SPERMATOZOA
1.1 PENGERTIAN
Sperma merupakan sel yang berasal dari sistem reproduksi laki-laki. Sel inilah yang akan
membuahi ovum (sel telur pada perempuan) yang terjadi didalam sistem reproduksi wanita. Sel
sperma dan ovum merupakan cikal bakal seseorang yang berada dalam kandungan, apakah itu
Sel sperma berbentuk seperti kecebong yang berukuran 5 x 3 m dan ekornya mempunyai
panjang 50 m, yang tersusun atas tiga bagian, yaitu kepala, leher dan ekor, dan sel ini akan
bergerak untuk mencapai ovum. Sel sperma terdiri atas beberapa enzim untuk dapat bertahan dan
menembus ovum, dan juga terdapat mitokondria pada yang berfungsi sebagai energi agar ekor
Sperma ini dibawa bersama cairan semen (mani) ketika dikeluarkan (diejakulasikan) melalui
lubang urethra pada penis, yang selanjutnya akan menuju ke vagina untuk melakukan fungsi
utamanya, yaitu sebagai fungsi reproduksi juga berkembang biaknya manusia dan juga hewan,
dengan kemampuan sperma untuk menembus lapisan terluar dari ovum sehingga terjadi
fertilisasi (pembuahan).
1.2 Komposisi Semen
2. Cairan Prostat 25-30% Mengandung alkali yang berfungi menaikan pH dan menjaga
sperma dari kerusakan oleh paparan lingkungan dalam vagina yang cenderung asam.
Mengandung zink yang berfungsi menstabilkan DNA sperma.
3. Cairan vesikula seminalis 65-75% Berkontribusi paling banyak menyusun semen yaitu
65-75%. mengandung fruktosa yang menjadi sumber energi pergerakan sperma di saluran
reproduksi wanita. Mengandung prostalglandin yang menekan respon imun saluran
reproduksi wanita terhadap semen sebagai benda asing.
4. Sel Sperma sebesar 2-5 % Komponen penyusun semen yang paling penting dalam
fungsi resproduksi. Sel Sperma atau spermatosist membawa materi genetik pria yang
nantinya bersatu dengan ovum wanita membentuk zigot. Zigot akan berkembang dalam
rahim wanita. Spermatogenesis atau pembentukan sperma terjadi di tubulus seminiferus
testis atau buah pelir/buah zakar.
1.3Bagian-bagian Spermatozoa
Sperma memiliki tiga bagian utama:
1. Kepala sperma mengandung inti. Inti memegang DNA dari sel. Kepala juga mengandung
enzim yang membantu sperma memecah melalui membran sel telur.
2. Bagian tengah sperma (midpiece) dikemas dengan mitokondria. Mitokondria adalah
organel dalam sel yang menghasilkan energi. Sperma menggunakan energi dalam
midpiece untuk bergerak.
3. Ekor sperma bergerak seperti baling-baling, berputar-putar. Ekor ini adalah flagella
panjang yang mendorong sperma ke depan. Sebuah sperma dapat melakukan perjalanan
sekitar 30 inci per jam. Ini mungkin tidak terdengar sangat cepat, tapi jangan lupa
seberapa kecil sperma. Untuk ukurannya, sperma bergerak sekitar secepat Anda lakukan
ketika Anda berjalan cepat.
1.4 BENTUK BENTUK SPERMATOZOA
Parameter sperma dapat berupa parameter sperma dasar serta parameter biokimia sperma. Dalam
pemeriksaan rutin atau pemeriksaan dasar, yang dilakukan adalah mengukur parameter yang
diperlukan sebagai dasar umum untuk mendiagnosis keadaan andrologis, serta yang mudah
dilakukan dengan tidak memakai alat-alat serta pengetahuan yang lebih rumit.
Berikut parameter pemeriksaan sperma meliputi :
A. Pemeriksaan Makroskopis :
1. Liquefaksi
2. Viscositas
3. pH Sperma
4. Bau Sperma
5. Warna Sperma
6. Volume Sperma
B. Pemeriksaan Mikroskopis :
1. Pergerakan (Motilitas) Spermatozoa
2. Vitalitas Spermatozoa
3. Jumlah Spermatozoa
4. Morfologi Spermatozoa
5. Aglutinasi spermatozoa (khusus)
6. Benda-benda khusus sperma (khusus)
BAB II
KROMATOGRAFI
1.1 Pengertian Kromatografi
Kromatografi pertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani RusiaMichael Tsweet
pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna dalam tanaman dengan cara perkolasi
esktrak petroleum eter dalam kolom gelas yangberisi kalsium karbonat (CaCo3). Saat ini
kromatografi merupakan teknik pemisahan yang paling umum dan paling sering digunakan
dalam bidang kimia analisis dan dapat dimanfaatkan untuk melakukan analisis, baik analisis
kualitatif, kuantitatif, atau preparative dalam bidang farmasi, lingkungan, industri, dan
sebagainya. Kromatografi suatu teknik pemisahan yang menggunakan fase diam (stationary
phase) dan fase gerak (mobile phase)(Rohman, 2007).
