Anda di halaman 1dari 22

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Terminal
Terminal penumpang menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu-
lintas dan Angkutan Jalan adalah pangkalan kendaran bermotor umum atau prasarana
transportasi jalan yang mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan
penumpang, dan juga perpindahan antar moda angkutan. Terminal menurut peraturan
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 tentang Terminal Transportasi Jalan.
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan
menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi
serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum, dikarenakan arus
penumpang dan kendaraan tidak datang secara serentak dalam satu waktu.

Morlok (1978) mendefinisikan bahwa terminal merupakan titik dimana penumpang dan
barang masuk dan keluar dari sistem yang merupakan komponen yang sangat penting dalam
sistem transportasi. Terminal merupakan prasarana yang memerlukan biaya yang cukup tinggi
dan juga merupakan titik dimana kemacetan mungkin terjadi. Oleh karenanya penanganan
terhadap operasional terminal harus dilakukan secara menyeluruh. Menurut Delaney dalam
Sihono (2006) kemacetan yang terjadi di dalam kota dapat diatasi dengan konsolidasi lalu
lintas, konsolidasi lalu lintas ini dilakukan dengan cara mengurangi beban jaringan jalan yang
ada di tengah kota akibat volume lalu lintas yang melewatinya cukup padat dan memindahkan
lalu lintas kendaraan kecil kekendaraan yang lebih besar begitu pula sebaliknya. Tempat
perpindahan antara titik-titik pertemuan itulah diperlukan sebuah terminal yang dapat
mengakomodasi segala proses pergantian moda tersebut. Dari berbagai teori mengenai
definisi terminal di atas dapat disimpulkan bahwa terminal penumpang adalah prasarana
transportasi dan simpul lalu lintas yang berfungsi untuk pertukaran antar moda angkutan serta
mengatur kedatangan dan pemberangkatan angkutan umum

commit to user

10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Terminal menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 tentang
Terminal Transportasi Jalan dibagi menjadi beberapa tipe terminal yang di bagi berdasarkan
fungsi pelayanannya
a. Terminal Tipe A, berfungsi untuk melayani kendaraan umum untuk angkutan Antar
Kota Antar Propinsi (AKAP) dan atau Antar Lintas Batas Negara, angkutan Antar Kota
Dalam Propinsi (AKDP), angkutan kota, dan angkutan pedesaan.
b. Terminal Tipe B, mempunyai fungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan Antar
Kota Dalam Propinsi, angkutan kota dan atau angkutan pedesaan.
c. Terminal Tipe C, mempunyai fungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan
pedesaan.

2.1.1 Fungsi Terminal


Fungsi terminal secara umum dalam hal ini berlaku bagi semua tipe terminal memiliki
fungsi, sebagaimana yang dikemukakan oleh Morlok (1978) adalah sebagai berikut:
a. Memuat penumpang atau barang ke atas kendaraan transpor (atau pita transpor,
rangkaian pipa, dan sebagainya) serta membongkar/menurunkannya. Memindahkan
dari satu kendaraan ke kendaraan lain.
b. Menampung penumpang atau barang dari waktu tiba sampai waktu berangkat.
Kemungkinan untuk memproses barang, membungkus untuk diangkut. Menyediakan
kenyamanan penumpang (misalnya pelayanan makan dan sebagainya).
c. Menyiapkan dokumentasi perjalanan. Menimbang muatan, menyiapkan rekening dan
memilih rute. Menjual tiket penumpang, memeriksa pesanan tempat.
d. Menyimpan kendaraan (dan komponen lainnya), memelihara dan menentukan tugas
selanjutnya.
e. Mengumpulkan penumpang dan barang di dalam grup-grup berukuran ekonomis
untuk diangkut dan menurunkan mereka sesudah tiba di tempat tujuan.

Lalu menurut Warpani (2002), sebuah terminal mempunyai 4 (empat) fungsi, yaitu:
a. Menyediakan akses ke kendaraan yang bergerak pada jalur khusus
b. Menyediakan tempat dan kemudahan perpindahan/pergantian moda angkutan dari
kendaraan yang bergerak pada jalur khusus ke moda angkutan lain
c. Menyediakan tempat untuk penyimpanan kendaraan
d. Sebagai tempat kegiatan usaha perdagangan

commit to user

11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Menurut Abubakar (1995) di dalam bukunya menyebutkan bahwa fungsi terminal
sebagai fasilitas pelayanan umum tidak hanya melayani penumpang saja, akan tetapi
berfungsi juga bagi pemerintah dan operator/pengusaha kendaraan umum.
a. Fungsi terminal bagi penumpang
Fungsi terminal bagi penumpang adalah untuk kenyamanan menunggu, kenyamanan
perpindahan suatu moda atau kendaraan ke moda atau kendaraan lain, tempat fasilitas
fasilitas informasi dan fasilitas parkir kendaraan pribadi.
b. Fungsi terminal bagi pemerintah
Fungsi terminal bagi pemerintah adalah untuk menata lalu lintas dan angkutan, sebagai
pengendali kendaraan umum guna menghindari kemacetan, serta sebagai sumber
pemungutan retribusi daerah.
c. Fungsi terminal bagi operator/pengusaha kendaraan umum.
Fungsi terminal bagi operator/pengusaha kendaraan umum adalah untuk pengaturan
operasi bus, penyediaan fasilitas istirahat dan informasi bagi awak bus dan sebagai
fasilitas pangkalan

