Anda di halaman 1dari 15

BAB I

SPERMATOZOA
1.1 PENGERTIAN
Sperma merupakan sel yang berasal dari sistem reproduksi laki-laki. Sel inilah yang akan

membuahi ovum (sel telur pada perempuan) yang terjadi didalam sistem reproduksi wanita. Sel

sperma dan ovum merupakan cikal bakal seseorang yang berada dalam kandungan, apakah itu

laki-laki maupun perempuan.

Sel sperma berbentuk seperti kecebong yang berukuran 5 x 3 m dan ekornya mempunyai

panjang 50 m, yang tersusun atas tiga bagian, yaitu kepala, leher dan ekor, dan sel ini akan

bergerak untuk mencapai ovum. Sel sperma terdiri atas beberapa enzim untuk dapat bertahan dan

menembus ovum, dan juga terdapat mitokondria pada yang berfungsi sebagai energi agar ekor

dapat menggerakkan sperma untuk maju.

Sperma ini dibawa bersama cairan semen (mani) ketika dikeluarkan (diejakulasikan) melalui

lubang urethra pada penis, yang selanjutnya akan menuju ke vagina untuk melakukan fungsi

utamanya, yaitu sebagai fungsi reproduksi juga berkembang biaknya manusia dan juga hewan,

dengan kemampuan sperma untuk menembus lapisan terluar dari ovum sehingga terjadi

fertilisasi (pembuahan).
1.2 Komposisi Semen

1. Cairan Bulbouretralis kurang dari 1% Merupakan cairan pre-ejaculate (madzi) yang


berfungsi sebagai pelumas dan membersihkan keluar sisa urine dan kotoran di uretra
sebelum dilalui sperma.

2. Cairan Prostat 25-30% Mengandung alkali yang berfungi menaikan pH dan menjaga
sperma dari kerusakan oleh paparan lingkungan dalam vagina yang cenderung asam.
Mengandung zink yang berfungsi menstabilkan DNA sperma.

3. Cairan vesikula seminalis 65-75% Berkontribusi paling banyak menyusun semen yaitu
65-75%. mengandung fruktosa yang menjadi sumber energi pergerakan sperma di saluran
reproduksi wanita. Mengandung prostalglandin yang menekan respon imun saluran
reproduksi wanita terhadap semen sebagai benda asing.

4. Sel Sperma sebesar 2-5 % Komponen penyusun semen yang paling penting dalam
fungsi resproduksi. Sel Sperma atau spermatosist membawa materi genetik pria yang
nantinya bersatu dengan ovum wanita membentuk zigot. Zigot akan berkembang dalam
rahim wanita. Spermatogenesis atau pembentukan sperma terjadi di tubulus seminiferus
testis atau buah pelir/buah zakar.
1.3Bagian-bagian Spermatozoa
Sperma memiliki tiga bagian utama:

1. Kepala sperma mengandung inti. Inti memegang DNA dari sel. Kepala juga mengandung
enzim yang membantu sperma memecah melalui membran sel telur.
2. Bagian tengah sperma (midpiece) dikemas dengan mitokondria. Mitokondria adalah
organel dalam sel yang menghasilkan energi. Sperma menggunakan energi dalam
midpiece untuk bergerak.
3. Ekor sperma bergerak seperti baling-baling, berputar-putar. Ekor ini adalah flagella
panjang yang mendorong sperma ke depan. Sebuah sperma dapat melakukan perjalanan
sekitar 30 inci per jam. Ini mungkin tidak terdengar sangat cepat, tapi jangan lupa
seberapa kecil sperma. Untuk ukurannya, sperma bergerak sekitar secepat Anda lakukan
ketika Anda berjalan cepat.
1.4 BENTUK BENTUK SPERMATOZOA