Kromatografi adalah salah satu metode pemisahan kimia yang didasarkan pada adanya
perbedaan partisi zat pada fasa diam (stationary phase) dan fasa gerak (mobile
phase).Kromatografi berasal dari bahasa Yunani yaitu yang berarti warna dan
yang berarti menulis.
Kromatografi dapat bersifat preparatif maupun analitik.Tujuan kromatografi preparatif
biasanya adalah untuk memisahkan senyawa dalam campuran (biasanya digunakan untuk
pemurnian).Kromatografi analitik digunakan untuk mengetahui perbandingan senyawa dalam
campuran.
Dalam kromatografi, dikenal beberapa istilah, antara lain:
1. Analit adalah zat yang dipisahkan.
2. Kromatogram adalah output visual yang diperoleh dari hasil pemisahan. Adanya puncak
karakterisitik yang berbeda menunjukkan adanya senyawa yang berbeda.
3. Eluen adalah pelarut yang digunakan untuk memisahkan analit.
4. Fasa gerak adalah fasa zat yang bergerak pada arah tertentu.
5. Fasa diam adalah fasa yang tetap pada tempatnya.
6. Waktu retensi adalah waktu yang diperlukan analit untuk melewati sistem.
7. Volume retensi adalah volume fasa gerak yang dibutuhkan untuk mengelusi komponen analit.
2.2.7 Kromatografi Lapis Tipis (KLT atau TLC = Thin Layer Chromatography)
Kromatografi jenis ini mirip dengan kromatografi kertas. Bedanya kartas digantikan lembaran
kaca atau plastik yang dilapisi dengan lapisan tipis adsorben seperti alumina, silika gel. selulosa
atau materi lainnya. Kromatografi lapis tipis lebih bersifat reprodusibel (bersifat boleh ulang)
daripada kromatografi kertas.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ini mirip dengan kromatograafi kertas, hanya bedanya
kertas digantikan dengan lembaran kaca tau plastik yang dilapisi dengan lapisan tipis adsorben
seperti alumina, silike gel, selulosa atau materi lainnya.
Lapisan tipis adsorben pada proses pemisahan berlaku sebagai fasa diam. Kromatografi lapis
tipis lebih bersifat reproduksibel ( bersifat boleh diulang) dari pada kromatografi kertas.
Sebagai fasa diam dalam KLT berupa serbuk halus dengan ukuran 5 50 mikrometer. Serbuk
halus ini dapat berupa adsorben penukar ion. Bahan adsorben sebagai fasa diam dapat digunakan
gel, alumina, dan serbuk selulosa. Partikel silica gel mengandung gugus hidrosil
dipermukaannya yang akan membentuk ikatan hydrogen dengan molekul molekul pokar.
Untuk membuat lapisan tipis pada KLT perlu dibuat bubur (slurry) ber air dari serbuk
halus tadi. Zat pengikat dapat menggunakan gips, barium sulfat, polivenil alcohol atau kanji
perlu ditambahkan, untuk membantu peletakan lapisan tipis pada penyangga. Bubuk halus ini
kemudian ditebarkan pada papan penyangga (kaca, plastik atau aluminium), secara merata
sehingga diperoleh ketebalan lapisan 0,1 0,3 mm. lapisan tipis adsorben diaktifkan dengan
pengeringan didalam oven pada suhu 100 oC selama beberapa jam.
(http://robbaniryo.com/ilmu-kimia/kromatografi-lapis-tipis-klt/)
Pemisahan campuran dengan cara kromatografi didasarkan pada perbedaan kecepatan
merambat antara partikel-partikel zat yang bercampur pada medium tertentu. Dalam kehidupan
sehari-hari pemisahan secara kromatografi dapat kita temui pada rembesan air pada dinding yang
menghasilkan garis-garis dengan jarak ternentu.