Berbeda dari pendapat para ahli yang lain, Santoso (1996) menyebutkan bahwa fungsi
terminal memiliki persepsi tersendiri dilihat dari macam-macam penggunanya:
a. Bus
Dari lintasan rutenya, bus datang ke terminal, kemudian menurunkan penumpang.
Setelah menunggu beberapa waktu, selanjutnya bus menaikkan penumpang kemudian
pergi kembali menelusuri lintasan rute. Terkadang bus juga melakukan perawatan ringan.
Untuk bus-bus yang harus berangkat pagi hari di terminal, maka disarankan bus harus
menginap. Dengan demikian fungsi terminal bagi bus adalah:
Tempat bus dapat berhenti
Tempat bus menurunkan penumpang
Tempat bus menaikkan penumpang
Tempat bus mendapatkan perawatan
Tempat bus disimpan untuk sementara waktu (menginap)

b. Penumpang
Kegiatan di terminal dimulai dengan datangnya penumpang, baik datang dengan bus
ataupun datang dengan sarana lainnya. Sesampainya di terminal, maka penumpang turun
dari bus, jika ingin meneruskan perjalannanya maka penumpang tersebut harus berganti
commit to user
bus dengan lintasan rute yang sesuai dengan arah perjalannanya. Sedangkan jika
penumpang ingin mengakhiri perjalanannya dengan berjalan kaki atau dengan
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
menggunakan kendaraan lain, maka dia keluar dari terminal. Jika dia ingin berpindah
pada lintasan rute yang lain, dia harus membeli tiket dan menunggu kedatangan bus yang
diperlukan setelah itu, ketika bus yang dinanti datang, dia naik ke dalam bus dan akhirnya
bus meninggalkan terminal. Dengan demikian fungsi terminal bagi seorang penumpang
adalah:
Tempat turun dan mengakhiri perjalanan bus
Tempat penumpang dapat berganti lintasan rute (transfer)
Tempat menunggu bus yang akan dinaikinya
Tempat penumpang naik bus
Tempat berganti dengan moda lainnya

c. Kiss and Ride


Bagi calon penumpang yang diantar dengan kendaraan oleh orang lain, maka ketika
sampai di terminal, dia segera turun untuk segera membeli tiket sesuai dengan lintasan
rute dan arah yang dituju. Selanjutnya dia menuju ke platform dimana bus yang dimaksud
berada, dan menunggu beberapa saat sampai bus dimaksud datang selanjutnya dia naik ke
bus dan bersama bus pergi dari terminal. Dengan demikian maka fungsi terminal bagi
calon penumpang tipe kiss and ride adalah:
Tempat dia turun dari kendaraan penghantar
Tempat kendaraan penghantar datang dan langsung pergi
Tempat dapat membeli tiket
Tempat dia harus menunggu
Tempat dia naik bus dan memulai perjalanannya

d. Park and Ride


Bagi calon penumpang yang menggunakan kendaraan pribadi ke terminal, maka pada
saat di terminal dia memarkir kendaraanya dan masuk ke terminal untuk membeli tiket
sesuai dengan lintasan rute dan tujuannya. Selanjutnya dia menuju ke paltfom dimana bus
yang dimaksud berada, dan menunggu bebrapa saat sampai bus dimaksud datang.
Kemudian dia naik ke bus dan bersama bus pergi dari terminal. Dengan demikian fungsi
terminal bagi calon penumpang tipe park and ride adalah:
Tempat kendaraannya dapat diparkir selama dia melakukan perjalanan
Tempat membeli tiket
Tempat dia harus menunggu commit to user
Tempat naik bus dan memulai perjalanannya

13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tempat dia mengakhiri perjalanannya dengan bus untuk kemudian menggunakan
kendaraan yang diparkir untuk pulang ke rumah

e. Pejalan Kaki
Bagi seorang pejalan kaki yang ingin menggunakan bus untuk perjalanannya, dia
harus datang ke terminal dengan berjalan kaki. Sesampainya di terminal dia membeli
tiket sesuai dengan lintasan rute dan tujuannya. Selanjutnya dia menunu ke platform
dimana bus yang dimaksud berada, dan menunggu bebrapa saat sampai bus dimaksud
datang. Kemudian dia naik ke bus dan bersama bus pergi dari terminal. Dengan demikian
fungsi terminal bagi calon penumpang pejalan kaki adalah:
Tempat membeli tiket
Tempat dia harus menunggu
Tempat naik bus dan memulai perjalannanya

f. Tempat henti
Tempat henti diperlukan keberadaannya di sepanjang rute angkutan umum agar
gangguan terhadap lalu lintas dapat diminimalkan, oleh sebab itu tempat pemberhentian
angkutan umum harus diatur tempatnya sesuai dengan kebutuhan

Dari fungsi terminal menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi terminal
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Fungsi Terminal
Abubakar
Morlok (1978) Warpani (1990) Santoso (1996) Fungsi Terminal
(1995)
Kenyamanan
Memindahkan dari Menyediakan akses ke perpindahan suatu Menyediakan akses
satu kendaraan ke kendaraan yang bergerak moda atau dalam perpindahan
kendaraan lain. pada jalur khusus kendaraan ke moda antar moda
atau kendaraan lain
Kenyamanan
Menyediakan tempat dan Menyediakan tempat
Menyediakan menunggu
kemudahan yang nyaman dalam
kenyamanan Penyediaan fasilitas
perpindahan/pergantian menunggu bus yang
penumpang istirahat bagi awak
moda angkutan siap (baik untuk
bus penumpang maupun
Mengumpulkan operator bus)
Fasilitas pangkalan
penumpang
Menyiapkan
dokumentasi Pengaturan operasi
perjalanan bus
(Menimbang muatan,
menyiapkan rekening Tempat dapat Tempat pengaturan
dan memilih rute. membeli tiket operasi bus
Menjual tiket commit
Tempat to user
fasilitas
penumpang, fasilitas informasi
memeriksa pesanan
tempat).
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Abubakar
Morlok (1978) Warpani (1990) Santoso (1996) Fungsi Terminal
(1995)
Menyediakan tempat
Tempat bus penyimpanan
Menyediakan tempat
Menyimpan Fasilitas parkir disimpan untuk kendaraan (baik
untuk penyimpanan
kendaraan kendaraan pribadi sementara waktu pribadi maupun
kendaraan
(menginap) umum) untuk
sementara waktu
Tempat bus
menurunkan
Tempat menaikkan
penumpang
dan menurunkan
Tempat bus
penumpang
menaikkan
penumpang
Pengendali
kendaraan umum Menyediakan sarana
guna menghindari simpul lalu lintas
kemacetan
Sumber retribusi Sumber retribusi
daerah daerah
Sebagai tempat
Sebagai tempat kegiatan
kegiatan usaha
usaha perdagangan
perdagangan
Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2015

