (I.A + I.B) 2,993,806


III Total Modal Inti, Modal Pelengkap dan Modal Pelengkap Tambahan yang dialokasikan
2,993,806
untuk Mengantisipasi Risiko Pasar (I.A+I.B+I.D)
IV Penyertaan (-/-) (3,499)
V Total modal untuk risiko kredit (II-IV) 2,990,307
VI Total modal untuk risiko kredit dan risiko pasar (III-IV) 2,990,307
VII Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) Kredit 13,804,344
VIII Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) Pasar 1,163,194
IX Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum yang Tersedia untuk Risiko Kredit (V/VII) 21.66%
X Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum yang Tersedia untuk Risiko Kredit dan
19.98%
Risiko Pasar (VI/VII + VIII)
XI Rasio Kelebihan Modal Pelengkap Tambahan ((C-D)/(VII+VIII)) -
XII Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum yang Diwajibkan 8%

27
DAFTAR PUSTAKA

Taswan. 2008. Akuntansi Perbankan-Transaksi dalam Valuta Rupiah. Yogyakarta:UPP STIM


YKPN.

28

Anda mungkin juga menyukai