1.5 KANDUNGAN ZAT KIMIA DALAM SEMEN


1. Fruktosa
- Dihasilkan oleh vesicula seminalis.
- Berada dalam plasma semen
- Sumber energi bagi motiitas spematozoa
- 1,5-7,0 mg/ml.
2. Asam sitrat
- Dihasilkan oleh kelenjar prostat
- Menjaga keseimbangan osmotik semen
- Bila zat ni tidak ditemukan dalam semen berarti ada kelainan pada kelenjar prostat.
- Mencegah terjadinya kalkuli konkresi prostat dengan cara mengikat ion Ca.
3. Spermin
- Dihasilkan oleh kelenjar prostat
- Menyebabkan bau yang khas pada semen seperti bau bunga akasia
- Suatu bakteriostatik.
4. Seminin
- Dihasilkan oleh kelenjar prostat
- Mengencerkan lendir servix.
5. Enzim Phosphatase Asam, Glukoronidase, Lisozim dan Amilase
- Dihasilkan oleh kelenjar prostat.
- Memelihara atau memberi nutrisi bagi spermatozoa di luar tubuh demi kelangsungan hidup
spermatozoa.
6. Prostaglandin
- Dihasilkan oleh kelenjar vesicula seminalis dan kelenjar prostat.
- Merangsang kontraksi otot polos saluran genitalia wanita sewaktu ejakulasi dan untuk
vasodilatasi pembuluh darah.
- Melancarkan spermatozoa saat bermigrasi dari vagina ke tuba fallopi dengan mengurangi
gerakan uterus.
7. Na, K, Zn, Mg
- Dihasilkan oleh kelenjar prostat dan vesicula seminalis
- Memelihara pH plasma semen agar tetap pada pH normal 7,2-7,8.

1.6 Cara memperoleh Sperma


Banyak penderita tidak mengerti bagaimana cara memeriksakan sperma. Kita harus maklum,
bahwa pemeriksaan sperma lain dengan pemeriksaan kencing atau tinja, karena bahan-bahan
yang terakhir itu dengan wajar dapat dikeluarkan oleh penderita. Tetapi masalah memperoleh
sperma yang akan diperiksa merupakan persoalan tersendiri untuk penderita. Hal ini dapat
dimengerti, sebab tidak pada setiap kesempatan seseorang dapat mengeluarkan sperma. Adapun
cara-cara yang digunakan untuk memperoleh sampel sperma yaitu dengan :
1. Masturbasi
Merupakan suatu metode pengeluaran sperma yang paling dianjurkan. Tindakan ini berupa
menggosok kemaluan lelaki (penis) berulang-ulang, sampai terjadi ketegangan dan pada klimaks
akan keluar sperma. Sebelum melakukan masturbasi hendaknya penis dicuci dahulu agar tidak
tercemar oleh kotoran. Untuk mempermudah masturbasi kadang-kadang dalam menggosok penis
diberi pelicin misalnya sabun, krim atau jelly. Tetapi saat dipakai jangan sampai mencapai
lubang keluarnya sperma. Kebaikan dari cara ini, di samping menghindari kemungkinan tumpah
ketika menampung sperma, juga pencemaran sperma dari zat-zat yang tak diinginkan dapat
dihindari. Tempat penampungan sperma sebaiknya dari botol kaca yang bersih, kering dan