2.1.2 Terminal Tipe B


Seperti yang sudah dijelaskan dalam klasifikasi terminal, terminal tipe B adalah
terminal yang pelayanannya melayani kendaraan umum untuk angkutan Antar Kota Dalam
Propinsi, angkutan kota dan atau angkutan pedesaan.
Persyaratan lokasi terminal tipe B menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor
31 Tahun 1995 adalah:
a. Terletak di kotamadya/kabupaten dan dalam jaringan trayek Antar Kota Dalam
Propinsi.
b. Terletak di jalan arteri /kolektor dengan kelas jalan minimal III B.
c. Jarak antara dua terminal tipe B atau dengan terminal tipe A minimal 15 km di Pulau
Jawa dan 30 km di pulau lainnya.
d. Tersedia luas lahan minimal 3 Ha di Pulau Jawa dan Sumatra dan 2 Ha di pulau
lainnya.
e. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak
sekurang-kurangnya 50 m di Pulau Jawa dan 30 m di pulau lainnya, dihitung dari jalan
ke pintu keluar atau masuk terminal.

commit to user

15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dalam SKB Menteri Perhubungan, Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Dalam
Negeri tahun 1995 tentang Pembinaan terminal angkutan jalan raya, terminal bus antar kota
atau dalam hal ini adalah terminal dengan tipe B, terdapat ketentuan kriteria pemilihan
lokasi terminal tipe B, antara lain adalah sebagai berikut:
a. Terkait pada sistem jaringan jalan primer (arteri) dan mempunyai jarak sekitar 100 m
dari jalur jalan tersebut.
b. Terletak pada lokasi yang merupakan bagian integral dengan sistem angkutan antar
kota lainnya.
c. Terletak pada lokasi yang dapat dicapai secara langsung dengan cepat, aman dan
murah oleh pemakai jasa angkutan bus antarkota
d. Lokasi terminal harus mempunyai ketersediaan lahan minimal sesuai dengan
peruntukannya
e. Terletak pada lokasi yang sedemikian rupa sehingga tingkat kebisingan dan polusi
udara tidak mengganggu lingkungan sekitarnya.
2.1.3 Fasilitas Terminal Tipe B
Fasilitas standar terminal tipe B menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31
Tahun 1995 dapat dikelompokkan menjadi fasilitas utama dan fasilitas penunjang. Fasilitas-
fasilitas tersebut adalah sebagai berikut:
a. Fasilitas Utama
Areal keberangkatan, yaitu pelataran yang disediakan bagi kendaraan angkutan
penumpang umum untuk menaikkan dan memulai perjalanan.
Areal kedatangan, yaitu pelataran yang disediakan bagi kendaraan angkutan
penumpang umum untuk menurunkan penumpang yang dapat pula merupakan akhir
perjalanan.
Areal tunggu bus (areal istirahat), yaitu pelataran yang disediakan bagi kendaraan
angkutan penumpang umum untuk beristirahat dan siap menuju jalur pemberangkatan
Tempat tunggu penumpang, yaitu pelataran tempat menunggu yang disediakan bagi
orang yang akan melakukan perjalanan dengan kendaraan angkutan penumpang umum
Loket penjualan karcis, yaitu suatu ruangan yang digunakan oleh masing-masing
perusahaan bus untuk keperluan penjualan tiket bus yang melayani perjalanan dari
terminal yang bersangkutan.
Bangunan kantor terminal
Menara pengawas commit to user
Rambu-rambu dan papan informasi

16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pelataran parkir kendaraan pengantar atau taksi

b. Fasilitas Penunjang
Kamar kecil/toilet
Mushola
Kios/Kantin
Ruang pengobatan
Ruang informasi/pengaduan
Telepon umum/wartel
Tempat penitipan barang
Taman

Berikut adalah kebutuhan luas terminal penumpang tipe B yang diperinci tiap fungsi
fasilitas berdasarkan LPM-UGM (1994)
Tabel 2.2 Luasan Standar Terminal Tipe B
Luasan
No. Fasilitas
Standar
A. Kendaraan
1. Ruang Parkir AKAP 1120 m2
2. Ruang Parkir AKDP 540 m2
3. Ruang Parkir Angkutan Kota 800 m2
4. Ruang Parkir Angkutan Pedesaan 900 m2
5. Ruang Parkir pribadi 500 m2
6. Ruang Service 500 m2
7. Sirkulasi Kendaraan 2740 m2
8. Bengkel 100 m2
9. Ruang Istirahat 40 m2
10. Gudang 20 m2
11. Ruang parkir cadangan 1370 m2
B. Pemakai Jasa
1. Ruang tunggu 2250 m2
2. Sirkulasi orang 900 m2
3. Kamar mandi 60 m2
4. Kios 1350 m2
5. Mushola 60 m2
C. Operasional
1. Ruang Administrasi 59 m2
2. Ruang Pengawas 23 m2
3. Loket 3 m2
4. Peron 4 m2
5. Retribusi 6 m2
6. Ruang Informasi 10 m2
7. Ruang P3K 30 m2
8. Ruang perkantoran 100 m2
D. Ruang Luar
1. Luas Total 17255 m2
2. commit to user
Cadangan pengembangan 17255 m2
3. Kebutuhan Lahan Total 34510 m2
Sumber: LPM UGM, Pusat Pengembangan Teknologi Tepat (PPTT) 1994

17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2.2 Efektivitas
2.2.1 Definisi Efektivitas
Efektivitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1992) berasal dari kata efektif
yang mengandung arti tercapainya keberhasilan dalam sebuah tujuan kegiatan. Efektivitas
sendiri memiliki arti sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur,
membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan. Dalam
bukunya, Sastradipoera (1994) mengartikan efektivitas adalah suatu keadaan yang
menunjukan tingkatan keberhasilan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan terlebih dahulu. Efektivitas menurut Purba (2008) adalah hubungan timbal balik
yang terjadi apabila suatu fasilitas yang sudah disediakan dengan manfaat yang dicapai dari
adanya fasilitas tersebut. Untuk memaknai efektivitas, setiap orang dapat memberi arti yang
berbeda sesuai sudut pandang dan kepentingan masing-masing.