Kromatografi pertukaran ion adalah salah satu teknik pemurnian senyawa spesifik di dalam
larutan campuran. Prinsip utama dalam metode ini didasarkan pada interaksi muatan positif dan
negatif antara molekul spesifik dengan matriks yang barada di dalam
kolom kromatografi.Metode ini pertama kali dikembangkan oleh seorang ilmuwan bernama
Thompson pada tahun1850. Secara umum, teradapat dua jenis kromatografi pertukaran ion,
yaitu:
Kromatografi pertukaran kation, bila molekul spesifik yang diinginkan bermuatan positif
dan kolom kromatografi yang digunakan bermuatan negatif.Kolom yang digunakan biasanya
berupa matriks dekstran yang mengandung gugus karboksil (-CH2-CH2-CH2SO3- dan -O-
CH2COO-). Larutan penyangga (buffer) yang digunakan dalam sistem ini adalah asam
sitrat, asam laktat, asam asetat, asam malonat, buffer MES dan fosfat.
kromatografi pertukaran anion, bila molekul spesifik yang diinginkan bermuatan negatif
dan kolom kromatografi yang digunakan bermuatan positif. Kolom yang digunakan biasanya
berupa matriks dekstran yang mengandung gugus -N+(CH3)3, -N+(C2H5)2H, dan
N+(CH3)3. Larutan penyangga (buffer) yang digunakan dalam sistem ini adalah N-metil
piperazin, bis-Tris, Tris, dan etanolamin.
Metode ini banyak digunakan dalam memisahkan molekul protein (terutama enzim).Molekul
lain yang umumnya dapat dimurnikan dengan menggunakan kromatografi pertukaran ion ini
antara lain senyawa alkohol, alkaloid, asam amino, dan nikotin.
Fase Diam
Ada banyak macam penukar ion, tetapi penukar ion polisterina berikatan silang paling luas
penggunaannya.Gambar 65. b menggambarkan struktur resina penukar anion dengan matriks
poliestirena berikatan silang yang sama, tetapi dengan gugus tetraalkilamonium. Resina
poliestirena kerng cenderng mengembang jika dimasukkan dalam pelarut. Air menetrasi ke
dalam resina dan hidrasi, membentuk larutan sangat pekat dalam resina. Tekanan osmosa
cenderung menekan air lebih banyak ke dalam resina dan padatan itu mengembang, jadi
volumenya bertambah. Jumlah air yang diambil resina tergantung pada ion penukar dari resina
dan menurun dengan bertambahnya jumlah ikatan silang. Resina penukaran ion juga
mengembang dalam pelarut organik, tetapi pengembangannya lebih kecil daripada dalam air.
Fase Gerak
Kebanyakan pemisahan kromatografi penukar ion dilakukan dalam media air sebab sifat ionisasi
dari air. Dalam beberapa hal, digunakan pelarut campuran seperti air, alkohol dan juga pelarut
organik. Kromatografi penukar ion dengan fase gerak media air, reteni puncak dipengaruhi oleh
kadar garam total atau kekuatan ionik dan oleh pH fasa gerak. Kenaikkan kadar garam dalam
fasa gerak menurunkan retensi senyawa cuplikan. Hal ini disebabkan oleh penurunan
kemampuan ion cuplikan bersaing dengan ion fasa gerak untuk gugus penukar ion pada resina.
Umumnya, untuk kromatografi gas-padat, sejumlah kecil padatan inert misalnya karbon
teraktivasi, alumina teraktivasi, silika gel atau saringan molekular diisikan ke dalam tabung
logam gulung yang panjang (2-10 m) dan tipis. Fasa mobil adalah gas semacam hidrogen,
nitrogen atau argon dan disebut gas pembawa. Pemisahan gas bertitik didih rendah seperti
oksigen, karbon monoksida dan karbon dioksida dimungkinkan dengan teknik ini.
Dalam kasus kromatografi gas-cair, ester seperti ftalil dodesilsulfat yang diadsorbsi di
permukaan alumina teraktivasi, silika gel atau penyaring molekular, digunakan sebagai fasa diam
dan diisikan ke dalam kolom. Campuran senyawa yang mudah menguap dicampur dengan gas
pembawa disuntikkan ke dalam kolom, dan setiap senyawa akan dipartisi antara fasa gas (mobil)
dan fasa cair (diam) mengikuti hukum partisi. Senyawa yang kurang larut dalam fasa diam akan
keluar lebih dahulu.
Metoda ini khususnya sangat baik untuk analisis senyawa organik yang mudah menguap seperti
hidrokarbon dan ester. Analisis minyak mentah dan minyak atsiri dalam buah telah dengan
sukses dilakukan dengan teknik ini.
Efisiensi pemisahan ditentukan dengan besarnya interaksi antara sampel dan cairannya.
Disarankan untuk mencoba fasa cair standar yang diketahui efektif untuk berbagai senyawa.
Berdasarkan hasil ini, cairan yang lebih khusus kemudian dapat dipilih. Metoda deteksinya, akan
mempengaruhi kesensitifan teknik ini. Metoda yang dipilih akan bergantung apakah tujuannya
analisik atau preparatif.