bermulut lebar atau boleh dengan tempat lain dengan syarat tidak spermatotoksik.
2. Coitus Interuptus
Cara ini dilakukan dengan menyela atau menghentikan hubungan saat akan keluar sperma.
Walaupun cara ini banyak dilakukan untuk memperoleh sampel sperma untuk diperiksa, namun
cara ini kurang baik karena hasilnya kurang dapat dipertanggungjawabkan, lebih-lebih bila hasil
pemeriksaannya mendapatkan hasil dimana jumlah spermatozoanya di bawah kriteria normal
(oligosperma). Tetapi cara ini kelemahannya dikhawatirkan sebagian telah tertumpah ke dalam
vagina sehingga tidak sesuai lagi untuk pemeriksaan. Seperti yang telah kita ketahui, bahwa
sperma yang dikeluarkan pada waktu ejakulasi terbagi menjadi beberapa tahap, paling sedikit
dua tahap. Tahap pertama adalah merupakan ejakulat yang mengandung spermatozoa yang
terbanyak, sedangkan tahap yang kedua hanya mengandung spermatozoa sedikit saja atau
bahkan sering tidak dijumpai spermatozoa, tetapi mengandung porsi fruktosa yang terbanyak.
Dalam pengendalian orgasme sewaktu melakukan interuptus tidak menjamin bahwa sebagian
besar atau sebagian kecil terlanjur dikeluarkan di vagina sehingga mengakibatkan kita
memperoleh sampel sperma yang tidak lengkap, sehingga memberikan hasil yang tidak
sewajarnya.
3. Coitus Condomatosus
Dengan alasan apapun pengeluaran sperma dengan memakai kondom untuk menampung mani
tidak dianjurkan dan tidak diperkenankan karena zat-zat pada permukaan karet kondom
mengandung suatu bahan yang bersifat spermicidal yang mempunyai pengaruh melemahkan atau
membunuh spermatozoa, biarpun kondom sudah dicuci dan dikeringkan. Selain daripada itu
kemungkinan terjadi tumpahnya sperma sewaktu pelepasan kondom atau menuangkan ke botol
penampung. Tetapi ada beberapa kondom khusus yang dipergunakan untuk keperluan
penampungan sperma, karena bahan dipakai tidak bersifat spermasida.
4. Vibrator
Masih ada cara lain untuk mempermudah mengeluarkan sperma ialah dengan vibrator. Alat ini
mempunyai berbagai ukuran, terbuat dari plastik dengan permukaan halus, dapat digerakkan
dengan baterai yang menghasilkan getaran lembut. Alat ini kalau ditempelkan pada glans penis,
akan menimbulkan rasa seperti mastrubasi dan dengan fibrasi yang cukup lama, diharapkan
sperma akan keluar.
5. Refluks Pasca Sanggama
Dengan memeriksa sperma yang telah ke vagina. Cara ini tidak dianjurkan karena dipergunakan
cairan fisiologis untuk pembilasan, dan sperma tercampur dengan sekret vagina, sehingga akan
didapatkan hasil yang tidak mencerminkan keadaan sesungguhnya.