2.2.2 Pendekatan Efektivitas


Untuk mendapatkan sebuah penilaian mengenai efektivitas fungsi diperlukan sebuah
ukuran atau indikator, indikator tersebut didapatkan dari pendekatan-pendekatan.
Pendekatan dalam memahami efektivitas menurut Steers (1985) dalam bukunya
mengemukakan tiga pendekatan
a. Pendekatan Tujuan (The Goal Optimization Approach)
Suatu organsasi berlangsung dalam rangka memenuhi tujuan yang sudah ditetapkan.
Oleh karenanya dalam pendekatan efektivitas ini dipandang sebagai sebuah goal
attainment atau goal optimization yang berarti pencapaian sasaran dari upaya bersama.
Derajat pencapaian sasaran menunjukkan derajat efektivitas. Suatu program dikatakan
efektif apabila tujuan akhir program tercapai. Dengan kata lain tujuan merupakan
indikator penilaian utama dalam menilai sebuah efektivitas.
b. Pendekatan Sistem (Sistem Theory Approach)
Pendekatan sistem memandang efektivitas sebagai kemampuan organisasi dalam
mendayagunakan segenap potensi lingkungan serta memfungsikan semua unsur yang
terlibat. Efektivitas diukur dengan meninjau sejauh mana berfungsinya unsur-unsur
dalam sistem untuk mencapai tujuan.
c. Pendekatan Kepuasan Partisipasi (Participant Satisfaction Model)
Dalam pendekatan ini, individu partisipan ditempatkan sebagai acuan utama dalam
menilai efektivitas. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa keberadaan organisasi
ditentukan oleh kualitas partisipasicommit to user Selain itu, motif individu dalam suatu
kerja individu.

18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
organisasi merupakan faktor yang sangat menentukan kualitas partisipasi. Sehingga,
kepuasan individu menjadi hal yang penting dalam mengukur efektivitas organisasi.

2.2.3 Efektivitas Fungsi Terminal


Mengacu dari definisi efektivitas yang sudah disebutkan diatas, penilaian efektivitas
dalam sebuah terminal dapat diukur dengan pendekatan efektivitas yang dikemukakan oleh
Steers (1985) yaitu pendekatan tujuan, pendekatan sistem, dan pendekatan kepuasan
partisipasi. Penilaian tersebut dapat diihat dari bermacam-macam sudut pandang dan
manfaat bagi komponen yang berada di terminal yang meliputi pengguna jasa terminal yaitu
penumpang dan operator bus serta penyelenggara terminal atau regulator yaitu pemerintah.
Selain kompenen yang terlibat, penilaian efektivitas dapat dilihat juga dari kriteria
penyediaan fasilitas yang diberikan oleh terminal terhadap komponen terminal. Berikut
adalah pendekatan efektivitas yang dirumuskan berdasarkan fungsi terminal:
a. Pendekatan Tujuan
Pengukuran efektivitas fungsi terminal dengan pendekatan tujuan dapat diperoleh pada
poin fungsi terminal, yaitu terminal sebagai pelayanan umum. Dalam pengukuran pelayanan
umum tersebut diukur berdasarkan perolehan retribusi terminal. Dimana retribusi terminal
sendiri menurut Pedoman Pengelolaan Terminal yang dikeluarkan oleh Kementrian
Pekerjaan Umum (2010) adalah upah atas upaya penyediaan yang sudah dilakukan oleh
pengelola terminal dalam rangka operasional yang dilakuakan untuk memfasilitasi pengguna
jsa terminal. Pendekatan tujuan ini hanya dilihat berdasarkan retribusi terminal, karena
tujuan yang terukur hanya bisa dilihat dari retribusi terminal. Efektivitas dalam penerimaan
pajak daerah dalam hal ini adalah retribusi, tercapai apabila realisasi dapat memenuhi target
pendapatan yang ingin dicapai.
b. Pendekatan Sistem
Pengukuran efektivitas ini diukur dengan meninjau sejauh mana berfungsinya unsur-
unsur dalam sistem untuk mencapai tujuan. Unsur dalam sistem yang ada di terminal dalam
rangka pemenuhan fungsi terminal dilihat proses naik dan turun penumpang, tersedianya
akses dalam perpindahan antar moda, menjadi tempat pengaturan operasi bus, tersedianya
tempat penyimpanan kendaraan (baik pribadi maupun umum) untuk sementara waktu,
tersedianya tempat yang nyaman dalam menunggu bus yang siap (baik untuk penumpang
maupun operator bus), mampu menjadi sarana simpul lalu lintas, adanya kegiatan usaha
perdagangan.
commit to user

19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c. Pendekatan Kepuasan Partisipasi
Pengukuran efektivitas ini memiliki persepsi yang berbeda-beda dari pengguna jasa
terminal, persepsi tersebut berupa kepuasan yang diperoleh oleh pengguna jasa terminal.
Dalam penelitian ini unsur-unsur pendekatan kepuasan sudah termasuk kedalam pendekatan
sistem.

Tabel 2.3 Efektivitas Fungsi Terminal


Pendekatan
Efektivitas Sintesa
Resume Fungsi Terminal Keterangan Alasan
(Steers, Teori
1985)
Fungsi terminal
yang menjadi
tujuan adalah
Sumber retribusi daerah Tujuan Tercapainya retribusi daerah Retribusi
tercapainya
retribusi yang
sudah ditetapkan
Tempat menaikkan dan Adanya proses naik dan turun
menurunkan penumpang penumpang
Menyediakan akses dalam Tersedianya akses dalam
perpindahan antar moda perpindahan antar moda
Menjadi tempat pengaturan
Tempat pengaturan operasi bus Pelayanan terminal
operasi bus
berkaitan dengan
Menyediakan tempat Tersedianya tempat
penyimpanan kendaraan (baik penyimpanan kendaraan (baik kemampuan
pribadi maupun umum) untuk pribadi maupun umum) untuk terminal dalam
sementara waktu sementara waktu mewadahi segala
Pelayanan
Menyediakan tempat yang Sistem kepentingan dan
Tersedianya tempat yang Terminal
nyaman dalam menunggu bus nyaman dalam menunggu bus tujuan komponen
yang siap (baik untuk penumpang yang siap (baik untuk yang
maupun operator bus) penumpang maupun operator menggunakanny.
bus) (Lang dalam
Menyediakan sarana simpul lalu Aditama 2003)
lintas Mampu menjadi sarana simpul
lalu lintas

Sebagai tempat kegiatan usaha Adanya kegiatan usaha


perdagangan perdagangan
Kepuasan -
Partisipasi
Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2015

commit to user

20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dari pendekatan efektivitas dan fungsi terminal dapat di sintesa bahwa efektivitas
fungsi terminal adalah berkaitan dengan pengukuran efektivitas retribusi terminal dan
pelayanan terminal.
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal
Dari penilaian efektivitas fungsi terminal diatas ada faktor-faktor yang mempengaruhi
ukuran efektivitas tersebut. Peran terminal yang berfungsi sebagai bagian dari sistem
angkutan jalan raya dan memiliki peranan penting bagi efisiensi kehidupan wilayah dalam
unsur tata ruang maka menurut Adisasmita (2011) faktor yang harus diperhatikan agar
tercapai nya fungsi terminal yang efisien dan efektif adalah aksesibilitas yang berkaitan
dengan kemudahan dalam menjangkau terminal serta kesesuaian lokasi.
Mengacu pada kriteria penyediaan fasilitas yang ditinjau dari fungsi kepentingan
pengguna dan konsep umum Terminal dalam pelayanan maksimal, maka disimpulkan yang
mempengaruhi efektivitas fungsi terminal menurut Purba (2008) dapat ditinjau dari kriteria-
kriteria, yang antara lain:
a. Tingkat pelayanan jalan, kriteria penilaian berdasarkan kondisi fisik eksisting di dalam
dan sekitar Terminal yang menyangkut geometrik dan permukaan jalan pada ruas jalan
dan persimpangan, kondisi arus lalu lintas disekitar Terminal.
b. Aksesibilitas, kriteria penilaian yang berdasarkan suatu kemudahan sirkulasi angkutan
umum untuk masuk dan keluar di dalam dan sekitar Terminal, kemudahan dalam
sirkulasi yang aman dan nyaman bagi penumpang untuk mendapatkan transit atau
pertukaran bus sesuai dengan tujuan perjalanan didalam lokasi Terminal.
c. Fasilitas dan manajemen Terminal, kriteria penilaian ini berdasarkan ketersediaan dan
pengaturan fasilitas yang aman dan nyaman untuk naik dan turun bagi penumpang
sesuai dengan lajur menurut tujuan bus, tiketing, tempat menunggu, restoran dan
pertokoan, telepon umum, tempat sholat, toilet, P3K dan sebagainya.
d. Kenyamanan lingkungan, kriteria penilaian berdasarkan kondisi didalam dan sekitar
Terminal yang menyangkut kenyamanan lingkungan yang diakibatkan dari limbah
buangan kenderaan dan penumpang (oli bekas, sampah), kebisingan dan getaran,
kualitas udara yang mengganggu lingkungan sekitar (asap kenderaan, toilet dan kamar
mandi dan dapur rumah makan), penempatan rumah makan khas daerah dan kondisi
drainase yang bersih dan lancar.
e. Keamanan lingkungan, kriteria penilaian berdasarkan situasi lingkungan didalam
Terminal yang aman dari tindak kriminal (pencopet, penodongan, pembunuhan,
commit to user
pemerkosaan dan lain sebagainya).

21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Menurut Pahlawanti (2013) faktor-faktor yang menyebabkan efektifnya fungsi sebuah
terminal adalah:
a. Tingkat Pelayanan Terminal, kriteria dalam tingkat pelayanan terminal ini diukur dari
fasilitas yang ada didalam terminal serta manajemen pengelola terminal untuk
kenyamanan dan keamanan penggunaan terminal oleh penumpang/calon penumpang,
pemilik jasa angkutan, supir, serta pengguna terminal lainya.
b. Tingkat Pelayanan Jalan, kriteria dalam menilai tingkat pelayanan jalan berdasarkan
kondisi fisik eksisting jalan dan jembatan disekitar terminal seperti analisis arus lalu
lintas, kapasitas jalan, dan volume lalu lintas dengan cara mengetahui nilai LOS (Level
of Service) ruas-ruas jalan dari pusat kota/pemukiman menuju terminal.
c. Kondisi Lingkungan, kriteria dalam penilaian lingkungan yaitu berdasarkan keamanan
dan kenyamanan lingkungan, luas lahan terminal, daya dukung lahan disekitar terminal,
serta akses jalan keluar masuk pintu terminal.
d. Aksesibilitas, kriteria dalam pengukuran aksesibilitas meliputi jumlah arah perjalanan,
frekwensi pejalanan, kemudahan untuk mencapai lokasi terminal dari pusat-pusat
kegiatan, serta jarak dan waktu yang digunakan untuk menuju terminal dari pusat-pusat
perkotaan dan permukiman padat.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Jupriyadi (2013) efektivitas fungsi terminal
disebabkan oleh:
a. Kebijakan Pemerintah Daerah
Kriteria penilaian ini didasarkan atas peraturan dan kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah daerah setempat mengenai terminal
b. Aksesibilitas
Kriteria penelitian aksesibilitas dilihat berdasarkan tingkat kemudahan baik
penumpang maupun angkutan umum menuju terminal dilihat dari jaringan jalan.
c. Fasilitas Terminal
Kriteria penilaian ini berdasarkan ketersediaan fasilitas yang aman dan nyaman untuk
naik dan turun bagi penumpang
d. Kenyamanan
Kriteria penilaian berdasarkan kondisi didalam dan sekitar Terminal yang menyangkut
kenyamanan lingkungan yang diakibatkan dari limbah, kebisingan dan getaran
e. Keamanan
commit
Kriteria keamanan didapatkan dari to user
situasi di dalam terminal yang aman dari tindakan
kejahatan