1.7 PEMERIKSAAN SPERMA

Parameter sperma dapat berupa parameter sperma dasar serta parameter biokimia sperma. Dalam
pemeriksaan rutin atau pemeriksaan dasar, yang dilakukan adalah mengukur parameter yang
diperlukan sebagai dasar umum untuk mendiagnosis keadaan andrologis, serta yang mudah
dilakukan dengan tidak memakai alat-alat serta pengetahuan yang lebih rumit.
Berikut parameter pemeriksaan sperma meliputi :
A. Pemeriksaan Makroskopis :
1. Liquefaksi
2. Viscositas
3. pH Sperma
4. Bau Sperma
5. Warna Sperma
6. Volume Sperma

B. Pemeriksaan Mikroskopis :
1. Pergerakan (Motilitas) Spermatozoa
2. Vitalitas Spermatozoa
3. Jumlah Spermatozoa
4. Morfologi Spermatozoa
5. Aglutinasi spermatozoa (khusus)
6. Benda-benda khusus sperma (khusus)

C. Pemeriksaan Kimiawi dan enzim


1. Kadar Fruktosa
2. Acid Phospatase/ACP (khusus)

BAB II
KROMATOGRAFI
1.1 Pengertian Kromatografi
Kromatografi pertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani RusiaMichael Tsweet
pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna dalam tanaman dengan cara perkolasi
esktrak petroleum eter dalam kolom gelas yangberisi kalsium karbonat (CaCo3). Saat ini
kromatografi merupakan teknik pemisahan yang paling umum dan paling sering digunakan
dalam bidang kimia analisis dan dapat dimanfaatkan untuk melakukan analisis, baik analisis
kualitatif, kuantitatif, atau preparative dalam bidang farmasi, lingkungan, industri, dan
sebagainya. Kromatografi suatu teknik pemisahan yang menggunakan fase diam (stationary
phase) dan fase gerak (mobile phase)(Rohman, 2007).
Kromatografi adalah salah satu metode pemisahan kimia yang didasarkan pada adanya
perbedaan partisi zat pada fasa diam (stationary phase) dan fasa gerak (mobile
phase).Kromatografi berasal dari bahasa Yunani yaitu yang berarti warna dan
yang berarti menulis.
Kromatografi dapat bersifat preparatif maupun analitik.Tujuan kromatografi preparatif
biasanya adalah untuk memisahkan senyawa dalam campuran (biasanya digunakan untuk
pemurnian).Kromatografi analitik digunakan untuk mengetahui perbandingan senyawa dalam
campuran.
Dalam kromatografi, dikenal beberapa istilah, antara lain:
1. Analit adalah zat yang dipisahkan.
2. Kromatogram adalah output visual yang diperoleh dari hasil pemisahan. Adanya puncak
karakterisitik yang berbeda menunjukkan adanya senyawa yang berbeda.
3. Eluen adalah pelarut yang digunakan untuk memisahkan analit.
4. Fasa gerak adalah fasa zat yang bergerak pada arah tertentu.
5. Fasa diam adalah fasa yang tetap pada tempatnya.
6. Waktu retensi adalah waktu yang diperlukan analit untuk melewati sistem.
7. Volume retensi adalah volume fasa gerak yang dibutuhkan untuk mengelusi komponen analit.

2.2. Jenis-Jenis Kromatografi


Umumnya metode kromatografi diklasifikasikan berdasarkan jenis fasa yang digunakan
dan sebagian berdasarkan mekanisme pemisahannya. Berdasarkan fasa gerak dan fasa diamnya ,
kromatografi dapat di bedakan atas berbagai tipe sebagai berikut:

2.2.1 Kromatografi cair-padat (Kromatografi Adsorpsi)


Kromatografi adsorpsi adalah teknik kromatografi tertua dioperasikan berdasarkan retensi
terlarut pada permukaan adsorben. Pada kromatografi adsorpsi, fasa stasionernya terdiri atas zat
padat dan fasa mobilnya terdiri atas zat gas atau zat cair.
Contoh contoh yang termasuk kromatografi adsorpsi
Kromatografi kolom Adsorpsi
Kromatografi gas
Kromatografi lapis tipis

2.2.2 Kromatografi Cair-cair (Kromatografi Partisi)


Fasa diam pada kromatografi Jenis ini berupa lapisan tipis cairan yang terserap pada:
padatan inert berpori, yang berfungsi sebagai fasa pendukung.

2.2.3 Kromatografi Gas-padat (KGP)


Kromatografi gas termasuk dalam salah satu alat analisa (analisa kualitatif dan analisa
kuantitatif), kromatografi gas dijajarkan sebagai cara analisa yang dapat digunakan untuk
menganalisa senyawa-senyawa organic. ada dua jenis kromatografi gas, yaitu kromatografi gas
padat (KGP), dan kromatografi gas cair (KGC)

2.2.4 Kromatografi Gas-Cair (KGC)


Pada kaimia organik kadang-kadang menyebutnya sebagai kromatografi fasa uap.

2.2.5 Kromatografi Penukar Ion


Kromatografi pertukaran ion adalah salah satu teknik pemurnian senyawa spesifik di
dalam larutan campuran. Prinsip utama dalam metode ini didasarkan pada interaksi muatan
positif dan negatif antara molekul spesifik dengan matriks yang barada di dalam kolom
kromatografi. Secara umum, teradapat dua jenis kromatografi pertukaran ion, yaitu Kromatografi
pertukaran kation dan kromatografi pertukaran anion.

2.2.6 Kromatografi Kertas (KT)

Kromatografi kertas merupakan salah satu metode pemisahan berdasarkan distribusi


suatu senyawa pada dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Pemisahan sederhana suatu
campuran senyawa dapat dilakukan dengan kromatografi kertas, prosesnya dikenal sebagai
analisis kapiler dimana lembaran kertas berfungsi sebagai pengganti kolom.

2.2.7 Kromatografi Lapis Tipis (KLT atau TLC = Thin Layer Chromatography)
Kromatografi jenis ini mirip dengan kromatografi kertas. Bedanya kartas digantikan lembaran
kaca atau plastik yang dilapisi dengan lapisan tipis adsorben seperti alumina, silika gel. selulosa
atau materi lainnya. Kromatografi lapis tipis lebih bersifat reprodusibel (bersifat boleh ulang)
daripada kromatografi kertas.

2.2.8 Kromatografi Filtrasi Gel


Pada kromatografi jenis ini fasa diam berupa gel yang terbuat dari dekstran, suatu bahan
hasil ikatan silang molekul-molekul polisakarida.

2.2.9 Kromatografi Elektroforesis Kontinyu


Kromatografi jenis ini merupakan bagian dari kromatografi kertas dimana selama
pengerjaannya diterapkan medan listrik tegak lurus pada aliran pelarut. Arah aliran spesies ionik
akan menyimpang dari arah aliran semula tergantung atas muatan molekul dan gerakitasnya.

2.3 Macam - Macam Kromatografi

Kromatografi ada bermacam-macam diantaranya kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis,


penukar ion, penyaringan gel dan elektroforesi.

2.3.1. Kromatografi Kertas


kromatografi kertas merupakan kromatografi cairan-cairan dimana sebagai fasa diam adalah
lapisan tipis air yang diserap dari lembab udara oleh kertas jenis fasa cair lainnya dapat
digunakan. kromatografi kolom bertujuan untuk purifikasi dan isolasi komponen dari suatu
campurannya. Teknik ini sangat sederhana. Prinsip dasar kromatografi kertas adalah partisi
multiplikatif suatu senyawa antara dua cairan yang saling tidak bercampur. Jadi partisi suatu
senyawa terjadi antara kompleks selulosa-air dan fasa mobil yang melewatinya berupa pelarut
organik yang sudah dijenuhkan dengan air atau campuran pelarut.
Cara melakukannya, ciplikan yang mengandung campuran yang akan dipisahkan
diteteskan/diletakkan pada daerah yang diberi tanda di atas sepotong kertas saring dimana ia
akan meluas membentuk noda yang bulat. Bila noda telah kering, kertas dimasukkan dalam
bejana tertutup yang sesuai dengan satu ujung, dimana tetesan cuplikan ditempatkan, tercelup
dalam pelarut yang dipilih sebagai fasa bergerak (jangan sampai noda tercelup karena berarti
senyawa yang akan dipisahkan akan terlarut dari kertas).
Pelarut bergerak melalui serat dari kertas oleh gaya kapiler dan menggerakkan komponen dari
campuran cuplikan pada perbedaan jarak dalam arah aliran pelarut. Bila permukaan pelarut telah
bergerak sampai jarak yang cukup jauhnya atau setelah waktu yang telah ditentukan, kertas
diambil dari bejana dan kedudukan dari permukaan pelarut diberi tanda dan lembaran kertas
dibiarkan kering. Jika senyawa-senyawa berwarna maka mereka akan terlihat sebagai pita atau
noda yang terpisah. Jika senyawa tidak berwarna harus dideteksi dengan cara fisika dan kimia.
Yaitu dengan menggunakan suatu pereaksi-pereaksi yang memberikan sebuah warna terhadap
beberapa atau semua dari senyawa-senyawa. Bila daerah dari noda yang terpisah telah dideteksi,
maka perlu mengidentifikasi tiap individu dari senyawa. Metoda identifikasi yang paling mudah
adalah berdasarkan pada kedudukan dari noda relatif terhadap permukaan pelarut, menggunakan
harga Rf.

2.3.2. Kromatografi lapis tipis


Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah suatu tehnik pemisahan yang sederhana dan banyak
digunakan. Metode ini menggunakan lempeng kaca atau lembaran plastik yang ditutupi penyerap
untuk lapisan tipis dan kering bentuk silika gel, alomina, selulosa dan polianida. Untuk
menotolkan larutan cuplikan pada lempeng kaca, pada dasarnya dgunakan mikro pipet/ pipa
kapiler. Setelah itu, bagian bawah dari lempeng dicelup dalam larutan pengulsi di dalam wadah
yang tertutup. (Chamber)

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ini mirip dengan kromatograafi kertas, hanya bedanya
kertas digantikan dengan lembaran kaca tau plastik yang dilapisi dengan lapisan tipis adsorben
seperti alumina, silike gel, selulosa atau materi lainnya.