22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Berdasarkan teori yang berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi efektivitas di atas
dapat dirumuskan berdasarkan kesamaan pendapat yang dikatakan para ahli dan kaitannya
dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Aksesibilitas dan tingkat pelayanan
dijadikan satu aspek dikarenakan menurut Jupriyadi (2013) penilaian terhadap aksesibilitas
dilihat dari tingkat kemudahan dalam menjangkau terminal dan juga tingkat pelayanan jalan.
Kondisi lingkungan dijadikan satu sub variabel dikarenakan menurut Pahlawanti (2013)
keamanan dan kenyamanan merupakan bagian dalam kondisi lingkungan.
Tabel 2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal
Adisasmita Pahlawanti Jupriyadi
Purba (2008) Sintesis Alasan
(2011) (2013) (2013)
Kesuaian
Kesesuaian Lokasi -
Lokasi
Aksessibilitas Aksessibilitas Aksesibilitas Penilaian terhadap
aksesibilitas dilihat
dari tingkat
kemudahan dalam
Aksesibilitas Aksesibilitas menjangkau
Tingkat Tingkat
pelayanan jalan Pelayanan Jalan terminal dan juga
tingkat pelayanan
jalan.
Fasilitas dan Tingkat
Fasilitas
manajemen Pelayanan
Terminal Kondisi Internal
Terminal Terminal
Terminal meliputi
Kondisi Internal fasilitas terminal,
Kenyamanan
Kenyamanan Terminal kondisi keamanan,
lingkungan Kondisi dan kenyamanan di
Lingkungan dalam terminal
Keamanan
Keamanan
lingkungan

Kebijakan Kebijakan -

Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2015

2.4 Hubungan Antar Variabel Efektivitas Fungsi Terminal dengan Faktor-Faktor


yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal
Berdasarkan teori yang ada di atas dapat dirumuskan teori-teori yang nantinya digunakan
sebagai variabel. Teori yang pertama adalah teori-teori yang digunakan untuk mengukur
tingkat efektivitas fungsi terminal dan teori yang kedua adalah teori-teori mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi tingkat efektivitas fungsi terminal.

commit to user

23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2.4.1 Sintesis Teori Efektivitas Fungsi Terminal
Dari tabel sintesa teori berkaitan dengan efektivitas fungsi terminal maka dapat
disimpulkan bahwa sub variabel dari efektivitas fungsi terminal adalah sebagai berikut:
1. Retribusi
Retribusi menurut Siahaan (2005) adalah pungutan di daerah sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan badan maupun orang pribadi. Dalam kaitannya
dengan terminal, terminal adalah salah satu sumber retribusi daerah. Untuk mengukur
pencapaian indek efektivitas target retribusi Azmi Akhir dalam Priyono (2009)

Retribusi Terminal
Indeks Efektivitas = x100% Rumus 2.1
Target Retribusi Terminal

Suatu rencana akan baik apabila rencana tersebut tidak sesuai dengan realisasinya.
Dalam hal ini kesesuaian antara rencana dengan realisasi disini tidak harus sama persis,
tetapi memiliki batas toleransi sebesar 9,99% jadi suatu rencana dikatakan telah
menyimpang apabila realisasinya berada di bawah atau di atas rencana secara proporsional
maksimal sebesar 9,99%. Menurut Azmi Akhir dalam Sabrina (2007) untuk mengukur
pencapaian target dapat dihitung berdasarkan selisih dari pencapaian (100%) sebagai
berikut:

Penyimpangan bernilai antara 0 - 9,99% (Sangat Baik)


Penyimpangan bernilai antara 10 - 19,99% (Baik)
Penyimpangan bernilai antara 20 - 29,99% (Cukup Baik)
Penyimpangan bernilai antara 30 - 39,99% (Kurang Baik)
Penyimpangan bernilai > 39,99 % (Tidak Baik)

2. Pelayanan Terminal
Dalam kaitannya dengan pelayanan terminal, terminal harus mampu mewadahi segala
kepentingan dan tujuan komponen yang menggunakannya. (Lang dalam Aditama 2003)
Fungsi utama dari sebuah terminal adalah sebagai tempat naik dan turun penumpang,
mewadahi pengguna jasa dalam melakukan kegiatan naik dan turun penumpang, serta
fungsi pendukung dari dari sebuah terminal adalah sebagai tempat yang tepat untuk
kegiatan usaha perdagangan atau dengan kata lain terminal menyandang sebagai pusat
commit to user
kegiatan masyarakat.

24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengukuran efektivitas dalam pelayanan terminal ditinjau dari kapasitas kebutuhan
fasilitas terminal yang dibandingkan dengan ketentuan normatif dari peraturan perencanaan
terminal, selain itu unsur dalam sistem ditinjau berdasarkan jumlah bus yang keluar masuk
dihitung dengan membandingkan jumlah armada bus yang seharusnya masuk berdasarkan
daftar trayek yang ada dengan kondisi eksisiting (Fauzi, 2003). Jumlah armada bus yang
seharusnya masuk dihitung dengan mengalikan jenis bus dan jumlah rata-rata jenis bus
masuk ke dalam terminal dalam satu hari. Sedangkan data eksisting di dapatkan dari data
UPTD Terminal.
Sedangkan fungsi pendukung dapat dilihat dari banyaknya jumlah kios yang aktif
(Garvin dalam Maru, 2009). Di perkuat oleh pendapat Bromly & Thomas dalam Maru
(2009) kawasan terminal terindikasi tidak berfungsi efektif apabila kios yang aktif <70%
dari kapasitas kios yang disediakan.

2.4.2 Sintesis Teori Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal


Selanjutnya setelah didapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efektivitas
fungsi terminal yang juga dijadikan sebagai variabel dalam penelitian ini, dilanjutkan
dengan proses penjelasan secara operasional. Definisi operasional merupakan penjabaran
dari setiap variabel yang akan digunakan sebagai dasar untuk mengoperasionalkan dalam
penelitian ini. Berikut adalah penjabaran faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
efektivitas terminal:
1. Kesesuaian Lokasi
Pemilihan lokasi terminal merupakan salah satu kegiatan penting yang melibatkan dan
mempertimbangkan berbagai aspek. Mengacu pada konsep yang ditinjau dari sistem kota,
Edward (1992) mengklasifikasikan dua model lokasi terminal Model nearside terminating
dan Model central terminating. Model yang pertama mengembangkan sejumlah terminal
yang berlokasi di pinggir kota, dimana angkutan antar kota berujung di terminal-terminal
tersebut, sementara untuk pergerakan di dalam kota dilayani angkutan kota yang berawal
dan berakhir dari titik terminal yang sudah ada. Sedangkan model yang kedua hanya
menempatkan satu terminal yang secara terpusat dan berada di tengah kota yang melayani
seluruh jenis angkutan baik antar kota amupun dalam kota.

commit to user

25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2.1 Model Pengembangan Lokasi Terminal


Sumber: Dephub, 1998

Kesesuaian lokasi terminal menurut Rasyidin dalam Sihono (2006) haruslah terhubung
dengan fungsi primer kota dengan melihat sistem jaringan yang melewati terminal, yaitu
minimal berada di kelas jalan arteri atau paling tidak kelas jalan kolektor. (Kepmenhub No
31 Tahun 1995). Selain kaitannya dengan fungsi primer kota, lokasi terminal menurut
PPTT LPM UGM (1993) harus berada di lokasi yang tepat, yaitu pada penggunaan lahan
sebagai konsentrasi tempat asal dan tujuan perjalanan. Lokasi yang potensial sebagai
tempat asal tujuan perjalanan tersebut umumnya disuatu daerah mixed-use, yaitu daerah
yang sekaligus terdapat pemusatan permukiman penduduk, kawasan industri, kantor, pasar
atau sekolah.