Lapisan tipis adsorben pada proses pemisahan berlaku sebagai fasa diam. Kromatografi lapis
tipis lebih bersifat reproduksibel ( bersifat boleh diulang) dari pada kromatografi kertas.

Sebagai fasa diam dalam KLT berupa serbuk halus dengan ukuran 5 50 mikrometer. Serbuk
halus ini dapat berupa adsorben penukar ion. Bahan adsorben sebagai fasa diam dapat digunakan
gel, alumina, dan serbuk selulosa. Partikel silica gel mengandung gugus hidrosil
dipermukaannya yang akan membentuk ikatan hydrogen dengan molekul molekul pokar.

Untuk membuat lapisan tipis pada KLT perlu dibuat bubur (slurry) ber air dari serbuk
halus tadi. Zat pengikat dapat menggunakan gips, barium sulfat, polivenil alcohol atau kanji
perlu ditambahkan, untuk membantu peletakan lapisan tipis pada penyangga. Bubuk halus ini
kemudian ditebarkan pada papan penyangga (kaca, plastik atau aluminium), secara merata
sehingga diperoleh ketebalan lapisan 0,1 0,3 mm. lapisan tipis adsorben diaktifkan dengan
pengeringan didalam oven pada suhu 100 oC selama beberapa jam.

(http://robbaniryo.com/ilmu-kimia/kromatografi-lapis-tipis-klt/)
Pemisahan campuran dengan cara kromatografi didasarkan pada perbedaan kecepatan
merambat antara partikel-partikel zat yang bercampur pada medium tertentu. Dalam kehidupan
sehari-hari pemisahan secara kromatografi dapat kita temui pada rembesan air pada dinding yang
menghasilkan garis-garis dengan jarak ternentu.

2.3.3. Kromatografi penukar ion

Kromatografi pertukaran ion adalah salah satu teknik pemurnian senyawa spesifik di dalam
larutan campuran. Prinsip utama dalam metode ini didasarkan pada interaksi muatan positif dan
negatif antara molekul spesifik dengan matriks yang barada di dalam
kolom kromatografi.Metode ini pertama kali dikembangkan oleh seorang ilmuwan bernama
Thompson pada tahun1850. Secara umum, teradapat dua jenis kromatografi pertukaran ion,
yaitu:

Kromatografi pertukaran kation, bila molekul spesifik yang diinginkan bermuatan positif
dan kolom kromatografi yang digunakan bermuatan negatif.Kolom yang digunakan biasanya
berupa matriks dekstran yang mengandung gugus karboksil (-CH2-CH2-CH2SO3- dan -O-
CH2COO-). Larutan penyangga (buffer) yang digunakan dalam sistem ini adalah asam
sitrat, asam laktat, asam asetat, asam malonat, buffer MES dan fosfat.
kromatografi pertukaran anion, bila molekul spesifik yang diinginkan bermuatan negatif
dan kolom kromatografi yang digunakan bermuatan positif. Kolom yang digunakan biasanya
berupa matriks dekstran yang mengandung gugus -N+(CH3)3, -N+(C2H5)2H, dan
N+(CH3)3. Larutan penyangga (buffer) yang digunakan dalam sistem ini adalah N-metil
piperazin, bis-Tris, Tris, dan etanolamin.
Metode ini banyak digunakan dalam memisahkan molekul protein (terutama enzim).Molekul
lain yang umumnya dapat dimurnikan dengan menggunakan kromatografi pertukaran ion ini
antara lain senyawa alkohol, alkaloid, asam amino, dan nikotin.
Fase Diam
Ada banyak macam penukar ion, tetapi penukar ion polisterina berikatan silang paling luas
penggunaannya.Gambar 65. b menggambarkan struktur resina penukar anion dengan matriks
poliestirena berikatan silang yang sama, tetapi dengan gugus tetraalkilamonium. Resina
poliestirena kerng cenderng mengembang jika dimasukkan dalam pelarut. Air menetrasi ke
dalam resina dan hidrasi, membentuk larutan sangat pekat dalam resina. Tekanan osmosa
cenderung menekan air lebih banyak ke dalam resina dan padatan itu mengembang, jadi
volumenya bertambah. Jumlah air yang diambil resina tergantung pada ion penukar dari resina
dan menurun dengan bertambahnya jumlah ikatan silang. Resina penukaran ion juga
mengembang dalam pelarut organik, tetapi pengembangannya lebih kecil daripada dalam air.

Fase Gerak

Kebanyakan pemisahan kromatografi penukar ion dilakukan dalam media air sebab sifat ionisasi
dari air. Dalam beberapa hal, digunakan pelarut campuran seperti air, alkohol dan juga pelarut
organik. Kromatografi penukar ion dengan fase gerak media air, reteni puncak dipengaruhi oleh
kadar garam total atau kekuatan ionik dan oleh pH fasa gerak. Kenaikkan kadar garam dalam
fasa gerak menurunkan retensi senyawa cuplikan. Hal ini disebabkan oleh penurunan
kemampuan ion cuplikan bersaing dengan ion fasa gerak untuk gugus penukar ion pada resina.

2.3.4. Kromatografi elektroforesis

Kromatografi elektroforesis menyangkut perbedaan migrasi spesies-spesies bermuatan dalam


suatu larutan di bawah pengaruh dari penggunaan suatu gradient potensial. Kecepatan migrasi
setiap spesies tergantung atas ukuran, bentuk dan muatan spesiesnya. Metoda elektroforesis
merupakan metoda pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan muatan dan massa melekul
relative dari komponen-komponennya. Pemisahan terjadi karena perbedaan laju migrasi
komponen-komponen bermuatan oleh pengaruh medan listrik.

2.3.5. Kroamatografi Gas


Campuran gas dapat dipisahkan dengan kromatografi gas. Fasa stationer dapat berupa padatan
(kromatografi gas-padat) atau cairan (kromatografi gas-cair).

Umumnya, untuk kromatografi gas-padat, sejumlah kecil padatan inert misalnya karbon
teraktivasi, alumina teraktivasi, silika gel atau saringan molekular diisikan ke dalam tabung
logam gulung yang panjang (2-10 m) dan tipis. Fasa mobil adalah gas semacam hidrogen,
nitrogen atau argon dan disebut gas pembawa. Pemisahan gas bertitik didih rendah seperti
oksigen, karbon monoksida dan karbon dioksida dimungkinkan dengan teknik ini.

Dalam kasus kromatografi gas-cair, ester seperti ftalil dodesilsulfat yang diadsorbsi di
permukaan alumina teraktivasi, silika gel atau penyaring molekular, digunakan sebagai fasa diam
dan diisikan ke dalam kolom. Campuran senyawa yang mudah menguap dicampur dengan gas
pembawa disuntikkan ke dalam kolom, dan setiap senyawa akan dipartisi antara fasa gas (mobil)
dan fasa cair (diam) mengikuti hukum partisi. Senyawa yang kurang larut dalam fasa diam akan
keluar lebih dahulu.

Metoda ini khususnya sangat baik untuk analisis senyawa organik yang mudah menguap seperti
hidrokarbon dan ester. Analisis minyak mentah dan minyak atsiri dalam buah telah dengan
sukses dilakukan dengan teknik ini.

Efisiensi pemisahan ditentukan dengan besarnya interaksi antara sampel dan cairannya.
Disarankan untuk mencoba fasa cair standar yang diketahui efektif untuk berbagai senyawa.
Berdasarkan hasil ini, cairan yang lebih khusus kemudian dapat dipilih. Metoda deteksinya, akan
mempengaruhi kesensitifan teknik ini. Metoda yang dipilih akan bergantung apakah tujuannya
analisik atau preparatif.

Anda mungkin juga menyukai