2. Aksesibilitas
Aksesibilitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ukuran kemudahan untuk
mencapai satu lokasi dari lokasi lain menggunakan sistem jaringan transportasi yang ada.
Menurut Ardiansyah (2005) kemudahan mencapai lokasi terminal diukur berdasarkan
tingkat pelayanan jalan, letak terminal terhadap jaringan jalan primer, ketersediaan trayek
angkutan umum dan kemudahan mencapai lokasi terminal.
Terminal dapat berlokasi pada akhir trayek angkutan umum, pada persimpangan
trayek, atau sepanjang trayek perjalanan angkutan. Keberadaan terminal sebagai salah satu
elemen dalam sistem transportasi tidak terlepas juga dari sistem pergerakan yang ada di
dalam kota (Edward, 1992). Oleh karenanya pengukuran aksesibilitas terhadap
ketersediaan moda transportasi diukur dari ketersediaan trayek angkutan umum yang
mampu menjangkau baik secara regional maupun dalam kota.

commit to user

26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tingkat aksesibilitas juga bisa diukur berdasarkan letak terminal terhadap jaringan
jalan, dimana letak terminal perlu diperhatikan dalam rangka kemudahan pencapaian
yang diukur dengan panjang jalan (jarak) antara jaringan jalan primer dengan letak
terminal. Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 lokasi
terminal bisa terletak di off street, akan tetapi dengan standar yang sudah ditetapkan yaitu
terletak paling tidak 100 m dari jaringan jalan primer.
Jalan menurut Munawar (2005) juga memiliki peranan yang penting dalam sistem
tranportasi karena menjadi penghubung antar pusat kegiatan maupun penghubung antar
wilayah. Apabila kondisi jalan baik maka akan semakin baik pula tingkat aksesibilitas
pada jalan tersebut. Untuk mengukur tingkat pelayanan jalan agar mengetahut tingkat
aksesibilitasnya dapat diukur dengan kapasitas pelayanan jalan (level of service). Dalam
hal ini adalah pengukuran untuk mengetahui tingkat pelayanan jalan yang menuju atau
meninggalkan lokasi terminal. Level of service (LOS) terbagi menjadi enam tingkat
Tingkat pelayanan A, adalah suatu kondisi arus bebas dengan kecepatan tinggi dan
volume lalu lintas rendah. Pengemudi dapat memilih kecepatan yang diinginan
tanpa hambatan.
Tingkat pelayanan B, Dalam zone arus satabil, dengan kecepatan operasional mulai
terbatas oleh kenderaan lain. Pengemudi masih tetap mempunyai kebebasan
memilih kecepatan dan jalur.
Tingkat pelayanan C, kondisi aliran tetap stabil tetapi kecepatan dan gerakan
manuver dibatasi oleh volume yang lebih tinggi. Kebanyakan pengemudi terbatas
pada kebebasan memilih kecepatan, pindah jalur dan mendahului.
Tingkat pelayanan D, kondisi mendekati aliran tidak stabil, kecepatan cukup
memuaskan walaupun banyak dipengaruhi kecepatan kenderaan di depannya.
Volume lalu lintas berfluktuasi.
Tingkat pelayanan E, kondisi aliran tidak stabil dengan volume pada kapasitas
terjadi berhenti berkali-kali.
Tingkat pelayanan F, kondisi aliran dipaksakan (forced flow), kecepatan rendah,
volume dibawah kapasitas. Dalam keadaan extrim kecepatan dan volume dapat
turun secara mendadak menjadi nol. Kondisi ini biasanya sebagai hasil dari antrian.

commit to user

27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
LOS jalan diukur dengan rumus:

C = C0 x FCW x FCSP x FCSF X FcCS (smp/jam) Rumus 2.2


C0= kapasitas (smp/jam)
FCW= kapasitas dasar untuk kondisi tertentu (smp/jam)
FCSP= faktor penyesuaian lebar jalur lalu lintas
FCSF= faktor penyesuaian hambatan samping
FcCS= faktor penyesuaian ukuran kota
Setelah menentukan kapasitas jalan, langkah selanjutnya yaitu menentukan DS atau
derajat kejenuhannnya yaitu dengan menjumlahkan jumlah kendaraan yang melintas pada
saat terjadi jam puncak, akan tetapi harus dikonversikan terlebih dahulu kedalam satuan
mobil penumpang (smp) agar terjadi kesamaan ekuivalensi:

Q = (0.25xMC) + LV + (1.2xHV) Rumus 2.3

Q : Volume kendaraan
MC : Sepeda Motor
LV : Kendaraan ringan
HV : Kendaraan berat
Menurut Tamin (1997) jam puncak, merupakan saat terjadinya arus puncak dalam
satu hari kerja dengan waktu kerja reguler (senin-kamis), biasanya di perkotaan terdapat
dua puncak yaitu puncak pagi yaitu pada saat berangkat kerja/sekolah dan puncak sore
pada saat pulang kerja. Di samping kedua puncak tersebut, dijumpai pula waktu puncak
lainnya, yaitu sekitar jam 12.00 sampai 14.00; pada saat itu para pekerja pergi untuk
makan siang dan kembali lagi ke kantornya masing-masing selain itu pada jam tersebut
adalah waktu pulang sekolah.
Setelah didapat nilai Q maka dapat dicari nilai DS nya, yaitu dengan rumus sebagai
berikut:

DS = Q/C Rumus 2.4


DS : derajat kejenuhan
Q : arus kendaraan
C : Kapasitas (smp/jam)
Aksesibilitas juga menilai kemudahan oleh pengguna jasa. Pengukuran kemudahan
mencapai lokasi terminal diukur berdasarkan pengguna jasa terminal dalam hal ini
pengukuran terhadap kemudahancommit to usermenuju lokasi dengan menggunakan
penumpang

28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
angkutan umum yang langsung menuju terminal, 1-2 kali perpindahan angkutan, dan
menggunakan angkutan pribadi (Adisasmita Rahardjo, 2013)

3. Kondisi Internal terminal


Kondisi internal terminal dilihat dari ketersediaan fasilitas ataupun kondisi yang
diharapkan baik penumpang maupun operator bus selaku pengguna jasa terminal, kondisi
internal terminal diukur dari ketersediaan dan kelengkapan fasilitas yang ada didalam
terminal yang diukur dengan penilaian berdasarkan standar kelengkapan terminal dan
berdasarkan persepsi pengguna jasa terminal baik penumpang maupun operator bus. Untuk
ukuran tingkat kenyamana dan keamanan juga dinilai berdasarkan persepsi pengguna jasa
terminal. Yang membedakan antara kondisi internal terminal dengan pelayanan terminal
adalah pada penilaiannya, dimana pelayanan terminal lebih ke supply sementara untuk
kondisi internal terminal adalah sebagai demand nya.
Kriteria penilaian kenyamanan berdasarkan situasi lingkungan didalam terminal yang
nyaman ketika menunggu bus nya siap, atau rasa nyaman terhadap bau tidak sedap,
bising suara mesin, dan pencemaran udara (polusi) yang dirasakan oleh pengguna jasa
terminal dalam hal ini penumpang dan operator bus (Purba, 2008)
Kriteria penilaian berdasarkan situasi lingkungan didalam terminal yang aman dari
tindak kriminal (pencopet, penodongan, pembunuhan, pemerkosaan dan lain sebagainya)
yang dirasakan atau pernah dialami pengguna jasa terminal (Purba, 2008). Berkaitan
dengan fasilitas terminal adalah kemampuan pihak pemerintah dan pengelola terminal
dalam memfasilitasi pengguna jasa terminal. Fasilitas terminal yang ada dan haruslah
sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan oleh Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor 31 Tahun 1995 sesuai dengan tipe terminal yang bersangkutan

4. Kebijakan
Kebijakan tata ruang sangat erat kaitannya dengan kebijakan transportasi, ruang
merupakan kegiatan yang ditempatkan di atas lahan kota, sedangkan transportasi
merupakan jaringan yang secara fisik menghubungkan satu ruang dengan ruang kegiatan
yang lainnya (Tamin, 1997). Bila akses transportasi ke suatu ruang (lahan) dibentuk atau
diperbaiki dengan cara pengaturan mengani kebijakan maka ruang kegiatan tersebut akan
menjadi menarik dan menjadi lebih berkembang. Akan tetapi semua nya tidak berarti
apabila kepatuhan terhadap kebijakan tersebut hanya menjadi peraturan yang tidak
ditegakkan.
commit to user

29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2.4.3 Hubungan Antar Variabel Efektivitas Fungsi Terminal dengan Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal
Setelah dirumuskan seluruh sub sub variabel dari variabel efektivitas fungsi terminal
maka akan dijelaskan hubungan sub sub variabel tersebut dengan variabel faktor-faktor yang
mempengaruhi efektivitas fungsi terminal. Berikut merupakan tabel hubungan kedua
variabel tersebut:
Tabel 2.5 Hubungan Antar Variabel
Faktor yang Efektivitas Fungsi Terminal
Mempengaruhi Keterangan
Retribusi Pelayanan Terminal
Efektivitas
Lokasi terminal yang sesuai
Lokasi terminal hendaknya
akan meningkatkan retribusi
dapat dicapai oleh pengguna Lokasi terminal yang sesuai
daerah dikarenakan tingginya
Kesesuaian jasa agar mengurangi akan mempengaruhi pengguna
penggunaan jasa terminal
Lokasi kecenderungan tumbuhnya jasa dalam memanfaatkan
dilihat dari tingginya jumlah
terminal bayangan (Rasyidin fasilitas terminal.
penumpang dan kios yang
dalam Sihono, 2006
buka
Aksesibilitas yang mudah
membuat pengguna jasa
Tingkat aksesibilitas Aksesibilitas yang mudah
mudah dalam menjangkau
terminal memicu pengguna membuat pengguna jasa mudah
Aksesibilitas dan menggunakan jasa
jasa menggunakan jasa dalam menjangkau dan
terminal sehingga
pelayanan (Sihono, 2006) menggunakan jasa terminal
mempengaruhi retribusi yang
didapatkan.

Tingkat kenyamanan dan


keamanan adalah kebutuhan Kondisi lingkungan yang
Kondisi lingkungan yang
fisiologis manusia (Maslow, kondusif di terminal
kondusif (aman dan nyaman)
Kondisi Internal 1984) mempengaruhi pengguna jasa
di terminal mempengaruhi
Terminal dalam memanfaatkan jasa
pengguna jasa dalam
Semakin baik fasilitas yang terminal sehingga mampu
memanfaatkan jasa terminal
diberikan, semakin baik pula meningkatkan retribusi
kepuasan konsumennya
(Jalil, 2012)
Bila akses transportasi ke
suatu ruang (lahan) dibentuk Kebijakan terkait penataan
atau diperbaiki dengan cara transportasi mempengaruhi Kebijakan terkait penataan
pengaturan mengenai kepatuhan dari operator bus transportasi mempengaruhi
Kebijakan kebijakan maka ruang dalam operasional trayek kepatuhan dari operator bus
kegiatan tersebut akan untuk menggunakan jasa dalam operasional trayek untuk
menjadi menarik dan terminal, sehingga mampu menggunakan jasa terminal
menjadi lebih berkembang meningkatkan retribusi
(Tamin, 1997)
Sumber: Penulis, 2015

commit to user

30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2.5 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan teori di atas, dapat diambil rangkuman teori dalam bentuk kerangka
teori sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Pikir


Sumber: Penulis, 2015

commit to user

31

Anda mungkin juga menyukai